Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN RESMI

PENGUJIAN KUALITAS AIR LAUT

Disusun Oleh:
Kelompok 9 Shift 1
Analisis Kimia B

Deika Rezqi Ramadhania 18231072


Winayu Nurlita Gayatri 18231073

PROGRAM STUDI D3 ANALISIS KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

1) Mata kuliah : Praktikum Kimia Analisis II


2) Judul Praktikum : Pengujian Kualitas Air Laut
3) Ketua Kelompok :
a. Nama Lengkap : Deika Rezqi Ramadhania
b. NIM : 18251072
c. Alamat Email : 18231072@studens.uii.ac.id

4) Anggota :
a. Nama Lengkap : Winayu Nurlita Gayatri
b. NIM : 18231073
c. Alamat Email : 18231073@student.uii.ac.id

5) Dosen ______ :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Yuli Rohyani, M.SC.
b. NIK : 052316004
c. Alamat email : 052316004@uii.ac.id

Menyetujui Yogyakarta, 26 Maret 2019


Dosen Pengampu, Ketua Kelompok,

Yuli Rohyani, M.SC. Deika Rezqi Ramadhania


NIK : 052316004 NIM : 18231072
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan resmi praktikum Kimia Analisis II yang berjudul
“PENGUJIAN KUALITAS AIR LAUT ”

Laporan ini bertujuan untuk menerapkan titrasi argentometri pada pengujian


kadar klorida dalam air dan menerapkan titrasi iodometri pada pengujian
menentukan sulfit dalam air.Laporan praktikum ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga laporan
tentang pengujian kualitas air laut ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
pembaca.

Yogyakarta, 21 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................................i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
RINGKASAN .......................................................................................................................... v
BAB I .......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................2
BAB II .....................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
2.1 Prinsip Titrasi Asam Basa ........................................................................................3
2.2 Penentuan Kadar Klorida .........................................................................................6
BAB III ....................................................................................................................................9
METODOLOGI .......................................................................................................................9
3.1 Alat...........................................................................................................................9
3.2 Bahan .....................................................................................................................10
3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................................11
BAB IV ..................................................................................................................................22
PEMBAHASAN DAN HASIL ..............................................................................................22
4.1 Data pengamatan dan Hasil ....................................................................................22
4.1 Pembahasan ............................................................................................................27
BAB V ...................................................................................................................................28
PENUTUP .............................................................................................................................28
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................28
5.2 Saran ......................................................................................................................28

iii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................29

iv
RINGKASAN
Dewasa ini air bersih sudah menjadi sumber daya yang semakin langka.
Karena sebagai sumber daya yang keberadaannya sangat bergantung pada siklus air,
keberadaanya terancam dimana mana. Dengan semakin minimnya daerah resapan air,
hilangnya atau pohon – pohon di hutan sebagai media penyerap air menjadi air tanah,
hilangnya atau akan hilangnya daerah tampungan air seperti danau, rawa, sungai
dengan adanya pencemaran dan tingginya proses pendangkalan serta berbagai bentuk
keruskan lainnya.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak agar pengrusakan ini
tidak terus berlanjut demi keberlangsungan hidup generasi mendatang. Salah satu
caranya adalah upaya yang dilakukan oleh pusarpedal dengan melakukan
pemantauan terhadap kualitas air laut , selama beberapa tahun ini untuk mengetahui
tingkat pencemaran air laut di beberapa wilaya di Indonesia dan mengidentifikasi
penyebab terjadinya perubahan kualitas air laut serta mnyediakan data yang dpat
digunakan untuk menentukan kebijakan pengolahan air laut.

Berdasarkan data – data hasil pemantauan, industrin perlu melakukan


pengolahan limbahnya sebelum membuang ke perairan laut, supaya daya dukung
badan air terhadap beban yang masuk tidak melampaui daya dukungnya untuk
memperbarui diri. Selain itu, pemerrintah juga perlu memperbaikik penanganan
sampah kotaa sehingga tidak menjadikan laut sebagi tempat sampah, yang berakibat
peningkatan kadar polutan seperrti amoniak dan fenol.

v
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak.
jadi,argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+
pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indicator dicampur dengan larutan
standargaram perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang
digunakan sehinggaseluruh ion Ag+dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam laruta
n pemeriksaan dapatditentukan (Underwood,1992).Metode
dalam titrasi argentometri antara lain metode Mohr, Valhard, K. Fajans dan
liebieg. Metode mohr yaitu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar klorida
dan bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambah
an larutankalium kromat sebagai indikator. Metode volhard yaitu metode yang diguna
kan untukmenetapkan kadar klorida, bromida dan iodida dalam suasana asam. Metod
e K. Fajans merupanmetode yang menggunakan indikator adsorbsi, sebagai kenyataa
n bahwa pada titik ekuivalenindikator teradsorbsi oleh endapan. Metode liebig merup
an metode yang titik akhir titrasi tidak ditentukan dengan indikator, akan tetapi ditunj
ukkan dengan terjadinya kekeruhan (Fatah, 1982).

Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bil
angan oksidasi,sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksida
si.Berarti proses oksidasidisertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh e
lektron.Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurun
an bilanganoksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami ken
aikan bilanganoksidasi Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oks
idasi (iodimetri) dan ioniodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). (Kho
pkar, 2003).

Air laut adalah air yang berasal dari laut atau samudera yang memiliki kadar
garam rat rata 3,5% artinya dalam 1 liter air laut terdapat 35 gram
garam.perbedaan utama antara air laut dan air tawar adalah adanya kandungan
garam air laut,sedangkan pada air tawar tidak mengandung garam
(peureulak,2009)
Untuk Menentukan kadar garam di dalam air laut dapat digunakan metode
argentometri dan Iodimetri pada penentuan sulfit dalam air laut
1.2 Rumusan Masalah
1. Menentukan kadar klorida dalam air laut
2. Menentukan nilai sulfit dalam air laut
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum pengujian kualitas air laut adalah :
1. Mahasiswa dapat menerapkan titrasi argentometri pada pengujian kadar
klorida dalam air
2. Mahasiswa dapat menerapkan titrasi iodometri pada pengujian menentukan
sulfit dalam air

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi Asam Basa
2.1 Prinsip Titrasi Asam Basa

Titrasi merupakan analisis yang memungkinkan untuk menentukan


jumlah yang pasti dari suatu larutan yang dilakukan dengan cara
mereaksikannya dengan larutan lain yang konsentrasinya telah diketahui
dengan pasti. (Underwood dan Day, 2002)
Titrasi pengendapan adalah titrasi yang melibatkan terbentuknya
endapan. Berdasarkan cara penentuan titik akhirnya ada beberapa metode
titrasi pengendapan yaitu metode gay lussac, metode Mohr (pembentukkan
endapan berdasarkan pada titik akhir), metode Fajans (adsorbsi indikator
pada endapan) dan metode Volhard(terbentuknya kompleks warna yang larut
pada titik akhir).(Skoog et al, 1994)
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion
perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi
penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan
menggunakan larutan standar Perak Nitrat (AgNO3).(Indigomorie, 2009)
Titrasi Argentometri berdasarkan pada reaksi pengendapan zat yang
akan dianalisa dengan larutan baku AgNO 3 sebagai penitrasi, menurut reaksi :
Ag+ + X- ↔ AgX (s) (Underwood dan Day, 1998)
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai
adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan
ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut (AgCl).
AgNO3 (aq) + NaCl (Aq) → AgCl (s) + NaNO3 (Aq) (Indigomorie, 2009)

3
Prinsip-prinsip yang mendasari titrasi pengendapan :
a. Reaksi pengandapan merupakan reaksi yang salah satu produknya
berbentuk endapan. Endapan terjadi karena zat yang terjadi tidak/sukar
larut di dalam air atau pelarutnya.(Zulfikar, 2010)
b. Kesetimbangan. Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana
dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya
tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada
kesetimbangan (Ratna, 2009).
Jika bentuk umum suatu zat yang sedikit larut dalam air adalah AxBy
maka persamaan kesetimbangan larutan tersebut adalah sebagai
berikut :

AxBy → xAy+ (aq) + yBx- (aq)


Persamaan tetapan kesetimbangan atau persamaan tetapan hasil kali
kelarutan dari AxBy adalah sebagai berikut :

Ksp = [Ay+]x [Bx-]y


(Miladi, 2010)

Indikator yang digunakan pada titrasi pengendapan yang melibatkan


garam perak ada tiga indikator. Metode Mohr menggunakan ion kromat
(CrO42-) untuk mengendapkan AgCrO4 yang berwarna kuning. Metode
Volhard menggunakan ion Fe3+untuk membentuk kompleks berwarna dengan
ion sianat; SCN-. Dan metode Fajans memanfaatkan “indikator-indikator
adsorbsi”. Penentuan titik akhir titrasi dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut (Rivai, 1995)

4
1. Cara Mohr
Pada metode ini dapat digunakan indikator asam basa. Cara ini dipakai
untuk menetapkan kadar klorida dan bromida (Cl - dan Br-) tapi tidak dapat
dipakai untuk penetapan iodida dan tiosianat secara teliti. Suasana larutan
harus netral yaitu sekitar 6,5 - 10. Bila pH > 10 akan terbentuk endapan
AgOH yang terurai menjadi Ag2O. Sedangkan dalam larutan asam, ion
kromat bereaksi dengan H+.
2. Cara Volhard
Pada cara ini larutan garam perak dititrasi dengan larutan garam
tiosianat dalam suasana asam. Indikatornya larutan garam ferri (Fe 3+), dimana
dengan tiosianat membentuk kompleks ferri tiosianat. Cara ini dipakai untuk
penentuan kadar Cl-, Br-, I-dan tiosianat dalam suasana asam.
3. Cara Fajans
Pada metode ini, suspensi perak halogenida pada larutan yang
mengandung ion halida akan bermuatan negatif karena mengadsorbsi ion
halida tersebut dan kemudian akan bermuatan positif apabila kelebihan ion
perak. Indikator adsorbsi tidak memberi perubahan warna dalam larutan, tapi
perubahan warna terjadi pada permukaan endapan.
Senyawa organik berwarna yang digunakan untuk mengadsorbsi pada
permukaan suatu endapan sehingga mengubah struktur organiknya dan warna
tersebut masih memungkinkan untuk mengubah diri menjadi lebih tua lagi
sehingga sering digunakan sebagai pendeteksi titik akhir pada endapan perak
disebut sebagai indikator adsorbsi.
(Underwood, 1999)
a. Bahan Baku Primer
Bahan kimia yang dapat digunakan untuk membuat suatu larutan sekunder
primer, dipakai untuk menetapkan kenormalan larutan standar sekunder
(titran).(Sumarna, 2004)
Syarat-syarat yang diperlukan untuk bahan baku primer antara lain :

5
1. Sangat murni atau mudah dimurnikan dan mudah diperoleh serta relatif
murah.
2. Mudah diperiksa kemurniannya (diketahui macam dan jumlah
pengotornya).
3. Harus stabil dalam keadaan murni (padat atau larutan).
4. Harus dapat dikeringkan dan tidak higroskopis.
5. Harus dapat larut dalam pelarut yang cocok.
6. Dapat bereaksi secara stoikiometri dengan larutan yang akan
distandarisasikan dengan zat yang akan ditetapkan kadarnya, berat
ekivalennya besar sehingga kesalahan penimbangan sekecil-kecilnya.
Natrium Klorida adalah standar volumetrik dan material verensi
sekunder untuk argentometri.
(Merck staff, 2009)

b. Bahan Baku Sekunder


Larutan sekunder adalah larutan yang dibuat dari bahan yang
konsentrasinya harus ditentukan langsung. Untuk menentukan konsentrasinya
tidak dapat dilakukan standarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar
primer. (Dika, 2010)
Perak Nitrat adalah senyawa kimia dengan rumus kimia AgNO3.
Senyawa yang digunakan dalam film fotografi. (Rehmon, 2010)

2.2 Penentuan Kadar Klorida

Penentuan klorida dilakukan dengan beberapa metode diantaranya


adalah metodeargentometri and metode spketrofotometer. Pengunaan metode
titrasi argentometrinerupakan metode yang klaisk untuk menganalisis kadar
klorida yang dilakukan denganmempergunakan AgNO3 dan indicator
K2Cr2O4. Kelebihan dari analisis klorida dengan cara ini yaitu pelaksanaan

6
yang mudah dan cepat, memiliki ketelitian dan keakuratanyang tingga dan
dapat digunakan untung menetukan kadar yang memiliki sifat yang berbeda
beda (Titis, U A. 2009).
Pembentukan dari sebuah endapan berwarna menggunakan metoda
Mohr. Persis seperti sistem asam-basa, pembentukan satu endapan lain dapat
dipergunakan untuk mengindikasikan selesainya sebuah titrasi pengendapan.
Contoh yang paling terkenal darikasus semacam ini adalah yang disebut titrasi
Mohr klorida dengan ion perak, dimana ionkromat dipergunakan sebagai
indikator. Kemunculan awal endapan perak kromat berwarna kemerah-
merahan diambil sebagai titik akhir dari titrasi.Tentu saja penting bahwa
pengendapan indicator terjadi pada titik eqivalen ataudidekat titik eqivalen
dari titrasi tersebut. Perak kromat lebih mudah larut (sekitar 8,4 x10-5mol
/liter) daripada perak klorida (sekitar 1x10-5 mol/ liter). Jika ion ion
perakditambah kedalam suatu larutan yang mengandung ion klorida dengan
konsetrasi besar dengan ion kromat dengan konsentrasi kecil, perak klorida
akan mengendap terlebih dahulu perak kromat tidak terbentuk sebelum
konsentrasi ion perak meningkat sampai kenilai yang cukup besar untuk
melebihi Ksp dari perak kromat. (R.A. DAY, JR. & A.L.UNDERWOOD.
2002).
Metode analisis pada sampel hasil olahan; Pemeriksaan sampel
meliputi pengukuran konsentrasi klorida dengan menggunakan Metode Mohr-
Volumetri. Prinsip pengukuran metode ini adalah melakukan titrasi terhadap
sampel dengan menggunakanlarutan perak nitrat (AgNO3) sehingga terbentuk
endapan AgCl berwarna putih.Pendeteksian endapan AgCl dilakukan dengan
penambahan indikator kalium kromat (K2CrO4) yang akan menghasilkan
endapan Ag2CrO4 berwarna merah bata (Dewa GdeBagus dan James Nobelia
I. 2010).
Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis
dititrasidengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat.

7
Apabila ion klorida
atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan be
reaksimembentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata
sebagai titik akhirtitrasi. Sebagai indikator digunakan larutan kromat K2CrO4
0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat
merah dalam suasana netral atau agakalkalis. Kelebihan indikator yang
berwarna kuning akan menganggu warna, ini dapatdiatasi dengan melarutkan
blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambaankalsium
karbonat sebagai pengganti endapan AgCl (Arifin Oputu, 2013).
Pengendapan mungkin adalah metode yang paling sering dipakai dalam
praktikanalisis kualitatif. Timbulnya endapan sebagai suatu hasil reagensia
tertentu dapat dipakaisebagai uji terhadap suatu ion tetentu. Namun
pengendapan dapat juga digunakan untuk pemisahan.
Untuk melakukan hal ini suatu reagensia yang sesuai ditambahkan, yangmem
bentuk endapan (endapan-endapan) dengan hanya satu atau beberapa ion yang
adadalam larutan. Setelah penambahan reagensia dalam jumlah yang sesuai
endapan disaringdan dicuci. Kemudahan suatu endapana disaring dan dicuci
tergantung sebagian besarstruktur morfologi endapan yaitu pada bentuk dan
ukuran kristal-kristalnya. (VOGEL,1985)

8
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat
1. Buret 25mL

2. Erlenmeyer 250mL

3. Labu Ukur 100mL dan 500mL

4. Gelas Beaker 50 mL,100mL,250mL

5. Gelas ukur 10mL dan 50mL

6. Pipet ukur 25mL

7. Pipet Volume 10mL dan 50mL

8. Statif dan Klem

9. Corong gelas

10. Gelas Arloji

11. Botol Timbang

12. Neraca Analitik

13. Oven

14. Spatula

15. Pipet Tetes

9
3.2 Bahan
1.Contoh air

2.Natrium Klorida (NaCl)

3. Perak Nitrat (AgNO3)

4. Kalium Kromat (K2CrO4)

5. Natrium Hidroksida (NaOH)

6. Hidrogen Peroksida (H2O2) 30%

7. Asam Sulfat (H2SO4) 98%

8. Asam Salisilat (C7H6O3)

9. Kanji

10. Kalium Iodida (KI)

11. Natrium Bikarbonat (NaHCO3)

12. Etilen diamintetra asetat (EDTA)

13.Asam Sulfamat

14.Akuades

15. Indikator Phenolphtalin (pp)

16. Kertas saring

10
3.3 Prosedur Kerja
A. Pembuatan Larutan Baku dan Pereaksi
1. Pembuatan larutan baku perak nitrat (AgNO3)

1,1975 gram AgNO3

Dimasukkan kedalam gelas beaker 100 mL

Dilarutkan dengan air bebas mineral

Dipindahkan kedalam labu ukur 500 mL

Ditepatkan volume dan seka dinding labu ukur

Larutan AgNO3 0,0141 N

11
2. Pembuatan Indikator K2Cr2O4 5%

5 gram K2Cr2O4

Dimasukkan kedalam gelas beaker 50 mL

Dilarutkan dengan 25 mL air bebas mineral

Dipindahkan kedalam labu ukur 100 mL

Ditepatkan volume, diseka dan dihomogenkan

Larutan indikator K2Cr2O4 5%

12
3. Pembuatan Larutan Asam Sulfat (H2SO4) 1N

14 mL H2SO4 pekat

Dimasukkan kedalam labu ukur 500 mL

Diencerkan sampai 500 mL

Dihomogenkan

Larutan H2SO41N

4. Pembuatan larutan NaOH 1N

4 gram NaOH

Dilarutkan dalam gelas beaker

Dihomogenkan dalam labu ukur 100 mL

Larutan NaOH 1N

13
5. Pembuatan suspensi alumunium hidroksida (Al(OH)3)

12,5 g AlK(SO4)2.12H2O

Dilarutkan dalam 100 mL akuades

Dipanaskan hingga 60◦C

Ditambahkan 5,5 mL NH4OH pekat

Dibiarkan selama 1 jam

Dipindahkan ke dalam botol kimia

Dicuci endapan hingga diperoleh volume suspensi ± 100 mL

Suspensi Al(OH)3

14
6. Pembuatan Larutan H2SO4 (1+1)

Penangas air, gelas beaker 100 mL

Dimasukkan 50 mL air bebas mineral

Dimasukkan 50 mL H2SO4 pekat ke dalam gelas beaker

Dihomogenkan

Larutan H2SO4 (1+1)

15
7. Pembuatan Indikator Kanji

5 g kanji

Dilarutkan dalam 10 mL akuades di dalam gelas beaker 250 mL

Ditambahkan air hingga 100 mL

Dididihkan selama 10 menit

Didiamkan selama 1 malam

Ditambahkan 0,65 g asam salisilat

Indikator kanji

16
8. Pembuatan Larutan EDTA, C10H16N2O8

2,5 gram etilen

Dilarutkan dengan 1,25 mL akuades

Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL

Ditepatkan volumenya

Dihomogenkan

Larutan EDTA, C10H16N2O8

17
9. Larutan Kalium Iodida-Iodidat (0,0125 N)

0,4458 g iodida

Dilarutkan dengan akuades

Dihomogenkan

Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL

Ditepatkan volumenya

Larutan kalium iodide-iodidat 0,0125


N

18
B. Penentuan Kandungan Klorida
1. Persiapan Contoh Uji

0,4 mL air laut

Dilarutkan dengan 10 mLakuades sampai tanda etsa

Diendapkan dan disaring

Ditambah 1mL H2O2 dan tiosulfat

Diukur pH contoh uji kisaran 9-10 dengan larutan H2SO4 1N atau NaOH 1N

Contoh uji siap digunakan

19
2. Pembakuan Larutan AgNO3

20,6 g NaCl

Dilarutkan dengan 25 mL akuades

Ditambahkan indikator K2Cr2O4 0,5 mL

Dititrasi dengan AgNO3

Larutan baku AgNO3

3. Penentuan Kandungan Korida dalam Air


10 mL contoh uji

Ditambah indicator K2Cr2O4 0,5 mL

Dititrasi dengan larutan AgNO3

Dilakukan duplo

Kandungan klorida dalam air

20
C. Penentuan Sulfit dalam Contoh Air
1. Persiapan Contoh Uji

25 mL contoh uji

Ditambah 0,25 mL larutan EDTA

Contoh uji sulfit

2. Penentuan Sulfit dalam Contoh

0,25 mL H2SO4 dan 0,25 mL larutan kanji

Ditambahkan 0,025 Ml asam sulfat

Dititrasi dengan larutan kalium iodide-odidat 0,0125 N

Dilakukan duplo

N sulfit

21
BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL


4.1 Data pengamatan dan Hasil
1. Penentuan Kandungan Klorida
Pembakuan Larutan AgNO3
Massa NaCl 0,0206 gram

Volume Titrasi I 12 mL

Volume Titrasi II 10,9 mL

Perubahan Warna Berwarna kuning menjadi merah

Penentuan kandungan Klorida dalam air


Volume Titrasi I 23,4 mL

Volume Titrasi II 24,5 mL

Perubahan Warna Berwarna kuning menjadi merah

Volume Titrasi I Blanko 0,3 mL

Perubahan Warna Berwarna kuning menjadi merah

22
Penentuan Sulfit dalam Contoh Air
Volume Contoh Uji 25 mL

Volume Titrasi I 0,5 mL

Volume Titrasi II 1 mL

Perubahan Warna Tidak berwarna menjadi biru

1. Standarisasi larutan AgNO3


a. Diketahui :

Ditanya :
Jawab :

b. Diketahui :

Ditanya :
Jawab :


⁄ ⁄


2. Penentuan kadar klorida
Percobaan 1

23

( ⁄ )

Percobaan 2

( ⁄ )

24
⁄ ⁄
( ⁄ )

3. Penentuan presisi klorida

⁄ ⁄
⁄ ⁄⁄

4. Penentuan Kadar Sulfit


Percobaan 1

⁄ )

( ⁄ )

Percobaan 2

⁄ )

25

( ⁄ )

⁄ ⁄

5. Penentuan presisi sulfit

⁄ ⁄
⁄ ⁄⁄

26
4.1 Pembahasan
Penentuan Kandungan Klorida
4.2.3 Persiapan contoh uji
0.4 mL air laut dilarutkan dalam 10mL aquades sabagai contoh
uji untuk menentukan sulfida,sulfit dan tiosulfat ditambahkan dengan
1mL H2SO4 untuk setiap 100 mL penambahan H2SO4 bertujuan untuk
mengatur Ph pada contoh uji kisaran 7-10 apabila masih terlalu asam
ditambahkan dengan H2SO4 0,1N atau NaOH 1N,jika Ph sudah
berkisaran antara 7-10 contoh uji sudah siap untuk digunakan.
4.2.4 Pembakuan Larutan AgNO3
Perubahan warna yang terjadi pada pembakuan AgNO3 adalah
berwarna kuning menjadi merah. Hal ini dikarenakan NaCl yg bersifat
sebagai indikator dan pengatur ph sehingga warna dapat berubah.
4.2.5 Penentuan kandungan Klorida dalam air
Contoh uji yang sudah di siapkan dipipet sebanyak 10mL dan
ditambah indikator K2CrO4 0,5mL. K2CrO4 untuk beroksidasi Larutan
yang sudah di tetesi oleh K2CrO4 di titrasi dengan larutan AgNO3.
Larutan contoh uji di titrasi dengan larutan AgNO3 Titrasi dilakukan
secara duplo atau 2 kali titrasi yg baik adalah titrasi yg volumenya
tidak lebih dari 0.00002mL. Setelah dilakukan titrasi didapat kadar
klorida dalam air sebesar 14677,03 mg/L
Penentuan Sulfat dalam contoh air
4.2.6 Persiapan contoh uji
25 mL contoh uji ditambah dengan larutan EDTA berfungsi untuk
menghasilkan perubahan ph tertentu.
4.2.7 Penentuan sulfit dalam contoh
larutan kanji sebagai indikator dititrasi dengan kalium iodida maka
perubahan warna yg terjadi adalah tidak berwarna menjadi biru
dilakukan secara duplo. Kadar sulfit yg didapat sebesar 15mg/L.

27
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari percobaan pengujian air laut mahasiswa dapat
menerapkan titrasi argentometri pada pengujian klorida dalam air dan didapatkan
kadar klorida sebesar 14677,03 mg/L selain itu mahasiswa dapat menerapkan
titrasi iodometri pada pengujian sulfit dalam air dan didapatkan kadar sulfit di
dalam air laut sebesar ⁄

5.2 Saran
Dalam pengujian kualitas air laut, sebaiknya praktikan terlebih dahulu
mengetahui apa saja unsur yang terkandung dalam air laut dan berapa standar
baku mutu untuk setiap kandungan tersebut. Selain itu, dalam proses
penentuan kualitas maupun kuantitas air laut diperlukan ketelitian dan
sistematik dalam setiap prosedur yang dilakukan.

28
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Dewa Gede dan Nobelia I, James.2010.PENENTUAN WAKTU DETENSI
OPTIMUM DALAM PROSES PENYISIHAN KLORIDA PADA REAKTON
KONTINU ELECTRO GRAVITATIONAL DESALINATION. Diakses dari
http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/rekayasa_air_dan_limbah_cair/wp-
content/uploads/2010/11/pi-ws4-dewa-gde-bagus-15305071.pdf pada tanggal 24
Maret 2019.

Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.


Jakarta : Erlangga.

Fatah, A.M. 1982. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik Edisi ketujuh. Jogjakarta :
Gadjah Mada Press.

Peureulak, I., Sifat-Sifat Fisik Serta Kimia Air Laut, diakses pada tanggal 24
Maret 2019, http://jenieb-nautika.blogspot.com/2009/10/sifat-sifat-
fisik-serta-kimia-air-laut.html.
S.M Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.

TitisUA.2009.Analisis Kadar Khlorida Pada Air Dan Air Limbah Dengan Metode Ar
gentometri. diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13905/1/09E02375 pada tanggal 24
Maret 2019.
Underwood A.L, JR. R.A. DAY. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam
Vogel.1985.Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima
.Jakarta:PT. Kalman Media Pustaka.

29
30

Anda mungkin juga menyukai