PT. Maju Terus meminta bantuan KAP ( Kantor Akuntan Publik ) Candra untuk
menyusun rekonsiliasi
fiskal berdasarkan data laporan keuangan pada tahun 2008 sebagai berikut :
Penjualan Rp20.000.000.000
HPP 7.500.000.000
Laba bruto Rp12.500.000.000
Biaya Operasional :
Gaji Rp550.000.000
Biaya pengangkutan 10.000.000
Laba Usaha Rp11.425.000.000
( % kepemilikan 20 % ) Rp246.500.000
Keuntungan Selisih Kurs 10.000.000
Keterangan Tambahan :
Jawab :
PT. Maju Terus
Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008
( Dalam Ribuan Rupiah )
Karena 246.500.000 ( sudah termasuk pajak 15 % ) dan nilai awal dividen adalah
290.000.000
adalah 150.000.000, itu karena 150.000.000 adalah penyusutan 1 tahun sedangkan lihat
tanggal pembelian bangunan yaitu tengah tahun maka 150.000.000/2 adalah
75.000.000
REKONSILIASI FISKAL
Akibat koreksi fiskal dari Laporan Keuangan komersial menjadi Laporan Keuangan fiskal menyebabkan perbedaan
antara laba komersial dengan laba fiskal. Perbedaan tersebut dikelompokkan menjadi : beda tetap ( permanent
differences ) dan beda waktu ( time differences ). Jelaskan pengertian kedua jenis perbedaan tersebut dan berikan
contoh masing- masing.
Soal :
Laporan Rugi-Laba PT Poki-Poki untuk periode tahun 2008 sebagai berikut :
( dalam rupiah )
Pejualan : 7.800.000.000
HPP: (4.210.000.000)
Penghasilan Bruto Usaha : 3.590.000.000
Biaya Operasional
Beban Pemasaran :
a. Gaji dan komisi salesman 475.000.000
b. Gaji dan upah bagian penjualan 275.000.000
c. Beban angkut penjualan 200.000.000
d. Beban promosi 180.000.000.
e. Beban cadangan piut tak tertagih 250.000.000
f. Beban kirim pos, telp, dan teleks 120.000.000
g. Depresiasi kendaraan 120.000.000
1.620.000.000
Beban administrasi dan Umum :
a. Gaji dan kesejahteraan pegawai 450.000.000
b. Beban premi asuransi 130.000.000
c. Beban konsultan 150.000.000
d. Beban supplies kantor 170.000.000
e. Depresiasi bangunan kantor 50.000.000
f. Depresiasi mebel dan alat kantor 150.000.000
1.100.000.000
Total Beban Usaha : 2.720.000.000
Laba / rugi Usaha : 870.000.000
Keterangan Tambahan :
Daftar aset tetap :
Pasal 4
(1) Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya.
(2) Surat Pemberitahuan Wajib Pajak badan harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi.
(3) Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan.
(4) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus
dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
(4a) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah laporan keuangan dari masing-masing Wajib
Pajak.
(4b) Dalam hal laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4a) diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak
dilampirkan pada Surat Pemberitahuan, Surat Pemberitahuan dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga Surat
Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (7) huruf b.
(5) Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
Kutipan tersebut dapat ditafsirkan bahwa Laporan Keuangan yang dimaksud adalah laporan yang sesuai
dengan ketentuan perpajakan dan Laporan Keuangan yang disampaikan dapat menunjukkan keterangan yang cukup
untuk penghitungan penghasilan kena pajak. Namun demikian belum ada ketentuan fiskus yang mengharuskan Wajib
Pajak untuk menyampaikan Laporan Keuangan Fiskal dengan format tertentu, oleh karena itu Laporan Keuangan
Fiskal dapat disusun dengan cara melakukan rekonsilisasi Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan
Fiskal. Dengan demikian perusahaan tidak perlu mempunyai sistem akuntansi khusus untuk keperluan perpajakan.
Dengan satu sistem akuntansi dan data keuangan dapat disusun berbagai jenis Laporan Keuangan.
5. Definisi Rekonsiliasi ( koreksi ) Fiskal.
Rekonsiliasi ( koreksi ) Fiskal, adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal
untuk menghasilkan penghasilan neto / laba yang sesuai dengan ketentuan pajak. Perbedaan perbedaan antara
akuntansi dengan fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi beda tetap / permanen ( permanent difference ) dan
beda waktu / sementara ( timing difference ).
BEDA TETAP DAN BEDA WAKTU .
a. Beda Tetap / Permanen :
Beda Tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi dan menurut pajak,
yaitu adanya penghasilan dan biaya yang diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau
sebaliknya. Beda tetap mengakibatkan laba / rugi menurut akuntansi ( pre tax income ) berbeda secara tetap dengan
Laba Kena Pajak menurut fiskal ( taxable income ).
Beda Tetap biasanya timbul karena peraturan perpajakan mengharuskan hal- hal berikut dikeluarkan dari perhitungan
Penghasilan Kena Pajak :
g j
1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final ( Pasal 4 ayat (2) UU PPh ).
2. Penghasilan yang bukan obyek pajak ( Pasal 4 ayat (3) UU PPh ).
3. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan serta pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau jumlahnya melebihi kewajaran
( Pasal 9 ayat (1) UU PPh ).
Koreksi positif terjadi apabila pendapatan menurut fiskal bertambah sebagai akibat adanya :
1…Beban yang tidak diakui oleh pajak ( non deductible expense ).
2. Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal.
3 Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal.
4. Penyesuaian fiskal posotif lainnya.
Koreksi negatif terjadi apabila pendapatan fiskal berkurang sebagai akibat adanya :
1. Penghasilan yang tidak termasuk obyek pajak.
2. Penghasilan yang digunakan PPh Final.
3. Penyusutan komersial lebih kecil dari pada penyusutan fiskal.
4. Amortisasi komersial lebih kecil dari pada amortisasi fiskal.
5. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya.
6. Penyesuaian fiskal negatif lainnya.
Keterangan Tambahan :
Harga beli Nilai residu
Jenis aset Tahun beli ( dalam Rp ) ( dalam Rp.)
Bangunan permanen 06 – 07 - 2006 400.000.000 50.000.000
Kelompok I 10 – 12 - 2007 60.000.000 10.000.000
JAWAB :
PT Fast
Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008
( dalam ribuan rupiah )
Koreksi fiskal
Keterangan Keterangan
Mnrt Postif Negtf Mnrt fiskal
Aktns
1.250.000
Penjualan / Peredaran 1.250.000 -- -- (500.000)
-/- HPP (500.000) -- -- 750.000
Pengh Bruto Ush 750.000 -- --
Biaya Usaha : 55.000
-Gaji 55.000 -- -- 45.000
-Tunjangan transpt Kary. 45.000 -- -- 6.000
-By. Makan kantor 6.000 -- -- 0
-ByPengobtn.dtng.Persh. 20.000 20.000 -- 15.000 A
-By training karywn 15.000 -- -- 12.000
-By sragam Satpam 12.000 -- -- 0 B
-Sanksi adm Pajak 10.000 10.000 -- 4.500
-By Pengangkutn 4.500 -- -- 7.000
-By Bunga Pinjaman 7.000 -- -- 0
-Cad Penghpsn Piut 5.000 5.000 -- C
-By Jamuan tamu tanpa 0
By Jamuan tamu tanpa 0
Daftar nominatif 10.000 10.000 -- 24.000 D
-By Listrik & Telp Kantr 24.000 -- -- 3.000
-PBB & Bea Met 3.000 -- -- 35.000
-Penyst Aset Tetap 40.000 5.000 -- 10.000 E
-Premi ass Kebakr Pabrk 10.000 -- -- 0
-Sumbangan HUT RI 5.000 5.000 -- F
(216.500)
Total Biaya Ush (271.500) (55.000) -- 533.500
Pengh Neto dari Ush 478.500 55.000 --
+/+Pengh dari Luar Ush 100.000
- Dividen dari PT Jaya 85.000 15.000 -- G
- Trima ewa kendraan Box 10.000
dari Fa Maju 9.700 300 -- 5.000 H
- Keuntungn Sel Kurs. 5.000 -- -- 5.000
- Pen Pengmblian PBB yg telah 5.000 -- --
dibebankan 0
- Jasa giro Bank Mandiri 2.000 -- 2.000 I
Total Pngh Luar Ush 120.000
15.300 2.000
-/- By dari Luar Ush 106.700 --
--
Laba Bersih sbl Pajak -- --
653.500
2.000
585.200 70.300
Keterangan :
A : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
B : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
C : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
D : SE Dirjen Pajak No. 27 /PJ.42/ 1986.
E : Pasal 11 UU PPh.
F : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
G : Pasal 4 ayat (1) UU PPh.
H : Pasal 4 ayat (1) UU PPh.
I : Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
Penghasilan neto fiskal perusahaan adalah Rp. 653.500.000,-
- Atas koreksi fiskal yang dilakukan, perusahaan tidak perlu membuat jurnal.
- PPh terutang dihitung dengan mengalikan tarif PPh Pasal 17 terhadap Penghasilan Kena Pajak.
Sebelum dikalikan tarif PPh, Penghasilan Kena Pajak terlebih dahulu dibulatkan ribuan kebawah.
Berbagi
1 komentar:
Publikasikan Pratinjau
‹ Beranda ›
Lihat versi web