Anda di halaman 1dari 6

Meilia PDI, Christianto GM, Librianty N.

Buah Simalakama Rekam Medis Elektronik: Manfaat versus ISSN 2598-179X (cetak)
dilema etik. JEKI. 2019;3(2):61–6. doi: 10.26880/jeki.v3i2.37. ISSN 2598-053X (online)

Buah Simalakama Rekam Medis Elektronik:


Manfaat Versus Dilema Etik
Putri Dianita Ika Meilia1,2, Gilbert Mayer Christianto, Nurfanida Librianty1,3
1
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
2
Instalasi Kedokteran Forensik dan Pemulasaraan Jenazah, Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta
3
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Kata Kunci Abstrak Rekam medis elektronik (RME) merupakan terobosan


Etik, rekam medis elektronik teknologi informasi dan komunikasi yang mempermudah
Korespondensi penyimpanan rekam medis dalam bentuk data elektronik, sehingga
antalya22ftf@gmail.com tenaga kesehatan dapat memperoleh informasi pasien dengan
Publikasi mudah, cepat, tanpa terbatas jarak dan waktu, disertai berbagai
© 2019 JEKI/ilmiah.id kemudahan dan manfaat lainnya. RME juga mempermudah
DOI pasien untuk mengakses data medisnya sendiri. Walau demikian,
10.26880/jeki.v3i2.37
terobosan ini juga membuka kemungkinan dilema etik baru,
Tanggal masuk: 15 Agustus 2019 antara lain konfidensialitas informasi, peretasan, potensi ancaman
Tanggal ditelaah: 18 Oktober 2019 terhadap rapport dokter-pasien, dan gangguan sistem di tengah
Tanggal diterima: 20 November 2019 pelayanan. Suatu RME minimal memiliki dua bentuk pengaman
Tanggal publikasi: 30 Desember 2019 yaitu otentikasi dan otorisasi, di samping enkripsi dan penggunaan
penyimpanan cloud. Indonesia perlu membuat panduan keamanan
dan standardisasi RME, baik pada fasilitas pelayanan tingkat
pertama ataupun di rumah sakit, dan melakukan audit sistem
keamanan RME secara rutin. Sebagai dokter dan tenaga
kesehatan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyelenggaraan RME sehingga manfaat yang diharapkan bagi
peningkatan layanan terhadap pasien dapat terwujud.

Abstract Electronic medical record (RME) is a breakthrough in information and communication


technology that facilitates storage of medical records as electronic data, enabling health workers to
obtain patient information easily, quickly, without limitations of distance and time, along with various
other benefits. RME also allows patients to easily access their own medical data. However, this
breakthrough also opens up the possibility of new ethical dilemma, such as confidentiality, hacking,
potential threats to doctor-patient rapport, and system disruption/failures in the midst of service.
RME has to have at least two forms of security, namely authentication and authorization, in addition
to encryption and use of cloud storage. Indonesia needs to make security guidelines and standardization
of RME, in both primary health care and hospitals, while routinely audits RME security systems.
Doctors and health workers have to consider various things in the implementation of RME so that its
expected benefits in improving patient services can be accomplished.
Rekam medis elektronik (RME) luas. Pengaplikasian RME telah diadopsi pada
merupakan penerapan ilmu teknologi informasi rumah sakit di banyak negara mulai tahun 1999.
dan komunikasi (TIK) pada bidang kesehatan. Negara berkembang pun mulai mengadopsi
Dengan RME kesehatan pasien data terintegrasi RME ini untuk mendapatkan efektivitas
di sebuah sistem, sehingga tenaga kesehatan dan efisiensi dalam pelayanan kesehatan. Di
bisa mendapatkan data riwayat terdahulu Indonesia aturan khusus mengenai RME
kesehatan pasien terdahulu secara lebih mudah, belum ada, tetapi keabsahan sebagai barang
tidak tergantung jarak dan waktu. Hal ini bukti hukum yang diatur oleh Undang-Undang
tentu akan mempermudah dalam pertukaran tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
informasi terutama pada daerah yang di mana (ITE) No. 19 tahun 2016 dan Peraturan Menteri
jarak antar fasilitas kesehatan tersebar sangat Kesehatan (Permenkes) No. 269 tahun 2008.
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019 61
Buah Simalakama Rekam Medis Elektronik: Manfaat versus dilema etik

Pengelolaan RME diharapkan akan dan pemusnahan berkas rekam medis. Apabila
mempermudah akses terhadap informasi pasien. untuk berkas fisik rekam medis yang perlu
Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi disimpan minimal selama lima tahun sejak
pihak yang berhak. Namun, RME memberikan kunjungan pasien terakhir diperlukan fasilitas
kesempatan baru bagi pihak lain yang ingin ruangan, gedung, bahkan gudang tersendiri,
menyalahgunakan, seperti beberapa kasus di penyimpanan RME memerlukan ruang
Amerika di mana sistem di Rumah Sakit diretas penyimpanan yang lebih sedikit, untuk jangka
dan mengakibatkan gangguan operasional waktu penyimpanan tidak terbatas, dengan
rumah sakit. Untuk itu diperlukan suatu privasi biaya pemeliharaan yang lebih kecil.
untuk menjaga keamanan RME. Prinsip dasar Keuntungan lainnya untuk pasien adalah
bahwa rekam medis bersifat rahasia harus tetap akses yang dimilikinya terhadap data medisnya
berlaku, baik dalam bentuk kertas maupun sendiri. Dengan akses tersebut, pemahaman
dalam bentuk elektronik. Seperti layaknya rekam pasien terhadap kondisi kesehatannya sendiri
medis konvensional hanya pihak tertentu saja dapat ditingkatkan.1 Hal ini dapat memperbaiki
yang boleh „masuk“ dan mengetahui informasi hubungan dan komunikasi antara dokter
dari RME. dengan pasien dengan memfasilitasi diskusi
Artikel ini akan membahas prinsip dan tentang diagnosis dan rencana tatalaksana
dilema etika terkait penggunaan RME, terutama pasien serta pengambilan keputusan yang
di Indonesia. terbaik dari sudut pandang pasien. Instruksi
dan anjuran dokter juga dapat diakses langsung
Prinsip bioetika terkait RME oleh pasien sewaktu-waktu diperlukan sehingga
Prinsip-prinsip bioetika yang terkait dengan dapat menghindari kesalahpahaman.1
penggunaan RME adalah sebagai berikut: RME juga lebih unggul dari RM
1. Beneficence konvensional dari segi teknis pencatatan
Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan karena dapat menanggulangi masalah tulisan
RME memiliki banyak manfaat, baik bagi tangan yang kurang jelas maupun pencatatan
pihak pasien dan penyedia layanan kesehatan. yang tidak lengkap atau tidak sistematis.1
RME dapat memperlancar dan menjamin Aspek teknis seperti penggunaan format baku
kesinambungan dari pemberian layanan (template), kolom yang wajib diisi (necessary
kesehatan dengan mempercepat transfer fields), dan menu pilihan (drop-down menu) dapat
informasi medis pasien, baik antarunit layanan mempermudah dan menjamin kelengkapan
dalam satu rumah sakit maupun antar fasilitas pencatatan di rekam medis tanpa menambah
layanan kesehatan dalam rangka upaya rujukan.1 lamanya waktu pengisian.1
Data medis seorang pasien dapat dengan mudah Semua keunggulan penggunaan RME
dan cepat dibagi dengan penyedia layanan tersebut di atas tentunya dengan asumsi
kesehatan lainnya yang bahkan berada di belahan bahwa penyelenggaraannya didukung oleh
dunia lainnya. Hal ini tentu sangat bermanfaat kemampuan teknologi yang mumpuni, baik
dalam situasi layanan gawat darurat.1 Pasien dari segi perangkat keras dan perangkat lunak
juga tidak perlu membawa-bawa berkas apa pun yang memiliki spesifikasi yang diperlukan,
saat pindah berobat atau dirujuk sehingga dapat maupun sumber daya manusia yang paham
membantu menjaga keamanan data medis. Hal teknologi. Khusus terkait penyelenggaraan
ini juga dapat mengatasi kesulitan transfer data RME oleh dokter, pasal 21 Kode Etik
medis yang diakibatkan oleh kondisi geografis Kedokteran Indonesia (KODEKI) tahun
Indonesia yang berbentuk negara kepulauan. 2012 mewajibkan dokter untuk senantiasa
Selain itu, dengan pengurangan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
penggunaan kertas dan berkas fisik, biaya yang dan teknologi kedokteran/kesehatan.2 Di
terkait dengan pembuatan dan penyelenggaraan sini, penyelenggaraan RME termasuk dalam
rekam medis dapat ditekan, termasuk biaya- penggunaan teknologi yang dapat menunjang
biaya yang diperlukan untuk penyimpanan kelancaran pemberian layanan kesehatan. Oleh
62 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019
Meilia PDI, Christianto GM, dan Librianty N

karena itu, setiap dokter hendaknya mau dan data). Dengan hak otonomi pasien untuk
mampu melakukan dokumentasi tatalaksana membatasi akses peneliti ke data medisnya, ada
pasien yang dilakukannya dalam RME sesuai potensi hambatan terhadap kompilasi big data
dengan aturan yang berlaku. untuk keperluan penelitian kesehatan.
Kesulitan lain yang mungkin berlaku di 3. Justice
Indonesia adalah akses listrik dan internet yang Pembuatan kebijakan kesehatan yang tepat
masih terbatas di beberapa daerah, terutama membutuhkan dukungan data yang lengkap
di pelosok negeri. Hal ini dapat menghambat dan akurat, baik pada tingkat institusi, regional,
penyelenggaraan RME di daerah-daerah maupun nasional.1 Adanya ketidaksetaraan
tersebut. Secara etis, hal ini dapat menyebabkan dalam pemberian layanan kesehatan dapat
tidak tercapainya manfaat maksimal dari RME. terdeteksi apabila pencatatan variabel klinis dan
2. Autonomy demografis dilakukan secara baik. Di Indonesia,
Salah satu manfaat penggunaan RME pemberian layanan kesehatan masih belum
adalah menunjang pengambilan keputusan. merata, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Informed decision making merupakan Oleh karena itu, penyelenggaraan RME yang
pengejawantahan dari prinsip otonomi pasien, baik dan lengkap dapat mengumpulkan data
yaitu hak untuk menentukan nasib dirinya kesehatan dan pengguna layanan kesehatan,
sendiri.1 Data medis yang tersimpan dalam yang kemudian dapat digunakan dalam
RME dapat diakses langsung oleh pasien dan perumusan kebijakan kesehatan yang adil.
dokter sehingga dapat digunakan sebagai dasar Namun, sekali lagi akses yang terbatas
pengambilan keputusan medis secara bersama. terhadap teknologi yang diperlukan untuk
Selain dari hak akses ke data medisnya sendiri, menyelenggarakan RME dapat menjadi
prinsip otonomi juga tercermin dari hak pasien penghambat bagi pengumpulan data kesehatan
untuk menentukan siapa saja yang berhak yang akurat dan lengkap. Data dari pelosok
mengakses dan menggunakan data medisnya daerah di Indonesia dengan akses teknologi
selain dirinya.1 yang tidak memadai dapat menimbulkan bias
Lebih lanjut lagi, tidak tertutup dalam pengumpulan data sehingga kebijakan
kemungkinan bahwa pasien juga dapat yang dirumuskan pun kurang tepat. Hal ini
melakukan data entry dan editing terhadap harus dapat diantisipasi oleh para pengambil
data medisnya. Hal ini dapat meningkatkan kebijakan.
kerjasama pasien dalam hal pelengkapan riwayat 4. Fidelity
medis, terutama yang potensial bersifat sensitif Rasa percaya (trust) merupakan hal
atau rahasia, misalnya riwayat penyakit HIV yang amat penting dalam hubungan dokter-
atau gangguan kejiwaan. pasien. Terkait dengan data medis, pasien
Namun, terdapat pula dilema etika yang harus mendapat keyakinan bahwa kerahasiaan
terkait dengan prinsip otonomi tersebut. datanya dapat terjamin. Lebih lanjut lagi, data
Salah satunya adalah hak pasien untuk medis seharusnya hanya dapat diakses oleh
membatasi penyebaran data medisnya ke pihak pihak yang berkepentingan, untuk tujuan yang
lain, termasuk apakah data medisnya akan jelas dan terbatas, dengan mempertimbangkan
digabungkan dalam pangkalan data yang bersifat kepentingan dan keinginan pasien.1 Hak
regional/nasional dan penggunaan datanya pasien akan konfidensialitas (confidentiality)
untuk keperluan penelitian.1 Kelaziman yang data medisnya menimbulkan kewajiban bagi
berlaku saat ini adalah bahwa informasi yang dokter dan tenaga kesehatan untuk menjaga
terdapat dalam rekam medis merupakan data konfidensialitas tersebut.3 Dalam KODEKI,
sekunder. Oleh karena itu, untuk mengaksesnya pasal 16 diatur tentang kewajiban dokter untuk
pada umumnya tidak diperlukan persetujuan merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
(informed consent) khusus dari pasien yang tentang seorang pasien, bahkan setelah pasien
bersangkutan, selama data tersebut dibuat agar tersebut meninggal dunia.2
tidak dapat diidentifikasi (de-identified medical
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019 63
Buah Simalakama Rekam Medis Elektronik: Manfaat versus dilema etik

Konfidensialitas ini rentan untuk dilanggar data. Seorang staf menggunakan posisinya
dengan mudahnya akses terhadap data di rumah sakit untuk mendapatkan akses ke
medis oleh pihak yang tidak berkepentingan. data pasien, nama, alamat, dan nomor rekam
Seharusnya, data medis seorang pasien hanya medis pasien kemudian menjual informasinya
dapat diakses oleh tenaga kesehatan yang sedang ke asuransi. Pelaku dihukum 6 bulan penjara
menangani pasien waktu itu saja. Lebih lanjut dan didenda $2.100. Sebelumnya di sebuah
lagi, data yang dapat diakses seharusnya hanya RS seorang pekerja berhasil mencuri laptop
data medis yang relevan untuk penatalaksanaan dan mengunduh 34.000 data pasien ke laptop
pasien pada waktu itu saja. Artinya, selain pribadinya. Data tersebut dilindungi dengan
pembatasan pihak yang dapat mengakses, ruang kata sandi, tetapi tidak dienkripsi, yang berarti
lingkup data yang dapat diakses dan jangka siapa saja bisa menebak kata sandi maka bisa
waktu akses pun seharusnya dapat dibatasi. mengakses data pasien. Menjaga keamanan RME
Kenyataannya, masih terdapat banyak celah merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh
yang dapat mencederai kepercayaan pasien dokter, masyarakat, dan kementerian kesehatan
terkait kerahasiaan data medisnya. Contohnya, sebagai regulator.7,8
di sebuah rumah sakit Dr. A, SpPD menangani Sebuah survei menemukan bahwa 73%
pasien Ny. B. Dr. C, SpPD yang juga berpraktik dokter mengirim pesan ke dokter lain tentang
di rumah sakit tersebut secara mudah dapat pelayanan kesehatan yang dilakukannya.
mengakses data Ny. B hanya dengan mencari Penggunaan perangkat seluler secara individu
nama Ny. B di aplikasi RME, sekalipun Dr. C, biasanya tidak dikelola secara terpusat oleh
SpPD tidak menangani Ny. B sebagai pasiennya. departemen teknologi informasi. Akibatnya
Hal ini tentu lebih berbahaya jika data medis perangkat seluler dengan sangat mudah bisa
yang tergolong sensitif dapat diakses secara luas. salah tempat, rusak atau dicuri. Saat melakukan
Di sini diperlukan sistem pengamanan yang pengiriman informasi rahasia seharusnya
mumpuni dari segi teknologi informasi. diberikan enkripsi pada perangkat tersebut.
Salah satu “efek samping” dari keharusan Informasi pada RME dapat dibuat lebih aman
mengisi RME adalah adanya hambatan dalam dengan perlindungan kata sandi, enkripsi, dan
membina rapport antara dokter dengan pasien.4,5 penggunaan penyimpanan cloud.6,8
Apabila dokter dan tenaga kesehatan terlalu Suatu RME minimal memiliki dua bentuk
sibuk berkutat di depan layar komputer untuk pengaman terhadap privasi rekam medis, yaitu
mengisi RME, dikhawatirkan bahwa pasien otentikasi dan otorisasi. Otentikasi merupakan
merasa tidak diacuhkan. Untuk menghindari bentuk pemastian terhadap pihak yang memiliki
hal tersebut, diperlukan strategi khusus untuk otorisasi masuk dan menggunakan sistem.
meluangkan waktu mengisi RME segera setelah Otentikasi bisa berupa kata sandi, kartu akses
berinteraksi dengan pasien. atau lebih canggih lagi dengan biometrik seperti
Perkembangan penggunaan RME disertai sidik jari. Misalnya, untuk menggunakan mesin
juga dengan peningkatan kekhawatiran atas ATM suatu bank maka harus menggunakan
keamanan RME yang berhubungan dengan kartu ATM yang benar dan juga harus
privasi dan kerahasiaan data pasien. Beberapa memasukkan kata sandi yang benar. Sebaiknya
permasalahan seperti pencurian identitas pasien otentikasi dilakukan dengan dua lapis, misal kata
serta pertukaran data diantara dokter, organisasi, sandi dan keamanan token. Dalam hal otorisasi,
rumah sakit dan pasien. Diperlukan langkah- hanya pihak-pihak tertentu saja yang memiliki
langkah keamanan untuk melindungi data kewenangan untuk mengakses RME. Tidak
pasien dan rumah sakit. Pelanggaran keamanan setiap petugas di fasilitas kesehatan tersebut
terjadi bila disediakan informasi untuk orang boleh menggunakan sistem jaringan RME yang
lain tanpa persetujuan pasien.6 Salah satu kasus ada. Masing-masing pengguna juga memiliki
pernah terjadi pada Rumah Sakit Universitas batasan kewenangan akses yang berbeda. Misal,
Howard, Washington. Keamanan data tidak seorang petugas pendaftaran pasien, mestinya
terjamin secara baik sehingga terjadi kebocoran tidak berhak (dan tidak perlu) untuk mengakses
64 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019
Meilia PDI, Christianto GM, dan Librianty N

menu rekapitulasi pendapatan harian karena solusi dan membuat RME yang nyaman
merupakan wilayah kerja kasir.8,9 digunakan dengan akurasi yang baik.
Federation of State Medical Boards (FSMB), Hilang atau rusaknya data saat melakukan
Amerika Serikat merekomendasikan untuk transfer data juga akan mempengaruhi akurasi
melakukan audit sistem keamanan RME secara data pasien. Akses internet atau perlengkapan
rutin. Hal ini diperlukan untuk memastikan yang baik sangat penting disiapkan agar tidak
kepatuhan dan keamanan dari sistem yang terjadi data yang hilang atau rusak. Pada beberapa
berjalan. Audit termasuk detail data, durasi, rumah sakit institusi pendidikan ditemukan
dan pengguna RME. Proses akan menghasilkan mahasiswa kedokteran klinik melakukan input
data tanggal dan waktu entri data dari semua data pada RME. Dokter memberikan akses
modifikasi RME. Ketika ada akses yang tidak akun dan kata sandinya kepada mahasiswa
tepat atau mencurigakan maka sistem audit agar dapat mengisi RME. Sedangkan pada
dapat menghasilkan informasi tentang nama rumah sakit swasta ditemukan dokter umum
individu yang mengakses, waktu, tanggal, bahkan perawat dapat melakukan input data
dari perangkat mana mengakses dan durasi yang seharusnya dilakukan oleh dokter spesialis
mengakses RME. Dengan sistem ini maka dapat yang merawat pasien. Alasan yang sering
menentukan apakah akses tersebut sebuah dikemukakan berupa kesibukan sehingga tidak
ketidaksengajaan, kesalahan, kesengajaan memiliki waktu atau karena alasan usia sehingga
yang tidak sah. Selain itu perlu dilakukan kesulitan untuk membuat RME sendiri. Hal
pelatihan secara regular untuk staf sistem RME, tersebut dapat menyebabkan ketidakakuratan
panduan respons untuk insiden dan investigasi data dan ketidakjelasan mengenai authorship
dan detil penatalaksanaan risiko.9 Indonesia data, yaitu orang yang bertanggung jawab
perlu membuat panduan keamanan dan terhadap akurasi dan kelengkapan data yang
standardisasi RME yang digunakan, baik pada dimasukkan.4 Seharusnya, data hanya dapat
fasilitas pelayanan tingkat pertama ataupun di dimasukkan oleh pihak yang diberi otoritas,
rumah sakit. Apalagi karena RME, sebagaimana misalnya dokter mengisi hasil pemeriksaan fisik
layaknya semua jenis rekam elektronik lainnya, yang dilakukannya sendiri, perawat mengisi
dapat digunakan sebagai barang bukti di bagian asuhan keperawatan yang dilakukannya
pengadilan sesuai dengan aturan dalam UU sendiri, dan seterusnya. Apabila mahasiswa
ITE.10 kedokteran mengisi data yang seharusnya diisi
Selain kewajiban menjaga kerahasiaan oleh dokter penanggung jawab pasien, dapat
data medis, dokter dan tenaga kesehatan juga timbul kesalahan data (misinformasi). Data yang
bertanggung jawab terhadap akurasi data yang seharusnya dibuat dalam RME menjadi berbeda
dimasukkan. Penggunaan RME ditujukan karena perbedaan perspektif dan pemahaman
untuk meningkatkan keamanan pasien, keilmuan. Selain itu kerahasiaan pasien juga
mengurangi ketimpangan kesehatan serta tidak terjaga karena terdapat beberapa orang
meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk yang dapat mengakses data pasien.
itu diperlukan akurasi dan reliabilitas data yang
masuk ke rekam elektronik. Kadang kala data KESIMPULAN
yang masuk tidak akurat. Ketidakakuratan data
dapat terjadi karena prilaku salin-tempel (copy- Manfaat dari RME ternyata juga diikuti
paste) dari kondisi dan terapi pasien lainnya. oleh beberapa dilema etik. Sebagai dokter dan
Ada menu drop down saat input data juga tenaga kesehatan terdapat beberapa hal yang
dapat menyebabkan kesalahan pemilihan data. harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
Terbatasnya pilihan yang tidak sesuai dengan RME sehingga manfaat yang diharapkan bagi
kondisi serta terburu-burunya dokter dalam peningkatan layanan terhadap pasien dapat
memilih penyebab utama dapat menyebabkan terwujud.
ketidakakuratan. Dokter dan vendor sistem
RME haruslah bekerja sama untuk mencari
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019 65
Buah Simalakama Rekam Medis Elektronik: Manfaat versus dilema etik

KONFLIK KEPENTINGAN 7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.


Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Tidak ada konflik kepentingan. Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/
III/2008 tentang Rekam Medis [Decree
REFERENSI of the Minister of Health of the Republic
of Indonesia regarding Medical Records].
1. Layman EJ. Ethical issues and the electronic 2008.
health record. Health Care Manag
8. Harman LB, Flite CA, Bond K. State of the
(Frederick). 2008;27(2):165–76.
Art and Science. Electronic Health Records:
2. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Privacy, Confidentiality, and Security. Am
Kode Etik Kedokteran Indonesia. Kode Etik Med Assoc J Ethics. 2012;14(9):712–9.
Kedokteran Indonesia. 2012.
9. Committee on Ethics and Professionalism.
3. Shenoy A, Appel JM. Safeguarding Report of the Committee on Ethics and
Confidentiality in Electronic Health Professionalism in the Adoption and Use of
Records. Cambridge Q Healthc Ethics. Electronic Health Records. 2014.
2017;26(2):337–41.
10. Presiden RI. Undang-Undang Republik
4. Bernat JL. Ethical and quality pitfalls Indonesia Nomor 19 tahun 2016 tentang
in electronic health records. Neurology. Perubahan atas Undang-undang Nomor 11
2013;80(11):1057–61. tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. 2016.
5. Balestra ML. Electronic Health Records:
Patient Care and Ethical and Legal
Implications for Nurse Practitioners. J
Nurse Pract. 2017;13(2):105–11.
6. Jamshed N, Ozair F, Sharma A, Aggarwal P.
Ethical issues in electronic health records:
A general overview. Perspect Clin Res.
2015;6(2):73.

66 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019

Anda mungkin juga menyukai