FARMAKOLOGI II
SKRINING HIPROKRATIK
OLEH :
SKRINING HIPOKRATIK
l. TUJUAN PRAKTIKUM
Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu obat/bahan yang
belum diketahui sebelumnya baik yang berasal dari bahan alami maupun senyawa sintetis atau
semisintetis. Cara ini didasarkan atas bahwa obat bila berinteraksi dalam materi biologis dalam
tubuh akan menghasilkan efek tertentu tergantung pada dosis yang diberikan. Penapisan
farmakologi pendahuluan dilakukan menurut metode Malon-Robichoud mengenai penapisan
hipokratik yang dimodifikasi. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan
percobaan setelah diberi suatu obat Skrining ini dapat membedakan suatu obat/bahan yang
berguna dan yang tidak berguna dengan cepat dan biaya yang relatif murah. Darinya akan
dihasilkan profil farmakodinamik obat/bahan. Selain itu dapat diketahui efek farmakologi pada
suatu obat yang belum diketahui sebelumnya, sehingga diperoleh perkiraan efek farmakologi
berdasarkan pendekatan data parameter-parameter yang diketahui.
Penelitian ini menggunakan metode penapisan hipokratik yang dipertajam dengan uji-uji
spesifik diantaranya seperti uji viskositas, uji aktivitas motorik, uji perpanjangan waktu tidur, uji
anti konvulsi dan uji efek hipotensi.
Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini ialah mencari persen aktivitas yang
terjadi pada setiap kelompok efek–efek tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan
persen aktivitas yang paling besar.Semakin besar persen aktivitas pada suatu efek maka zat atau
obat uji semakin mempunyai kecenderungan berasal dari kelompok efek tersebut. (Hoan
Tjay,2003)
Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum diketahui
efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis atau tidak sehingga
disebut sebagai penapisan hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini masih merupakan prediksi.
(Gunawan,2007)
1. Parasimpatomimetik
Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah
dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll.
Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,
vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.
Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan
sekresi dahak diperbesar.
Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya
tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.
Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.
Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.
2. Simpatomimetik
3. Simpatolitik
Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh
aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh simpatomimetika.
(Woodley,1995)
4. Analgetik
Anlagetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
5. Vasodilator
6. Vasokonstriktor
Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator.
7. CNS Activation
Konvulsi.
Meningkatkan laju pernapasan.
Misal pada tikus, efek yang diitmbulkan antara lain:
Aktivitas motorik meningkat
Temperatur rektum naik
Rasa ingin tahu meningkat
8. CNS Depressant
Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan CNS
activation. Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:
9. Muscle Relaxant
Mencit
Scientific classification
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Mammalia
Kingdom: Animalia
Order: Rodentia
Family: Muridae
Subfamily: Murinae
Genus: (Mus
Species: M. musculus
BinomialnameMusmusculusLinnaeus, 1758
Termometer
Pinset
Jaring kawat
Rotating road
Bahan :
- Obat / bahan X yang dirahasiakan jenisnya dengan berbagai dosis (3 mg/kgbb, 10
mg/kgbb, 30 mg/kgbb, 100 mg/kgbb, 300 mg/kgbb, 1000 mg/kgbb)
Tonus otot melalui kemampuan hewan memegang jaring atau bergelantungan pada alat gelantung.
V. Hasil
1 KELOPAK MATA ↓ 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
2 AKTV. MOTORIK ↓ 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
3 RESPIRASI ↓ 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0
7 PARALISA KAKI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
8 TMPRATUR REKTUM↓ 0 1 0 0 0 1 2 1 2 10
9 JATUH DR ROTAROAD 0 3 3 3 3 3 15 1 15 75
10 KATALEPSI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
12 RX PLAT PANAS ↓ 0 0 0 0 0 3 3 1 3 15
13 RX JEPIT EKOR 0 3 3 3 3 3 15 1 15 75
50 250
NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %
STIMULASI SSP AKTIVITAS
2
1 FASIKULASI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
2 TREMOR 0 3 0 0 0 0 3 1 3 15 11/ 75 x
100% =
3 AKTV. MOTORIK↑ 0 1 0 0 0 0 1 1 1 5
14,6%
4 RESPIRASI↑ 0 1 0 0 0 0 1 2 2 10
5 GERAK BERPUTAR 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
6 EKOR BERGELOMBANG 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
7 AGRESIF 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
9 TREMOR 0 3 0 0 0 0 3 1 3 15
10 KONVULSI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
11 TMPRATUR REKTUM↑ 0 0 1 1 1 0 3 2 6 30
1 KELOPAK MATA ↓ 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
6 PARALISA KAKI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
7 JATUH DR ROTAROAD 0 3 3 3 3 3 15 1 15 75
8 TONUS TUBUH↓ 0 0 0 0 0 0 0 1, 0 0
5
9 RX PLAT PANAS 0 0 0 0 0 3 3 1 3 15
10 RX JEPIT EKOR 0 3 3 3 3 3 15 1 15 75
11 MENGGELIAT 0 0 0 0 0 0 0 0, 0 0
5
48 240
2 KONVULSI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 / 30 x
100% =
3 TMPRATUR REKTUM↑ 0 0 1 1 1 0 3 2 6 30
10%
3 30
2 GERAK BERPUTAR 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 18 / 90 x
100% =
3 RX PLAT PANAS↓ 0 0 0 0 0 3 3 1 3 15
20%
4 RX JEPIT EKOR↓ 0 3 3 3 3 3 15 1 15 75
18 90
2 FASIKULASI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 11 / 100 x
100% =
3 SALIVASI 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0
11%
4 KONVULSI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
5 URINASI 0 3 3 0 0 3 9 2 18 90
6 TMPRATUR REKTUM↓ 0 1 0 0 0 1 2 1 2 10
20 100
0 0
1 KELOPAK MATA↓ 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
2 TMPRATUR REKTUM↓ 0 1 0 0 0 1 2 1 2 10 2 / 10 x
100% =
3 KONVULSI 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
20%
NO PARAMETER K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ TOTAL FB SBT SMB %
SIMPATOLITIK AKTIVITAS
9
2 10
5 LAJU PERNAPASAN 0 1 0 0 0 0 1 - 0 0
6 PENINGKATAN SUHU 0 0 1 1 1 0 3 - 0 0
7 ROTAROAD 0 3 3 3 3 3 15 - 15 75
18 75
Perhitungan.
2. Simpatolitik
3.Relaksasi otot
4.Simpatomimetik
%aktivitas = 3/ 30 x100% = 10 %
5.Parasimpatomimetik
6.Analgetik
7.Vasodilatasi
%aktivitas = 0 / 0 x100 % = 0 %
8.Vasokontriksi
%aktivitas = 0 / 0 x100 %= 0 %
10.Parasimpatolitik
%aktivitas = 0 / 0 x100 % = 0 %
Vl. Pembahasan
Pada percobaan kali ini digunakan hewan uji mencit dan obat yang digunakan
yaitu Obat / bahan X yang dirahasiakan jenisnya dengan berbagai dosis 3
mg/kgbb, 10 mg/kgbb, 30 mg/kgbb, 100 mg/kgbb, 300 mg/kgbb, 1000 mg/kgbb.
sebelum obat disuntikan dilakukan kontol terlebih dahulu,amati parameter-
parameter seperti tabel diatas.setelah obat disuntikan amati parameter-parameter
seperti yang dilakukan pada kontrol pada menit ke 5’ 10’ 15’ 30’ dan 60’.
Respon yang terjadi yaitu pada saat 5 menit pertama terlihat ekor mencit
berdiri,bulu berdiri,ekor memerah,telinga memerah, aktivitas motorik meningkat,
respirasi meningkat,agresif, rasa ingin tahu meningkat,dan konvulsi. Selanjutnya
pada menit ke 10 dan 15 efek obat lebih banyak terlihat. Efek yang teramati pada
menit tersebut diantaranya ditandai dengan menggeliat dan laju respirasi yang
semakin meningkat. Pada menit ke 30 rasa ingin tahu menurun, , refleks balik
hilang, masih menggeliat, temperature rectum meningkat dan jatuh dari rotaroad.
Pada menit ke-60 efek tremor masih dapat terlihat dan efek lain yang terjadi yaitu
reflex telinga hilang, konvulsi, temperature rectum meningkat dan katalepsi.
Mencit yang diuji cobakan dalam percobaan skrinning hipokratik ini tidak
mengalami peningkatan urinasi, maupun diare.tetapi berat badan mencit
menurun.Mencit tersebut juga tidak mengalami sekresi saliva meningkat sehingga
obat ini bukan golongan parasimpatomimetik.
Pada data pengamatan berdasarkan persentase, efek yang paling besar adalah
Ativitas penekanan system saraf pusat (20%),Simpatolitik (20%), relaksasi otot
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.Nyeri adalah gejala penyakit
atau kerusakan yang paling sering. Analgetika merupakan senyawa yang dapat
menekan fungsi saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit
tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgesik bekerja dengan meningkatkan nilai
ambang persepsi rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul,
analgetika dibagi menjadi dua golongan yaitu analgetika narkotik dan analgetika
non narkotik . Meskipun sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan
sering memudahkan untuk diagnosis, tetapi pasien merasakannya sebagai hal yang
tidak mengenakkan. Kebanyakan menyiksa dan karena itu berusaha untuk
membebaskan rasa nyeri. Seluruh kulit luar mukosa yang membatasi jaringan dan
juga banyak organ dalam bagian luar tubuh peka terhadap rasa nyeri.
Vll. Kesimpulan
1. Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu obat atau bahan yang belum
diketahui sebelumnya,baik yang berasal dari alam maupun senyawa sintetis/semisintetis
2. Obat yang digunakan yaitu Obat / bahan X yang dirahasiakan jenisnya dengan berbagai dosis:
3 mg/kgbb
10 mg/kgbb
30 mg/kgbb
100 mg/kgbb
300 mg/kgbb dan
1000 mg/kgbb
3. Parameter yang diamati yaitu beberapa diantara:
Bulu berdiri
Tremor
Fasikulasi
Agresif
Salivasi
Lakrimasi meningkat,dll
Obat x yang digunakan yaitu obat analgesik
JAWABAN PERTANYAAN
Jawab :
Skrining buta adalah program skrining terhadap senyawa baru yang tidak diketahui
aktivitas farmakologinya. Sedangkan skrining spesifik adalah program skrining yang
dilakukan pada senyawa yang telah dapat diperkirakan khasiatnya.
2. Apa kelebihan metode skrining hipokratik dibandingkan dengan skrining spesifik? Apa
pula kelemahannya?
Jawab :
Kelebihan
Kekurangan
3. Apakah toksisitas bahan obat dapat diramalkan menggunakan cara skrining ini? Jelaskan.
Jawab :
Bisa. Karena dari skrining hipokratik ini diperoleh seberapa besar aktivitas dari berbagai
kriteria yang diamati. Bila pada skrining hipokratik ini pada dosis yang besar dapat
memberikan efek yang sangat berlebihan, maka bisa dinyatakan berefek toksik.
4. Jelaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk suatu obat baru agar dapat
digunakan secara klinis?
Jawab :
Tahap seleksi. Proses pemilihan jenis-jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai dengan
prioritas, yang meliputi : Jenis obat tradisional yang diharapkan bermanfaat untuk
penyakit-penyakit utama. Jenis obat tradisional yang diperkirakan akan ystem khasiat dan
manfaat berdasarkan pengalaman pemakaian empiris sebelumnya. Jenis obat tradisional
yang diperkirakan dapat menjadi ystemive pengobatan untuk penyakit-penyakit yang
belum ada atau belum jelas pengobatannya.
Tahap Penyaringan Biologi (Biological Screening). Tahap ini bertujuan untuk
menyaring : Adanya tindak efek farmakologi calon obat yang mengarah kekhasiatan
terapetik. Pengujian dilakukan dengan model penyakit dan dibuat pada hewan percobaan.
Penyaring efek keracunan (toksisitas) akut, yaitu ada tidaknya efek akut pada hewan uji
sesudah pengujian dosis tunggal, spektrum toksisitasnya jika ada, dan sistem organ vital
mana yang paling peka terhadap efek racun tersebut.
o Tahap Penelitian Faramakodinamik. Tahap ini bertujuan untuk melihat
pengaruh calon obat terhadap masing-masing ystem organ tubuh. Penelitian ini
dikerjakan pada hewan uji secara invitro (organ terpisah ) maaupun in vivo
(keseluruhan ystem tubuh). Penelitian ini tidak disyaratkan mutlak, hanya jika
diperlukan saja untuk mengetahui mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon
obat dan dapat dilakukan kemudian.
o Tahap Toksisitas. Lebih Lanjut Pengujian ini untuk mengetahui efek toksit pada
hewan setelah pemberian berulang (toksisitas sub akut dan kronik). Dalam tahap
ini juga dikerjakan beberapa uji toksisitas khusus jika diperlukan yaitu
teratogenitas, karsinogenesis atau tolisistas terhadap fungsi reproduksi dan
fertilitas.
o Tahap Pengembangan Sediaan (Formulasi). Dalam tahap ini dikembangan
bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu, keamanan dan estetika untuk
pemakaian pada manusia.
o Tahap Pengujian Klinik pada Manusia. Pengujian klinik pada manusia baru
dapat dilakukan jika syarat keamanan diperoleh dari pengujian toksisitas pada
hewan serta syarat mutu sediaan memungkinkan untuk pemakaian pada manusia.
Pengujian klinik calon obat pada manusia terbagi dalam beberapa fase yaitu :
Fase I : Dilakukan pada sukarela sehat untuk melihat efek farmakologi, sifat
farmakokinetik, serta hubungan dosis dan efek obat.
Fase II : Dilakukan pada kelompok pasien secara terbatas untuk melihat
kemungkinan penyembuhan dan pencegahan penyakit. Fase ini rancangan
penelitian masih dilakukan tanpa kelompok pembanding (ystem), sehingga
belum ada kepastian bukti manfaat terapetik.
Fase III : Dilakukan pada pasien dengan rancangan uji klinik yan gmemadai,
memakai ystem sehingga didapat kepastian ada tidaknya manfaat terapetik.
Fase IV : Pemantauan pasca pemasaran untuk melihat kemungkinan terjadinya
efek samping yang tidak terkendali pada waktu pengujian pra klinik atauklinik
fase 1 , 2 , 3. Proses pengujian di atas memakan waktu (sekitar 3- 4tahun) dan
memerlukan banyak biaya, ystem, serta keahlian, maka untuk pengujian calon
obat dimungkinkan apabila uji toksikologi (akut atau kronik) telah dinyatakan
aman pada manusia., langsung dilakukan uji klinik. Hal ini dengan pengertian
bahwa yang diperlukan adalah bukti kemanfaatan untuk bahan-bahan yang
memang sudah dipakai secara empiris.
Jawab :
Piloerection atau bulu mencit berdiri menunjukkan adanya kompensasi
temperatur yang rendah atau aktivitas simpatomimetik.
Skin colour atau warna kulit khususnya daun telinga, bila berubah dari
merah muda menjadi merah maka menunjukkan adanya vasodilatasi
akibat pengaruh simpatolitik. Warna putih menunjukkan vasikontriksi
karena pengaruh simpatomimetik.
Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia