Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASPEK LEGAL PRAKTIK KEPERAWATAN


DONASI ORGAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konsep Dasar Keperawatan
Dosen Pengampu : Afif Arundina R,S.Pd.M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Elisa Ismaningsih
2. Heska Kusumaning Tyas
3. Kresna Juwara Putra
4. Puji Harti
5. Rodiah Nur Rahmawati

Sarjana Keperawatan
StiKes Kusuma Husada
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A.Definisi Transplantasi Organ


Menurut pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan,transplantasi organ
adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan
tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam
rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan tubuh.
Pengertian lain mengenai transplantasi organ adalah berdasarkan UU No. 23
tahun 1992 tentang kesehatan, transplantasi adalah tindakan medis untuk
memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh
orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti
jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
Jika dilihat dari fungsi dan manfaatnya transplantasi organ dapat
dikategorikan sebagai ‘life saving’. Live saving maksudnya adalah dengan
dilakukannya transplantasi diharapkan bisa memperpanjang jangka waktu
seseorang untuk bertahan dari penyakit yang dideritanya.

B.Klasifikasi Transplantasi Organ


Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
1.      Autotransplantasi: pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain
dalam tubuh orang itu sendiri.
2.      Homotransplantasi : pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh
seseorang ke tubuh orang lain.
3.      Heterotransplantasi : pemindahan organ atau jaringan dari satu spesies ke
spesies lain.
4.      Autograft
Transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal ini
dilakukan dengan jaringan surplus, atau jaringan yang dapat memperbarui, atau
jaringan lebih sangat dibutuhkan di tempat lain (contoh termasuk kulit
grafts , ekstraksi vena untukCABG , dll) Kadang-kadang autograft dilakukan
untuk mengangkat jaringan dan kemudian mengobatinya atau orang, sebelum
mengembalikannya (contoh termasukbatang autograft sel dan
penyimpanan darah sebelum operasi ).
5.     Allograft
Allograft adalah suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua non-
identik anggota genetis yang sama spesies . Sebagian besar jaringan manusia
dan organ transplantasi yang allografts. Karena perbedaan genetik antara organ
dan penerima, penerima sistem kekebalan tubuh akan mengidentifikasi organ
sebagai benda asing dan berusaha untuk menghancurkannya,
menyebabkan penolakan transplantasi .
6.      Isograft
Sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang
ditransplantasikan dari donor ke penerima yang identik secara genetis
(seperti kembar identik ). Isografts dibedakan dari jenis lain transplantasi
karena sementara mereka secara anatomi identik dengan allografts, mereka
tidak memicu respon kekebalan.

7.      Xenograft dan xenotransplantation


Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies yang lain. Sebuah contoh
adalah transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum dan sukses. Contoh
lain adalah mencoba-primata (ikan primata non manusia)-transplantasi Piscine
dari pulau kecil (yaitu pankreas pulau jaringan atau) jaringan.
8.      Transplantasi Split
Kadang-kadang organ almarhum-donor, biasanya hati, dapat dibagi antara
dua penerima, terutama orang dewasa dan seorang anak. Ini bukan biasanya
sebuah pilihan yang diinginkan karena transplantasi organ secara keseluruhan
lebih berhasil.
9.      Transplantasi Domino
Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis kistik karena
kedua paru-paru perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah secara teknis
untuk menggantikan jantung dan paru-paru pada waktu yang sama. Sebagai
jantung asli penerima biasanya sehat, dapat dipindahkan ke orang lain yang
membutuhkan transplantasi jantung. (parsudi,2007).

Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan
tubuh maka transplantasi dapat dibedakan menjadi :
a. Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau
organ tubuh seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya
sendiri tanpa mengancam kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada
jaringan atau organ yang bersifat regeneratif, misalnya kulit, darah dan
sumsum tulang, serta organ-organ yang berpasangan misalnya ginjal.
b.    Transplantasi dengan donor mati atau jenazah
Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan
organ atau jaringan dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih
hidup. Jenis organ yang biasanya didonorkan adalah organ yang tidak
memiliki kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea, ginjal
dan pankreas.
C.Penyebab Transplantasi Organ
Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:
1.      Eksplantasi : usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hiudp atau
yang sudah meninggal.
2.      Implantasi : usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada
bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan
transplantasi, yaitu :
    1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup
yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis,
untuk hidup dengan kekurangan jaringan atau organ. (anonim,2006)
   2.  Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan
atau organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak
jaringan atau organ tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah
tidak dapat berfungsi lagi.

D. Transplantasi Organ dari Segi Hukum

Dasar hukum dilaksanakannya transplantasi organ sebagai suatu terapi adalah


Pasal 32 ayat (1), (2), (3) tentang hak pasien untuk memperoleh
kesembuhan dengan pengobatan dan perawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan :
Pasal 32 ayat (1) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan akibat penyakit,
mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat.
Pasal 32 ayat (2) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan.
Pasal 32 ayat (3) berbunyi: Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan untuk prosedur pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang
Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat
atau Jaringan Tubuh Manusia.
Pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pelaksanaan
transplantasi diatur dalam Pasal 34 yang berbunyi:
Pasal 34 Ayat (1): Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
Pasal 34 Ayat (2): Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang
donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada
persetujuan donor dan ahli waris atau keluarganya.
Pasal 34 Ayat (3): Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan
transplantasi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.

D.Transplantasi Organ dari Segi  Etika  Keperawatan

Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi
suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada
kode etik keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang
hubungan perawat dengan teman sejawat. Pokok etik tersebut berbunyi “
Perawat bertindak melindungi klien dan tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
illegal ”. Seorang perawat dalam meeeenjalankan profesinya juga
diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsip-prinsip etik, antara lain :

a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan
bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi. Jika dikaitkan
dengan kasus transplantasi organ maka hal yang menjadi pertimbangan
adalah seseorang melakukan transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun dan tentu saja pasien diyakinkan bahwa keputusan
yang diambilnya adalah keputusan yang telah dipertimbangkan secara
matang.

b. Berbuat baik (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.

c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)


Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus diupayakan
semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, Kebenaran merupakan dasar dalam
membangun hubungan saling percaya.

f. Menepati janji (Fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar bahwa dalam
memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai
pertimbangan yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun,
adil bagi pihak pendonor maupun resipien, tidak meruguikan pihak
manapun serta berorientasi pada kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar
nilai-nilai dalam praktek perawat professional. Sebagai contoh nilai
tersebut adalah, keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan
berharga. Jika seorang perawat menjunjung tinggi nilai tersebut dalam
prakteknya, niscaya seorang perawat tidak akan begitu mudah membantu
melaksanakan praktek transplantasi organ hanya dengan motivasi
komersiil.
PRAKTEK LEGAL

1.    Pengertian Perlindungan Hukum dalam Praktik Keperawatan


Hukum adalah seluruh aturan dan undang-undang yang mengatur
sekelompok masyarakat dengan demikian hukum dibuat oleh masyarakat
dan untuk mengatur  semua anggota masyarakat.

2.    Tujuan hukum dalam keperawatan


Tujuan hukum yang mengendalikan cakupan praktek keperawatan,
ketentuaan, perizinan bagi perawat, dan standar asuhan adalah melindungi
kepentingan masyarakat .perawat yang mengetahui dan menjalankan
undang-undang praktik perawat serta standar asuhan akan memberikan
layanan keperawatan yang aman dan kompeten.

3.    Fungsi hukum dalam keperawatan


a. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis
tindakan keperawatan yang sah dalam asuhan klien.
b. Hukum membedakan tanggung jawab  perawat dari tenaga
propesional kesehatan lain.
c. Hukum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang
mandiri.

4.    Sumber hukum
Pedoman legal yang dianut perawat berasal dari hukum perundang-
undangan, hukum peraturan, dan hukum umum.

a. Hukum Perundang-undangan
Hukum yang dikeluarkan oleh badan legislatif. Menggambarkan dan
menjelaskan batasan legal praktek keperawatan. Undang-undang ini
melindungi hak-hak penyandang cacat di tempat kerja, institusi
pendidikan, dan dalam masyarakat.
b. Hukum peraturan atau hukum administratif
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh badan administratif. Salah satu
contoh hukum peraturan adalah kewajiban untuk melaporkan tindakan
keperawatan yang tidak kompeten atau tidak etis.
c. Hukum umum
Berasal dari keputusan pengadilan yang dibuat di ruang pengadilan saat
kasus hukum individu diputuskan. Contoh hukum umum adalah informed
consent dan hak klien untuk menolak pengobatan.
Tipe Hukum
1.  Hukum Pidana (criminal laws) mencegah terjadinya kejahatan dalam
masyarakat dan memberikan hukuman bagi pelaku tindakan kriminal.
Contohnya antara lain pembunuhan, pembunuhan tidak direncana, dan
pencurian.
2.  Hukum Perdata melindungi hak-hak pribadi individu dalam masyarakat
dan mendorong perlakuan yang adil dan pantas di antara individu.

Undang-undang dan srategi diberlakukan untuk melindungi perawat


terhadap litigasi diantaranya:
Good Samaritan Act adalah undang-undang yang ditetapkan untuk
melindungi penyediaan layanan kesehatan yang memberikan bantuan pada
situasi kegawatan terhadap tuduhan malpraktek kecuali dapat dibuktikan
terjadi penyimpangan berat dari standar asuhan normal atau kesalahan
yang disengaja di pihak penyedia layanan kesehatan.  
Asuransi tanggung wajib profesi seiring meningkatnya tuntutan
malpraktik terhadap para propesional kesehatan, perawat dianjurkan
mengurus asuransi tanggung wajib mereka. Kebayakan rumah sakit
memiliki asuransi pertanggungan bagi semua pegawai, termasuk semua
perawat. Dokter atau rumah sakit dapat dituntut karena tindak kelalaian
yang dilakukan perawat dan perawat juga dapat dituntut dan dianggap
bertanggung jawab atas kelalaian atau malpraktik.Rumah sakit dapat
menuntut balik perawat saat mereka terbukti lalai dan rumah sakit
mengharuskan untuk membayar. Oleh karna itu perawat dianjurkan
mengurus sendiri jaminan asuransi mereka dan tidak hanya mengandalkan
asuransi yang disediakan oleh rumah sakit saja.
Melaksanakan program dokter para perawat diharap mampu
menganalisis prosedur dan medikasi yang diprogramkan dokter. Perawat
bertanggung jawab mengklarifikasi program yang tampak rancu atau salah
dari dokter yang meminta.
Memberikan asuhan keperawatan yang kompeten praktik yang
kompeten adalah upaya perlindungan hukum utama bagi perawat. Perawat
sebaiknya memberikan asuhan yang tetap berada dalam batasan hokum
praktik mereka dan dalam batasan kebijakan instansimaupun prosedur
yang berlaku.penerapan proses keperawatan merupakan aspek penting
dalam memberikan asuhan klien yang aman dan efektif.
Membuat rekam medis rekam medis klien adalah dokumen hukum dan
dapat digunakan dipengadilan sebagai barang bukti.
Laporan insiden adalah catatan instantsi mengenai kecelakaan atau
kejadian luar biasa.laporan insiden digunakan untuk memberikan semua
fakta yang dibutuhkan kepada personel instansi.
Peran Perawat Berdasarkan Hukum
Berdasarkan hukum, perawat memiliki tiga peran berbeda yang saling
bergantung, masing-masing dengan hak dan kewajiban yang terkait, yaitu
sebagai penyedia layanan, pegawai atau penerima kontrak sebagai
penyedia layanan, dan warga negara.

A. Penyedia Layanan
Perawat diharapkan memberikan perawatan yang aman dan kompeten.
Tersirat dalam peran ini adalah beberapa konsep hukum, yakni tanggung
wajib, standar asuhan, dan kewajiban kontrak.
i. Tanggung jawab adalah keadaan atau kondisi untuk bertanggung
jawab sesuai hukum terhadap kewajiban dan tindakan seseorang dan
pemberian ganti rugi secara finansial atas tindak pelanggaran.
Perawat, contohnya memiliki kewajiban   untuk berpraktik dan
mengarahkan praktik yang dilakukan orang lain di bawah
pengawasan perawat tersebut sehingga bahaya atau cedera pada
klien dapat dicegah dan standar asuhan dapat terjaga.
ii. Standar asuhan yang dilakukan atau tidak dilakukan perawat secara
hukum dibatasi oloeh undang-undang praktik perawat dan oleh
peraturan tindakan yang rasional dan bijaksana, yaitu tindakan yang
dilakukan oleh tenaga profesional yang rasional dan bijaksana,
dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang sama pada
situasi yang sama.
iii. Kewajiban kontrak adalah tugas perawat yang harus dilakukan
perawat, yaitu  tugas untuk memberikan asuhan, yang ditetapkan
berdasarkan kontrak tersurat dan tersirat.

B. Pegawai atau Penerima Kontrak Sebagai Penyedia Layanan


Perawat yang diperkerjakan oleh suatu lembaga bekerja sebagai perwakilan
lembaga tersebut dan kontrak perawat dengan klien merupakan bentuk
kontrak tersirat. Namun perawat yang diperkerjakan secara langsung oleh
klien, contohnya perawat pribadi, mungkin memiliki kontrak tertulis
dengan klien tersebut berisi persetujuan perawat untuk memberikan
layanan profesional dengan biaya imbalan tertentu. Perawat dapat tidak
memenuhi ketentuan dalam kontrak bila ia sakit atau meninggal dunia.
Namun kendala dan masalah pribadi, seperti mobil perawat mogok, bukan
alasan yang diterima untuk melanggar kontrak

C. Warga Negara
Hak dan kewajiban perawat sebagai warga negara sama dengan setiap
individu yang berada di bawah sistem hukum. Hak-hak kewarganegaran
melindungi klien dari bahaya dan menjamin pemberian hak atas harta
pribadi mereka, hak atas privasi, kerahasian, dan hak-hak lain. Hak ini
juga berlaku bagi perawat.

6.    Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan


Perawat perlu memahami dan menerapkan banyak aspek legal pada
berbagai peran mereka. Contohnya, sebagai advokat klien, perawat
memastikan klien mendapatkan haknya untuk menyetujui atau menolak
tindakan setelah diberikan informasi yang benar, serta mengidentifikasi
dan melaporkan perilaku kekerasan dan pengabaian terhadap pasien yang
rentan. Aspek legal juga mencakup tanggung jawab untuk melaporkan
perawat yang diduga melakukan penyalahgunaan zat kimia.    

a.      Standar Pelayanan
Standar pelayanan ( standard of care ) merupakan pedoman legal bagi
praktik  keperawatan dan memberikan batasan minimum pelayanan
keperawatan yang dapat diterima. Standar tersebut mencerminkan nilai-
nilai dan prioritas profesi.
Dalam sebuah tuntutan malpraktek, standar pelayanan keperawatan
mengukur tindakan keperawatan dan menentukan apakah perawat
melakukan tindakan yang layak dan bijaksana seperti yang dilakukan
perawat lainnya dalam situasi yang sama. Pelanggaran terhadap standar
pelayanan keperawatan merupakan salah satu elemen yang harus
dibuktikan dalam kasus kelalaian atau malpraktik keperawatan.

Dalam tuntutan malpraktek atau kelalaian perawat, seorang ahli


keperawatan memberikan kesaksian kepada juri tentang standar pelayanan
keperawatan. Juri menggunakan standar pelayanan sebagai dasar untuk
menentukan apakah perawat telah melakukan tindakan yang sesuai. 

b.      Persetujuan
Formulir persetujuan ( consent ) yang telah ditandatangani dibutuhkan untuk
semua pengobatan rutin, prosedur berbahaya seperti operasi, beberapa
program pengobatan seperti kemoterapi dan penelitian yang melibatkan
pasien.

c.       Informed Consent
Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu
tindakan, seperti operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan
pemberitahuan lengkap tentang risiko, manfaat, alternatif, dan akibat
penolakan.
Informed consent merupakan kewajiban hukum bagi penyelengara
pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi dalam istilah yang
dimengerti oleh klien sehingga klien dapat membuat pilihan. Persetujuan
ini harus diperoleh pada saat klien tidak berada dalam pengaruh obat
seperti narkotika.
DAFTAR PUSTAKA

http://rizkiaapriatma.blogspot.com/2013/12/normal-0-false-false-false-
en-us-x-none.html

Anda mungkin juga menyukai