Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
TINGKAT 2/ REGULER 3
A. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989). Bermain
adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan
tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).
Kesimpulan : Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan
konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan
melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa mempertimbangkan
hasil akhir. Klasifikasi dalam permainan ini adalah social affective play dimana anak belajar
memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kepuasan. Aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak,
meskipun hal tersebut tidak meghasilkan komoditas tertentu.
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara
optimal. Oleh karena itu dalam memilih alat bermain hendaknya disesuaikan dengan jenis
kelamin dan usia anak. Sehingga dapat merangsang perkembangan anak secara optimal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain tebak gambar pada pasien anak di Rumah Ny. L,
Simpang Serdang, Way Mengaku, diharapkan dapat melanjutkan proses tumbuh kembang
anak, mempertahankan dan meningkatkan kreativitas serta imajinasi anak
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi bermain mengenal warna dan gambar hewan selama 15
menit, diharapkan anak mampu :
a. Menyalurkan energi anak
b. Mengembangkan aktivitas dan respon anak melalui menebak warna dan gambar
c Anak dapat menebak warna
d. Anak dapat menebak gambar hewan
D. Perencanaan
1. Jenis program bermain :
a. Menebak gambar
2. Karakteristik permainan :
a. Mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak
3. Karakteristik peserta
a. Usia 3-5 tahun
b. Keadaan umum baik dan kooperatif
c. Posisi duduk
4. Sasaran
a. Sasaran terapi kreativitas ini adalah anak-anak usia pra sekolah (3-5 tahun) di Rumah
Ny. L, Simpang Serdang, Way Mengaku
E. METODE
1. Tanya jawab
F. Media
1. Kertas HVS
2. Gambar warna dan hewan
Keterangan :
1. Pemimpin bermain :
2. Anak :
H. Rencana Pelaksanaan
4. 2 Menit Penutup :
1. Mengakhiri permainan
2. Membacakan kesimpulan
Dari kegiatan terapi bermain
Yang telah dilakukan
3. Mengucapkan terimakasih atas
Partisipasi ibu dan anak
Yang telah mengikuti proses
Terapi bermain sampai selesai
4. Mengucapkan salam Penutup
5. 2 Menit Terminasi :
I. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAK
c. Kesiapan media: Kertas HVS, Gambar warna dan hewan
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
e. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
f. Peserta hadir di tempat penyuluhan
g. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Rumah Ny. L, Simpang Serdang, Way
Mengaku
h. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi bermain dilakukan minimal 2 hari
sebelumnya
2. Kriteria Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta antusias dan aktif terhadap terapi bermain yang disampaikan oleh penyaji
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan terapi bermain
d. Suasana terapi bermain tertib
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat kegiatan
3. Kriteria Hasil
a. Peserta yang datang sejumlah 1 orang
b. Anak Di Rumah Ny. L, Simpang Serdang, Way Mengaku mengikuti permainan dari
awal sampai selesai
Lampiran Materi
A. Pengertian
Tumbuh kembang anak usia pra-sekolah akhir (3-5 tahun) merupakan pertumbuhan
dimana anak berada pada fase inisiatif kontra masa bersalah (initiative vs guilty). Sedangkan
menurut Sigmund Freud anak berada pada fase phalik, yaitu dimana anak mulai mengenal
perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki.
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadari. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk
memperoleh kesenangan. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir
B. Fungsi Bermain
Permainan pura-pura dengan ibu dan anak, dokter dan pasien, penjual dan pembeli.
Sadar akan keberadaan teman sebaya, mengidentifikasi ciri yang ada pada setiap
Bermainnya
Teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi dan menerima, belajar peran
benar atau salah, nilai moral dan etik, mulai memahami tanggung jawab dari
tindakannya
4. Kreativitas
Melalui bermain, anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru dalam bermain. Kalau
anak merasa puas dari kreatifitas baru, maka anak akan mencoba pada situasi yang lain
a. Nilai terapeutik
b. Kesadaran diri
Anak akan sadar tentang kemampuan dan kelemahannya serta tingkah lakunya
c. Nilai moral
Belajar salah / benar dari kultur, rumah, sekolah, dan interaksi. Contoh bila ingin
diterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode perilaku yang diterima secara
kultur, adil, jujur, kendali diri dan mempertimbangkan kepentingan orang lain
C. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai di atas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal, pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian,
selama anak dirawat di rumah sakit kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya
3. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuannya memecahkan masalah
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di rumah sakit
D. Ciri Bermain
1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksud muncul atas keinginan pribadi serta
untuk kepentingan sendiri
2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang
positif
3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktifitas ke aktifitas yang
lain
4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir
5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain
anak pada anak-anak kecil
E. Macam-macam Bermain
1. Bermain Aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat
oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
d. Bermain fisik
2. Bermain Pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan
ini cocok apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan dan keletihannya.
Contoh : Melihat gambar di buku/majalah, mendengar cerita atau musik, menonton televisi,
dsb.
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk :
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan
anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai
bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan
yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
H. Bentuk-Bentuk Permainan
I. Klasifikasi Bermain
1. Menurut Isi Permainan
a). Social Affectif Play
- Permainan yang membuat anak belajar berhubungan dengan orang lain.
- Contoh: orang tua berbicara, memluk, bersenandung. anak memberi respon dengan
tersenyum, mendengkur, tertawa, beraktifitas, dll
b). Sense Pleasure Play
- Bermain untuk bersenang-senang
- Contoh: obyek, cahaya, bau, rasa, benda alam, dan gerakan tubuh
c). Skill Play
- Bermain yang sifatnya membina keterampilan
- Contoh : berulang kali melakukan dan melatih kemampuan yang baru didapat, seperti naik
Sepeda
d). Dramatic Role Play
- Dimulai pada akhir masa bayi 11-13 bulan
- Contoh: berpura-pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan, minum, dan tidur
- Pada usia Toddler, kegiatan berupa hal-hal yang lebih dikenalnya
- Pada usia Pra-Sekolah, kegiatan sehari-hari tetapi lebih rumit
e). Game
- Contoh: Puzzle, komputer games, dan video
2. Menurut Karakteristik Sosial
a). On Looker Play
- Mengamati, anak melihat apa yang dilakukan anak lain tetapi tidak ada usaha untuk ikut
bermain
- Contoh: menonton televisi
b). Solitary
- Mandiri, anak bermain sendiri
- Menyukai kehadiran orang lain tapi tidak ada usaha untuk mendekat atau berbicara, hanya
terpusat pada aktifitas / permainannya sendiri
c). Parallel Play
- Bernain sendiri di tengah anak lainnya, tidak ada asosiasi kelompok (ciri bermain anak
Toddler)
d). Association Play
- Bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi tidak ada pembagian kerja, pemimpin /
tujuan bersama
- Anak berinteraksi dengan saling meminjam alat permainan (ciri bermain anak Pra-Sekolah)
e). Cooperative Play
- Bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaan / sebaliknya, terbentuk hubungan
pemimpin dan pengikut
- Ada tujuan yang ditetapkan dan ingin dicapai
3. Menurut Usia Anak Pra-Sekolah
a). Usia 4 tahun
- Motorik kasar: berjalan berjinjit, melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan
melemparkannya dari atas kepala
- Motorik halus: Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar
kotak, menggambar garis vertikal maupun horizontal, belajar membuka dan memasang
kancing baju
b). Usia 5 tahun
- Motorik kasar: berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar
bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara bergantian
- Motorik halus: menulis dengan angka-angka, belajar menulis nama, belajar mengikat tali
sepatu
- Status emosional: bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman sebaya,
interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain
- Pertumbuhan fisik: berat badan meningkat 2,5 kg / tahun, tinggi badan meningkat 6,75 - 7,5
cm / tahun
1. Tradisi
o Setiap generasi meniru permainan generasi sebelumnya
o Bentuk permainan yang memuaskan akan dilanjutkan
o Tergantung dari perubahan musim
2. Mengikuti Pola Perkembangan
o Usia bertambah, penggunaan material lebih bermakna, misalnya balok
3. Waktu dan Usia
o Ragam kegiatan bermain berkurang dengan bertambahnya usia
o Waktu berkurang sesuai usia
o Aktfitas fisik berkurang
o Waktu untuk aktifitas spesifik meningkat
o Perhatian menyempit tetapi lebih lama
o Jumlah dan usia teman (lebih sedikit dan spesifik)
DAFTAR PUSTAKA
Berhman, et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Volume 3. Jakarta: EGC.
Hurlock. 1991. Perkembangan Anak, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi ke-2. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi ke-4. Jakarta: EGC.
Yulianti, Rani. 2008. Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Laskar
Askara.
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan
bidan). Jakarta :Salemba Medika
Depkes RI. Pedoman Hidup Sehat Seri Anak Balita. Jakarta. 2000
Wong. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC. 2002
Soetningsih. 1999. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC