Pedoman sementara
23 April 2020
Latar Belakang
Pedoman sementara ini melengkapi dokumen pencegahan dan pengendalian infeksi dengan
merangkum pedoman WHO tentang air, sanitasi dan layanan kesehatan limbah yang relevan
untuk virus, termasuk virus corona. Pedoman ini ditujukan untuk praktisi dan penyedia air
dan sanitasi, dan penyedia layanan kesehatan yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai
risiko dan praktik yang berhubungn dengan air, sanitasi dan kebersihan (WASH, water,
sanitation, and hygiene).
Penyediaan air bersih, sanitasi dan kondisi yang higienis sangat penting untuk melindungi
kesehatan manusia selama wabah penyakit menular, termasuk penyakit coronavirus 2019
(COVID-19). Memastikan penerapan praktik pengelolaan air, sanitasi, kebersihan dan limbah
yang berbasis bukti secara konsisten di masyarakat, rumah, sekolah, pasar, dan fasilitas
kesehatan akan membantu mencegah penularan virus yang menyebabkan COVID-19 dari
manusia ke manusia.
Pedoman ini awalnya diterbitkan pada Maret 2020. Pembaruan pertama ini memberikan
perincian tentang kebersihan tangan, sanitasi, melindungi pekerja yang berhubungan dengan
air, sanitasi, dan kebersihan dan mendukung kelanjutan dan penguatan layanan air, sanitasi,
dan kebersihan terutama di area yang kurang terlayani. Informasi tambahan ini telah
disiapkan dalam menanggapi banyak pertanyaan yang diterima oleh WHO mengenai
pencegahan dan pengendalian COVID-19 dalam kondisi di mana layanan air, sanitasi, dan
kebersihan terbatas dan di mana terdapat bukti yang muncul mengenai keberadaan fragmen
virus dalam kotoran dan saluran pembuangan limbah yang tidak terawat.
Informasi paling penting mengenai air, sanitasi, kebersihan dan virus COVID-19 dirangkum
sebagai berikut.
Mencuci tangan secara sering dan benar adalah salah satunya langkah paling penting
untuk mencegah infeksi virus COVID-19. Praktisi air, sanitasi, dan kebersihan harus
membiasakan mencuci tangan secara lebih sering dan teratur dengan cara meningkatkan
akses ketersediaan fasilitas mencuci tangan dan menggunakan pendekatan multimodal
(mengacu pada praktik kebersihan tangan) untuk mendukung terciptanya kebiasaan
mencuci tangan yang baik.. Mencuci tangan di waktu yang tepat, menggunakan teknik
yang tepat dengan menggunakan larutan pencuci tangan berbasis alkohol atau sabun
merupakan hal yang penting.
Pedoman WHO yang telah ada mengenai manajemen layanan air minum dan sanitasi
yang aman berlaku untuk wabah COVID-19. Disinfeksi air dan perawatan sanitasi dapat
mengurangi virus. Pekerja sanitas perlu mendapatkan pelatihan dan akses alat pelindung
diri (APD) yang layak dan dalam banyak skenario, kombinasi elemen APD secara
spesifik direkomendasikan.
Banyak manfaat tambahan kesehatan yang dapat direalisasikan dengan cara mengelola
layanan air dan sanitasi secara aman, dan dengan menerapkan praktik higiene yang baik.
Saat ini belum ada penelitian mengenai kelangsungan hidup COVID-19 virus dalam air
minum atau air limbah. Morfologi dan struktur kimiawi virus ini mirip dengan virus corona
lain, yang mana telah terdapat data mengenai kelangsungan hidup virus dalam lingkungan
mapupun langkah-langkah inaktivasi virus yang efektif. Pedoman ini mengacu pada bukti
yang telah ada dan pedoman WHO terkini mengenai cara mengatasi virus di air limbah dan
air minum.
1. Penularan COVID-19
Rute utama penularan adalah tetesan cairan yang berasal dari saluran napas dan kontak
langsung. Setiap orang yang berhubungan dekat dengan seorang individu yang terinfeksi
berisiko terpapar tetesan yang berpotensi infektif.1 Tetesan juga dapat mendarat pada
permukaan dimana virus dapat tetap hidup; dengan demikian, lingkungan di sekitar individu
yang terinfeksi dapat menjadi sumber penularan.
Risiko penularan virus COVID-19 dari feses orang yang terinfeksi tampaknya rendah. Bukti
terkini menunjukkan bahwa virus COVID-19 yang infeksius kemungkinan diekskresikan
dalam feses, terlepas dari diare atau tanda-tanda infeksi usus. Sekitar 2−27% orang
terkonfirmasi COVID-19 mengalami diare2-5 dan beberapa penelitian telah mendeteksi
fragmen RNA virus COVID-19 di dalam feses pasien ini selama meeeka sakit dan setelah
pemulihan.6-8 Namun, hingga saat ini, hanya satu studi yang melakukan pembiakan virus
COVID-19 dari spesimen feses.9 Belum terdapat laporan penularan virus COVI-19 secara
fekal-oral.
2. Keberadaan virus COVID-19 yang menetap dalam minum-air, kotoran, dan kotoran
serta pada permukaan
Walaupun keberadaan virus COVID-19 dalam air minum yang tidak dirawat memungkinkan,
virus inibelum terdeteksi di persediaan air minum. Selanjutnya, virus corona lainnya belum
terdeteksi di sumber air permukaan atau air tanah sehingga dengan demikian risiko virus
corona terhadap persediaan air termasuk rendah.10
Virus COVID-19 terbungkus oleh selubung, oleh karena itu sifatnya kurang stabil pada
lingkungan dibandingkan dengan virus enterik manusia yang tidak berselubung yang
diketahu penularannya melalui air (seperti adenovirus, norovirus, rotavirus dan hepatitis
A). Satu studi menemukan bahwa virus corona lain yang menyerang manusia b hanya dapat
bertahan hidup
dua hari dalam air keran yang dideklorinasi dan di air limbah rumah sakit dengan suhu
20°C.11 Sebagai perbandingan, tingkat pembersihan yang tinggi (> 4 log) dari virus influenza
ditemukan dalam air minumc setelah waktu kontak hanya lima menit dan residu klorin
0,3 mg /l.12 Studi lain menemukan tingkat pembersihan serupa dalam beberapa hari hingga
beberapa minggu. Pembersihan signifikan (99,9%) dari virus corona diamati dalam dua hari
pada limbah cair primerd dengan suhu 23°C, dua minggu dalam air limbah menetap yang
dipasteurisasi pada suhu 25° C dan empat minggu dalam air kadar reagene pada 25 ° C.13,14
Suhu yang lebih tinggi, pH tinggi atau rendah dan sinar matahari semuanya memfasilitasi
virus
pengurangan jumlah virus.
Bukti terbaru menunjukkan bahwa daya tahan virus COVID-19 (SARS-CoV-2) pada
permukaan mirip dengan SARS-CoV-1, virus yang menyebabkan sindrom pernapasan akut
parah (SARS),15 dengan kemampuan bertahan hidup di permukaan mulai dari 2 jam hingga 9
hari.16 Waktu bertahan hidup tergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis permukaan,
suhu, kelembaban relatif dan jenis virusnya. Studi yang sama juga menemukan bahwa
inaktivasi efektif dapat dicapai dalam 1 menit menggunakan ddsinfektan umum, seperti
etanol 70% atau natrium hipoklorit 0,1% (lihat praktek pembersihan).
Upaya terbaik untuk melindungi kesehatan petugas sanitasi perlu dilakukan. Pekerja harus
mengenakan APD yang sesuai, yang meliputi pakaian pelindung luar, sarung tangan yang
kuat,
sepatu bot, kacamata atau perisai wajah, dan topeng; mereka harus sering mencuci
tangan; mereka harus menghindari menyentuh mata, hidung atau mulut mereka dengan
tangan yang tidak dicuci, dan mereka harus berlatih menjaga jarak saat bekerja.
Rekomendasi yang telah ada untuk penilaian air, sanitasi dan kebersihan dalam ruang lingkup
pelayanan kesehatan merupakan hal yang penting untuk menyediakan perawatan yang
memadai bagi pasien dan melindungi pasien, staf g dan pengasuh dari risiko
infeksi.20 Tindakan yang terkait air, sanitasi, dan kebersihan berikut sangat penting:
sering mencuci tangan tangan teknik yang tepat;
menerapkan pembersihan lingkungan secara teratur dan praktik desinfeksi;
mengelola kotoran (feses dan urin) dengan aman;
mengelola limbah layanan kesehatan secara aman oleh kasus COVID-19.
Fasilitas mencuci tangan yang fungsional harus tersedia untuk semua pekerja layanan
kesehatan di semua titik perawatan, di area di mana APD digunakan atau dilepas, dan di
mana limbah layanan kesehatan ditangani. Selain itu, fasilitas mencuci tangan yang
fungsional harus
tersedia untuk semua pasien, anggota keluarga dan pengunjung, dan harus tersedia dalam
jarak 5 m dari toilet, serta di akses masuk/keluar fasilitas kesehatan, di ruang tunggu dan
ruang makan dan area publik lainnya.
Produk pembersih tangan berbasis alkohol yang efektif harus mengandung antara 60% dan
80% alkohol dan tingkat efikasinya harus dapat dibuktikan berdasarkan Norma Eropa 1500
atau standar ASTM Internasional (American Society for Testing and Materials) yang dikenal
sebagai ASTM E-1174. Produk-produk ini dapat dibeli di pasar, tetapi juga dapat diproduksi
secara lokal di apotek menggunakan formula dan instruksi yang diberikan oleh WHO.24
2. Sanitasi dan pipa ledeng
Orang yang dicurigai atau dikonfirmasi penyakit COVID-19 harus dilengkapi dengan toilet
atau jamban sendiri. Jika hal ini tidak memungkinkan, pasien yang berbagi bangsal yang
sama harus memiliki akses ke toilet yang tidak digunakan oleh pasien di bangsal lain. Setiap
bilik toilet harus memiliki pintu tertutup, untuk memisahkannya dari kamar pasien. Toilet
siram
harus beroperasi dengan baik dan memiliki saluran pembuangan yang berfungsi. Jika
memungkinkan, toilet harus disiram dengan sekat yang mengarah ke bawah untuk mencegah
percikan cairan dan aerosol. Jika tidak memungkin untuk menyediakan toilet terpisah untuk
pasien COVID-19, maka toilet yang digunakan bersama dengan pasien non-COVID-19
lainnya
harus dibersihkan dan dilakukan disinfeksi setidaknya dua kali sehari oleh petugas kebersihan
terlatih yang mengenakan APD (gaun kedap air, jika tidak tersedia, celemek, sarung tangan
tebal, sepatu bot, masker dan kacamata atau pelindung wajah). Staf pelayanan kesehatan
harus memiliki fasilitas toilet yang terpisah dari yang digunakan oleh semua pasien.
WHO merekomendasikan penggunaan pipa ledeng standar yang terpelihara dengan baik,
seperti saluran pembuangan kamar mandi yang tertutup, dan katup aliran balik pada
penyemprot dan keran untuk mencegah aerosol material feses memasuki pipa ledeng atau
sistem ventilasi,25 bersama dengan pengolahan air limbah standar.26
Pipa bocor dan sistem ventilasi udara yang tidak dirancang dengan baikmerupakan faktor-
faktor yang berkontribusi terhadap penyebaran coronavirus SARS-CoV-1 melalui aerosol di
gedung apartemen bertingkat tinggi di Wilayah Administratif Khusus Hong Kong pada tahun
2003.27 Kekhawatiran serupa telah dikemukakan mengenai penyebaran virus COVID-19 dari
toilet yang rusak di gedung apartemen bertingkat.28 Jika fasilitas pelayanan kesehatan
terhubung ke saluran pembuangan, penilaian risiko harus dilakukan untuk mengkonfirmasi
apakah air limbah tetap berada di dalam saluran dan tidak bocor dari sistem sebelum
mencapai tempat pengolahan dan/atau tempat pembuangan yang berfungsi. Risiko terkait
dengan sistem pengumpulan atau metode perawatan dan pembuangan yang adekuat harus
dinilai mengikuti pendekatan perencanaan keselamatan sanitasi.29
Jika toilet fasilitas pelayanan layanan kesehatan tidak terhubung ke saluran pembuangan,
sistem pengolahan di dalam lokasi yang higienis harus dapat dipastikan seperti penggunaan
lubang jamban dan tangki septik, atau kotoran harus disimpan dengan aman dan kemudian
diangkut untuk pengolahan di luar lokasi. Untuk lubang yang tidak memiliki sekat dengan
sekitarnya, tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi lingkungan,
dengan cara memastikan bahwa setidaknya terdapat jarak 1,5 m di antara dasar lubang dan
permukaan air tanah (ruang yang lebih luas harus disediakan di pada formasi yang terdiri dari
pasir kasar, kerikil dan celah-celah batu) dan jamban terletak setidaknya 30 m secara
horizontal dari sumber air tanah (termasuk sumur dangkal dan lubang bor).30
Tangki septik yang dirancang dengan baik akan menghilangkan sebagian besar bahan padat
dari limbah, dan limbah cair dapat menyerap ke dalam tanah melalui bidang pelindian atau
kolam resapan. Jika kondisi tanah tidak menguntungkan untuk infiltrasi, tangki yang bersekat
secara menyeluruh dapat digunakan, namun kombinasi kotoran dan air siraman memerlukan
proses pengosongan secara berkala. Toilet atau tangki penampungan harus dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pasien, dengan mempertimbangkan potensi peningkatan kasus secara
mendadak, dan harus ada jadwal pengosongan secara berkala berdasarkan volume air limbah
yang dihasilkan. Tidak ada alasan untuk mengosongkan toilet dan tangki septik yang berisi
kotoran pasien yang diduga atau dikonfirmasi kasus COVID-19 kecuali jika kapasitasnya
sudah penuh. Lumpur tinja dapat diolah di instalasi pengolahan lumpur tinja, baik yang
terletak di luar lokasi atau di dalam lokasi fasilitas pelayanan kesehatan. Pemerintah kota
dapat menempatkan stasiun pemindahan lumpur tinja yang berlokasi dekat dengan fasilitas
kesehatan untuk mengurangi waktu, biaya dan potensi pembuangan lumpur yang tidak
terkendali ke saluran dan area pertanian.26
Bagi mereka yang bekerja dengan air limbah yang tidak diolah yang memiliki risiko
penularan penyakit yang cukup besar, selain mengenakan APD standar (sarung tangan tebal,
sepatu bot, masker, dan kacamata atau pelindung wajah), juga perlu memakai gaun kedap
lengan panjang atau jika tidak tersedia dapat menggunakan celemek. Perlengkapan tersebut
harus dipakai setiap saat ketika menangani atau mengangkut kotoran ke luar, dan harus
bertidak dengan sangat hati-hati untuk menghindari percikan dan pelepasan tetesan. Untuk
pekerja sanitasi, hal ini ini termasuk saat memompa tangki atau saat bongkar muat truk yang
berisi muatan (limbah). Setelah menangani limbah dan tidak terdapat risiko paparan lebih
lanjut, setiap orang harus melepaskan APD mereka secara aman dan mencuci tangan sebelum
masuk kendaraan transportasi. APD yang kotor harus ditaruh dalam kantong tertutup untuk
kemdian dicuci secara aman. (lihat Pembersihan lingkungan dan cucian). Lumpur tinja dan
air limbah dari fasilitas kesehatan tidak boleh dilepaskan di lahan yang digunakan untuk
produksi pangan, akuakultur atau dibuang di perairan rekreasi.
6. Pembuangan air kelabu (greywater) atau air hasil mencuci APD, permukaan dan
lantai secara aman
WHO merekomendasikan sarung tangan tebal, celemek plastik yang dapat digunakan
kembali dibersihkan dengan sabun dan air, lalu dilakukan dekontaminasi dengan larutan
natrium hipoklorit 0,5% setiap kali digunakan. Sarung tangan sekali pakai yang terbuat dari
nitril atau
lateks, dan gaun harus dibuang sebagai limbah infeksius setiap kali selesai digunakan dan
tidak digunakan kembali; mencuci tangan harus dilakukan setelah APD dilepas. Jika
greywater mengandung disinfektan yang digunakan dalam proses pembersihan sebelumnya,
maka tidak perlu dilakukan klorinasi atau pengolahan kembali. Namun, penting untuk
diperhatikan bahwa air tersebut harus dibuang ke saluran pembuangan yang terhubung ke
sistem septik, selokan atau di kolam rendaman. Jika greywater dibuang ke dalam kolam
rendaman, lubang harus dipagari dalam lokasi fasilitas kesehatan untuk mencegah gangguan
dan menghindari kemungkinan paparan dalam jika terjadi luapan..
Pertimbangan mengenai praktik yang berhubungan dengan air, sanitasi, dan kebersihan di
rumah dan komunitas
Menjunjung tinggi praktik yang direkomendasikan mengenai air, sanitasi, dan limbah layanan
kesehatan di rumah dan di masyarakat merupakan hal yang penting untuk mengurangi
penyebaran COVID-19. Penyediaan air memungkinkan dilakukannya cuci tangan dan
pembersihan secara teratur. Layanan air tidak boleh terputus karena ketidakmampuan
konsumen untuk membayar, dan pemerintah harus memprioritaskan penyediaan akses ke
orang yang tidak memiliki akses layanan air, melalui tindakan segera lainnya seperti. lubang
bor yang dilindungi, truk penampungan, memperluas persediaan pipa dll.).
Individu dan organisasi yang terlibat dalam penyediaan air dan layanan sanitasi seperti
operator pabrik pengolahan, pekerja sanitasi dan tukang ledeng serta mereka yang
mempromosikan tentang mencuci tangan di masyarakat perlu dianggap sebagai penyedia
layanan penting dan diizinkan untuk melanjutkan pekerjaan mereka selama masa karantina
dan memiliki akses ke APD dan fasilitas mencuci tangan untuk melindungi kesehatan
mereka.
Referensi
1. Coronavirus disease (COVID-19) advice for the public Geneva [website]. Geneva:
World Health Organization; 2020. (https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-
coronavirus-2019/advice-for-public, accessed 22 April 2020.)
2. Chen N, Zhou M, Dong X, Qu J, Gong F, Han Y, et al. Epidemiological and clinical
characteristics of 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan, China: a
descriptive study. Lancet. 2020;395(10223):507-13. doi: 10.1016/s0140-6736(20)30211-
7.
3. Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of patients
infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet. 2020;395(10223):497-
506. doi: 10.1016/s0140-6736(20)30183-5.
4. Wang D, Hu B, Hu C, Zhu F, Liu X, Zhang J, et al. Clinical characteristics of 138
hospitalized patients with 2019 novel coronavirus-infected pneumonia in Wuhan, China.
JAMA. 2020. doi: 10.1001/jama.2020.1585.
5. Wu Y, Guo C, Tang L, Hong Z, Zhou J, Dong X, et al. Prolonged presence of SARS-
CoV-2 viral RNA in faecal samples. Lancet Gastroenterol Hepatol. doi: 10.1016/S2468-
1253(20)30083-2.
6. Xiao F, Tang M, Zheng X, Liu Y, Li X, Shan H. Evidence for gastrointestinal infection
of SARS-CoV-2. Gastroenterology. 2020. doi: 10.1053/j.gastro.2020.02.055.
7. Holshue ML, DeBolt C, Lindquist S, Lofy KH, Wiesman J, Bruce H, et al. First case of
2019 novel coronavirus in the United States. N Engl J Med. 2020;382(10):929-36. doi:
10.1056/NEJMoa2001191.
8. Woelfel R, Corman VM, Guggemos W, Seilmaier M, Zange S, Mueller MA, et al.
Clinical presentation and virological assessment of hospitalized cases of coronavirus
disease 2019 in a travel-associated transmission cluster. medRxiv.
2020:2020.03.05.20030502. doi: 10.1101/2020.03.05.20030502.
9. Zhang Y, Chen C, Zhu S, Shu C, Wang D, Song J, et al. Isolation of 2019-nCoV from a
stool specimen of a laboratory-confirmed case of the coronavirus disease 2019 (COVID-
19). China CDC Weekly. 2020;2(8):123-4.
10. Guidelines on drinking-quality, fourth edition, incorporating the first addendum. Geneva:
World Health Organization; 2017.
(https://www.who.int/water_sanitation_health/publications/drinking-water-quality-
guidelines-4-including-1st-addendum/en/).
11. Wang X-W, Li J-S, Jin M, Zhen B, Kong Q-X, Song N, et al. Study on the resistance of
severe acute respiratory syndrome-associated coronavirus. J Virol Methods.
2005;126(1):171-7. doi.org/10.1016/j.jviromet.2005.02.005.
12. Lénès D, Deboosere N, Ménard-Szczebara F, Jossent J, Alexandre V, Machinal C, et al.
Assessment of the removal and inactivation of influenza viruses H5N1 and H1N1 by
drinking water treatment. Water Res. 2010;44(8):2473-86.
doi.org/10.1016/j.watres.2010.01.013.
13. Gundy PM, Gerba CP, Pepper IL. Survival of coronaviruses in water and wastewater.
Food Environ Virol. 2008;1(1):10. doi: 10.1007/s12560-008-9001-6.
14. Casanova L, Rutala WA, Weber DJ, Sobsey MD. Survival of surrogate coronaviruses in
water. Water res. 2009;43(7):1893-8. doi: 10.1016/j.watres.2009.02.002.
15. Van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson
BN, et al. Aerosol and surface stability of SARS-CoV-2 as compared with SARS-CoV-1.
N Engl J Med. 2020. doi: 10.1056/NEJMc2004973.
16. Kampf G, Todt D, Pfaender S, Steinmann E. Persistence of coronaviruses on inanimate
surfaces and their inactivation with biocidal agents. J Hosp Infect. 2020;104(3):246-51.
doi: 10.1016/j.jhin.2020.01.022.
17. Water safety plans. Step by step risk management for water suppliers. Geneva: World
Health Organization; 2009.
(https://www.who.int/water_sanitation_health/publications/publication_9789241562638/
en/).
18. Lai MYY, Cheng PKC, Lim WWL. Survival of severe acute respiratory syndrome
coronavirus. Clin Infect Dis. 2005;41(7):e67-e71. doi: 10.1086/433186.
19. Darnell MER, Subbarao K, Feinstone SM, Taylor DR. Inactivation of the coronavirus
that induces severe acute respiratory syndrome, SARS-CoV. J Virol Methods.
2004;121(1):85-91. doi.org/10.1016/j.jviromet.2004.06.006.
20. Essential environmental health standards in health care. Geneva: World Health
Organization; 2008.
(http://www.who.int/water_sanitation_health/publications/ehs_hc/en/).
21. Sax H, Allegranzi B, Uçkay I, Larson E, Boyce J, Pittet D. 'My five moments for hand
hygiene': a user-centred design approach to understand, train, monitor and report hand
hygiene. J Hosp Infect. 2007;67(1):9-21. doi: 10.1016/j.jhin.2007.06.004.
22. WHO guidelines on hand hygiene in health care. Geneva: World Health Organization;
2009. (https://www.who.int/gpsc/5may/tools/9789241597906/en/).
23. Infection prevention and control during health care when novel coronavirus (nCoV)
infection is suspected: interim guidance, 19 March 2020 Geneva: World Health
Organization; 2020 [cited 2020 24 March]. Available from:
https://www.who.int/publications-detail/infection-prevention-and-control-during-health-
care-when-novel-coronavirus-(ncov)-infection-is-suspected-20200125.
24. Guide to local production: WHO recommended handrub formulations. Geneva: World
Health Organization; 2010.
(http://www.who.int/gpsc/5may/Guide_to_Local_Production.pdf).
25. Health aspects of plumbing. Geneva: World Health Organization; 2006.
(https://apps.who.int/iris/handle/10665/43423).
26. Guidelines on sanitation and health. Geneva: World Health Organization; 2018.
(https://www.who.int/water_sanitation_health/publications/guidelines-on-sanitation-and-
health/en/).
27. Yu IT, Li Y, Wong TW, Tam W, Chan AT, Lee JH, et al. Evidence of airborne
transmission of the severe acute respiratory syndrome virus. N Engl J Med.
2004;350(17):1731-9. doi: 10.1056/NEJMoa032867.
28. Regan H. How can the coronavirus spread through bathroom pipes? Experts are
investigating in Hong Kong. CNN. 12 February 2020.
(https://edition.cnn.com/2020/02/12/asia/hong-kong-coronavirus-pipes-intl-
hnk/index.html, accessed 22 April 2020).
29. Sanitation safety planning: manual for safe use and disposal of wastewater, greywater
and excreta. Geneva; World Health Organization; 2015.
30. Tilley E, Ulrich L, Luthi C, Reymond P, Zurbrügg C. Compendium of sanitation systems
and technologies, 2nd revised edition. Dübendorf, Switzerland: Swiss Federal Institute of
Aquatic Science and Technology (Eawag); 2014.
(https://www.eawag.ch/en/department/sandec/publications/compendium/, accessed 22
April 2020).
31. Chemical disinfectants: guideline for disinfection and sterilization in healthcare facilities.
Atlanta; United States of America: US Centers for Disease Control and Prevention;
2008. (https://www.cdc.gov/infectioncontrol/guidelines/disinfection/disinfection-
methods/chemical.html accessed 22 April 2020).
32. How to put on and take off personal protective equipment (PPE). Geneva; World Health
Organization; 2008. (https://apps.who.int/iris/handle/10665/70066).
33. Safe management of wastes from health-care activities. Geneva; World Health
Organization; 2014.
(https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/42175/9241545259.pdf?sequence=1).
34. Best practices for environmental cleaning in healthcare facilities in resource-limited
settings. Atlanta; United States of America: US Centers for Disease Control and
Prevention; 2019. (https://www.cdc.gov/hai/pdfs/resource-limited/environmental-
cleaning-508.pdf, accessed 22 April 2020).
35. Decontamination and reprocessing of medical devices for health-care facilities. Geneva:
World Health Organization; 2016.
(https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/250232/9789241549851-eng.pdf?
sequence=1).
36. Infection Prevention and Control for the safe management of a dead body in the context
of COVID-19. Geneva: World Health Organization; 2020.
(https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331538/WHO-COVID-19-
lPC_DBMgmt-2020.1-eng.pdf).
37. Jefferson T, Foxlee R, Mar CD, Dooley L, Ferroni E, Hewak B, et al. Physical
interventions to interrupt or reduce the spread of respiratory viruses: systematic review.
BMJ. 2008;336(7635):77. doi: 10.1136/bmj.39393.510347.BE.
38. Interim recommendations on obligatory hand hygiene against transmission of COVID-
19. Geneva: World Health Organization; 2020. (https://www.who.int/who-documents-
detail/interim-recommendations-on-obligatory-hand-hygiene-against-transmission-of-
covid-19).
39. Ashraf S, Nizame FA, Islam M, Dutta NC, Yeasmin D, Akhter S, et al. Nonrandomized
Trial of Feasibility and Acceptability of Strategies for Promotion of Soapy Water as a
Handwashing Agent in Rural Bangladesh. The American journal of tropical medicine
and hygiene. 2017;96(2):421-9. doi: 10.4269/ajtmh.16-0304.
40. Montville R, Schaffner DW. A meta-analysis of the published literature on the
effectiveness of antimicrobial soaps. J Food Prot. 2011;74(11):1875-82. doi:
10.4315/0362-028X.JFP-11-122.
41. Sickbert-Bennett EE, Weber DJ, Gergen-Teague MF, Sobsey MD, Samsa GP, Rutala
WA. Comparative efficacy of hand hygiene agents in the reduction of bacteria and
viruses. American journal of infection control. 2005;33(2):67-77. doi:
doi.org/10.1016/j.ajic.2004.08.005.
42. Hoque BA, Briend A. A comparison of local handwashing agents in Bangladesh. J Trop
Med Hyg. 1991;94(1):61-4.
43. Baker KK, Dil Farzana F, Ferdous F, Ahmed S, Kumar Das S, Faruque ASG, et al.
Association between moderate-to-severe diarrhea in young children in the global enteric
multicenter study (GEMS) and types of handwashing materials used by caretakers in
Mirzapur, Bangladesh. The American journal of tropical medicine and hygiene.
2014;91(1):181-9. doi: 10.4269/ajtmh.13-0509.
44. handwashing in low income communities. An IFH expert review. 2009.
(https://www.ifh-homehygiene.org/review-best-practice/use-ash-and-mud-handwashing-
low-income-communities).
45. Burton M, Cobb E, Donachie P, Judah G, Curtis V, Schmidt WP. The effect of
handwashing with water or soap on bacterial contamination of hands. Int J Environ Res
Public Health. 2011;8(1):97-104. doi: 10.3390/ijerph8010097.
46. Luby SP, Halder AK, Huda T, Unicomb L, Johnston RB. The effect of handwashing at
recommended times with water alone and with soap on child diarrhea in rural
Bangladesh: an observational study. PLoS Med. 2011;8(6):e1001052. doi:
10.1371/journal.pmed.1001052.
47. Hoque BA. Handwashing practices and challenges in Bangladesh. Int J Environ Health
Res. 2003;13 Suppl 1:S81-7. doi: 10.1080/0960312031000102831.
48. Verbyla ME, Pitol AK, Navab-Daneshmand T, Marks SJ, Julian TR. Safely Managed
Hygiene: A Risk-Based Assessment of Handwashing Water Quality. Environmental
Science & Technology. 2019;53(5):2852-61. doi: 10.1021/acs.est.8b06156.
49. Mattioli MC, Boehm AB, Davis J, Harris AR, Mrisho M, Pickering AJ. Enteric
pathogens in stored drinking water and on caregiver's hands in Tanzanian households
with and without reported cases of child diarrhea. Plos One 9(1), e84939. 2014
50. GIZ, UNICEF. Scaling up group handwashing in schools. Compendium of group
washing facilities across the globe. New York, USA; Eschborn, Germany 2016.
(https://www.susana.org/_resources/documents/default/3-2641-7-1475236606.pdf).