Anda di halaman 1dari 15

DASAR ORGANISASI DAN MANAJEMEN

KELAS C

TUGAS PERENCANAAN STRATEGIS DAN RENCANA KEGIATAN


TERKAIT COVID-19 DI DKI JAKARTA

Dosen Pengampu : Dewa Ngakan Gde Wahyu Mahatma Putra, S.ST., MARS.

Oleh:

Sukma Pertiwi Widodo Asih


192110101008

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2020
Latar Belakang
Pada bulan Desember 2019, otoritas China mengumumkan kepada
dunia bahwa terdapat virus yang menyerang masyarakat mereka. Tepatnya
pada 31 Desember 2019 Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) virus
Corona tipe baru awalnya ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, China,
secara resmi menamai penyakit Coronavirus Disease dengan nama
(COVID-19). Januari 2020, virus menyebar ke negara- negara lain dengan
cepat dan ditemukan kasus yang bertambah berkali-kali lipat perhari
hingga saat ini (WHO, 2020).

Tidak menutup kemungkinan negara Indonesia akan terdampak


pandemi ini, hingga pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan 2
kasus terkonfirmasi Covid-19. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah
menetapkan Covid-19 sebagai pandemi dan di Indonesia jumlah kasus
yang semula sedikit mengalami peningkatan signifikan, dengan begitu
gerak cepat dari pemerintah sangat diperlukan.

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/ II/


753/ 2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19), dengan turunnya keputusan menteri kesehatan
tersebut diharapkan bisa sebagai acuan dalam tatalaksana Covid-19 saat
ini. Covid-19 telah ditetapkan sebagai penyakit yang berpotensi wabah di
Indonesia, sehingga perlu dilakukan perencanaan yang strategis dalam
penanggulangan dan pengendalian.
DKI Jakarta merupakan kota yang memiliki jumlah kasus paling
tinggi di Indonesia, dan memiliki potensi besar dalam penyebaran secara
luas ke berbagai pelosok negeri ini. Jumlah kasus pada 3 Mei 2020 di DKI
Jakarta mencapai 4.417 pasien positif Covid-19, ini menandakan perlu
dibuat perencanaan yang strategis dan tepat sasaran agar bisa menurunkan
angka kasus, agar masyarakat tidak merasa resah dalam pandemi ini.
A. Rencana Strategis
1. Visi dan Misi
a. Visi : Terwujudnya Pengendalian Bencana dalam Pembatasan Sosial
Berskala Besar DKI Jakarta demi Kesejahteraan, Keberadaban,
Keadilan Masyarakat secara Transparansi dan Terencana
berlandaskan Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi.
b. Misi :
1) Meningkatkan sistem pengendalian pembatasan sosial yang lebih
ketat dan menyeluruh di masa bencana DKI Jakarta.
2) Memberikan perlindungan dan rasa aman pada seluruh
masyarakat.
3) Penegakan sistem dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
untuk kesejahteraan masyarakat.
4) Memberdayakan masyarakat dan mengutamakan keselamatan
dalam pembangunan kesehatan.
2. Pengkajian Lingkungan Eksternal
a. Peluang
Dengan kondisi saat ini yang masih mewabah Covid-19 dan bersifat
pandemi, menimbulkan permasalahan latar belakang antar daerah
yang sama yaitu pengendalian atau mengurangi risiko bencana
seminimal mungkin. Perlu didukung kesadaran dan kepatuhan dari
masyarakat untuk melawan atau menyejahterakan hidupnya untuk
meningkatkan Pola Hidup Sehat dan Bersih (PHBS). Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah suatau cara yang bisa
mengurangi penyebaran virus ini dikarenakan jumlah kasus
meningkat secara signifikan dan untuk kedepannya penerapan PSBB
bisa mengendalikan alur transportasi yang jauh lebih baik.
b. Ancaman
Memantau aktivitas adanya WNI ataupun WNA yang baru datang
dari luar negeri, untuk segera menyiapkan segala kemungkinan
terburuk yang akan terjadi untuk mewaspadai ada tidaknya
masyarakat yang ODP (Orang Dalam Pemantauan).Terdapat
masyarakat yang terdampak akan wabah ini, sehingga perekonomian
dalam suatu keluarga menurun dan meningkatnya pengangguran
akibat banyak pekerja yang diberhentikan paksa oleh perusahan
demi menstabilkan kurva pendapatan di perusahaannya dan itu
berimbas kepada pekerja serta pendapatan kota Jakarta yang
perekonomian juga menurun, banyak aktivitas perusahaan
diberhentikan sementara, sehingga memunculkan kejahatan yang
terjadi. Harus ada pergerakkan roda kehidupan kembali untuk
menstabilkan di bidang perekonomian, budaya, operasional.
3. Pengkajian Lingkungan Internal
a. Kekuatan
Memiliki ruang lingkup yang besar dalam pengendalian bencana,
terdapat banyak rumah sakit sebagai ruukan Covid-19, sikap
masyarakat yang openminded dengan sigap mengantisipasi terserang
virus. Pengendalian dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar
memiliki dampak baik untuk kedepannya bagi DKI Jakarta, dengan
diberlakukan ini jangka panjang akan membuat masyarakat lebih
mengutamakan menggunakan transportasi umum sebagai teman
perjalanan setiap hari ini akan sedikit demi sedikit mengurangi
polusi serta kemacetan yang sudah menjadi kebiasaan pola hidup di
Jakarta. Diharapkan masyatakat bisa melihat pengendalian ini untuk
Jakarta kedepannya.
b. Kelemahan
DKI Jakarta merupakan memiliki roda perekonomian yang besar
bagi masyarakat, dengan adanya wabah mengakibatkan dampak
kemiskinan yang tidak terduga, agar wabah cepat terkendali
diadakan pengendalian Pembatasan Sosial Berskala Besar, namun
kenyataannya pengendalian ini belum sepenuhnya berjalan secara
yang diharapkan.
4. Isu-isu Strategis
1) Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pengendalian yang dipilih
sebagai adanya Kedaruratan Kesehatan sesuai landasan UU No. 6
Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
2) Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam risiko penularan dan
kurangnya pemahaman dalam kesiagapan menangani penularan
wabah yang terjadi.
3) Dengan kurangnya kesadaran akan meningkatkan jumlah kasus dan
dikhawatirkan kapasitas dan kesiagapan tenga medis masih kurang.
4) Tingkat penyebaran atau kontaminasi Covid-19 yang sangat tinggi
dan mudah menjangkit.
5. Strategi Pengembangan
1. Tujuan
a) Peningkatan kesadaran masyararakat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan pengendalian maupun pencegahan bencana.
b) Peningkatan tata kelola pemerintah yang lebih baik dengan
penerapan PSBB kedepannya.
c) Peningkatan kesiagapan masyarakat dan pengelolaan
kedaruratan dalam menghadapi bencana.
d) Peningkatan cakupan kesehatan bersama yang bermutu selama
atau pasca bencana.
2. Sasaran
a) Memperlambat angka kasus kematian secara terencana baik saat
pra bencana, saat bencana maupun pasca bencana.
b) Meningkatnya sinergisme pusat dalam penerapan PSBB selama
wabah dan bisa terkelola pasca wabah dengan baik dan bersih.
c) Meningkatnya kesiagapan dengan mengutamakan pendekatan
faktor risiko dan meningkatnya pengelolaan kedaruratan dalam
menghadapi bencana.
d) Meningkatnya ketersediaan tenaga medis dan pelayanan
kesehatan yag bermutu selama atau pasca bencana.
3. Sasaran Strategis

No Sasaran Strategis Upaya Strategis


1. Menurunnya angka a) Perluasan akses dan layanan
kematian secara rumah sakit dalam pencegahan
terkelola dengan baik wabah
selama wabah b) Peningkatan keamanan dan
ketertiban dalam pengendalian
bencana
c) Penyediaan posko-posko untuk
melakukan test dalam upaya
mengetahu gejala
d) Peningkatan kompetensi tenaga
medis dan APD (Alat Pelindung
Diri) di rumah sakit
2. Meningkatnya a) Pengembangan kebijakan untuk
sinergisme pusat dalam penguatan ketertiban
penerapan PSBB pemberlakuan PSBB di kota
selama wabah yang memiliki jumlah kasus
kematian tinggi
b) Mendorong sinergisme
peningkatan PSBB sebagai
kebijakan yang harus ditaati
c) Pendampingan atau pemberian
informasi yang transparansi
terhadap pemberlakuan PSBB
sebagai pemecahan
permasalahan bencana
d) Mendorong peningkatan
kegiatan yang inovatif sebagai
pengganti SDM yang sementara
diberhentikan
e) Pembuatan satuan tugas dalam
pengendalian bencana
3. Meningkatnya a) Meningkatkan perlindungan dan
kesiagapan dengan jaminan dalam pemenuhan
mengutamakan kebutuhan masyarakat yang
pendekatan faktor terdampak bencana
risiko dan b) Penguatan tata laksana dalam
meningkatnya pemberlakuan test guna
pengelolaan pengendalian wabah agar tidak
kedaruratan dalam semakin menyebar
menghadapi bencana c) Pemberlakuan pemberian
informasi terkini dengan
mensosialisasikan pencegahan
bencana
4. Meningkatnya a) Pemanfaatan inovasi teknologi
ketersediaan tenaga dalam pelayanan kesehatan yang
medis dan pelayanan tercipta guna membantu SDM
kesehatan yag bermutu tenaga medis
selama atau pasca b) Penyempurnaan ketertiban yang
bencana ada di masyarakat untuk
mendorong memperlambat
angka kasus kematian
c) Perbaikan pelayanan kesehatan
guna mendapatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu selama
atau pasca bencana.

6. Monitoring dan Evaluasi


Penyusunan rencana strategis ini melibatkan masyarakat sebagai sasaran
dan pemerintah (stakeholder) sebagai pembentuk kebijakan dalam
pengawasan dan pelaksanaan yang harus terkelola secara baik.
Monitoring dan evaluasi harus diberlakukan secara berkala dan tertib
guna mengetahui ukuran dan indikator kerja serta pengembangan wabah
Covid-19 di DKI Jakarta. Monitoring dilakukan selama wabah atau
jumlah kasus belum kunjung menurun dengan tujuan memantau sejauh
mana perkembangan wabah dan memantau peningkatan kesiagapan dan
kedaruratan masyarakat dalam menghadapi wabah. Sedangkan, evaluasi
diberlakukan seiring berjalannya moitoring kepada masyarakat guna
mendapatakan hasil sebagai pembanding atau pengukuran capaian
indikator sasaran dengan didapatkan hasil berupa solusi yang bisa
disimpulkan melalui capaian indikastor sasaran.
Perkembangan dari kinerja dapat diukur dengan batasan-batasan
penetapan kerja yang dimana hasilnya berupa analisi dan evaluasi yang
telah tercapai sesuai indikator pencapaian.
7. Elemen Renstra
Elemen renstra ini berkaitan dengan rencana-rencana yang akan
direncanakan secara berketerkaitan setiap urutannya yang diawali dengan
situasi masalah kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat, kebijakan dan
strategi untuk memperlambat wabah, potensi atau sumber daya yang
digunakan, pengevaluasian keadaan.
1) Situasi pandemi Covid-19 yang melanda seluruh penjuru dunia
mengharuskan pemerintah terutama DKI Jakarta melakukan
tindakan pencegahan (preventif), harus ada kebijakan untuk
mengendalikan wabah ini agar tidak semakin meluas atau menambah
angka jumlah kasus. Dengan wabah ini banyak aspirasi masyarakat
untuk segera membuat kebijakan yang strategis untuk
menanggulangi bencana.
2) Kebijakan yang dibuat dalam perencanaan ini lebih menekankan
pada program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena bisa
menekan laju penyebaran ini. Sesuai PERMENKES Nomor 9 Tahun
2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam
Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) bahwa mengingat penyebaran semakin meluas diiringi dengan
jumlah kasus kematian, ini juga mebuat kesejahteraaan masyarakat
menjadi menurun. Tindakan ini meliputi pembatasan kegiatan,
pergerakan orang dan / atau barang tertentu penduduk dalam suatu
wilayah yang diduga terinfeksi Covid-19. Pada prinsipnya
didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman,
efektifitas, dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan
ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan. Dan akan dibentuk satuan
tugas dalam pengendalian Covid-19.
3) Perencanaan kegiatan lebih difokuskan kepada kesadaran
masyarakat untuk melakukan upaya pengendalian Covid-19 dalam
individu dan pemerintah mengupayakan sosialisasi melewatkan
satuan tugas yang telah dibentuk dan tersebar di berbagai titik yang
difokuskan terhadap masyarakat.
4) Dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
B. Pendekatan Perencanaan
Pendekatan perencanaan yang digunakan adalah “Top Down Approach”
yang merupakan dibuat dan dirumuskan oleh pimpinan untuk anggota.
Perencanaan ini menggunakan Top Down Aprroach dikarenakan melihat
kondisi Jakarta saat ini yang masih terkait akan wabah Covid-19 sehingga
memunculkan kebijakan-kebijakan baru sesuai analisis yang telah dianalisa
sesuai kondisi.
C. Langkah-langkah Perencanaan
1. Memahami visi dan misi organisasi
a) Dengan visi “Terwujudnya Pengendalian Bencana dalam
Pembatasan Sosial Berskala Besar DKI Jakarta demi Kesejahteraan,
Keberadaban, Keadilan Masyarakat secara Transparansi dan
Terencana berlandaskan Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi”
diharapkan bisa mengendalikan bencana dengan penerapan PSBB
yang bisa memperlambat jumlah kasus dan mengembalikan keadaan
atau aktivitas masyarakat seperti dulu dengan berbagai inovasi yang
muncul dan pemanfaatan teknologi sebagai pembantu pengendalian
bencana tanpa menutupi jumlah kasus yang telah ada, informasi
harus bersifat transparansi agar masyarakat tumbuh kesadaran dalam
melakukan pencegahan.
b) Misi yang didapati dari perencanaan adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan sistem pengendalian pembatasan sosial yang
lebih ketat dan menyeluruh di masa bencana DKI Jakarta.
2) Memberikan perlindungan dan rasa aman pada seluruh
masyarakat.
3) Penegakan sistem dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
untuk kesejahteraan masyarakat.
4) Penegakan sistem dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Memahami situasi dan kondisi saat ini dan yang akan terjadi
Situasi saat ini didapati Covid-19 sebagai pandemi yang telah menyebar
ke penjuru negara yang di awali dari asalnya yaitu Wuhan, China. Tidak
menutup kemungkinan Indonesia akan terdampak oleh virus ini, dan saat
ini jumlah kasus semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan tindakan
secara preventif untuk mengurangi risiko bencana yang akan tejadi.
Karena gerak tindakan di Indonesia termasuk lambat dalam
pengendalian, ini bisa membuat risiko semakin tinggi. Sedini dan secepat
mungkin harus ada preventif untuk meminimalisir wabah ini. Selain
tindakan preventif tadi, ada tindakan pemberlakuan PSBB yang sudah
membuat laju peneyebaran terbukti melambat didukung kesadaran
masyarakat, ini bisa meminimalisir penyebaran (Permenkes, 2020).
Jangka untuk kedepannya dari penerapan tindakan preventif atau
pemberlakuan PSBB menimbulkan perubahan kehidupan masyarakat
DKI Jakarta. Tindakan preventif membuat perilaku PHBS meningkat
karena terbiasa melakukan dengan kurun waktu yang cukup lama.
Sedangkan, pemberlakuan PSBB bisa menekan laju transportasi
kendaraan nantinya, masyarakat akan lebih nyaman menggunakan
transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi, ini bisa mengurangi
mobilisasi gerak kendaraan di jalan, jalan lebih lenggang dan masyarakat
dispilin akan waktu.
3. Mempertimbangkan faktor pendukung dan penghambat dalam
pencapaian tujuan

Faktor Pendukung Faktor Penghambat


1) Sesuai Surat Edaran Menteri 1) Kesadaran yang kurang di
Kesehatan Nomor HK.02.02/ masyarakat.
II/ 753/ 2020 tentang Pedoman 2) Sektor ekonomi yang semakin
Pencegahan dan Pengendalian menurun diimbangi
Coronavirus Disease (COVID- pengangguran meningkat.
19). 3) Kurang tegas pemberlakuan
2) Peraturan Menteri Kesehatan kebijakan.
Republik Indonesia Nomor 9 4) Korelasi yang kurang.
Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam Rangka
Percepatan Penanganan
Coronavirus Disease 2019
(COVID-19).
3) Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
HK.01. 07/ MENKES/
104/2020 tentang Penetapan
Infeksi Novel Coronavirus
(Infeksi 2019-nCoV) sebagai
Penyakit yang dapat
Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangannya.

4. Penyusunan rencana kegiatan


Pemberlakuan PSBB secara lebih ketat untuk mencegah masyarakat
keluar dari DKI Jakarta dan membawa virus itu ke daerah lain, ini
petugas dari PSBB harus lebih menyeluruh dan nyata untuk menelusuri
daerah yang menjadi dasar kelonggaran kebijakan. Tingkat
pemberlakuan PSBB harus lebih diperkuat tanpa ada kelonggaran
kompensasi sedikitpun. Dan perlu ada pembentukan keanggotaan Satuan
Tugas (satgas) yang dibagi beberapa sektor, yaitu Satgas Kesehatan,
Satgas Area dan Transportasi Publik (PSBB), Satgas Komunikasi Publik,
pemantauan atau operator.
D. Rencana Kegiatan

No Tujuan Kegiatan Sasaran Pelaksanaan Pelaksana


. Kegiatan Kegiatan Kegiatan
1. Penyampaian Mengurangi Setiap ada Pemerintah
informasi secara informasi yang informasi yang dan Pers
transparan dan simpang siur di terbaru akan
akurat masyarakat diinformasikan
2. Memperkuat Masyarakat Setiap hari Pemerintah
pemberlakuan PSBB yang masih untuk berjaga dan Satgas
tidak taat akan sesuai daftar Transportasi
peraturan agenda shift publik
(berkala)
3. Pensosialisasian Masyarakat Setiap 14 hari Masyarakat
masyarakat upaya sesuai aturan dan tenaga
penerapan disiplin isolasi diri medis serta
pengendalian (berkala) relawan
4. Pelatihan satgas Satgas dan Setiap 1 bulan Pemerintah
sesuai sektor yang masyarakat (berkala)
telah terbagi
Menajawab 5W 1H

1) What (apa) ?
Perencanaan strategis ini membahas tentang pembuatan pemberlakuan
PSBB yang lebih ketat dan satuan tugas untuk mengendalikan wabah
Covid-19.
2) When (kapan) ?
Dimulai munculnya wabah Covid-19 di Indonesia secara berkelanjutan
dan perencanaan sebagai indikator pembanding di situasi yang akan datang
apabila terdapat wabah yang hampir serupa.
3) Who (siapa) ?
Output dari Perencanaan strategis ini adalah masyarakat sebagai tokoh
utama dalam penanggulangan wabah Covid-19.
4) Where (dimana) ?
Pemberlakuan dilakukan di DKI Jakarta.
5) Why (mengapa) ?
Dibuatnya renstra ini sebagai bentuk kebijakan pemerintah dalam
menghadapi pandemi Covid-19 terutama masyarakat DKI Jakarta yang
masih banyak pelanggaran terhadap upaya pengendalian.
6) How (bagaimana) ?
Dalam menghadapi wabah Covid-19 renstra ini membuat beberapa
kebijakan yang bisa mengendalikan wabah ini seperti, memperkuat dan
memperpanjang jangka dari PSBB dalam upaya memperlambat atau
menekan penyebaran Covid-19 yang masih terdapat kelonggaran dalam
check point, dan pembuatan satuan tugas (satgas) yang telah terbagi
beberapa sektor, yaitu Satgas Kesehatan, Satgas Area dan Transportasi
Publik (PSBB), Satgas Komunikasi Publik, pemantauan atau operator.
REFERENSI

Permenkes. (2020). Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka


Percepatan Penanganana Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (p. 28).
p. 28. Retrieved from https://covid19.kemkes.go.id/

WHO. (2020). Novel Coronavirus ( 2019-nCoV ). Situation Report-22, (11


February), 10.

https://corona.jakarta.go.id/id

Anda mungkin juga menyukai