Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II
SKRINING HIPROKRATIK

OLEH :

NAMA : INDRI CYINTIA


NIM : 1800021
KELAS : DIII-4A
GRUP : GENAP
JADWAL PRAKTIKUM : RABU ( 08:00 – 11:00 )
DOSEN PEMBIMBING : Novia Sinata, M.Si,Apt
ASISTEN DOSEN : 1. Margareta Febiola Ferdiansyah
2. Yolanda Maharani

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
T.P. 2020/2021
PERCOBAAN V

SKRINING HIPOKRATIK

l. TUJUAN PRAKTIKUM

 Memahami dan terampil melakukan skrining farmakodinamik obat menggunakan teknik


skrining hipokratik.
 Memahami dan mampu menganalisis hasil-hasil skrining farmakologi obat.

ll. TINJAUAN PUSTAKA

Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu obat/bahan yang
belum diketahui sebelumnya baik yang berasal dari bahan alami maupun senyawa sintetis atau
semisintetis. Cara ini didasarkan atas bahwa obat bila berinteraksi dalam materi biologis dalam
tubuh akan menghasilkan efek tertentu tergantung pada dosis yang diberikan. Penapisan
farmakologi pendahuluan dilakukan menurut metode Malon-Robichoud mengenai penapisan
hipokratik yang dimodifikasi. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan
percobaan setelah diberi suatu obat Skrining ini dapat membedakan suatu obat/bahan yang
berguna dan yang tidak berguna dengan cepat dan biaya yang relatif murah. Darinya akan
dihasilkan profil farmakodinamik obat/bahan. Selain itu dapat diketahui efek farmakologi pada
suatu obat yang belum diketahui sebelumnya, sehingga diperoleh perkiraan efek farmakologi
berdasarkan pendekatan data parameter-parameter yang diketahui.

Penelitian ini menggunakan metode penapisan hipokratik yang dipertajam dengan uji-uji
spesifik diantaranya seperti uji viskositas, uji aktivitas motorik, uji perpanjangan waktu tidur, uji
anti konvulsi dan uji efek hipotensi.

Skrining/penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas


farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba
setelah diberi zat uji.(Anonim,1995)
Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui aktivitas farmakologi
suatu zat yang belum diketahui efeknya.Hal ini dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang
timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji. Zat atau obat yang disediakan dalam praktikum ini
antara lain yang memberikan efek depresan SSP, perangsang SSP, simpatomimetik,
parasimpatomimetik, simpatolitik, muscle relaxant, analgesik, vasokonstriktor, dan vasodilator.
Pada percobaan ini akan dilakukan evaluasi dan pengelompokan efek-efek yang timbul pada
hewan uji (tikus) berdasarkan efek yang dapat ditimbulkan oleh zat atau obat tersebut.
( katzung,2012)

Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini ialah mencari persen aktivitas yang
terjadi pada setiap kelompok efek–efek tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan
persen aktivitas yang paling besar.Semakin besar persen aktivitas pada suatu efek maka zat atau
obat uji semakin mempunyai kecenderungan berasal dari kelompok efek tersebut. (Hoan
Tjay,2003)

Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum diketahui
efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis atau tidak sehingga
disebut sebagai penapisan hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini masih merupakan prediksi.
(Gunawan,2007)

1. Parasimpatomimetik

Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan


efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena melepaskan neurohormon
asetilkolin di ujung-ujung neuronnya. Efek-efek yang muncul setelah pemberian kolinergika
adalah:

 Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah
dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll.
 Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,
vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.
 Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan
sekresi dahak diperbesar.
 Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya
tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.
 Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.
 Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
 Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.

2. Simpatomimetik

Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat menimbulkan (sebagian)


efek yang sama dengan stimulasi susunan sipaticus dan melepaskan noradrenalin di ujung-ujung
sarafnya. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:

 Vasokonstriksi otot polos dan menstimulsi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya


antar lain sekresi liur dan keringat.
 Menurunkan peristaltik usus.
 Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.
 Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.

3. Simpatolitik

Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh
aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh simpatomimetika.
(Woodley,1995)

4. Analgetik

Anlagetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

5. Vasodilator

Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan pembuluh darah


secara langsung.

6. Vasokonstriktor
Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator.

7. CNS Activation

Zat-zat yang dapat merangsang SSP. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:

 Konvulsi.
 Meningkatkan laju pernapasan.
 Misal pada tikus, efek yang diitmbulkan antara lain:
 Aktivitas motorik meningkat
 Temperatur rektum naik
 Rasa ingin tahu meningkat

8. CNS Depressant

Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan CNS
activation. Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:

 Aktivitas motorik menurun


 Laju pernapasan menurun
 Hilang refleks pinal
 Paralisa kaki
 Hilang daya cengkeram

9. Muscle Relaxant

Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.

Mencit

Scientific classification

Kingdom: Animalia

Phylum: Chordata

Class: Mammalia
Kingdom: Animalia

Order: Rodentia

Family: Muridae

Subfamily: Murinae

Genus: (Mus

Species: M. musculus

BinomialnameMusmusculusLinnaeus, 1758

III. Alat dan Bahan

Alat : Timbangan hewan


Stopwatch
Alat suntik
Hotplate

Termometer

Pinset

Jaring kawat

Rotating road

Alat-alat gelas lainnya

Bahan :
- Obat / bahan X yang dirahasiakan jenisnya dengan berbagai dosis (3 mg/kgbb, 10
mg/kgbb, 30 mg/kgbb, 100 mg/kgbb, 300 mg/kgbb, 1000 mg/kgbb)

IV. Cara Kerja

1. Timbang hewan, tandai dan tentukan dosis yang akan diberikan.


2. Amati parameter-parameter seperti yang tertera pada tabel 2 dan beri skor 1 atau 0 untuk
respon kualitatif dan 1,2,3 untuk respon kuantitatif.

3. Respon kuantitatif dapat dilihat pada tabel 3.

4. Gunakan alat yang tersedia untuk mendeteksi gejala tertentu, seperti :

Tonus otot melalui kemampuan hewan memegang jaring atau bergelantungan pada alat gelantung.

 Laju pernapasan dihitung persatuan waktu memakai stopwatch.


 Reaksi jepit ekor menggunakan pinset.
 Reaksi plat panas menggunakan hotplate.
 Temperature tubuh menggunakan thermometer.
 Chromodacriorea (air mata berdarah), salvitasi, lakrimasi menggunakan kertas saring.
5. Setelah semua parameter teramati (pada keadaan tak di beri obat = kontrol) injeksi masing-
masing hewan pada dosis yang telah ditentukan.
6. Amati lagi semua parameter diatas pada 5, 10, 15, 30, dan 60 menit setelah penyuntikan obat.
7. Evaluasi hasil saudara dengan cara sebagai berikut :
a. Kumpulkan nilai menurut bobot untuk masing-masing parameter sesuai dengan
dosis.
b. Lakukan hal yang sama untuk semua parameter yang lain.
c. Hitung skor total dengan mengalikan skor dengan faktor bobot untuk masing-masing
parameter pada tiap-tiap dosis dan bandingkan dengan skor maksimum.
d. Kumpulkan nilai parameter- parameter yang relevan untuk aktifitas tertentu,
misalnya untuk aktivitas penekanan sistem saraf pusat (PSSP) seperti pada tabel 4 dan
jumlahkan skor actual. Hitung juga skor maksimum actual.
e. Ranking % respon aktivitas yang didapat menurut dosis dan katagori aktivitas.
f. Bahas hasil yang saudara peroleh dan buatlah beberapa kemungkinan kategori
aktivitas senyawa yang anda uji sebagai kesimpulan.

V. Hasil

NO PARAMETER PENEKAN K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB


SSP
1

1 KELOPAK MATA ↓ 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

2 AKTV. MOTORIK ↓ 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

3 RESPIRASI ↓ 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0

4 RASA INGIN TAHU ↓ 0 3 3 3 3 3 15 1 15 75

5 RFLKS TELINGA HILNG 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

6 REFLEKS BALIK HILANG 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

7 PARALISA KAKI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

8 TMPRATUR REKTUM↓ 0 1 0 0 0 1 2 1 2 10

9 JATUH DR ROTAROAD 0 3 3 3 3 3 15 1 15 75

10 KATALEPSI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

11 TONUS TUBUH ↓ 0 0 0 0 0 0 0 1,5 0 0

12 RX PLAT PANAS ↓ 0 0 0 0 0 3 3 1 3 15

13 RX JEPIT EKOR 0 3 3 3 3 3 15 1 15 75

50 250
NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %
STIMULASI SSP AKTIVITAS
2

1 FASIKULASI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

2 TREMOR 0 3 0 0 0 0 3 1 3 15 11/ 75 x
100% =
3 AKTV. MOTORIK↑ 0 1 0 0 0 0 1 1 1 5
14,6%
4 RESPIRASI↑ 0 1 0 0 0 0 1 2 2 10

5 GERAK BERPUTAR 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

6 EKOR BERGELOMBANG 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

7 AGRESIF 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

8 RASA INGIN TAHU↑ 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

9 TREMOR 0 3 0 0 0 0 3 1 3 15

10 KONVULSI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

11 TMPRATUR REKTUM↑ 0 0 1 1 1 0 3 2 6 30

NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB % AKTIVITAS


VASOKONTRIKSI
3

1 EKOR PUCAT 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 / 0 x 100%


= 0%

NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %


RELAKSASI OTOT AKTIVITAS
4

1 KELOPAK MATA ↓ 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

2 AKTV. MOTORIK↓ 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 48 / 240 x


100% =
3 RESPIRASI↓ 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0
20%
4 RASA INGIN TAHU↓ 0 3 3 3 3 3 15 1 15 75

5 RFLKS TELINGA HLG 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0


NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %
RELAKSASI OTOT AKTIVITAS
4

6 PARALISA KAKI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

7 JATUH DR ROTAROAD 0 3 3 3 3 3 15 1 15 75

8 TONUS TUBUH↓ 0 0 0 0 0 0 0 1, 0 0
5

9 RX PLAT PANAS 0 0 0 0 0 3 3 1 3 15

10 RX JEPIT EKOR 0 3 3 3 3 3 15 1 15 75

11 MENGGELIAT 0 0 0 0 0 0 0 0, 0 0
5

48 240

NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %


SIMPATOMIMETIK AKTIVITAS
5

1 BULU BERDIRI 0 0 0 0 0 0 0 0,5 0 0

2 KONVULSI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 / 30 x
100% =
3 TMPRATUR REKTUM↑ 0 0 1 1 1 0 3 2 6 30
10%

3 30

NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %


ANALGETIK AKTIVITAS
6

1 EKOR BERDIRI 0 0 0 0 0 0 0 0,5 0 0

2 GERAK BERPUTAR 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 18 / 90 x
100% =
3 RX PLAT PANAS↓ 0 0 0 0 0 3 3 1 3 15
20%
4 RX JEPIT EKOR↓ 0 3 3 3 3 3 15 1 15 75

5 EKOR NAIK 0 0 0 0 0 0 0 0,5 0 0


NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %
ANALGETIK AKTIVITAS
6

18 90

NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %


PRASIMPATOMIMETIK AKTIVITAS
7

1 BULU BERDIRI 0 0 0 0 0 0 0 0,5 0 0

2 FASIKULASI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 11 / 100 x
100% =
3 SALIVASI 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0
11%
4 KONVULSI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

5 URINASI 0 3 3 0 0 3 9 2 18 90

6 TMPRATUR REKTUM↓ 0 1 0 0 0 1 2 1 2 10

20 100

NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %


VASODILATASI AKTIVITAS
8

1 EKOR MERAH 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0/0x


100% =
2 TELINGA MERAH 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0%

0 0

NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %


SIMPATOLITIK AKTIVITAS
9

1 KELOPAK MATA↓ 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

2 TMPRATUR REKTUM↓ 0 1 0 0 0 1 2 1 2 10 2 / 10 x
100% =
3 KONVULSI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
20%
NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %
SIMPATOLITIK AKTIVITAS
9

2 10

NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %


KUANTITATIF AKTIVITAS
10

1 EKOR NAIK 0 0 0 0 0 0 0 0,5 0 0

2 BERAT BADAN↑ 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 18 / 75x


100% =
3 BERAT BADAN↓ 0 0 0 0 0 0 0 1,5 0 0
24%
4 SUDUT HILANG DAYA 0 0 0 0 0 0 0 - 0 0
CENGKRAM

5 LAJU PERNAPASAN 0 1 0 0 0 0 1 - 0 0

6 PENINGKATAN SUHU 0 0 1 1 1 0 3 - 0 0

7 ROTAROAD 0 3 3 3 3 3 15 - 15 75

18 75

Perhitungan.

1. Ativitas penekanan system saraf pusat

%aktivitas = 50 / 250 x 100%= 20%

2. Simpatolitik

%aktivitas = 2 / 10 x 100% = 20%

3.Relaksasi otot

%aktivitas = 48 /240 x 100%= 20%

4.Simpatomimetik
%aktivitas = 3/ 30 x100% = 10 %

5.Parasimpatomimetik

%aktivitas = 11/ 10x 100% = 11 %

6.Analgetik

%aktivitas = 18 / 90x 100 %= 20 %

7.Vasodilatasi

%aktivitas = 0 / 0 x100 % = 0 %

8.Vasokontriksi

%aktivitas = 0 / 0 x100 %= 0 %

9.Stymulasi system saraf pusat

%aktivitas = 11 / 75 x100 % = 14,6%

10.Parasimpatolitik

%aktivitas = 0 / 0 x100 % = 0 %

Vl. Pembahasan

Pada pratikum kali ini kami melakukan percobaan tentang skrining


hipokratik.dimana skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis
aktivitas suatu obat atau bahan yang belum diketahui sebelumnya,baik yang
berasal dari alam maupun senyawa sintetis/semisintetis.adapun tujuan dari
percobaan kali ini adalah Memahami dan terampil melakukan skrinning
farmakodinamik obat menggunakan teknik skrinning hipokratik,Memahami dan
mampu menganalisa hasil-hasil skrinning farmakologi obat.

Pada percobaan kali ini digunakan hewan uji mencit dan obat yang digunakan
yaitu Obat / bahan X yang dirahasiakan jenisnya dengan berbagai dosis 3
mg/kgbb, 10 mg/kgbb, 30 mg/kgbb, 100 mg/kgbb, 300 mg/kgbb, 1000 mg/kgbb.
sebelum obat disuntikan dilakukan kontol terlebih dahulu,amati parameter-
parameter seperti tabel diatas.setelah obat disuntikan amati parameter-parameter
seperti yang dilakukan pada kontrol pada menit ke 5’ 10’ 15’ 30’ dan 60’.

Respon yang terjadi yaitu pada saat 5 menit pertama terlihat ekor mencit
berdiri,bulu berdiri,ekor memerah,telinga memerah, aktivitas motorik meningkat,
respirasi meningkat,agresif, rasa ingin tahu meningkat,dan konvulsi. Selanjutnya
pada menit ke 10 dan 15 efek obat lebih banyak terlihat. Efek yang teramati pada
menit tersebut diantaranya ditandai dengan menggeliat dan laju respirasi yang
semakin meningkat. Pada menit ke 30 rasa ingin tahu menurun, , refleks balik
hilang, masih menggeliat, temperature rectum meningkat dan jatuh dari rotaroad.
Pada menit ke-60 efek tremor masih dapat terlihat dan efek lain yang terjadi yaitu
reflex telinga hilang, konvulsi, temperature rectum meningkat dan katalepsi.

Mencit yang diuji cobakan dalam percobaan skrinning hipokratik ini tidak
mengalami peningkatan urinasi, maupun diare.tetapi berat badan mencit
menurun.Mencit tersebut juga tidak mengalami sekresi saliva meningkat sehingga
obat ini bukan golongan parasimpatomimetik.

Pada data pengamatan berdasarkan persentase, efek yang paling besar adalah
Ativitas penekanan system saraf pusat (20%),Simpatolitik (20%), relaksasi otot

(20%), analgetik (20%). Efek-efek lainnya terjadi dengan persentase bervariasi,


antara lain Stymulasi system saraf pusat ( 14,6%), Parasimpatomimetik (11%),
Simpatomimetik (10%).

Berdasarkan parameter-parameter yang diamati pada percobaan, obat yang


disuntikan merupakan golongan analgetik dan relaksasi otot. Hal ini dapat dilihat
dari parameter yang paling besar bila dikalikan dengan faktor bobot yaitu
menggeliat, ekor naik/berdiri, gerak berputar dan paralisa kaki. Efek lain yang
mendukung yang menunjukkan bahwa obat yang diberikan adalah golongan
relaksan otot adalah rasa ingin tahu menurun, reflex telinga hilang, jatuh dari
rotaroad dan tonus tubuh menurun.

Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.Nyeri adalah gejala penyakit
atau kerusakan yang paling sering. Analgetika merupakan senyawa yang dapat
menekan fungsi saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit
tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgesik bekerja dengan meningkatkan nilai
ambang persepsi rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul,
analgetika dibagi menjadi dua golongan yaitu analgetika narkotik dan analgetika
non narkotik . Meskipun sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan
sering memudahkan untuk diagnosis, tetapi pasien merasakannya sebagai hal yang
tidak mengenakkan. Kebanyakan menyiksa dan karena itu berusaha untuk
membebaskan rasa nyeri. Seluruh kulit luar mukosa yang membatasi jaringan dan
juga banyak organ dalam bagian luar tubuh peka terhadap rasa nyeri.

Vll. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu obat atau bahan yang belum
diketahui sebelumnya,baik yang berasal dari alam maupun senyawa sintetis/semisintetis

2. Obat yang digunakan yaitu Obat / bahan X yang dirahasiakan jenisnya dengan berbagai dosis:

 3 mg/kgbb
 10 mg/kgbb
 30 mg/kgbb
 100 mg/kgbb
 300 mg/kgbb dan
 1000 mg/kgbb
3. Parameter yang diamati yaitu beberapa diantara:

 Bulu berdiri
 Tremor
 Fasikulasi
 Agresif
 Salivasi
 Lakrimasi meningkat,dll
Obat x yang digunakan yaitu obat analgesik

4. Ada 10 kriteria aktivitas,yaitu :

 Aktivitas penekan ssp


 Simpatolitik
 Relaxasi otot
 Simpatominetik
 Parasimpatominetik
 Analgesik
 Vasodilatasi
 Vasokontriksi
 Stimulasi ssp
 Parasimpatolitik
5. Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran

JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa beda skrining buta dan skrining spesifik?

Jawab :
Skrining buta adalah program skrining terhadap senyawa baru yang tidak diketahui
aktivitas farmakologinya. Sedangkan skrining spesifik adalah program skrining yang
dilakukan pada senyawa yang telah dapat diperkirakan khasiatnya.

2. Apa kelebihan metode skrining hipokratik dibandingkan dengan skrining spesifik? Apa
pula kelemahannya?

Jawab :
Kelebihan

 Caranya sederhana dan peralatan yang digunakan relative murah.

 Aktivitas bahan/obat yang diuji dapat diketahui dengan cepat.

Kekurangan

 Dalam pengamatannya sedikit rumit karena waktu pengamatan membutuhkan


waktu yang singkat (5 menit) sedangkan parameter yang diamati banyak.

3. Apakah toksisitas bahan obat dapat diramalkan menggunakan cara skrining ini? Jelaskan.

Jawab :
Bisa. Karena dari skrining hipokratik ini diperoleh seberapa besar aktivitas dari berbagai
kriteria yang diamati. Bila pada skrining hipokratik ini pada dosis yang besar dapat
memberikan efek yang sangat berlebihan, maka bisa dinyatakan berefek toksik.

4. Jelaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk suatu obat baru agar dapat
digunakan secara klinis?

Jawab :
 Tahap seleksi. Proses pemilihan jenis-jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai dengan
prioritas, yang meliputi : Jenis obat tradisional yang diharapkan bermanfaat untuk
penyakit-penyakit utama. Jenis obat tradisional yang diperkirakan akan ystem khasiat dan
manfaat berdasarkan pengalaman pemakaian empiris sebelumnya. Jenis obat tradisional
yang diperkirakan dapat menjadi ystemive pengobatan untuk penyakit-penyakit yang
belum ada atau belum jelas pengobatannya.
 Tahap Penyaringan Biologi (Biological Screening). Tahap ini bertujuan untuk
menyaring : Adanya tindak efek farmakologi calon obat yang mengarah kekhasiatan
terapetik. Pengujian dilakukan dengan model penyakit dan dibuat pada hewan percobaan.
Penyaring efek keracunan (toksisitas) akut, yaitu ada tidaknya efek akut pada hewan uji
sesudah pengujian dosis tunggal, spektrum toksisitasnya jika ada, dan sistem organ vital
mana yang paling peka terhadap efek racun tersebut.
o Tahap Penelitian Faramakodinamik. Tahap ini bertujuan untuk melihat
pengaruh calon obat terhadap masing-masing ystem organ tubuh. Penelitian ini
dikerjakan pada hewan uji secara invitro (organ terpisah ) maaupun in vivo
(keseluruhan ystem tubuh). Penelitian ini tidak disyaratkan mutlak, hanya jika
diperlukan saja untuk mengetahui mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon
obat dan dapat dilakukan kemudian.
o Tahap Toksisitas. Lebih Lanjut Pengujian ini untuk mengetahui efek toksit pada
hewan setelah pemberian berulang (toksisitas sub akut dan kronik). Dalam tahap
ini juga dikerjakan beberapa uji toksisitas khusus jika diperlukan yaitu
teratogenitas, karsinogenesis atau tolisistas terhadap fungsi reproduksi dan
fertilitas.
o Tahap Pengembangan Sediaan (Formulasi). Dalam tahap ini dikembangan
bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu, keamanan dan estetika untuk
pemakaian pada manusia.
o Tahap Pengujian Klinik pada Manusia. Pengujian klinik pada manusia baru
dapat dilakukan jika syarat keamanan diperoleh dari pengujian toksisitas pada
hewan serta syarat mutu sediaan memungkinkan untuk pemakaian pada manusia.
Pengujian klinik calon obat pada manusia terbagi dalam beberapa fase yaitu :

 Fase I : Dilakukan pada sukarela sehat untuk melihat efek farmakologi, sifat
farmakokinetik, serta hubungan dosis dan efek obat.
 Fase II : Dilakukan pada kelompok pasien secara terbatas untuk melihat
kemungkinan penyembuhan dan pencegahan penyakit. Fase ini rancangan
penelitian masih dilakukan tanpa kelompok pembanding (ystem), sehingga
belum ada kepastian bukti manfaat terapetik.
 Fase III : Dilakukan pada pasien dengan rancangan uji klinik yan gmemadai,
memakai ystem sehingga didapat kepastian ada tidaknya manfaat terapetik.
 Fase IV : Pemantauan pasca pemasaran untuk melihat kemungkinan terjadinya
efek samping yang tidak terkendali pada waktu pengujian pra klinik atauklinik
fase 1 , 2 , 3. Proses pengujian di atas memakan waktu (sekitar 3- 4tahun) dan
memerlukan banyak biaya, ystem, serta keahlian, maka untuk pengujian calon
obat dimungkinkan apabila uji toksikologi (akut atau kronik) telah dinyatakan
aman pada manusia., langsung dilakukan uji klinik. Hal ini dengan pengertian
bahwa yang diperlukan adalah bukti kemanfaatan untuk bahan-bahan yang
memang sudah dipakai secara empiris.

Fase-fase dalam Uji Klinik : Suatu uji klinik sebenarnya bertujuan


mengkuantifikasikan tingkat manfaat dan risiko suatu obat baru. Setiap zat yang
aktif untuk terapi pasti mengandung sejumlah risiko akibat aktivitasnya dalam
mempengaruhi fungsi-fungsi tubuh. Dalam perkembangan penelitian klinik, mula-
mula kita praktis tidak mengetahui sama sekali seluk beluk suatu obat. Maka tujuan
penelitian adalah memperoleh pengetahuan lengkap tentang obat itu, kalau
mungkin. Dan ini memakan waktu yang lama sekali. Dalam percobaan pre-klinik
belum dipakai subyek manusia. Pengaruh-pengaruh suatu obat-baru diselidiki pada
hewan percobaan. Begitu obat mulai dicoba pada manusia, dimulailah suatu uji
klinik.

5. Jelaskan hubungan parameter-parameter yang diamati dengan jenis aktivitas-aktivitas


yang ditentukan.

Jawab :
 Piloerection atau bulu mencit berdiri menunjukkan adanya kompensasi
temperatur yang rendah atau aktivitas simpatomimetik.

 Skin colour atau warna kulit khususnya daun telinga, bila berubah dari
merah muda menjadi merah maka menunjukkan adanya vasodilatasi
akibat pengaruh simpatolitik. Warna putih menunjukkan vasikontriksi
karena pengaruh simpatomimetik.

 Heart rate yaitu detak jantung dapat dipercepat oleh aktivitas


parasimpatomimetik dan dapat diperlambat oleh depresan pernafasan dan
SSP, khususnya pada dosis tinggi.

 Ukuran pupil dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberi obat.


Pelebaran pupil menandakan bahwa hewan terpengaruh obat para
simpatolitik atau simpatomimetik.

Vlll. DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 1995. Farmakologi dan Terapi ed. 4. Jakarta : Bagian Farmakologi


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Katzung, 2012. Farmakolodi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC. Jakarta

Gunawan, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. FKUI. Jakarta

Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia

Woodley, Michele. 1995. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai