Anda di halaman 1dari 7

Alwa Rachmawati

022117201

PENGANTAR INVESTIGASI FRAUD

Perbedaan tujuan deteksi dan investigasi sebagai berikut:


DETEKSI INVESTIGASI
1. Menemukan gejala fraud 1. Menanggapi dan menganalisa
laporan deteksi
2. Menemukan bukti-bukti awal atas
gejala fraud 2. Menemukan bukti apakah fraud
benar-benar tealh atau sering
3. Menerapkan teknik pendektesian
terjadi

3. Menemukan tersangka, modus


operandi fraud dan menghitung
kerugian karena fraud

4. Menerapkan tenik investigasi


Fraud examination atau audit investigative banyak memasukkan teknik
investigasi pada proses kegiatannya. Perbedaan antara auditing dengan fraud
examination sebagai berikut:
Auditing vs. Fraud Examination
Masalah Auditing Fraud Examination
Waktu Pelaksanaan Berulang sesuai jadwal Tidak berulang karena fraud
Penugasan penugasan tidak diharapkan terjadi dan
jika terjadi umumnya
memiliki komplesitas
berbeda dan hanya dapat
dilaksanakan setelah hasil
evaluasi atas red flag dan
beberapa bukti tambahan
menunjukkan perlunya
investigasi

Ruang Lingkup Bersifat umum atau Spesifik sesuai kompleksitas,


Penugasan general atas suatu entitas perkiraan modus operandi
atau objek yang dan target pembuktian serta
dievaluasi asersinya regulasi yang dilanggar
untuk menjawab sangkatan
atau laporan dugaan fraud
Tujuan Penugasan Memberikan pendapat, Menyatakan apakah target
skor atau rating diyakini bersalah atau tidak
bersalah. Selain itu, untuk
menetukan apakah
eksistensi fraud memang
ada dan siapa yang
bertanggung jawab
Hubungan atau Tidak berlawanan bahkan Berlawanan dan berhadapan
Kedudukan Kedua Belah auditor intern adalah mitra sesuai dengan penugasan
Pihak strategis kliennya untuk menetukan apakah
target besalah sehingga
layak mendapat sanksi atau
diteruskan ke pengak hukum
atau apakah tidak bersalah
Metodologi yang Dipakai Teknik, konsep, Teknik fraud examination.
Pada Penugasan pendekatan auditing Menggunakan wawancara
namun wawancara pada
fraud examination berbeda
dengan auditing
Anggapan yang Skeptic yang professional Skeptic absolut yakni tetap
Melandasi Interaksi menjadikan seseorang
sebagai target operasi
sampai ada bukti yang
membalikkan atau menolak
Keyakinan yang Harus Keyakinan memadai Keyakinan absolut karena
Didapat karena didasrakan pada tuduhan fraud karena
pengujian berdasarkan dibuktikan dengan bukti yang
sampling sah meyakinkan sehingga
tidak dikenal pengujian
berdasarkan sampling
A. Tahap Sebelum Melaksanakan Fraud Examination
1. Apabila dugaan fraud ditemukan baik di sektor swasta maupun public,
sebelum memulai investigasi pemimpin perusahaan atau lembaga
harus menetapkan apa yang sesungguhnya ingin dicapai dari
investigasi karena investigasi merupakn proses yang memakan waktu
lama dan biaya serta bisa berdampak negative terhadap reputasi
perusahaan
2. Pahami dan penuhi unsur prediksi
3. Pahami posisi awal kasus berdasarkan bukti-bukti awal yang didapat
kemudian lakukan analisa dan persiapan untuk menentukan sebagai
berikut:
a. Dugaan modus operandi, pelaku dan tempat peristiwa
b. Bukti-bukti yang peru didapat
c. Strategi dan teknik investigasi beserta rencana kegiatannya
berdasarkan asumsi atau hipotesis yang disusun pada fraud
theory
d. Susunan tim dan keahlian yang diperlukan beserta anggaran
biayanya yang disusun berdasarkan kompleksitas kasus
4. Pahami aksioma faud sebelum melaksanakan investigasi sehingga
fraud examiner memili wawasan dalam mengumpulkan bukti dan
menguji keahlian dan kelayakan untuk menjadi barang bukti dan alat
bukti apabila fraud akan diselesaikan secara pidana
5. Pahami unsur-unsur atau definisi fraud sebelum melaksanakan
investigasi sehingga fraud examiner dapat mengumpulkan bukti yang
membuktikan unsur fraud tersebut
B. Aksioma Fraud
1. Fraud itu pasti tersembunyi dan sengaja disembunyikan
2. Melakukan pembuktian dua sisi
3. Keberadaan fraud
C. Hukum atau Regulasi yang Menjadi Acuan Menginvestigasi
Berdasarkan isinya, hukum dapat dibagi menjadi:

a. Hukum Privat
Hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan orang
perorang sedangkan hukum publik adalah hukum yang mengatur
hubungan antara negara dengan warga negaranya
b. Hukum Pidana
Hukum pidana adalah bagian dari hukum publik yang terbagi
menjadi dua bagian yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana
formil
D. Metodologi Fraud Examination
Metodologi fraud examination mengharuskan penanganan sangkaan
fraud dilakukan secara seragam sesuai kaidah hukum dn fraud agar segera
diselesaikan. Pada setiap langkah proses fraud examination process yang
ingin didaptkan adalah informasi dan petunjuk yang ingin dikembangkan lebih
dalam dan divalidasi menjadi bukti dalam rangka pelaksanaan fraud theory.
Fraud examiner yang sangat berpengalaman atas kalkulasi yang
terukur dan pengalaman mewawancara, ia dapat mewawancarai tersangka
tidak dalam urutan terakhir sedangkan bila fraud examiner tidak
berpengalaman maka jangan gegabah mewawancara tersangka pelaku tanpa
kalkulasi dan cukup informasi atau bukti umum dan spesifik.
Fraud examiner mengumpulkan bukti-bukti atas informasi atau bukti
yang umum ke bukti atas informasi yang spesifik atau focus pada pembuktian
yang sah untuk memenagkan tuduhan dan meyakinkan juri atau hakim bahwa
tersangka atau tergugat layak mendapatkan hukuman.
E. Tahapan Pembuktian Pada Kasus Fraud
1. Membangun kasus posisi melalui bukti tak langsung
2. Mendapatkan bukti-bukti langsung
3. Membungkus dan mengunci kasus melalui pemeriksaan tersangka
F. Pilihan Keputusan Atas Investigasi
Tiga pilihan yang harus dilakukan organisasi baik atas dugaan fraud
yang terjadi maupun hasil investigasi yaitu:
1. Tidak mengambil tindakan legal atau harus sesuai dengan
hukum
2. Melakukan penuntutan secara perdata
3. Melakukan penuntutan secara pidana
G. Actus Reus Mens Rea
Dalam melakukan fraud examination atau investigasi bertujuan untuk
pemidanaan harus diperhatikan kaidah Actus Reus Mens Rea yang artinya
“Seseorang dipidana tidak cukup hanya apabila orang telah melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat melawan hukum.”
Meskipun perbuatannta memenuhi rumusan delik dalam undang-
undang dan perbuatannya tidak dibenarkan namun hal tersebut belum
memenuhi persyaratan untuk penjatuhan pidana dan tergantung apakah
orang itu dalam melakukan tindak pidana mempunyai kesalahan atau tidak.
H. Pembuktian
Mengacu pada pembuktian untuk kepentingan pidana yang merupakan
derajat tertinggi atau terbaik seperti contoh pada audit investigasi atau fraud
examination di perusahaan dan hasil inestigasinya atas dugaan akan
dilimpahkan ke penegak hukum. Terdapat beberapa teori atau sistem
pembuktian yaitu:
a. Conviction In Time
Sistem ini menentukan bahwa salah atau tidak salahnya
seorang terdakwa semata-mata ditentukan oleh penilaian “Keyakinan
Hakim” yang artinya dominan atau paling menentukan
b. Conviction Rasioner
Sistem ini hakim tetap megang peranan penting dalam
menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa karena harus
didukung dengan alas an-alasan yang jelas dan benar-benar dapat
diterima oleh akal atau logis
c. Pembuktian Menurut Undang-Undang Secara Positif
Sistem ini berlawanan dengan sistem keyakinan hakim karena
keyakinan hakim tidak berperan dalam menentukan salah atau tidak
salahnya seorang terdakwa
d. Pembuktian Menurut Undang-Undang Secara Negatif
Sistem ini penggabungan pembuktian menurut undang-undang
secara positif dan pembuktian menurut keyakinan hakim. Salah
tidaknya seorang terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakim
didasarkan kepada cara dan dengan alat bukti yang sah menurut
undang-undang
I. Prinsip Minimum Pembuktian dan Alat – Alat Bukti
Prinsip minimum pembuktian berkaitan dengan cukup atau tidaknya
alat bukti yang dapat disediakan penyidik dan penuntut umum untuk
menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa.
Alat bukti adalah alat yang sudah ditentukan didalam hukum formal
yang dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah. Di KUHAP alat bukti yang
sesuai kekuatan dalam pembuktian diatur dalam pasal 184 yang terdiri dari:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Keterangan terdakwa
e. Petunjuk pada tindak pidana korupsi
J. Barang Bukti
Barang bukti yang diajukan oleh penuntut umum dalam persidangan di
pengadilan ditolak oleh terdakwa dan penasehat hukum karena salah
penanganan sejak proses investigasi atau penyelidikan dan penyidikan
dengan cara perolehan, pengamanan sampai pengajuannya di persidangan.
K. Delneming
Investigor, fraud examiner, auditor investigasi harus memahami
delmening terutama ketika lebih dari satu orang pelaku yang secara bersama-
sama melakukan tindak pidana atau fraud sehingga harus diidentifikasi siapa
yang turut serta, turut campur, turut berbuat membantu melakukan agar suatu
tindak pidana itu terjadi, atau dalam kata lain, orang yang lebih dari satu
orang secara bersama-sama melakukan tindak pidana, sehingga harus cari
pertanggungjawaban dan peranan masing-masing peserta dalam persitiwa
pidana tersebut untuk minta pertanggungjawaban terhadap orang-orang yang
ikut ambil bagian sehingga terjadinya suatu tindak pidana.
L. Nullum Delictum dan Perbarengan Tindak Pidana
Harus dipahami oleh fraud examiner, inevestigatir atau auditor
investigatif yang ingin membawa kasusnya keranah pidana yaitu peraturan
perundang-undangan mana yang harus diterapkan untuk membuat kasus
posisi, fraud theory dan pelaksanaan investigasi.
M. Arti “Lepas Dari Tuntutan Hukum” versus “Bebas”
Dalam hal putusan lepas dari segala tuntutan hukum, jaksa penuntut
umum dapat melakukan kasasi ke Pengadilan Tinggi sedangkan dalam
putusan bebas murni, jaksa penuntut umum tidak dapat melakukan kasasi.

Anda mungkin juga menyukai