Anda di halaman 1dari 11

ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER I

“DIABETES MELLITUS”

Oleh

PUTU TEZA JULIANTARI 1709511031

NELCI ELISABETH BOLLA 1709511034

MADE BAYU PUTRA 1709511036

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, Diabetes Mellitus merupakan masalah kesehatan yang
penting karena penyakit degeneratif ini menyebabkan angka kematian tinggi
pada penduduk Indonesia. Kejadian diabetes mellitus juga dapat terjadi pada
hewan. The Center for Disease Control and Prevention (CDCP), menyatakan
bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dokter hewan di Amerika terdapat
sekitar 1 dari 500 anjing dan 1 dari 200 kucing didiagnosis terjangkit diabetes
mellitus (Karunia et al., 2012). Diabetes mellitus pada kucing ataupun anjing
kemungkinan besar disebabkan oleh obesitas yang terjadi pada hewan
peliharaan (German, 2006).
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit berbahaya yang
dapat menyerang anjing dan kucing kesayangan kita. Penyakit ini adalah
penyakit yang disebabkan karena kelainan regulasi hormon dan akan
menyebabkan jumlah gula darah meningkat secara signifikan.
Diabetes merupakan penyakit yang dapat mengganggu metabolisme
glukosa dimana glukosa yang seharusnya menjadi bermanfaat dan merupakan
sumber energi, berubah menjadi musuh dalam tubuh yang mengganggu sistem
kestabilan organ. Diabetes mellitus disebabkan oleh hormon insulin penderita
yang tidak mencukupi atau tidak efektif, sehingga tidak dapat bekerja secara
normal.
1.2 Rumusan Masalah
1.1 Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus?
1.2 Bagaimana patofisiologi dari diabetes mellitus?
1.3 Bagaimana etiologi dari diabetes mellitus?
1.4 Bagaimana gejala klinis dari diabetes mellitus?
1.5 Bagaimana cara diagnosa diabetes mellitus?
1.6 Bagaiamana pengobatan terhadap diabetes mellitus?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari diabetes mellitus
1.3.2 Untuk mengetahui patofisiologi dari diabetes mellitus
1.3.3 Untuk mengetahui etiologi dari diabetes mellitus
1.3.4 Untuk mengetahui gejala klinis dari diabetes mellitus
1.3.5 Untuk mengetahui cara diagnosa diabetes mellitus
1.3.6 Untuk mengetahui pengobatan terhadap diabetes mellitus
1.4 Manfaat Penulisan
1.4. 1 Mahasiswa dapat memahami pengertian dari diabetes mellitus
1.3.7 Mahasiswa dapat memahami patofisiologi dari diabetes mellitus
1.3.8 Mahasiswa dapat memahami etiologi dari diabetes mellitus
1.4. 2 Mahasiswa dapat memahami gejala klinis dari diabetes mellitus
1.4. 3 Mahasiswa dapat memahami cara diagnosa diabetes mellitus
1.4. 4 Mahasiswa dapat memahami pengobatan terhadap diabetes mellitus
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit


Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah akibat dari sistem metabolisme tubuh yang
terganggu, di mana pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai
kebutuhan tubuh. Diabetes mellitus diketahui sebagai penyakit akibat gangguan
pada sistem metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dalam tubuh.
Gangguan metabolisme tersebut disebabkan oleh kurangnya produksi atau
resistensi sel-sel tubuh terhadap insulin. Peranan insulin dalam proses
metabolisme adalah mengubah gula menjadi energi serta sintesis lemak. Keadaan
insulin tubuh yang rendah mengakibatkan terjadinya kelebihan gula dalam darah
yang disebut hiperglikemia (Junaidi, 2009 dalam Makalalag et al., 2013).
Organ yang bertanggung jawab atas regulasi gula dalam tubuh adalah
organ Pankreas. Pankreas menghasilkan dua hormon yakni Glukagon dan
Insulin, dengan fungsi yang berlawanan. Insulin berfungsi untuk meningkatkan
mobilisasi dan penyimpanan gula darah ke jaringan. Glukagon bekerja
sebaliknya, yakni dengan meningkatkan mobilisasi gula ke dalam sirkulasi darah.
Pada kasus Diabetes Mellitus, hormon Insulin yang dihasilkan oleh Pankreas
berkurang, sehingga gula dalam darah tertumpuk dan tidak termobilisasi dengan
baik ke seluruh jaringan tubuh.
Menurut Arif Mansjoer (2005), klasifikasi pada penyakit diabetes
mellitus ada dua antara lain:
a. Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)). Diabetes tipe ini juga
jenis diabetes yang sering disebut DMTI yaitu Diabetes Mellitus Tergantung
Pada Insulin. Pada tipe ini yaitu disebabkan oleh distruksi sel beta pulau
langerhans diakibatkan oleh proses autoimun serta idiopatik.
b. Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes mellitus (NIDDM) atau juga
DMTTI yaitu Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin. Diabetes tipe II ini
disebabkan karena adanya kegagalan relativ sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin merupakan turunnya kemampuan insulin dalam
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer, untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel beta tersebut tidak dapat mengimbangi
resistensi insulin ini seutuhnya, yang dapat diartikan terjadi nya defensiensi
insulin, adanya ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi
insulin terhadap rangsangan glukosa maupun glukosa bersama perangsang
sekresi insulin yang lain, jadi sel beta pancreas tersebut mengalami
desentisisasi terhadap glukosa
2.2 Patofisologi
Diabetes melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat bekerja
secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi kebutuhan atau keduanya.
Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu pertama karena
kerusakan pada sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari luar seperti zat
kimia, virus dan bakteri. Penyebab yang kedua adalah penurunan reseptor
glukosa pada kelenjar pankreas dan yang ketiga karena kerusakan reseptor
insulin di jaringan perifer (Fatimah, 2015). Insulin yang disekresi oleh sel beta
pankreas berfungsi untuk mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar
glukosa darah yang tinggi akan menstimulasi sel beta pankreas untuk
mengsekresi insulin (Hanum, 2013). Sel beta pankreas yang tidak berfungsi
secara optimal sehingga berakibat pada kurangnya sekresi insulin menjadi
penyebab kadar glukosa darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta
pankreas sangat banyak seperti contoh penyakit autoimun dan idiopatik
(NIDDK, 2014).
Gangguan respons metabolik terhadap kerja insulin disebut dengan
resistensi insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pre
reseptor dan post reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari
biasanya untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap normal.
Sensitivitas insulin untuk menurunkan glukosa darah dengan cara menstimulasi
pemakaian glukosa di jaringan otot dan lemak serta menekan produksi glukosa
oleh hati menurun. Penurunan sensitivitas tersebut juga menyebabkan resistensi
insulin sehingga kadar glukosa dalam darah tinggi (Prabawati, 2012).
Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi
yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam
darah masuk ke dalam urin (glukosuria) sehingga terjadi diuresis osmotik yang
ditandai dengan pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria). Banyaknya cairan
yang keluar menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang
melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan
diubah menjadi energi sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat
(polifagia) sebagai kompensasi terhadap kebutuhan energi. Penderita akan
merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap
kebutuhan energi tersebut (Hanum, 2013).

2.3 Etiologi
Diabetes melitus adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuri,
polidipsi, dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau
hiperglikemia. Bila DM tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme
lemak dan protein, dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskuler atau
makrovaskuler meningkat (Tony dan Suharto, 2005).
Dari beberapa penelitian terbukti bahwa diabetes melitus mempunyai
etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi akhirnya dapat mengakibatkan
insufisiensi insulin. Jenis-jenis gangguan yang dianggap sebagai etiologi
diabetes melitus :
3.1.1 Kelainan fungsi atau jumlah sel-sel beta yang bersifat genetik
Determinan genetik dianggap sebagai faktor penting pada
kebanyakan penderita diabetes. Pada pasien-pasien yang menderita
diabetes melitus insulin dependen, determinan genetik ini dinyatakan oleh
peningkatan atau penurunan frekuensi antigen histokompabilitas tertentu
(HLA) dan respon imunitas abnormalyang akan mengakibatkan
pembentukan auto-antibodi sel pulau langerhans. Pada penderita diabetes
melitus insulin dependen, penyakit mempunyai kecenderungan familial
yang kuat. Kelainan yang diturunkan ini dapat langsung mempengaruhi
sel beta dan mengubah kemampuannya untuk mengenali dan
menyebarkan rangsangan sekretoris atau serangkaian langkah kompleks
yang merupakan bagian dari sintesis atau pelepasan insulin. Besar
kemungkinan keadaan ini meningkatkan kerentanan individu yang
terserang penyakit tersebut terhadap kegiatan faktor-faktor lingkungan di
sekitarnya, termasuk virus atau diet tertentu.
3.1.2 Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi dan integritas sel β.
Beberapa faktor lingkungan dapat mengubah integritas dan fungsi
sel beta pada individu yang rentan. Faktor-faktor tersebut ialah:
a. Agen yang dapat menimbulkan infeksi, seperti virus cocksackie B dan
virus penyakit gondok.
b. Diet pemasukan kalori, karbohidrat dan glukosa yang diproses secara
berlebihan.
c. Obesitas
3.1.3 Gangguan sistem imunitas
a. Autoimunitas disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatis dan
akhirnya akan menyebabkan kerusakan sel-sel pankreas insulin.
b. Peningkatan kepekaan terhadap kerusakan sel beta oleh virus.
3.1.4 Kelainan aktivitas insulin
Pengurangan kepekaan terhadap insulin endogen juga dapat
menyebabkan diabetes. Mekanisme ini terjadi pada pasien penderita
kegemukan dan diabetes. Alasan akan gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin mungkin pengurangan jumlah tempat-tempat reseptor
insulin yang terdapat dalam membran sel yang responsif terhadap insulin
atau gangguan glikolisis intrasel (Santoso, 1993).
2.4 Gejala Klinis
Gejala awal dari Diabetes Mellitus biasanya adalah banyak minum dan
jumlah volume urin juga banyak. Biasanya hewan akan banyak makan namun
berat badan akan terus menurun. Pada stadium yang lebih lanjut, biasanya
hewan sudah kehilangan nafsu makan dan akan menjadi lemas. Pada beberapa
kasus, Diabetes Mellitus akan memberikan banyak komplikasi lain, seperti
katarak dan infeksi bakteri pada kulit atau yang disebut dengan Pyoderma.
Berikut merupakan gejala klinis yang sering terjadi pada penderita Diabetes
Mellitus :
2.4.1 Poliuria (Sering Kencing)
Poliuria pada diabetes menunjukkan bahwa tubuh tidak mampu
untuk metabolisme karbohidrat dengan benar. Karbohidrat diubah
menjadi glukosa, yang dikirim ke dalam darah untuk memberi makan
sel-sel. Karena kekurang insulin, sel tubuh tidak dapat menerima
glukosa, sehingga tetap dalam darah, hal tersebut dapat menyebabkan
hiperglikemia. Glukosa yang berlebihan dalam darah terakumulasi di
sana sampai ginjal melihatnya sebagai benda ekskresi untuk disaring
dan dibuang.
2.4.2 Polidipsia (Haus Meningkat)
Polidipsia merupakan tanda atau gejala yang menunjukkan karena
kurangnya insulin yang cukup, tubuh tidak mampu untuk
memetabolisme karbohidrat. Seperti tubuh buang cairan begitu banyak,
akan mengalami dehidrasi. Pertahanan alami adalah untuk
menggantikan cairan dengan penghisapan cairan tubuh berlebihan. Pada
anjing, konsumsi air normal kurang dari 90ml/kgbb/hariberat per hari.
2.4.3 Polifagia (Kelaparan Meningkat)
Polifagia muncul karena pankreas tidak memproduksi insulin (tipe
1 diabetes mellitus) atau tubuh telah menjadi tidak peka terhadap efek
insulin yang diproduksi (diabetes mellitus tipe 2). Dalam kedua kasus
ini, yang terjadi adalah bahwa gula (glukosa) dalam sistem tidak sedang
dibuat tersedia untuk sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi.
Akibatnya, tubuh menjadi kelaparan. Untuk kompensasi, makanan lebih
diperlukan dalam upaya untuk 'memberi makan' sel-sel tubuh, maka
asupan makanan hampir tidak bisa dihindari lagi.
Pada kasus yang berat, Diabetes Mellitus akan disertai dengan
Ketoasidosis. Ketoasidosis yaitu suatu kondisi tubuh yang terlalu asam
yang disebabkan oleh badan keton yang terbentuk karena tingginya
jumlah gula darah. Pada hewan yang mengalami Diabetes Mellitus pada
saat tes darah akan menunjukkan jumlah gula darah puasa akan
meningkat. Sedangkan pada saat tes urin akan menunjukkan adanya
glukosa pada urin atau yang disebut dengan glikosuria. Secara normal,
glukosa tidak dibuang melalui urin, namun dalam kasus Diabetes
Mellitus, jumlah gula darah terlalu tinggi sehingga menyebabkan
glukosa bocor ke urin.

2.5 Diagnosa
Sebelum mendiagnosa hewan yang dicurigai menderita Diabetes Miletus
ada baiknya kita mengetahui kadar glukosa darah normal pada jenis hewan
tersebut. Diagnosa Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan melihat gejala
klinis (haus berlebihan, kelebihan buang air kecil, nafsu makan berlebihan, dan
penurunan berat badan), glukosuria, dan hyperglikemia. Diagnosa dapat dilihat
juga pada kehadiran glukosa yang tinggi pada darah dan pada urin.
Selain itu dapat juga dilakukan dengan melakukan uji toleransi glukosa
melalui Oral Glukosa Test/OGT maupun melalui Intra Vena Glukosa
Test/IVGT. Kedua uji toleransi ini dapat dilakukan dengan melakukan test
glukosa darah dahulu sebagai control, kemudian pasien disarankan untuk puasa
makan terlebih dahulu selama 12-24 jam, setelah itu hewan yang dicurigai
menderita Diabetes Mellitus diberikan konsumsi glukosa ataupun langsung
diinject dengan glukosa. Hewan yang diberi konsumsi glukosa selang waktu 30
menit dilakukan test glukosa darah sampai 2 jam setelah makan. Jika selama 2
jam tidak ada penurunan glukosa darah maka hewan tersebut dipastikan
menderita Diabetes Mellitus.

2.6 Pengobatan
Pengobatan penderita Diabetes Melitus berbeda, tergantung tipe DM yang
diderita pasien. Untuk pengobatan DM tipe III (ringan), dapat dilakukan dengan
mengurangi jumlah konsumsi karbohidrat dan dengan pemberian obat
hipoglikemik. Pengobatan DM tipe I, hanya dapat dilakukan dengan injeksi
insulin melalui sub cutan, dan pengobatannya pun berlangsung terus-menerus,
mengingat fungsi pancreas yang mengalami kelainan. Pengobatan DM tipe II
dapat dilakukan dengan diet dan pola makan yang sehat sesuai dengan aktivitas
hewan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Fitrani, ayu., Suarta, I. N., Widyastuti, Sri Kayati. 2016. Kasus Diabetes Mellitus
Pada Kucing Lokal (CASES OF DIABETES MELLITUS IN LOCAL CATS).
Laboratorium Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Udayana, Jln. PB. Sudirman, Denpasar, Bali

Praveen, P. K., Wakchaure, R., Qadri, K., Ganguly, S. 2015. Diabetes Mellitus in
Dogs and its Associated Complications. Arawali Veterinary College (Affiliated
with Rajasthan University of Veterinary and Animal Sciences, Bikaner), N.H. –
11 Jaipur Road, V.P.O. Bajor, Dist. Sikar, Pin - 332001, Rajasthan, India

Garg, A., Garg, S., Sharma, P., Singh, V. 2016. Animal model used for experimental
study of Diabetes Mellitus. Department of Pharmaceutical Chemistry, Guru
RamdasKhalsa Institute of Science & Technology Pharmacy, Jabalpur, India.

Putra, Andika Hardani. 2015. Diabetes Mellitus pada anjing. Vitapet Animal Clinic.
Jln. Pluit Raya 132 Blok B/C/D/E. Jakarta Utara.

Rizki, Muhammad Hadi. 2014. Diabetes Mellitus pada Anjing. Diakses 28 Oktober
2019. https://id.scribd.com/doc/60070374/Diabetes-Mellitus-Pada-Anjing

Anda mungkin juga menyukai