Endapan Volcanic-Hosted Massive Sulphide
Endapan Volcanic-Hosted Massive Sulphide
Endapan Volcanic-Hosted Massive Sulphide
A. Deskripsi Umum
Endapan ini terjadi sebagai lensa polymetallic masif sulfida yang terbentuk pada atau mendekati
dasar laut di lingkungan vulkanik submarine. Sebagian besar endapan VMS berupa
akumulasi mineral sulfida berlapis yang mengendap dari cairan hidrotermal di bawah dasar laut
dalam berbagai setting geologi dari masa terbentuknya hingga sekarang. Adapun beberapa hal
yang khas dari endapan VMS adalahEndapan bijih dengan kadar sulfida sangat tinggi (mencapai
95%) Kandungan barit dan anhidrit yang dominan. Kandungan logam dasar mempunyai nilai
ekonomis yang lebih besar daripada depositemasnya.
B. Genesa Endapan
Karena adanya tekanan hidrostatis, air laut meresap melalui rekahan-rekahan yang terbentuk di
lantai samudera (recharge). Air laut ini mempunyai karakter kimiawi tertentu.
Fluida tersebut dipanaskan oleh batuan bagian dalam yang melebur pada kerak samudera
sampai ketinggian temperatur 400°C. Reaksi fluida magmatis dengan air laut menyebabkan
tingginya kadar sulfida dan sulfat.
Fluida yang panas perlahan naik ke permukaan dikarenakan adanya perbedaan suhu (discharge)
Tipe endapan VMS diklasifikasikan berasarkan pada kandungan logam dasar, kandungan emas
dan litologi hostrock-nya. Terdapat beberapa klasifikasi VMS:
1. Endapan yang terbentuk di pusat penyebaran dan biasanya banyak mengandung Cu –Zn.
2. Endapan yang terbentuk di busur pulau yang biasanya memiliki konsentrasi dari Pb, Zn,
Ag dan Ba yang relatif tinggi.
1. tipe Zn-Cu
2. tipe Pb-Zn-Cu
3. tipe Cu
1. jenis Zn-Pb-Cu
2. jenis Zn-Cu
3. jenis Cu
Klasifikasi ini berdasarkan kandungan logam dasar relatif (Cu+Zn+Pb) dibandingkan dengan
kandungan logam mulia (Ag, Au).
1. Black smoker
Endapan ini terbentuk di pusat penyebaran. Black smoker mempunyai suhu lebih dari 3600C,
endapan mineral yang dihasilkan, yaitu pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), anhidrit (CaSO4)
dan mineral yang dihasilkan yaitu mineral sulfida. Bahan bijih yang diendapkan dalam
fumarol atau black smoker ketika didorong ke laut dingin dan bercampur dengan air
laut mengakibatkan pengendapan mineral sulfida sebagai bijih sulfida stratiform.
2. White Smoker
Endapan ini terbentuk di busur pulau yang memiliki suhu antara 2600-3000C, endapan
mineral yang dihasilkan yaitu pirit (FeS2) dan sphalerit (ZnS), dan kaya akan zinc.
Disebut white smoker karena menghasilkan unsur Al sebagai ciri khasfelsic.
Gambar D.3. Black smoker dan white smoker
1. Cyprus type : berhubungan dengan tholeiitic batuan basalt dalam sekuenofiolit(back arc
spreading ridge), contoh: Troodos Massif (Siprus).
3. Kuroko-type : berasosiasi dengan batuan vulkanik felsik terutama kubahrhyolite (back arc
rifting), contoh: Kuroko deposits (Jepang).
Karakteristik dan genesa endapan ini sangat menarik karena berbeda dengan tipe endapan
lain, sehingga masih menjadi perdebatan diantara para geoscientist. Namun belakangan
ini telah dilakukan penelitian lebih lanjut dan ditemukan bahwa endapan ini
dapat ditemukn akibat semburan larutan hidrotermal bersuhu tinggi (350oC) yang
timbul akibat celah di sepanjangtimur punggungan samudera pasifik yang juga
menunjukan aktifitas presipitasi mineral logam, yang serupa dengan endapan VMS.
Dari penemuan tersebut dihasilkan model endapanbijih yang terdiri dari 2 komponen
utama, yaitu:
1. Model deskriptif: menceritakan model badan bijih antara lain geologi, morfologi, sifat
kimia, mineralogi setiap tipe endapan.
2. Model genetik: memberikan penjelasan yang rasional dan konsisten tentang karakteristik
tipe endapan yang menceritakan tentang proses geologi yang terjadi.
Endapan VMS terdiri dari lapisan konkordan pada kadar sulfida yang tinggi, komposisi 60% atau
lebih mineral sulfida (Sangster dan Scott, 1976), yang secara stratigrafi didasari
olehstockwork diskordan atau pada zona urat-urat stringer. Mineralisasi tipe sulfida terjadi pada
jalur alterasi batuan hidrotermal. Kontak bagian atas dari lapisan VMS (dengan batuan dinding
atas) tajam, kontak terendah biasanya tergadrasi masuk ke zona stringer. Perbandingan
panjang dengan ketebalan yaitu antara 3-10 : 1. Endapan yang akan ditambang mungkin terdiri
dari beberapa lapisan VMS dan lapisan tersebut mendasari zona stockwork.
Porfiri terbentuk dari beberapa aktifitas intrusi, terdiri dari kumpulan dike dan breksi intrusi.
Mineralisasi terjadi akibat alterasi batuan samping, disseminated dan stockwork mineralization.
Alterasi yang terjadi pada host rock intensif dan ektensif akibat dari fluida hidrotermal yang
terbentuk. Pada dasarnya endapan porfiri mempunyai tonnase yang besar dan grade yang kecil.
Endapan Porfiri adalah endapan penghasil tembaga (Cu) terbesar, lebih dari 50 %. Endapan
porfiri umumnya terbentuk pada jalur orogenik, contohnya pada lingkar Pasifik. Contoh endapan
ini di Indonesia, terdapat di Grassberg, Selogiri-Wonosari
Potassic Zone – selalu hadir dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: K-felspar sekunder, biotit, dan
atau klorit yang menggantikan K-felspar.
Phyllic Zone – tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: vein quartz,
sericite and pyrite and minor chlorite, illite dan rutile menggantikan K-spar and biotite.
Argillic Zone – tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: mineral lempung kaolinite
dan montmorillonite dengan sedikit disseminated pirit. Plagioclase teralterasi kuat, K-spar tidak
terpengaruh, dan biotit mengalami kloritisasi.
Propylitic Zone – selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: klorit, kalsit dan minor
epidote. Mineral mafik terubah sangat kuat sedangkan plagioklas sedikt terubah.
Sedangkan berdasarkan mineral bijihnya, endapan porfiri dibagi menjadi beberapa zona, yaitu:
• Inner Zone – bersamaan dengan zona alterasi potasik. Mengandung sedikit sulfida, tapi paling
banyak mengandung Molybdenum. Pyrite 2-5% dan rasio py/cp sekitar 3:1. Mineralisasi lebih
banyak disseminated daripada stockwork.
• Ore Zone – berada pada perbatasan zona potasik dan filik. Pyrite 5-10% dan rasio py/cp sekitar
2.5:1. Mineral bijih utama: chalcopyrite yang hadir sebagai stockwork veinlet. Mineral bijih
lainnya: bornite, enargite and chalcocite.
• Pyrite Zone – lebih banyak terdapat pada zona filik dan argilik. Kandungan pirit tinggi (10-15%)
dan rasio py/cp sekitar 15:1. Mineralisasi hadir sebagai urat dan disseminasi.
• Outer Zone – hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan mineralisasi copper
sangat jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai, tapi biasanya sub-ore grade.
Mineralisasi hadir berupa vein sebenarnya (mirip vein epithermal).
Endapan skarn pertama kali dinyatakan sebagai batuan metamorf hasil kontak antara
batuan sedimen karbonatan dengan intrusi magma oleh ahli petrologi metamorf, dengan terjadi
perubahan kandungan batuan sedimen yang kaya karbonat, besi, dan magnesium menjadi kaya
akan kandungan Si, Al, Fe dan Mg dimana proses yang bekerja berupa metasomatisme pada
intrusi atau di dekat intrusi batuan beku (Best 1982).
Endapan skarn terbentuk sebagai efek dari kontak antara larutan hidrothermal yang
kaya silika dengan batuan sedimen yang kaya kalsium. Proses pembentukannya diawali pada
keadaan temperatur 400°C – 650°C dengan mineral-mineral yang terbentuk berupa mineral calc-
silicate seperti diopsid, andradit, dan wollastonit sebagai mineral-mineral utama pembawa
mineral bijih (Einaudi et al. 1981). Tapi terkadang dijumpai juga pembentukan endapan skarn
juga terbentuk pada temperatur yang lebih rendah, seperti endapan skarn yang kaya akan
kandungan Pb-Zn (Kwak 1986). Pengaruh tekanan yang bekerja selama pembentukan endapan
skarn bervariasi tergantung pada kedalaman formasi batuan
Singkatnya:
a. Eksoskarn
Eksoskarn adalah endapan skarn yang terbentuk di sekitar intrusi batuan beku, tidak mengalami
kontak langsung dengan intrusi.
b. Endoskarn
Endoskarn adalah endapan skarn yang terbentuk pada kontak batuan sedimen dengan intrusi
ataupun di dalam batuan beku intrusi itu sendiri sebagai xenolith.
a. Skarn Prograde Mineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang tinggi, dan terjadi pada
fase awal. Beberapa jenis mineral pencirinya adalah; garnet, klinopiroksen, biotit, humit,dan
montiselit.
b. Skarn Retrograde Minineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang rendah. Beberapa
contoh mineral pencirinya adalah; serpentin, amfibol, tremolit, epidot, klorit dan kalsit.
Gambar model penampang endapan Skarn
TIPE ENDAPAN MINERAL EPITERMAL
Endapan mineral epitermal telah menerima banyak perhatian di dunia oleh karena
dapat di eksploitasi secara ekonomis dan tersedia banyak dibantingkan dengan sumber daya
logam mulia lainnya. Secara geologi, endapan ini relatif mudah di temukan, karena secara
ganesa endapan epitermal ini kadanya rendah dan secara umum telah diketahui keberadaanya.
Oleh karena secara ganesa dan ekonomis endapan epitermal ini signifikan tetapi cadangannya
masih bersatu dengan cadangan kadar tinggi yang telah ada. Secara ekonomi harga emas-perak
naik relatif terhadap ongkos operasi penambangan emas. Hal ini disebabkan karena cadangan
emas yang kadanya rendah telah dapat diekploitasi secara komersil dan pengaruhnya adalah
terjadinya revitalisasi cadangan emas yang terlah ada.
Gambar 1. Skema penampang ilustrasi setting geologi dan hidrogeologi umum daerah endapan
epitermal (Taylor, 1996)
Endapan epitermal logam dasar dan mulia banyak macamnya mencerminkan perbedaan
tektonik, batuan beku dan kedudukan strukturnya dimana mereka terbentuk dan melibatkan
banyak proses didalam pembentukkannya. Kebanyakan dari endapan epitermal terbentuk
dalam suatu lebel kerak bumi yang dangkal, dimana perubahan tiba-tiba dalam kondisi fisik dan
kimianya menghasilkan ubahan hidrotermal (White dan Hedenquist, 1990)
Kata epitermal mengacu kepada endapan yang terbentuk pada temperatur rendah dan
kedalaman yang dangkal. Istilah epitermal diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh
Lindgren (1933) terhadap mineralogi dari bijih dan tipe-tipe alterasi di batuan, dan tekstur dari
mineral-mineral bijih yang terbentuk serta alterasi bawaannya. Dari pengamatan tersebut
diperoleh interpretasi mengenai suhu pembentukan endapan dan kedalaman pembentukannya.
Menurut White (2009) endapan epitermal dapat diketahui berdasarkan:
A. Proses Epithermal
Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000
meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak
lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang terjadi.
Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein. Sedangkan
struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada
endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral penyertanya berupa
mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low
sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia
fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe seperti zona dimana batuan
mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga ditemukan,
khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai tipe tidak menerus
(discontinuous)
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai
permukaan, terutama ketika fluida hidrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan fumaroles.
Banyak endapan mineral epitermal tua menampilkan fossil ‘roots’ dari sistem fumaroles kuno.
Karena mineral - mineral tersebut berada dekat permukaan, proses erosi sering mencabutnya
secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epitermal tua relatif tidak umum secara
global. Kebanyakan dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda.
Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik quartz, kalsit,
dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah satu ciri dari endapan
epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur
bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka
(karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform banding dan
struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini
juga memiliki tipe berupa tipe vein, stockwork dan diseminasi. Dua tipe utama dari endapan ini
adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat
kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000
dalam Chandra,2009).
Ransome (1907) (dalam Hedenquist et al, 2000) menemukan dari pengamatan yang dijumpai
pada endapan-endapan di sekitar kolam air panas dan fumarol pada gunung api, dimana dia
menyimpulkan bahwa endapan yang terbentuk pada kondisi reduksi dengan pH air
netral disebut sebagai pembawa endapan-endapan sulfidasi rendah sedangkan kondisi asam
dan teroksidasi disebut sebagai pembawa endapan-endapan sulfidasi tinggi. Terdapat asosiasi
mineral-mineral tertentu yang dapat digunakan sebagai penciri tipe-tipe endapan sulfidasinya.
Endapan sulfidasi rendah dicirikan oleh adanya asosiasi mineral-mineral sulfida seperti pirit-
pirortit-arsenopirit-sfalerit(kaya akan Fe) sedangkan sulfidasi tinggi dicirikan oleh asosiasi
mineral-mineral enargite-luzonit-kovelit-kelimpahan mineral pirit. White dan Hedenquist (1995)
di dalam White (2009), mengklasifikasikan kedua jenis endapan tersebut sebagai berikut :
Tabel 2. Asosiasi mineral bijih pada endapan epithermal (White dan Hedenquist, 1995) di dalam
White(2009)
Tabel 3. Asosiasi mineral-mineral sekunder pengisi gangue (White dan Hedenquist, 1995) di
dalam White (2009)
Dengan memahami asosiasi mineral bijih, mineral sekunder dan zona-zona tekstur pada urat di
batuan maka dapat digunakan sebagai alat interpretasi lingkungan terbentuknya urat
(Buchanan, 1981). Seperti yang terlihat pada gambar berikut :
Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)) Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%
Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama
yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusif, biasanya disertai oleh
sesar turun dan kekar.
Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan pembentukan
kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan stockwork. Jarang terbentuk sepanjang
permukaan lapisan, dan sedikit kenampakan replacement (penggantian). Logam mulia terdiri
dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi,
Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby
silvers, argentite, selenides, tellurides. Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis,
serisit, klorit rendah-Fe, epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite,
zeolit Ubahan batuan samping terdiri dari chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi,
dolomitisasi, kloritisasi Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang
sangat umum, sering sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan. Karakteristik umum dari
endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008) adalah: Jenis air berupa air
meteorik dengan sedikit air magmatik
Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada umumnya memiliki batuan
induk berupa batuan vulkanik.Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh
kontrol dan litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo-permeability pada kedalaman
yang dangkal dari sistem hidrotermal.
Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal yang terbentuk
sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat bidang sesar utama, tetapi biasanya
pada sesar-sesar minor. Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.
Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras dan realtif tahan
terhadap pelapukan. Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%).
SEDEX (sedimentary exhalative) adalah suatu jenis endapan sulfida masif yang
berasosiasi dengan batuan sedimen. Sulfida masif terbentuk dari hasil presipitasi larutan
hidrotermal yang dialirkan ke dasar laut melalui suatu saluran (“vent”). Saluran ini berupa zona
yang memotong bagian bawah perlapisan batuan sedimen (“footwall”) dan memasuki horizon
sulfida masif diatasnya.
SEDEX ditambang untuk diambil Zn dan Pb, namun pirit dan pirhotit seringkali menjadi
sulfida dominan. SEDEX terdiri dari perlapisan (layers) sulfida masif yang interbedded dengan
perlapisan batuan sedimen termasuk sedimen kimia seperti rijang, barit dan karbonat serta
sedimen klastik seperti lanau, mudstone dan argilit, dimana pegendapannya terjadi di dasar laut.
Mineralisasi sulfida terbentuk ketika fluida hidrotermal yang kaya logam melewati
sedimen induk dan menggantikan pirit hasil tahap awal diagenesa.
sirkulasi air laut masuk kedalam kerak dan berinteraksi dengan host rock batuan
sediment (Russel , et. al., 1981 digambar ulang dalam modul praktikum endapan mineral teknik
geologi ITB), , contoh pada tatanan intracratonic.
Kebanyakan Endapan SEDEX juga dikelilingi oleh sedimen hidrotermal yang
membentang hingga beberapa kilometer dari zona sulfida. Dalam endapan yang mengandung
barit (misalnya, Tom dan Meggen), endapan distal ini biasanya terdiri dari interlayered barit,
rijang, karbonat dan host litholigies. Dalam endapan lain, fasies ini diwakili oleh sulfida besi
dan / atau satuan rijang interbedded dengan host litholigies.(Mis. Sullivan;. Hamilton et al,
1982). Pada Howards Pass, Yukon, pinggiran distal dari zona bijih mengandung laminasi rijang
fosfatik dan serpih piritik (Goodfellow, 2004).
Endapan SEDEX merupakan sumber daya penting untuk Zn dan Pb dan menyumbang lebih dari
50% dan 60% dari cadangan dunia akan unsur-unsur tersebut (Tikkanen, 1986). Bagaimanapun,
proporsi utama produksi Zn dan Pb di dunia dari endapan SEDEX, ,secara signifikan lebih rendah
(yaitu, 31% dan 25% masing-masing) ketimbang cadangan yang ada.
Kadar logam sangat bervariasi, dengan rata-rata 0,97 wt% Cu; 3,28 wt% Pb; 6,76 wt% Zn dan 63
g/tAg.
Sebagian besar mineralisasi dalam endapan SEDEX berada pada fasies lapisan bijih. Bijih mineral
dalam fasies ini dalam banyak kasus berbutir halus dan intergrown, yang mengarah pada
recovery rendah selama pemanfaatan bijih. Walaupun rekristalisasi dari endapan sulfida
berbutir halus akibat metamorfosis atau proses hidrotermal menghasilkan bijih berbutir kasar
dan diperoleh recovery yang lebih tinggi, hasil rata-rata dari endapan SEDEX jauh lebih rendah
dibandingkan endapan MVT, BHT dan VMS, jenis lain dari endapan Zn dan Pb (Goodfellow et al,
1993.).
Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan batuan ultrabasa
yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit sendiri diambil dari bahasa Latin “later” yang
berarti batubata merah, yang dikemukakan oleh M. F. Buchanan (1807), yang digunakan sebagai
bahan bangunan di Mysore, Canara dan Malabr yang merupakan wilayah India bagian selatan.
Material tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu lama terekspos,
maka akan cepat sekali mengeras dan sangat kuat.
Dari beberapa pengertian bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan suatu material dengan
kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil proses pelapukan yang terjadi pada iklim
tropis dengan intensitas pelapukan tinggi. Di dalam industri pertambangan nikel laterit atau
proses yang diakibatkan oleh adanya proses lateritisasi sering disebut sebagai nikel sekunder.
Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan ultrabasa, dalam hal ini
adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung olivin, piroksen, magnesium
silikat dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan.
Proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentinit), dimana batuan
ini banyak mengandung mineral olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi silikat, yang pada
umumnya mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh
pelapukan lateritik (Boldt ,1967).
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan silika dari profil
laterit pada lingkungan yang bersifat asam, hangat dan lembab serta membentuk konsentrasi
endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979
dalam Nushantara 2002).
Menurut Hasanudin,dkk, 1992, air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfir dan
terkayakan kembali oleh material – material organis di permukaan meresap ke bawah
permukaan tanah sampai pada zona pelindian, dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat
fluktuasi ini air tanah yang kaya CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung
batuan asal dan melarutkan mineral – mineral yang tidak stabil seperti olivin / serpentin dan
piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan
memberikan mineral – mineral baru pada proses pengendapan kembali .Endapan besi yang
bersenyawa dengan oksida akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan
magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama
suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses
pelapukan dan pelindihan/leaching.
Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), Silika (Si), dan Nikel (Ni) akan tertinggal di
dalam larutan selama air masih bersifat asam . Tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi
dengan batuan dan tanah, maka zat – zat tersebut akan cenderung mengendap sebagai mineral
hidrosilikat (Ni-magnesium hidrosilicate) yang disebut mineral garnierit [(Ni,Mg)6Si4O10(OH)8]
atau mineral pembawa Ni (Boldt, 1967).
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka Ni yang terbawa
oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air sudah tidak dapat turun lagi
dan tidak dapat menembus batuan dasar(bedrock). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg,
SiO dan H akan membentuk mineral garnierit dengan rumus kimia (Ni, Mg) Si4O5(OH)4. Apabila
proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan
supergen/supergen enrichment. Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona Saprolit.
Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih
dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-ubah, terutama
tergantung dari perubahan musim.
Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer yang tidak terpengaruh
oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai zona batuan dasar (bed
rock). Biasanya berupa batuan ultramafik seperti Peridotit atau Dunit.
Profil laterit dapat dibagi menjadi beberapa zona. Profil nikel laterit tersebut didiskripsikan dan
diterangkan oleh daya larut mineral dan kondisi aliran air tanah.
1. Lapisan Limonit
Lapisan ini terletak di bagian atas permukaan. Terdapat iron cap / iron crust yang berwujud
keras dan kaya akan besi (Fe) berwarna hitam. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi
tapi kadar nikel yang rendah. Lapisan limonite berwarna merah-coklat atau kuning, agak lunak,
berkadar air antara 30% - 40%, kadar nikel 0.3-1,5%, Fe 40-50%, MgO 0.5 - 5%, SiO2 3%, lapisan
kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area dengan ketebalan rata-rata 5 - 15 meter.
Lapisan ini tipis pada lereng yang terjal, dan setempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel
pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat
mineral talc, tremolite, chromiferous, kuarsa, gibsite, maghemit. Pada bagian bawah kaya akan
mineral manganese, cobalt, dan nickel dalam bentuk asbolite atau manganese wad.
Limonit dibedakan menjadi 2, yaitu : red limonite yang biasa disebut hematit dan yellow
limonite yang disebut goethit. Biasanya pada goetit nikel berasosiasi dengan Fe dan mengganti
unsur Fe sehingga pada zona limonit terjadi pengayaan unsur Ni.
2. Smectite/Nontronite/Transition Zone
Lapisan ini merupakan zona peralihan antara Limonite bagian bawah dan Saprolite bagian
atas. Mengandung mineral Smectite (Nontronite). Tekstur batuan induk (protolith) masih
terlihat. Ukuran butir cenderung lempung dan impermeable.
Lapisan ini merupakan hasil pelapukan batuan ultramafik, berwarna kuning kecoklatan agak
kemerahan sampai kehijauan, terletak di bagian bawah dari lapisan limonit. Campuran dari sisa-
sisa batuan, butiran halus limonit, saprolitic rims, vein dari endapan garnierit (nickeliferous
quartz), mangan dan pada beberapa kasus terdapat silica boxwork, bentukan dari suatu zona
transisi dari limonit ke bedrock.
Kadar Ni 1,85%, Fe 16%, MgO 25%, SiO2 35%. Lapisan ini merupakan lapisan yang bernilai
ekonomis untuk ditambang sebagai bijih.
Bagian terbawah dari profil laterit Lapisan ini merupakan batuan peridotit sesar yang tidak atau
belum mengalami pelapukan. Blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis lagi (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan batuan
dasar). Berwarna kuning pucat sampai abu-abu kehijauan. Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang
membuka, terisi oleh mineral garnierit dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab
adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.
Bauksit (Al2O3.2H2O) memiliki sistem kristal oktahedral, terdiri dari 35-65% Al2O3, 2- 10% SiO2,
2-20%Fe2O3, 1-3% TiO2 dan 10- 30% H2O. Sebagai bijih alumina, bauksit mengandung
sedikitnya 35% Al2O3, 5% SiO2, 6% Fe2O3, dan 3% TiO2. Bauksit terbentuk dari batuan
yang mempunyai kadar aluminium tinggi, kadar besi rendah dan sedikit kadarkuarsa bebas.
Pada saat batuan mengalami pelapukan kimiawi unsur kimia silika (Si) terlarut dan terlepas
dari ikatan kristal begitujuga sebagian unsur besi. Alumina, Titanium dan mineral oksidasi
terkonsentrasi sebagai endapan residu. Batuan yang dapat memenuhi persyaratan itu antara
lain nephelin sienit, batuan lempung/serpih. Batuan itu akanmengalami proses lateritisasi
(proses pertukaran suhu secaraterus menerus sehingga batuan mengalami pelapukan).
Valeton (1972) Secara komersial bauksit terjadi dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Pissolitic atau oolitic disebut pula “kemel” yang berukuran diameter dari sentimeter,
sebagai amorfous trihydrate.
2. Sponge ore (Arkansas), porous, merupakan sisa dari batuan asal dengan komposisi utama
mineral gibsit.
3. Amorphous atau bijih lempung. Clay symposium (1952)
4.3. Proses Pembentukan Endapan Bauksit Menurut Zarasyandi, dkk (1984). proses-proses yang
dapat membentuk endapan bauksit dijelaskan sebagai berikut :
1. Proses Magmatik Alumina yang bersumber dari proses magmatik dijumpai dalam bentuk
batuan yang kaya akan kandungan alumina yang disebut dengan alumina-rich rock.
2. Proses Hidrothermal Alumina produk alterasi hidrothennal dari trasit (trachyte) dan riolit
(rhyolite).
3. Proses Metamorfosa Alumina yang bersumber dari proses metamorfosa adalah sumber
alumina yang tidak ekonomis.
4. Proses Pelapukan Alumina yang bersumber dari proses pelapukan, dijumpai sebagai cebakan
residual dan disebut sebagai bauksit.
Proses secara magmatik
4.4. Faktor Pengontrol Endapan Bauksit Menurut Valeton (1972) pembentukan endapan laterit
bauksit dikontrol oleh beberapa faktor yang saling terkait dan mempengaruhi, tetapi faktor
tersebut juga dapat berubah dalam membentuk endapan, faktor tersebut seperti:
1. Batuan asal yang kaya akan unsur Al
2. Daerah subtropis dengan curah hujan yang tinggi
3. Temperatur harian lebih besar dari 200C
4. Topografi undulating
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Ada dua sumber yang masuk akal untuk emas: (1) batuan metamorf, dari mana cairan
yang dihasilkan sebagai suhu meningkat; dan (2) felsic-menengah magma, yang melepaskan
cairan karena mereka mengkristal. Emas-bantalan endapan magmatik-hidrotermal diperkaya
dalam banyak elemen, termasuk S, Cu, Mo, Sb, Bi, W, Pb, Zn, Te, Hg, As, dan Ag (misalnya,
Goldfarb et al, 2005. ; Richards, 2009 ). Endapan tersebut telah disebut sebagai emas ditambah
endapan (misalnya, Phillips, 2013 ), tetapi kebanyakan endapan emas orogenic jatuh ke dalam
kelompok alternatif endapan emas saja, dan lebih misterius. Ini ditandai dengan peningkatan S
dan As, dan hanya pengkayaan kecil dalam unsur-unsur lainnya. Pendapat yang dominan saat ini
adalah bahwa batuan metamorf adalah sumber untuk endapan tersebut ( Goldfarb et al, 2005. ;
Phillips dan Powell, 2010 ).
Corbett, G,J., T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure,
alteration, and mineralization . A workshop presented for the Society of Exploration
Geochemists at Townville, 145pp.
Antony M. Evans., ore geology and Industrial Minerals (AN introduction)., 1994
Charles S. Hutchison., economic deposits and their tectonic setting., 1987.