BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perpajakan
1. Suatu pilihan atau keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka
kondusif.
secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu (Suharto, 2005:7).
Kebijakan perpajakan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebijakan
7
8
dapat diartikan sebagai suatu cara atau alat pemerintah dibidang perpajakan yang
memiliki suatu sasaran atau tujuan tertentu di bidang sosial dan ekonomi.
harus diterapkan secara adil, pendapatan yang dihasilkan oleh pajak hanya dapat
digunakan untuk kepentingan publik yang sah, bukan untuk kepentingan pribadi.
Untuk mengetahui informasi mengenai kinerja suatu kebijakan maka harus dilakukan
evaluasi terhadap kebijakan tersebut. fungsi utama evaluasi dalam analisis kebijakan
adalah pertama, evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya
mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan
telah dicapai melalui tindakan publik. Kedua, evaluasi memberi sumbangan pada
klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
melalui kas negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik, yang mengatur
(hukum) yang berkewajiban membayar pajak (wajib pajak). Hukum pajak dibedakan
menjadi hukum pajak material dan hukum pajak formal. Pembedaan antara hukum
9
pajak material dan formal sangat penting, karena peraturan dari hukum formal tidak
Rahayu (2010:93) adalah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak.
Suatu negara dapat dengan sukses mencapai sasaran yang diharapkan dalam
mampu dengan efektif melaksanakan sistem perpajakan di suatu negara yang dipilih.
berjalan dapat dikatakan sebagai sistem administrasi pajak yang baik. Pemungutan
pajak merupakan tujuan utama administrasi pajak dan yang menjadi dasar adanya
administrasi pajak.
Dalam memungut pajak dikenal tiga teknik yang secara teoritis dapat
diterapkan, yaitu self assessment system, official assessment system dan hybrid system
tangan wajib pajak. Dalam sistem ini, fiskus hanya berperan untuk
pajaknya.
ini, karena besarnya pajak yang terutang dihitung dan ditetapkan oleh
Irianto,2014:107).
11
perpajakan dimana pihak ketiga baik wajib pajak orang pribadi maupun
penghasilan.
Dalam hukum pajak, terpadat dua jenis kewajiban pajak yang menjadi dasar
mengapa setiap orang (dalam hal ini wajib pajak) harus membayar pajak yang
terutang. Kedua kewajiban pajak tersebut adalah kewajiban pajak subjektif dan
kewajiban pajak objektif. Kewajiban pajak subjektif adalah kewajiban yang melekat
pada subjeknya (subjek pajak), pada umumnya setiap orang bertempat tinggal di
kewajiban pajak objektif adalah kewajiban yang melekat pada objeknya (objek
pajak).
pajak adalah aspek utang pajak, khususnya aspek yang membahas tentang timbulnya
utang pajak dan hapusnya utang pajak. Menurut faham formal utang timbul karena
12
perbuatan fiskus, yakni fiskus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Sedangkan
yang terutang merupakan pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat,
dalam masa pajak, tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan
Salah satu kunci keberhasilan penerimaan pajak adalah kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak. Hanya saja, apabila wajib pajak ternyata tidak membayar
pajak, terhadapnya tentu perlu diberikan tindakan tegas untuk dapat memaksa wajib
pajak tersebut melunasi utang pajaknya. Hal ini diwujudkan dalam bentuk penagihan
pajak terhadap wajib pajak yang tidak atau belum melunasi utang pajaknya sesuai
agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
pembayaran wajib pajak, baik yang dilakukan sebelum jatuh tempo maupun sesudah
hari jatuh tempo, dan mengawasi pembayaran pajak yang tidak ditagih dengan Surat
13
pembayaran pajak fiskus juga dapat melakukan tindakan aktif dengan cara
pembayaran pajak.
dilakukan oleh fiskus berdasarkan pemantauan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak. Dengan mendasarkan pada data wajib pajak yang tidak melunasi
utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran pajak, fiskus dapat
melakukan penagihan aktif dengan maksud agar wajib pajak segera melunasi utang
pajaknya. Tindakan penagihan aktif dilakukan dengan cara fiskus menagih pajak
yang masih terutang kepada wajib pajak atau penanggung pajak dengan menerbitkan
surat ketetapan pajak yang menyatakan bahwa pajak belum atau kurang bayar dari
Atas jumlah pajak yang masih harus dibayar, berdasarkan STP, SKPKB,
Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah yang
tidak dibayar oleh Penanggung pajak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan
d. 2x24 jam dari tanggal surat paksa diterbitkan surat perintah melakukan penyitaan.
e. 14 hari dari tanggal SPMP pemerintah jadwal waktu pelelangan ke kantor lelang
negara.
oleh Juru Sita Pajak Negara. Surat Paksa diberitahukan oleh JSPN dengan pernyataan
layanan masyarakat merupakan unsur yang penting dalam sistem pemerintah daerah.
Salah satu pos penerimaan asli daerah (PAD) dalam ABPD adalah pajak daerah.
Pemungutan pajak daerah di Indonesia dibagi kedalam dua tingkatan yakni pajak
lingkup pajak daerah terbatas pada objek yang belum dikenakan pajak pusat.
menghindari adanya pajak berganda. Pada umumnya pajak yang sudah dipungut oleh
pemerintah pusat, tidak lagi dipungut oleh pemerintah daerah, begitu juga sebaliknya
(Rosdiana dan Irianto, 2014:63). Penghindaran beban pajak yang berlebihan, dapat
15
juga dilakukan tidak hanya dengan membagi objek pajak mana yang akan dipungut
oleh pusat dan mana yang dipungut oleh daerah, tetapi juga dengan cara revenue
Menurut Nick Devas (1989:61-62) untuk menilai pajak daerah yang ada sudah
baik, dapat menggunakan lima tolak ukur yang dapat digunakan, yaitu :
a. Hasil (Yield)
besar hasil itu; dan elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertumbuhan
pungut.
b. Keadilan (Equity)
Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak sewenang
pajak haruslah sama besar antara berbagai kelompok yang berbeda tetapi
dengan kedudukan ekonomi yang sama; harus adil secara vertikal, artinya
banyak memiliki sumberdaya ekonomi; dan pajak itu haruslah adil dari
salah arah atau orang segan bekerja atau menabung; dan memperkecil
Suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan, dari sudut kemauan politik dan
Revenue Source)
Haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak dibayarkan, dan tempat
pajak dari suatu daerah ke daerah lain; pajak daerah hendaknya jangan
tersebut, properti bisa disebut sebagai benda, meliputi benda bergerak dan tidak
bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible),
yang memiliki nilai tukar atau dapat membentuk kekayaan (Achmad Lutfi. Et.Al.
2013:31). Pajak properti merupakan cara tertua untuk memperoleh penerimaan bagi
sampai sebelum pajak pendapatan dan pajak pejualan diperkenalkan pada abad ke-20.
Pajak properti merupakan sebuah pajak yang wajib dibayar berkenaan dengan
setiap tahun atas dasar nilai modal atau proksi nilai sewa, yang hasil penerimaannya
Pajak properti dikenakan atas berbagai jenis properti sehingga dikenal istilah
1. Pajak properti riil (the real property tax) , yaitu pajak yang dikenakan atas nilai
2. Pajak properti personal (the personal property tax), yaitu pajak yang dikenakan
pada properti personal yang tidak berwujud seperti uang, saham dan obligasi.
18
pendapatan atau pajak lain, karena dasar pajak tanah dan bangunan
d. Pajak tanah dan bangunan, jika dirancang dengan baik dapat menjadi
daerah, karena membuka peluang dasar pajak yang lebih luas bagi
dengan sebaik-baiknya.
19
Penerapan pajak properti di Indonesia lebih dikenal dengan pajak bumi dan
bangunan. Pajak bumi dan bangunan merupakan pajak yang paling tua di Indonesia
(Darwin. 2013:2). Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta
tidak bergerak berupa bumi dan / atau bangunan. Menurut Mardiasmo (1992:165)
asas pajak yang harus dipenuhi dalam pajak bumi dan bangunan adalah :
dua azas yaitu azas manfaat (benefit principle) dan azas kemampuan membayar
(ability to pay principle). Menurut azas manfaat, asumsi dasar suatu properti
milik masyarakat. Pajak properti lokal tidak hanya menyediakan sumber pendapatan
2012:8). Sarana dan prasarana yang dibangun pemerintah, seperti jalan, jembatan,
fasilitas air dan listrik akan secara nyata menaikkan nilai properti milik masyarakat.
Oleh karena itu, dengan adanya jasa jasa publik tersebut, maka wajar apabila
pengenaan pajak akan lebih tinggi daripada wilayah lain yang tidak menerima
20
pertimbangan dasar pengenaan pajak properti atas dasar faktor pengendalian sosial,
dimana adanya ketimpangan distribusi kekayaan dan konsumsi yang tidak merata
pada lapisan masyarakat yang dapat sedikit dikurangi dengan penerapan tarif
SPPT PBB-P2
Pembayaran PBB-P2
Penelitian ini dari kerangka berpikir sesuai dengan dasar pemungutan PBB-
P2 di Unit Pelayanan Pajak dan Retribusi Daerah Pademangan yakni Perda DKI
Nomor 16 tahun 2011, dijelaskan bahwa apabila suatu objek bumi dan/atau
bangunan perdesaan dan perkotaan telah memenuhi kriteria sebagai objek pajak serta
kriteria secara subjek pajak juga terpenuhi, dan tidak termasuk kedalam yang
Kemudian apabila kewajiban pajak yang tertera pada SPPT PBB-P2 tersebut
dibayar oleh wajib pajak maka akan menjadi sumber penerimaan bagi Unit
SPPT PBB-P2 tersebut tidak dibayar atau dilunasi oleh wajib pajak, maka akan
menjadi tunggakan PBB-P2 yang harus dilakukan tindakan penagihan, agar wajib
pajak melunasi beban pajak yang telah ditetapkan kepadanya. Oleh karena itu Unit
Pelayanan Pajak dan Retribusi Daerah Pademangan melakukan berbagai upaya untuk