Anda di halaman 1dari 28

LITERATURE REVIEW

PERBEDAAN KEFEKTIFIAN PENGGUNAAN KOMPRES


NACL 0,9% DENGAN KOMPRES ALKOHOL
DALAM MENGURANGI NYERI DAN DERAJAT PHLEBITIS
Diajukan untuk memenuhi tugas praktek klinik keperawatan medikal bedah

Oleh:

Karlita Tri Agustin 3019011910


Elleonora B. Hayon 30190119079
Anggriala Sapriani Simatupang 30190119107
Desy Sahuleka 3019011910
Putri Hana Agavia 30190119103
Marlina Asriani Nomleni 3019011910

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Patient safety merupakan salah satu dimensi mutu yang menjadi pusat
perhatian para praktisi pelayanan kesehatan dalam skala global. Di Indonesia mutu
pelayanan yang berkualitas dengan jaminan patient safety mengacu pada peraturan
Kementerian Menteri kesehatan Republik Indonesia No
1691/MENKES/PER/VIII/2011 yang menyatakan bahwa rumah sakit harus memenuhi
6 sasaran patient safety salah satunya yaitu pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan, dimana infeki yang diperoleh dari layanan rumah sakit di
kategorikan kedalam Health-Asssosiated Infections (HAIs).

Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun
mekanik yang disebabkan dari pemberian terapi infus yang ditandai dengan
peradangan pada dinding vena, yang ditandai dengan nyeri, kemerahan, teraba lunak,
pembengkakan dan hangat pada lokasi penusukan (Trianiza, 2013).

Menurut Suryana (1015) dalam penelitian Pencegahan Infeksi Aliran Darah


Primer (iadp), Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) adalah infeksi yang timbul tanpa
ada organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Infeksi ini , sering
digunakan sebagai salah satu sumber data digunakan untuk mengendalikan infeksi
nosokomial (IN) di rumah sakit. Faktor resiko yang sering menimbulkan IADP adalah
kerentanan pasien terhadap infeksi, dan pemasangan jarum/kanula intravena (IV)
melalui tindakan invasif, diantaranya pemasangan infus yang dapat menyebabkan
phlebitis.Pemberian terapi intravena dapat menimbulkan komplikasi, salah satunya
adalah phlebitis. Phlebitis dapat terjadi akibat prosedur pemasangan yang kurang tepat,
pemberian obat via intravena, dan akumulasi bakteri dalam kanul kateter.

Menurut KEMENKES RI no 27 surveilans infeksi terkait layanan kesehatan


(HAIs) dikelompokkan dalam kategori yang berbeda,HAIs merupakan infeksi yang
didapat pada pasien selama menjalani prosedur perawatan dan tindakan medis di
pelayanan kesehatan setelah lebih ≥ 48 jam. Salah satunya kategori HAIs adalah
bloodstream infection (BSI).Faktor risiko terjadinya BSI antara lainkelalaian petugas
kesehatan dalam teknik aseptic sebelum pemasangan infus, pemilihan vena yang terlau
dekat dengan pergelangan tangan, posisi ekstermitas yang berubah, lokasi
penusuka/vena yang terlalu kecil (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan beberapa penelitian di dunia penggunaan Nacl 0,9% pada pasien


dengan phlebitis dapat mengurangi nyeri dan bengkak yang diakibatkan karena
respom infeksi yang terjadi. NaCl 0,9% merupakan cairan isotonis yang bersifat
fisiologis, non toksik dan tidak menimbulkan hipersensitivitas sehingga aman
digunakan untuk tubuh dalam kondisi apapun.Menurut Evangeline (2015) bahwa
pemberian kompres NaCl 0,9% pada luka dapat menurunkan gejala edema karena
cairan normal salin dapat menarik cairan dari luka melalui proses osmosis. Selain itu
NaCl 0,9% memiliki respon anti inflamasi sehingga dapat menurunkan gejala nyeri
dan eritema yang timbul pada phlebitis, serta meningkatkan aliran darah , sehingga
mempercepat proses penyembuhan phlebitis.Nyeri phlebitis dapat ditangani dengan
cara farmakologi dan non farmakologi. Ketepatan menentukan intervensi dalam
menangani flebitis dapat membantu meminimalkan nyeri. Salah satu cara non
farmakologi adalah dengan pemberian kompres.

Dengan dilatarbelakangi kejadian phlebitis di Rumah Sakit Dustira, khususnya


diruang Patuha yang berkapasitas 35 pasien serta data yang diperoleh kelompok,
jumlah pasien pada bulan Desember 2019 mencapai 249 pasien dan dibulan Januari
2020 mencapai 271 pasien, dimana pasien yang mengalami phlebitis selama 6 hari
observasi dari tanggal 17-22 februari sebanyak10 maka peneliti ingin melakukan Mini
Evidence Base Practise terkait perbedaan efektivitas penggunaan kompresNacl 0,9%
dengan kompres alcohol untuk mengurangi nyeri dan derajat phlebitis. Pada penerapan
aplikasi penelitian ini subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi
1 dengan menggunakan NaCl 0,9% dan kelompok intervensi 2 dengan menggunakan
alcohol. Dengan penelitian yang dilakukan diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap pasien yang dalam perawatan di ruang Patuha RS Dustira.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui terkait perbandingankeefektifan penggunaan kompresNacl 0,9%
dengan kompres alcohol untuk mengurangi nyeri dan derajat phlebitis di Ruang Patuha
Rumah Sakit Dustira.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui efektifitas penggunaan kompresNacl 0,9% mengurangi nyeri dan
derajat phlebitis
b. Membandingkan efektifitaspenggunaan kompresNacl 0,9% dengan kompres
alkohol untukmengurangi nyeri dan derajat phlebitis.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis

Literature riview ini sebagai pengalaman dalam menerapkan mata ajar keperawatan

medical bedah.

1. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis literature riview

Sebagai bahan untuk untuk mengaplikasikan beberapa jurnal yang sudah

didapat dan mengetahui kefektifan EBN yang dilakukan.

b. Bagi Rumah sakit Dustira khususnya ruangan Patuha

Manfaat literature riview ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan dan

penerapan dalam membantu dalam menurunkan nyeri dan derajat pada pasien

phlebitis.
BAB II
METODOLOGI

A. Metode
1. Design
Penulisan pada penerapan penelitian (literature riview) ini merupakan bentuk
membandingkan hasil sintesis dari berbagai penelitian ilmiah yang terdiri dari 5
penelitian yang telah dipublikasikan dan menunjukkan hasil yang relevan tentang
efektivitas penggunaan kompres nacl 0,9% dibandingkan dengan kompres
alkohol untuk mengurangi nyeri dan derajat phlebitis sehingga metode penulisan
yang dilakukan adalah melalui literature review.
2. Kriteria inklusi dan ekslusi
1) Kriteria inklusi
a) Tipe studi
Artikel yang dipilih adalah hasil penelitian dengan designeksperimental.
Metodepenerapan penelitian (literature riview dengan menggunakan
design eksperimental merupakan perbandingan keefektifan penggunaan
kompresNacl 0,9% dengan kompres alkohol untuk mengurangi nyeri dan
derajat phlebitis.
b) Tipe responden
Tipe responden dalam penerapan penelitian (literature riview ini
merupakan pasien yang mengalami phlebitis derajat 1 sampai dengan 3.
c) Tipe intervensi
Intervensi dilakukan dengan membandingkan pada pasien phlebitis yang
diberikan kompres nacl 0,9% dan pasien lainnya yang terkena phlebitis
yang diberikan kompres alcohol.
d) Tipe outcome yang diukur
Outcome yang diukur adalah perbandingan kefektifan penggunaan
kompresNacl 0,9% dengan kompres alcohol untuk mengurangi nyeri dan
derajat phlebitis.
3. Strategi pencarian literature
Literature review ini dilaksanakan dengan melakukan penelusuran artikel
publikasi pada Nursing News, Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan,jurnal
kesehatan universitas Indonesia, Advances in Health Science Research, nursing
times. Dengan kata kunci yang digunakan berdasarkan pertanyaan klinis yaitu:
“normal saline compress, alcohol compress, treatment, phlebitis”.
Penelusuran literature dibatasi pada terbitan 2011 sampai 2019 yang dapat
diakses full text dalam format pdf dan doc. Artikel yang dipilih adalah hasil
penelitian yang berupa eksperimen yang dilakukan untuk melihat perbedaan
efektivitas kompres nacl 0,9% dengan kompres alkohol untuk mengurangi nyeri
dan derajat phlebitis.
4. Metode pengkajian kualitas studi
Artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi yang ditetapkan penulis dengan
harapan dari banyak penelitian tersebut didapatkan sebuah kesimpulan yang
nantinya menjadi dasar dalam melakukan evidence base practicekeperawatan di
rumah sakit. Kriteria inklusi yang kami tentukan adalah pasien yang mengalami
phlebitis .
5. Cara ekstrasi data
Data-data dari hasil temuan tersebut akan diekstraksi terlebih dahulu
untuk memudahkan penulis dalam proses analisis selanjutnya. Kolom ekstraksi
data terdiri dari: kolom (1) judul penelitian, (2) Peneliti, (3) tahun dan sumber
publikasi, (4) tujuan, (3) sampel, (4) metode penelitian, (5) intervensi yang
diberikan (6) Alat Ukur (7) Hasil.
6. Sintesis data
Pertanyaan klinis pada artikel ini didasari pada format PICO seperti yang
terlihat pada table berikut:
Tabel 1 Analisa PICO

P (Populasi) Pasien yang mengalami phlebitis derajat 1 sampai


derajat 4.
I (Intervensi) Memberikan kompres nacl 0,9% pada pasien phlebitis
C (Comparation) Pasien phlebitis yang diberikan kompres alkohol
O (Out come) Efektivitas kompres nacl 0,9% pada pasien yang
mengalami phlebitis.

Berdasarkan format PICO diatas, maka pertanyaan klinis yang dapat


disimpulkan adalah “Pada pasien phlebitis, apakah kompres dengan nacl 0,9 % lebih
efektif dibandingkan dengan kompres alkohol”. Langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan observasi pada pasien phlebitis yang diberikan kompres dengan nacl 0,9%
dan pasien phlebitis lain yang diberikan kompres alcohol yang lebih efektif
hasilnyaterhadap adanya pengurangan nyeri dan penurunan derajat phlebitis.
Prefered Reporting Item For Systematic Review And Meta Analyses

Indentification

Hasil temuan di identifiksi melalui


pencarian di database (n= 47)

Screening

Hasil temuan setelah reduksai terhadap


Artikel yang tidak dapat diakses dan
waktu (2010-2020), bahasa, dupikasi,
tidak memenuhi tujuan dan kriteria
temuan artikel, dan hanya abstrak saja inklusi (n=17)
(n=34)

elligibility

Full-text dilakukan pengkajian Full-text dieksklusikan (tidak


kelayakan (intensif reading- berhubungan dengan prinsip etik
summarizig) (n=17) keperawatan (n=12)

inclucion

Artikel dimasukkan dalam review


(n=5)
BAB III
PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 2. Hasil Ekstrasi Data

Judul Penelitian/Nama
Sampel/Partisipa
No Peneliti/Tahun dan Tujuan Metode Intervensi Hasil
n
Sumber Publikasi

1 Pengaruh Kompres Menganalisa Pasien yang Penelitian ini Pasien mengisi Hasil penelitian
Normal Saline 0,9% pengaruh mengalami tanda menggunakan informed consent didapatkan 91%
Terhadap phlebitis di kompres phlebitis yang quasy kemudian pasien mengalami
Ruang Rawat Inap normal saline dirawat di RS Panti experiment dilakukan penilaian phlebitis derajat
Rumah Sakit Panti 0,9% terhadap Waluya Sawahan dengan derajat phlebitis sedang sebelum
Waluya Sawahan phlebitis di Malang rancangan jenis menggunakan dilakukan
Malang/ Riza Eka, ruang rawat one group Pre- penilaian phlebitis kompres dan
Pertiwi inap rumah Post Test design berdasarkan score sebanyak 82%
Perwiraningtyas,Swaidatu sakit Panti VIP, kemudian pasien mengalami
l Masluhiya/2017/Nursing Waluya dilakukan perubahan tidak
News Sawahan intervensi kompre tampak phlebitis
Volume 2, Nomor 3, 2017 Malang normal saline 0,9% setelah dilakukan
selama dua hari, kompres.Hasil
untuk setiap analisa bivariate
harinya dilakukan menunjukan p
kompres 3x sehari. value=0,000 < α=
Dalam satu kali 0,05 (H1
kompres selama 30 diterima) artinya
menit. Setelah 2 ada pengaruh
hari dilakukan kompres normal
intervensi kompres saline 0,9%
normal saline 0,9% terhadap phlebitis.
kemudian
penelitian
melakukan
penilaian derajat
phlebitis.
2 Perbedaan kompres Nacl Mengetahui Pengambilan Quasy Pada penelitian ini Hasil penelitian
0,9% dengan kompres perbedaan sampel 34 eksperimen subjek dibagi menunjukan P
alcohol 70%terhadap antara kompres responden, 17 dengan metode menjadi dua value 0,003 (α <
penurunan intensitas Nacl 0,9% dan responden pendekatan non kelompok yaitu 0,005) terdapat
nyeri pada pasien kompres diberikan kompres equivalen control kelompok perbedaan antara
phlebitis alkohol 70% nacl 0,9% dan 17 group desain intervensi 1 kompres Nacl
/ Evangeline H, dedi terhadap responden menggunakan Nacl 0,9% dan
Supriadi, Wawan penurunan diberikan komper 0,9% dan kompres alcohol
Sunarya/2015/Jurnal intensitas nyeri alcohol 70% kelompok 70% terhadap
Kedokteran Dan pasien plebitis intervensi 2 penurunan
Kesehatan, Volume 2, No. menggunakan intensitas nyeri
3, Oktober 2015: 245-251 alkohol 70% , pasien plehbitis.
instrument dalam Hasil di dapatkan
penelitian ini kompres Nacl
berupa kassa, 0,9% lebih efektif
cairan infus, Nacl di bandingkan
0,9%, cairan dengan kompres
alcohol 70%, kom alcohol 70%.
kecil, bengkok,
baki, dan pengalas,
jam, kuesioner,
lembar observasi.
Kuesioner berisi
daftar isian yang
berhubungan
dengan variable,
usia, jenis kelamin,
kebudayaan.
Lembar observasi
digunakan untuk
skala nyeri
sebelumdan
sesudah diberikan
kompres

3 Study Comparative of Untuk Pengambilan Menggunakan Observasi Efektivitas


the effectiveness of mengetahui sampel 48 sampel quasy pemberian kompres normal
normal saline, warm efektivitas di bagi menjadi 3 eksperimen kompres saline, air hangat,
water and alcohol pemberian kelompok sehingga dengan berdasarkan jenis dan alcohol
compresses on the degree kompres setiap kelompok menggunakan kompres yang terhadap derajat
of phlebitis in children normal salin, berjumlah 16 pendekatan the digunakan phlebitis
undergoing IV infusion air hangat, dan responden reversed- diantaranya normal berdasarkan hasil
at RSUP Dr. Hassan alcohol treatment saline, air hangat penelitian terdapat
Sadikin./2011/ terhadap nonequivalent atau alcohol. perbedaan selisih
Universitas Indonesia derajat control group Observasi juga di derajat phlebitis di
phlebitis pada design with lakukan terhadap antara ketiga
anak yang di pretest and waktu dandurasi kelompok
lakukan posttest. pemberian intervensi
pemasangan kompres. Kompres sebelum dan
infus di RSUP diberikan secara sesudah di berikan
Dr. Hassan kontinu selama 2 kompres normal
Sadikin hari mulai dari jam saline, air hangat,
Bnadung. 07.00 sampai dan alcohol.
dengan 21.00 WIB Normal saline
sesuai dengan memiliki
durasi efekivitas yang
penyembuhan luka, lebih
dan setiap 30 menit dibandingkan
di lakukan dengan kompres
penggantian kasa yang lainnya. Hal
kompres. ini membuktikan
bahwa dia antara
ketiga jenis
kompres nacl
efektivitas dalam
menurunkan
derajat phlebitis
4 Granting NaCl Compress Untuk Pengambilan Metode yang di Kompres Nacl Hasil penelitian
To Extravasaion menentukan sampel 46 orang. gunakan dilakukan saat ini menunjukkan
Prevention In peran kompres deskriptif dengan pasien menjalani kompres Nacl
Chemotherapy NaCl terhadap teknik purpose kemoterapi dari untuk mencegah
Patients At Ulin Hospital pencegahan sampling awalhingga akhir extavasasi sangat
Banjarmasin/ istikamah, ekstravasasi di (kriteria inklusi kemo terapi. baik, 100% pasien
Dini, Subhannur, Rina, ruang edelwis dan eksklusi) yang diberikan
Ramadhan/2017/Advance RS Ulin kompres Nacl
s in Health Science Banjarmasin tidak terlihat
Research, volume 6 adanya tanda
2nd Sari Mulia ekstravasasi.
International Conference
on Health and Sciences
(SMICHS 2017)
5 Phlebitis: treatment, care Mengetahui Research pada Studi Mengobservasi Kompres nacl
and prevention/Ray penyebab dan pasien- pasien yang kepustakaan dan kejadian phlebitis 0,9% efektif
Higginson/Nursing Times; cara mencegah mengalami pengumpulan dan dalam
vol 107: 36, 18-21 serta phlebitis dirumah informasi mengumpulkan menurunkan
menangani sakit berdasarkan jurnal-jurnal untuk derajat phlebitis.
phlebitis jurnal-jurnal lain. mendapat kan cara
mengatasi dan
mencegah
phlebitis.
Pada jurnal pertama hasil penelitian didapatkan 91% pasien mengalami phlebitis
derajat sedang sebelum dilakukan kompres dan sebanyak 82% pasien mengalami
perubahan tidak tampak phlebitis setelah dilakukan kompres.Hasil analisa bivariate
menunjukan p value=0,000 < α= 0,05 (H1 diterima) artinya ada pengaruh kompres
normal saline 0,9% terhadap phlebitis.
Jurnal kedua didapatkan hasil penelitian menunjukan P value 0,003 (α < 0,005)
terdapat perbedaan antara kompres Nacl 0,9% dan kompres alcohol 70% terhadap
penurunan intensitas nyeri pasien plehbitis. Hasil di dapatkan kompres Nacl 0,9% lebih
efektif di bandingkan dengan kompres alcohol 70%.
Jurnal ketiga efektivitas kompres normal saline, air hangat, dan alcohol terhadap
derajat phlebitis berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan selisih derajat phlebitis
di antara ketiga kelompok intervensi sebelum dan sesudah di berikan kompres normal
saline, air hangat, dan alcohol. Normal saline memiliki efekivitas yang lebih
dibandingkan dengan kompres yang lainnya. Hal ini membuktikan bahwa dia antara
ketiga jenis kompres nacl efektivitas dalam menurunkan derajat phlebitis.
Jurnal keempat didapatkan hasil penelitian ini menunjukkan kompres Nacl untuk
mencegah extavasasi sangat baik, 100% pasien yang diberikan kompres Nacl tidak
terlihat adanya tanda ekstravasasi.
Jurnal kelima didapatkan hasil kompres nacl 0,9% efektif dalam menurunkan
derajat phlebitis.

B. Pembahasan
Berdasarkan analisis sitematik review, didapatkan 5 jurnal yang menyatakan
bahwa penggunaan kompres nacl 0,9 % lebih efektif dibandingkan dengan kompres
alkohol dalam menurunkan gejala nyeri dan derajat phlebitis. Kelima jurnal dipilih
berdasarkan pertanyaan klinis yang dibuat berdasarkan kriteria PICO yang telah
dirumuskan. Desain penerapan hasil penelitian yang digunakan literature review,
merupakan bentuk rangkuman dan hasil sintesis dari berbagai penelitian ilmiah yang
telah di publikasikan dan menunjukan hasil yang efektif terhadap derajat phlebitis.
Pada penelitian pada jurnal pertama data statistik yang didapat dari Yayasan
Kesehatan, phlebitis menempati peringkat pertama infeksi nosokomial di Indonesia yaitu
sebanyak ±2,8% kejadian phlebitis di Rumah Sakit Umum dan sebanyak ±1,5% di
Rumah Sakit Khusus atau Swasta pada tahun 2006 (DepKes RI, 2007).Jumlah sampel
didapatkan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 44 orang, dalam penelitian
ini kriteria inklusi adalah pasien umur 15-65 tahun, pasien yang terpasang infus 1-3 hari,
pasien yang mengalami phlebitis derajat 1-4, sedangkan kriteria eksklusiadalah pasien
yang mengalami gangguan integritas kulit pasien yang sudah mendapat terapi
farmakologi untuk phlebitis.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan pada jurnal pertama didapatkan
hasil 40 responden yang mengalami phlebitis sedang sebelum dilakukan kompres normal
salin 0,9%, setelah dilakukan kompres normal salin 0,9% didapatkan 32 responden
diantaranya mengalami perubahan menjadi tidak tampak phlebitis. Sisanya 8 responden
mengalami penurunan menjadi phlebitis ringan. Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji
hipotesis Wilcoxon dengan α = 0,05 dan didapatkan hasil 0,000 < α = 0,05. Hasil
Asymp.Sig (2-tailed) menunjukkan bahwa H1 diterima, yaitu ada pengaruh kompres
normal salin 0,9% terhadap phlebitis di ruang rawat inap Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang.didapatkan kesimpulan yaitu ada pengaruh kompres normal salin 0,9%
terhadap phlebitis di ruang rawat inap Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.
Suasana luka dengan osmolaritas yang tinggi juga dipertimbangkan sebagai salah satu
faktor yang mempercepat penyembuhan luka. Normal salin 0,9% sebagai bahan kompres
luka merupakan salah satu bahan yang bersifat osmolaritas tinggi (Ayodeji et al,
2010).Hal ini sejalan dengan penelitian Bashir dan Afzal (2015) yang menunjukkan
bahwa normal salin 0,9% memiliki respon anti inflamasi sehingga dapat menurunkan
gejala nyeri dan eritema yang timbul pada luka, serta meningkatkan aliran darah menuju
area luka, sehingga mempercepat proses penyembuhan luka. Selain dapat menurunkan
derajat phlebitis, pemberian kompres normal salin tidak menimbulkan efek samping
apapun pada pasien yang mengalami infeksi.Hal ini sejalan dengan penelitian Nurjanah
(2011) diperoleh nilai p value= 0,000 artinya terdapat pengaruh kompres normal salin
terhadap penurunan derajat phlebitis. Pemberian kompres normal salin pada pasien yang
mengalami phlebitis bertujuan untuk mengurangi gejala eritema, nyeri, dan edema pada
area sekitar phlebitis sehingga dapat membantu menurunkan derajat phlebitis.
Pada penelitian jurnal kedua, subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok intervensi 1 dengan menggunakan NaCl 0,9% dan kelompok intervensi 2
dengan menggunakan alcohol. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen
berupa kassa, Cairan infus NaCl 0,9%, Cairan alkohol 70%, kom kecil, bengkok, baki
dan pengalas, jam, kuisioner dan lembar observasi. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan hasil bahwa bahwa mean rank jenis kompres NaCl 0,9% adalah 22,26.
Sedangkan kompres Alkohol 70% mean rank-nya adalah 12,74. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p value= 0,003, berarti pada alpha 5% terdapat perbedaan yang
signifikan antara intensitas nyeri pada jenis kompres NaCl 0,9% dengan jenis kompres
Alkohol 70%.Pemberian kompres NaCl 0,9% dilakukan tiga kali selama 20 menit. Hasil
ini sesuai dengan hasil penelitian Jayanti et all (2013) dan Nurjanah (2011) yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara penggunaan kompres NaCl 0,9% dan
kompres alkohol 70% dapatmenurunkan nyeri phlebitis.
Dalam penerapan hasil penelitian ini terbukti bahwa kompres NaCl 0,9% dan
kompres alkohol 70% dapat menurunkan intensitas nyeri flebitis. Kompres NaCl 0,9%
terbukti lebih efektif pada responden flebitis mekanik dan kimiawi karena dapat
mengurangi eritema dan edema. Sedangkan kompres alkohol 70% efektif pada flebitis
yang disebabkan oleh bakteri, namun perlu diperhatikan lama pemberian kompres
alkohol 70% karena apabila pemberian terlalu lama dengan frekuensi sering
kemungkinan tekstur kulit menjadi kering dan berpotensi banyaknya akumulasi
mikrorganisme di permukaan kulit.
Menurut kelompok, perlu diperhatikan pemberian kompres alkohol 70% pada
pasien flebitis yang dengan masalah pada perfusi jaringan karena kandungan alkohol
memberikan rangsangan dingin sementara sehingga menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah dan aliran darah menuju area luka flebitis akan terhambat maka pada
pasien flebitis dengan masalah perfusi jaringan sebaiknya diberikan kompres NaCl 0,9%.
Penurunan intensitas nyeri setiap masing-masing responden menunjukkan hasil yang
bervariasi, namun dalam penelitian ini, faktor-faktor confounding yang diteliti
diantaranya: faktor usia, jenis kelamin, dan kebudayaan tersebut tidak mempengaruhi
nyeri flebitis.
Pada penelitian jurnal ketiga, menunjukkan 16 responden mengalami penurunan
derajat flebitis. Hasil uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai p < 0,05 artinya terdapat
pengaruh kompres normal salin terhadap penurunan derajat flebitis. Pemberian kompres
normal salin pada pasien yang mengalami flebitis bertujuan untuk mengurangi gejala
eritema, nyeri, dan edema pada area di sekitar flebitis sehingga dapatmembantu
menurunkan derajat flebitis dan memberikan kenyamanan pada pasien yangmengalami
flebitis. Hal tersebut didukung oleh penelitian Bashir dan Afzal (2015) yangmenunjukkan
bahwa pemberian kompres normal salin pada luka dapat menurunkan gejalaedema karena
cairan normal salin dapat menarik cairan dari luka melalui proses osmosis, halini terbukti
karena tingkat osmolaritas pada kassa yang digunakan untuk kompres luka
berubahmenjadi hiperosmolar. Selain itu dalam penelitian tersebut juga diketahui bahwa
normal salinmemiliki respon anti inflamasi sehingga dapat menurunkan gejala nyeri dan
eritema yang timbulpada luka, serta meningkatkan aliran darah menuju area luka,
sehingga mempercepat prosespenyembuhan luka.
Dalam penelitian diketahui bahwa selisih penurunan derajat flebitis pada
kelompok normal salin sebesar 2 angka, sedangkan selisih penurunan derajat flebitis pada
kelompok airhangat sebesar 1-2 angka.Selain itu rerata derajat flebitis sesudah diberikan
kompres padakelompok normal salin lebih kecil dibandingkan kelompok air hangat. Hal
ini dapat menjadipertimbangan bahwa meskipun berdasarkan hasil analisis statistik
diperoleh tidak adaperbedaan akan tetapi berdasarkan fakta yang ditemui dilapangan dan
perbedaan penurunanderajat flebitis terutama pada derajat flebitis 3 dan 4. Diketahui
bahwa pemberian kompresnormal salin dapat menurunkan hingga 2 derajat, sedangkan
kompres air hangat hanya dapatmenurunkan 1 derajat pada responden dengan flebitis
derajat 3 dan 4. Maka berdasarkan haltersebut peneliti memiliki asumsi bahwa kompres
normal salin lebih efektif dalam menurunkanderajat flebitis terutama pada responden
yang mengalami flebitis derajat 3 dan 4.Penelitian ini mendukung hasil penelitian Salami,
Imosemi, dan Owaoye (2014) yangmenunjukkan luka yang dikompres dengan normal
salin dan air mengalami granulasi jaringanyang lebih baik dan sembuh dengan normal.
Pada jurnal keempat hasil penelitian yang didapatkan di ruang edelweiss rumah
sakit umum banjarmasin Ulin, para peneliti mengamati 46 responden dengan tanda-tanda
yang akan terjadi ekstravasasi ( <24 jam) seperti nyeri, kemerahan, bengkak, eritema,
indurasi. Dari 46 responden yang telah diberikan kompres Nacl selama 6 jam dapat
dilihat tidak ada tanda dan gejala ekstravasasi pada pasien yang menjalani kemoterapi,
dan dari 46 responden juga yang diberikan kompres NaCl tidak ada kejadian ekstravasasi
pada saat pemberian obat kemoterapi baik yg menyebabkan bengkak atau iritan.Menurut
pernyataan dari responden yaitu ketika diberikan kompres NaCl oleh perawat ruangan
mengatakan "Rasanya nyaman, sejuk, dingin”. Menurut salah satu dokter Rumah Sakit di
Kanada, NaCl kompres sangat baik dalam pencegahan Ekstravasasi, bahkan perawat juga
mengatakan kompres NaCl sangat baik dan terbukti menurunkan kejadian Ekstravasasi
yang sudah dilakukan sejak tahun 2012. Jadi Peran dalam pemberian kompres NaCl
memiliki fungsi mengatur termoregulasi di bagian-bagian tertentu dan aman untuk
digunakan pada semua pasien sebagai salah satu pencegahan ekstravasasi dan kejadian
plebitis.
Pada penelitian jurnal kelima menyatakan dari beberapa penelitian menunjukkan
bahwa penambahan obat-obatan seperti heparin dan hidrokortison dapat mengurangi
kejadian flebitis (Ikeda et al, 2010); pasien pada terapi steroid intravena memiliki insiden
lebih rendah dari flebitis (Kohno et al, 2010). Namun, ini hanya berlaku untuk pemberian
obat anti neoplastik dan terbatas pada pasien yang menerima kemoterapi kanker, pasien
yang menjalani terapi antibiotik atau kalium memiliki risiko phlebitis lebih tinggi karena
pH yang rendah.
Pengobatan flebitis akan tergantung sampai batas tertentu pada tingkat keparahan
inflamasi. Seorang pasien dengan flebitis dengan skor VIP dari 2 atau lebih akan
membutuhkan infusan/kanula mereka untuk dilepas dan dipindahkan posisinya.
Pengobatan awal untuk segala bentuk flebitis adalah untuk menghentikan infus dan
melepasinfusan (Webster et al, 2010). Kompres Nacl 0,9 % efektif dalam mengurangi
derajat phlebitis, penggunaan kompres Nacl 0,9% untuk kompres pada pasien dapat
mengurangi nyeri dan respon infeksi .
Setelah menelaah kelima penelitian diatas maka kelompok menyimpulkan
penelitian yang tepat dan memiliki efektifitas terhadap penanganan nyeri dan derajat
phlebitis pasa pasien yang mengalami phlebitis yang dapat diterapkan di ruang rawat
Patuha dan disesuaikan manfaat dan procedural intervension adalah penelitian ke empat
yang berjudul “Pengaruh Kompres Normal Saline 0,9% Terhadap phlebitis di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang” penelitian yang dilakukan
oleh Riza Eka, Pertiwi Perwiraningtyas,Swaidatul Masluhiya pada tahun 2017. Dengan
intervensi sebagai berikut:
a. Memberikan edukasi terkait prosedur tindakan yang akan dilakukan berupa manfaat
kompres nacl 0,9% pada pasien yang mengalami phlebitis dalam derajat 1-4.

b. Menilai derjat phlebitis menggunakan penilaian phlebitis berdasarkan skor


VIP( visual infusion phlebitis score)

c. Kemudian dilakukan kompres normal salin 0,9% dan kompres alkohol pada pasien
yang berbeda yang mengalami phlebitis selama 2 hari, untuk setiap harinya
dilakukan kompres 3 kali, dalam 1 kali kompres selama 30 menit.

d. Setelah 2 hari dilakukan intervensi kompres kemudian peneliti melakukan penilaian


derajat phlebitis kembali.

e. Perhatikan adanya keluhan selama intervensi dilakukan.


C. Biaya yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Print dan foto copy: Rp 50.000
2. Penyediaan Nacl 0,9% dan alkohol: Disediakan oleh ruangan Patuha
3. Kassa dan lain-lain: Rp.20.000
Total: Rp. 70.000
BAB IV

APLIKASI EBP

A. Rencana Pelaksanaan
- Mengobservasi fenomena yang ada dilahan praktek
- Mendapatkan fenomena bahwa pasien yang mengalami phlebitis dalam retang waktu
1 minggu terdapat 10 orang.
- Menentukan penelitian yang dapat diaplikasikan dengan keadaan ruangan Patuha
dikaitkan dengan fenomena yang didapat.
- Mencari jurnal pendukung terkait fenomena
- Melakukan penyusunan Literatur riview.
- Melakukan tahapan konsultasi terkait materi kepada dosen coordinator dan
pembimbing lapangan ruang Patuha.
- Melakukan persiapan instrument yang akan digunakan dalam penelitian:
Kassa, Nacl 0,9%, alkohol, lembar observasi (terlampir).
- Melakukan koordinasi dengan perawat diruang Patuha terkait tindakan yang akan
dilakukan.
- Membuat evaluasi

B. Pelaksanaan

Inisial/ usia Tanggal Diagnosa Sampel Derajat Terapi Hasil/ Evaluasi


tindakan medis phlebitis yang
(V.I.P didapat
Score)
Ny. YE/45 17 Februari Dyspepsia Kompres Derajat 3 Infus Hasil observasi
tahun 2020 dengan Ringer didapatkan klien
nacl 0,9 % laktat, mengatakan pada
Ondasent kompres pertama
ron injek nyeri berkurang dan
terasa dingin,
bengkak masih
ada .Bengkak dan
eritema mulai hilang
pada kompres ke 4
pada hari ke dua
Ny. YA/50 17 Februari Susp. Kompres Derajat 3 Ringerlak Hasil observasi
tahun 2020 Abses dengan tak , didapatkan, klien
hepar alkohol omeprazo mengatakan saat
le dikompres terasa
dingin dan nyeri
berkurang, bengkak
dan eritema hilang
pada kompres ke 6
hari kedua
Nn.S/21 20 februari GERD+Br Kompres Derajat 1 Ringer Hasil didapatkan
tahun 2020 oncitis alkohol laktat, pada kompres
ondansen pertama klien
tron mengatkan lokasi
yang dikompres
dingin dan nyeri
berkurang bengak
hilang pada kompres
ke 3
Ny. E/51 20 februari Cystitis Kompres Derajat 1 Ringerlak Hasil didapatkan
tahun 2020 nacl 0,9% tat, pada kompres
omeprazo pertama klien
le, mengatakan nyeri
ondansen berkurang dan terasa
tron dingin. Bengkak
hilang pada kompres
ke 2

Setelah dilakukan perbandingan pada tanggal 17 Februari 2010 yang diberi dua
macam kompres nacl 0,9% dengan kompres alkohol yang diobservasi selama 2 hari
setelah diberikan selama 30 menit dan kompres dilakukan sebanyak 3 kali hasil yang
didapatkan pada pasien 1 dengan derajat phlebitis 3 yang dikompres dengan nacl 0,9%
mengatakan nyeri berikurang dari skala 5 ke 1 , eritema dan bengkak berkurang dari
derajat 3 menjadi erajat 1. Sedangkan pada pasien 2 dengan derajat phlebitis 3 yang
diberikan kompres alkohol dengan waktu yang sama menunjukan penurunan skala nyeri
dari skala 5 ke 3 dan bengkak masih tampak selama observasi. Kompres pada pasien
dilakukan pada metacarpal.
Kompres juga dilakukan pada tanggal 20 februari pada pasien Nn. S yang
diberikan kompres alkohol dan Ny. E diberikan kompres nacl 0,9 % , kedua pasien juga
sama-sama mengalami phlebitis derajat 1 dan lokasi Nn.N pada metacarpal dan Ny. E
pada lokasi vena radialis pergelangan tangan. Hasil yang didapatkan pada Nn. S yang
diberikan kompres alkohol dimana kompres pertama klien mengatakan lokasi yang
dikompres dingin dan nyeri berkurang bengak hilang pada kompres ke 3. Pada Ny. E
Hasil didapatkan pada kompres pertama klien mengatakan nyeri berkurang dan terasa
dingin. Bengkak hilang pada kompres ke 2.
Pada eksperimen yang dilakukan umur pasien yang mengalami phlebitis
dikategorikan 40 tahun ke atas dan terdapat 1 pasien yang berusia 20 tahun. Menurut
penelitian Riza (2017) Usia mempengaruhi kondisi vena seseorang. Pada usia lanjut
memiliki vena yang bersifat rapuh, tidak elastis, dan mudah hilang (kolap) yang akan
mempengaruhi kejadian phlebitis. Pada lanjut usia mengalami kekakuan pembuluh darah
yang menyebabkan semakin sulit infus untuk dipasang dan kondisi pembuluh darah juga
sudah tidak dalam kondisi baik (Dougherty, 2010). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Agustini dkk (2013) sebanyak 53,3% karakteristik responden berusia lanjut, dengan
pengaruh bermakna yakni p value= 0,000 memiliki fungsi imunitas tubuh yang menurun
dan terjadinya perubahan vena.
Identifikasi responden berdasarkan diagnosa medis pada percobaan yang
dilakukan bahwa 3 dari kempat pasien mengalami penyakit yang dialami karena infeksi
hal ini didukung oleh penelitian Riza (2017) dimana data sebanyak 52% responden
mengalami diagnosa medis golongan infeksi. Pasien yang terdiagnosa medis infeksi akan
beresiko mengalami phlebitis, karena prinsip dari pemasangan infus ialah memasukkan
benda asing ke dalam tubuh, apabila pasien tersebut sudah mengalami infeksi maka akan
beresiko tinggi mengalami phlebitis.
Identifikasi responden berdasarkan lokasi infus pada percobaan dimana 3 dari 4
pasien mengalami phlebitis pada lokasi infus di metacarpal, hal ini sejalan dalam
penelitian Riza (2017) dimana data sebanyak 45% responden yang mengalami phlebitis
terpasang infus pada lokasi metacarpal. Pemasangan infus pada lokasi tersebut
cenderungmengalami phlebitis sebab jalur masuknya terapi intravena sering terhalang
pergerakan dari pergelangan tangan. Sehingga tidak selalu terapi yang melalui intravena
tersebut terbendung yang bisa mengakibatkan bengkak hingga kemerahan.Pada penelitian
Pujasari dalam Wayunah (2011) menemukan bahwa kejadian phlebitis banyak terjadi di
vena metacarpal atau area punggung tangan dibanding pergelangan tangan.
Pada pasien yang mengalami phlebitis yang dilakukan percobaan di ruang Patuha,
semua klien mendapatkan terapi cairan ringer laktat yang berisifat isotonik hal ini sejalan
dengan penelitian Riza 2017 bahwa pasien yang mengalami phlebitis karena pemberian
cairan yang bersifat isotonik yaitu sebesar 66%. Cairan isotonik akan menjadi lebih
hiperosmoler apabila ditambah dengan obat, elektrolit maupun nutrisi. Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian Rizky (2016) tentang analisis faktor yang berhubungan dengan
kejadian phlebitis pada pasien yang terpasang kateter intravena di ruang bedah Rumah
Sakit Ar. Bunda Prabumulih yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara cairan
dengan kejadian phlebitis, didapatkan dari data penelitian yang menunjukkan pengaruh
bermakna p-value=0,000. Pendapat itu juga didukung oleh penelitian Asrin dkk (2006)
tentang analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian phlebitis di RSUD
Purbalingga, yang menyatakanbahwa cairan intravena yang diberikan merupakan salah
satu penyebab terjadinya phlebitis. Penelitian ini terbukti secara signifikan dengan angka
signifikan p-value=0,01 pada cairan intravena hipertonik. Hal ini terjadi akibat cairan
tersebut masuk sel endothelial sehingga terjadi ruptur. Cairan hipertonik meningkatkan
kejadian Plebitis (Uslusoy dan Mete, 2010).
Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa phlebitis dapat disebabkan karena
umur, lokasi pemasangan, diagnosa yang dialami pasien, jenis terapi yang diberikan dan
teknik antiseptic saat melakukan pemasangan infus.
Penulis juga menyimpulkan bahwa kompres yang efektif dalam penanganan
phlebitis adalah kompres nacl 0,9 %. Normal salin 0,9% sebagai bahan kompres
merupakan salah satu bahan yang bersifat osmolaritas tinggi (Ayodeji et al, 2010). Hal ini
sejalan dengan penelitian Bashir dan Afzal (2015) yang menunjukkan bahwa normal
salin 0,9% memiliki respon anti inflamasi sehingga dapat menurunkan gejala nyeri dan
eritema yang timbul pada luka, serta meningkatkan aliran darah menuju area luka,
sehingga mempercepat proses penyembuhan luka. Selain dapat menurunkan derajat
phlebitis, pemberian kompres normal salin tidak menimbulkan efek samping apapun pada
pasien yang mengalami infeksi.

Kemudia setelah penulis membuat kesimpulan dan membuat persiapan untuk


mempresentasikan literature riview. Literature riview dilakukan pada tanggal 27 Februari
2020 dengan judul “PERBANDINGANKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN KOMPRES
NACL 0,9% DENGAN KOMPRES ALCOHOL UNTUK MENGURANGI NYERI
DAN DERAJAT PHLEBITIS DI RUANG PATUHA RUMAH SAKIT DUSTIRA”

C. Hasil dan Evaluasi

Penelitian yang dilakukan memiliki banyak kekurangan dan keteratasan dilihat


dari rentang waktu pelaksanaan penelitian yang dilakukan terhitung terlalu singkat
sehingga penelitian kurang mendapatkan sampel. Hasil yang didapatkan dari penelitian
dapaat disimpulkan bahwa setelah dilakukan intervensi dan dilakukan pemeriksaan antara
kompres nacl 0,9% dan kompres alcohol pada pasien yang mengalami phlebitis, kompres
Nacl 0,9% yang lebih efektif hasilnya terhadap penurunan intensitas nyeri dan derajat
phlebitis yang juga didukung oleh 5 jurnal penelitian yang didapat.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Intervensi keperawatan pada pasien phlebitis dapat dilakukakan dengan kompres.
Literature review ini menunjukkan bukti bahwa dari segi statistik pada jurnal-jurnal
efektivitas penggunaan kompres nacl 0,9 % dibandingkan dengan kompres alkohol
terhadap hasil yang signifikan dimana dari kelima jurnal yang telah ditelaah tersebut
menunjukkan kompres menggunakan nacl 0,9 % lebih efektif dibandingkan dengan
kompres alkohol untuk mengurangi intensitas nyeri dan derajat phlebitis.
Pemberian kompres NaCl 0,9% pada luka dapat menurunkan gejala edema karena
cairan normal salin dapat menarik cairan dari luka melalui proses osmosis. Selain itu
NaCl 0,9% memiliki respon anti inflamasi sehingga dapat menurunkan gejala nyeri dan
eritema yang timbul pada phlebitis, serta meningkatkan aliran darah , sehingga
mempercepat proses penyembuhan phlebitis.

B. Saran
a. Bagi Literature Riview selanjutnya untuk dapat menggunakan evidence base practice
ini dilakukan dalam waktu minimal 1 bulan agar dapat memperoleh jumlah sampel
yang sesuai dengan inklusi, sehingga dapat mengurangi Bias pada penelitian yang
dilakukan.
b. Bagi Rumah Sakit dapat menjadi bahan pertimbangan khususnya di ruang rawat
Patuha untuk menerapkan penggunaan kompres Nacl 0,9% pada pasien yang
mengalami Phlebitis yang digunakan sebagai standar pencegahanbloodstream
infection (BSI) yang berdampak terhadap pengurangan angka HAIs.

DAFTAR PUSTAKA

Ayodeji A, Innocent I, Olatunde O. 2010. A Comparation Of The Effect Of Chlorhexidine, Tap


Water and Normal Salin on Wound Healing, Int J Morphol; 24.p.673-676.

Bashir, M.M., & Afzal, S. (2015). Comparison of normal saline and honey dressing in wound
preparation for skin grafting. Annals Journal, 2(6), 120-123. February 11, 2011.
CINHL(Ebsco Host) database
Dini,Istiqamah, Subhannur. (2017). Granting Nacl Compress to Extravasation Prevention in
Chemotrapy Patients at Ulin Hospital Banjarmasin. Advance in health Sciences Research,
Volume 6.

Evangeline, H. 2015. Perbedaan Kompres NaCl0,9% dengan kompres alcohol 70% terhadap
penurnan intensitas nyeri pada pasien plebitis. Jurnal kepersawatan.

Salami, A.A., Imosemi, I.O., & Owaoye, O. A comparison of the effect of chlorhexidine, tap
water, and normal saline on healing wounds O. (2014).. International
JournalMorphology, 24(4), 673-676. December 24, 2010. CINHL (Ebsco Host) database

Suryana, R. 2015. Pencegahan Infeksi Aliran Darah Primer. Jurnal Keperawatan

Trianiza. 2013. Faktor-faktor Penyebab Kejadian Plebitis Di Ruang Rawat Inap RSUD
Cengkareng. http://jurnal .umsb.ac.id/wpcontentuoploads/2013/jurnals-
trianiza/esaunggul.pdf. Diakses pada tanggal 17 Februari 2020
Uslusoy E, Mete S (2010) Predisposing factors to phlebitis in patients with peripheral
intravenous catheter: a descriptive study. Journal of the American Academy of Nurse
Practitioners; 20: 172-180.

Anda mungkin juga menyukai