Anda di halaman 1dari 11

UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 68

PENETAPAN LOKASI DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP PEMBAYARAN


GANTI KERUGIAN DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN
UNTUK KEPENTINGAN UMUM
Rosana Dewi Langelo
Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Email :ochanadewii@gmail.com

ABSTRACT
The process of land acquisition for development for wide-ranging public interest is always
carried out with the stages as stipulated in Law Number 2 Year 2012 and its implementing
regulations. However, other things with the procurement of small-scale land that can be done
by way of sale and purchase, exchange or other means agreed by both parties without going
through the stages set forth in the laws and regulations implementation. Article 121 of
Presidential Regulation No. 148 of 2015 in paragraph (3) states that small-scale land
procurement can be carried out without location determination. In the absence of a location
stipulation in small-scale land acquisition resulted in agencies requiring land can not
consign or take care of damages in court because one of the conditions set forth in Supreme
Court Regulation No. 3 of 2016 to do consignment or nursing in court requires determination
location set by governor or mayor / regent.

Keywords: Small-scale land procurement, location determination, consignment.

Pendahuluan persemayaman terakhir bagi seorang yang


meninggal dunia1.
Tanah merupakan kebutuhan pokok bagi
Tanah sebagai karunia Tuhan Yang
setiap makhluk hidup.Manusia, hewan dan
Maha Esa merupakan sumber kesejahteraan,
tumbuhan membutuhkan tanah untuk tinggal
kemakmuran dan kehidupan bagi
dan berpijak.Tanah mempunyai peranan
manuia.Sesuai dengan amanat konstitusional
penting dalam hidup dan kehidupan
sebagaimana tercantum dalam pasal 33 ayat
masyarakat diantaranya sebagai prasarana
(3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang
dalam bidang Perindustrian, Perumahan dan
berbunyi : “Bumi, Air, dan kekayaan alam
Jalan.Tanah dapat dinilai sebagai benda tetap
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
yang dapat digunakan sebagai tabungan
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
masa depan. Tanah merupakan tempat
besarnya kemakmuran rakyat”. Makna
pemukiman dari sebagian besar umat
dikuasai oleh negara berarti bahwa dalam hal
manusia, disamping sebagai sumber
pendayagunaan tanah, Negara yang akan
penghidupan bagi manusia yang mencari
mengatur dengan sebaik-baiknya agar
nafkah melalui usaha tani dan perkebunan,
yang akhirnya tanah juga yang dijadikan 1
Abdurrahman, Masalah Hak-Hak Atas Tanah dan
Pembebasan Tanah di Indonesia, cet. 2, Bandung ,
1983 hal. 1 .
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 69

terjamin ketertiban dan ketenangan hidup maka Negara mempunyai hak untuk
bermasyarakat dari segenap rakyat membatalkan atau mengambil hak-hak atas
Indonesia2. tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh rakyat
Di dalam Pasal 2 ayat (1) Undang- dengan memberi ganti rugi yang layak dan
Undang Pokok Agraria (selanjutnya disebut menurut ketentuan yang diatur dalam
UUPA) disebutkan: “Atas dasar ketentuan Undang-Undang4.Pada dasarnya, secara
dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang filosofis tanah sejak awal tidak diberikan
Dasar 1945 dan hal-hal seperti yang kepada perorangan. Jadi tidak benar
dimaksudkan dalam Pasal 1, bumi, air dan seseorang yang menjual tanah berarti
ruang angkasa, termasuk kekayaan alam menjual miliknya, yang benar dia hanya
yang terkandung di dalamnya itu pada menjual jasa memelihara dan menjaga tanah
tingkat tertinggi dikuasai oleh Negara, selama itu dikuasainya5.Peran tanah dalam
sebagai organisasi kekuasaan seluruh pembangunan pada kenyataannya banyak
rakyat”. Lebih lanjut dalam Pasal 2 ayat (2) menimbulkan konflik kepentingan yang
memberikan pengertian tentang arti hak menyangkut kepemilikan dan penguasaan
menguasai oleh Negara, yaitu memberikan tanah, karena permasalahan tanah adalah
kuasa kepada negara sebagai berikut3 : masalah yang menyangkut hak rakyat yang
1) Mengatur dan menyelenggarakan paling dasar, meskipun bidang tanah pada
peruntukan, penggunaan, persediaan
tingkatan tertinggi dikuasai oleh
dan pemeliharaan bumi, air dan ruang
angkasa. Negara.Tanah mempunyai nilai ekonomis
2) Menentukan dan mengatur
tidak hanya itu tanah juga memiliki fungsi
hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dengan bumi, air dan sosial, oleh karena fungsi sosial itulah
ruang angkasa.
kepentingan pribadi atas tanah tersebut
3) Menentukan dan mengatur
hubungan- hubungan hukum antara dikorbankan guna mewujudkan kepentingan
manusia dan perbuatan-perbuatan
umum.
hukum mengenai bumi, air dan ruang
angkasa. Tanah dalam pembangunan adalah
Konsekuensi dari pada hak menguasai
persoalan yang menarik dan sekaligus unik
Negara yang bertujuan untuk dipergunakan
mengingat pembangunan nasional sangat
bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat,
membutuhkan tanah tetapi kebutuhan

2
tersebut tidaklah mudah untuk
G.Kartasapoetra et al., ,Hukum Tanah Jaminan
UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, PT.
4
Rineka Cipta,Jakarta,1985, h.100-101. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk
3
Umar Said Sugiharto, Suratman dan Noorhudha Kepentingan Umum, Bayumedia Publishing, Malang,
Muchsin, Hukum Pengadaan Tanah (Pengadaan Hak 2007, h. 39.
5
Atas Tanah Untuk Kepentingan Umum Pra Dan Soedharyo Soimin, Status Hak Dan Pengadaan
Pasca Reformasi), Setara Press, Malang, 2015, h. 5. Tanah, Sinar Grafika, Jakarta,1993, h 82.
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 70

dipenuhi.Permasalahannya, saat ini jumlah Kepentingan Umum dan Peraturan


tanah yang ada tidak seimbang dengan Pelaksanaannya yaitu Peraturan Presden
kebutuhan masyarakat untuk melaksanakan Nomor 71 Tahun 2012 sebagaimana telah
pembangunan untuk mewujudkan berbagai diubah dengan perubahan pertama Peraturan
aktivitas masyarakat. Faktor-faktor yang Presiden Nomor 40 Tahun 2014, perubahan
menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan kedua Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun
6
tanah adalah : 2014, perubahan ketiga Peraturan Presiden
a. Pertumbuhan penduduk; Nomor 30 Tahun 2015 dan terkahir
b. Peningkatnya kebutuhan penduduk akan perubahan keempat Peraturan Presiden
ruang sebagai akibat peningkatan kualitas Nomor 148 Tahun 2015 tentang Perubahan
hidup; Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 71
c. Peningkatnya fungsi kota terhadap Tahun 2012 Tentang Penyelenggaran
daerah sekitarnya; Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
d. Terbatasnya persediaan tanah yang Kepentingan Umum.
langsung dapat dikuasai atau Dalam perubahan-perubahan tersebut,
dimanfaatkan; terdapat hal yang bersifat fundamental terkait
e. Meningkatnya pembangunan. tata cara pengadaan tanah. Salah satu
Dalam praktek pelaksanaan pembebasan perubahan yang terjadi yaitu mengenai Pasal
tanah baik yang menyangkut pengadaan 121 dalam Peraturan Presiden Nomor 71
tanah bagi kepentingan pembangunan untuk Tahun 2012 berbunyi “Dalam rangka
kepentingan umum maupun pembebasan efisiensi dan efektifitas, pengadaan tanah
tanah untuk kepentingan swasta selalu untuk Kepentingan Umum yang luasnya
menimbulkan keributan dan masalah. tidak lebih dari 1 (satu) hektar, dapat
Pengadaan tanah sendiri merupakan langsung oleh instansi yang memerlukan
kegiatan menyediakan tanah dengan cara tanah dengan para pemegang hak atas tanah,
memberi ganti kerugian yang layak dana adil dengan cara jual beli atau tukar menukar atau
kepada pihak yang berhak7. Landasan hukum cara lain yang disepakati kedua belah pihak”.
pengadaan tanah diatur dalam Undang- Kemudian Pasal 121 ini mengalami
Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang perubahan dalam Peraturan Presiden Nomor
Pengadaan Tanah Bagi Pembanguan Untuk 40 Tahun 2014 Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 yang
6
Rusmadi Murad, Administrasi Pertanahan
Pelaksanaan dalam Praktek, Mandar Maju, Bandung, tadinya luas tidak lebih dari 1 (satu) hektar
1997, h. 8.
7
Agus Sekarmadji, Catatan Perkuliahan Politik
menjadi tidak lebih dari 5 (lima) hektar.
Hukum Pertanahan, Tanggal 13 Juli 2016.
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 71

Setelah itu Pasal 121 ini mengalami pengadaan tanah skala kecil untuk
perubahan lagi dalam Peraturan Presiden pembangunan bagi kepentingan umum? Dan
Nomor 148 Tahun 2015 Perubahan Keempat Apakah pemerintah mempunyai wewenang
atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun untuk mengadakan konsinyasi jika tidak
2012 yang mana Pasal 121 terbagi dalam 4 adanya penetapan lokasi?
ayat yang berbunyi:
(1) Dalam rangka efisiensi dan Metode Penelitian
efektifitas, pengadaan tanah untuk Tipe penelitian ini ada penelitian hukum,
kepentingan umum yang luasnya
tidak lebih dari 5 (lima) hektar, dapat karena penelitian ini dilakukan berdasarkan
dilakukan langsung oleh instansi aturan-aturan hukum yang ditelaah guna
yang memerlukan tanah dengan
menemukan solusi dari permasalahan isu hukum
pihak yang berhak.
(2) Pengadaan tanah untuk kepentingan yang dihadapi dalam penelitian hukum
umum yang luasnya tidak lebih dari 5 ini.Disinilah dibutuhkan kemampuan untuk
(lima) hektar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus sesuai dengan tata mengidentifikasi masalah hukum, melakukan
ruang wilayah. penalaran hukum, menganalisis masalah yang
(3) Pengadaan tanah untuk kepentingan dihadapi dan kemudian memeberikan pemecahan
umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak memerlukan penetapan atas isu hukum.
lokasi. Untuk menguraikan permasalahan
(4) Penilaian tanah dalam rangka
pengadaan tanah sebagaimana penulis menggunakan pendekatan undang-
dimaksud pada ayat (1), instansi yang undang (statute approach) dan pendekatan
memerlukan tanah menggunakan
hasil penilain jasa penilai. konseptual (conceptual approach). Dalam
Dalam Pasal 121 ayat (3) pendekatan undang-undang (statute
menyatakan bahwa pengadaan tanah untuk approach) dilakukan dengan menelaah
kepentingan umum yang luasnya tidak lebih semua undang-undang dan regulasi yang
dari 5 (lima) hektar tidak memerlukan bersangkut paut dengan isu hukum yang
penetapan lokasi, hal inilah yang membuat sedang ditangani.8
penulis tertarik untuk menganalisis lebih Kemudian pendekatan konseptual
lanjut mengenai tidak diperlukannya (conceptual approach) beranjak dari
penetapan lokasi dalam pengadaan tanah pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di
skala kecil yang diatur dalam Pasal 121 ayat dalam ilmu hukum, penulis akan
(3) Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun menemukan ide-ide yang melahirkan
2015. Rumusan masalah yang akan diangkat pengertian-pengertian hukum, konsep-
dalam tulisan ini yaitu Apa akibat hukum
tidak adanya penetapan lokasi dalam 8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Edisis
Revisi), Prenada Media Group, Jakarta, 2014, h. 133.
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 72

konsep hukum dan asas-asas hukum yang ini. Tekni ini dilakukan untuk mrndapatkan
relevan dengan isu yang dihadapi. landasan teori dengan mengkaji dan
Pemahaman akan pandangan-pandagan dan mempelajari literature buku-buku hukum,
doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran sehingga mendapat bahan hukum yang
bagi peneliti dalam membangun suatu dikumpulkan dengan mempelajari dan
argumentasi hukum dalam memecahkan isu menelaah peraturan perundang-undangan
9
dihadapi. maupun literature yang berkaitan dengan
Bahan hukum yang digunakan dalam permasalahan atau substansi pembahasan
penelitian ini adalah bahan hukum primer dalam permasalahan yang dikaji.
dan bahan hukum sekunder.Bahan hukum Setelah bahan hukum primer dan bahan
primer adalah bahan hukum yang bersifat hukum sekunder berhasil dikumpulkan,
mengikat dan berkaitan dengan maka dilakukan analisis berdasarkan metode
permasalahan yang dibahas dalam tesis ini interpretasi atau penafsiran.Metode
yaitu berupa peraturan perundang-undangan interpretasi adalah salah satu metode
dan peraturan pelaksanaannya yang berkaitan penemuan hukum yang memberi penjelasan
dengan hukum pengadaan tanah. yang gambling mengenai teks undang-
Bahan hukum sekunder merupakan undang agar ruang lingkup kaedah dapat
bahan hukum yang erat hubungannya dengan ditetapkan sehubungan dengan peristiwa
bahan hukum primer dan dapat membantu tertentu.10Jenis interpretasi yang digunakan
menganalisis serta memahami bahan-bahan dalam penelitian ini dengan menggunakan
hukum primer, terdiri dari buku-buku, tesis, berupa interpretasi gramatikal, interpretasi
disertasi hukum, jurnal-jurnal, kamus sistematis dan interpretasi historis.
hukum, artikel dari media masa yang Interpretasi gramatikal adalah cara
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. penafsiran atau penjelasan yang paling
Dalam tulisan ini dilakukan sederhana untuk mengetahui makna
menggunakan snowball theory atau teori ketentuan undang-undang dengan
bola salju dilakukan dengan cara menguraikannya menurut bahasa, susun kata
pengumpulan dan pengelolaan dari satu atau bunyinya.
bahan hukum kemudian secara mengalir Interpretasi sistematis adalah penafsiran
bergulir terus menerus sehingga memperoleh undang-undang sebagai bagian dari
banyak sumber bahan hukum yang memiliki keseluruhan sistem perundang-undangan
relevansi terhadap permasalahan pada tesis
10
Sudikno Mertokusumo, Mengenai Hukum Suatu
9
Ibid, h. 135 Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2005, h. 169
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 73

dengan jalan menghubungkannya dengan kedua belah pihak. Kemudian Pasal ini
undang-undang.11 dirubah dalam Peraturan Presiden Nomor 40
Interpretasi historis adalah penjelasan Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
menurut terjadinya undang-undang, jadi, Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012
makna undang-undang dapat dijelaskan atau menyatakan bahwa, Dalam rangka efisiensi
ditafsirkan dengan jalan meneliti sejarah dan efektifitas pengadaan tanah untuk
terjadinya.Dengan penafsiran menurut kepentingan umum yang luasnya tidak lebih
sarjana, undang-undang hendak dicari dari 5 (lima) hektar, dapat dilakukan
maksud ketentuan undang-undang seperti langsung oleh instansi yang mmerlukan
yang dilihat oleh pembentuk undang-undang tanah dengan pihak yang berhak, dengan
pada waktu pembentukannya. cara jual beli atau tukar menukar atau cara
Dari hasil analisis menggunakan metode lain yang disepakati kedua belah pihak. Dari
interpretasi di atas, maka didapatkan perubahan Peraturan Presiden ini terdapat
pemecahan atas isu hukum, yang pada perubahan luas tanah yang tadinya tidak
akhirnya akan menghasilkan suatu lebih dari 1 (satu) hektar menjadi tidak lebih
kesimpulan berupa preskripsi mengenai apa dari 5 (lima) hektar. Kemudian Pasal 121 ini
yang seyogianya. dirubah lagi dengan Peraturan Presiden 148
Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas
Analisis dan Pembahasan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012
yang menyatakan bahwa:
Pengadaan tanah skala kecil tidak diatur (1) Dalam rangka efisiensi dan
efektifitas, pengadaan tanah untuk
dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun
kepentingan umum yang luasnya
2012. Pengadaan tanah skala kecil dijumpai tidak lebih dari 5 (lima) hektar, dapat
dilaukan langsung oleh instansi yang
dalam Pasal 121 Peraturan Presiden Nomor
memerlukan tanah dengan pihak
71 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa yang berhak.
(2) Pengadaan tanah untuk kepentingan
dalam rangka efisiensi dan efektifitas,
umum yang luasnya tidak lebih dari 5
pengadaan tanah untuk kepentingan umum (lima) hektar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus sesuai dengan tata
yang luasnya tidak lebih dari 1 (satu) hektar,
ruang wilayah.
dapat dilakukan langsung oleh instansi yang (3) Pengadaan tanah untuk kepentingan
umum sebagaimana dimaksud ayat
memerlukan tanah dengan para pemegang
(1) tidak memerlukan penetapan
hak atas tanah, dengan cara jual beli atau loaksi
(4) Penilaian tanah dalam rangka
tukar menukar atau cara lain yang disepakati
pengadaan tanah sebagaimana
dimaksud ayat (1), Instansi yang
11
Ibid h. 172
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 74

memerlukan tanah menggunakan kepentingan umum yang ditetapkan dengan


hasil penilaian jasa penilai.
keputusan gubernur, yang dipergunakan
Dari rumusan peraturan tersebut diatas
sebagai izin untuk pengadaan tanah,
terdapat kata “dapat” yang berarti alternatife
perubahan penggunaan tanah dan peralihan
terhadap prosedur untuk melaksanakan
hak atas tanah dalam pengadaan tanah bagi
pengadaan tanah skala kecil yang artinya
pembangunan untuk kepentingan umum.
bahwa pengadaan tanah skala kecil dapat
Dikatakan bahwa penetapan lokasi
dilakukan dengan melalui tahapan
merupakan izin untuk melaksanakan
penyelenggaraan pengadaan tanah yang
pengadaan tanah.dengan demikian apakah
diatur dalam Undang-undang Nomor 2
ada akibat yang dapat ditimbulkan jika
Tahun 2012 dan peraturan pelaksanaannya
pengadaan tanah dalam skala kecil dilakukan
yaitu (tahap perencanaan, tahap persiapan,
tanpa penetapan lokasi. Permasalahanya
tahap pelaksanaan dan tahap penyerahan
muncul ketika pemegang hak atas tanah tidak
hasil) atau dapat dilakukan tanpa tahapan
bersedia untuk melepaskan tanahnya dan
penyelenggaraan pengadaan tanah yang
lokasi untuk pengadaan tanah skala kecil
diatur dalam Undang-undang Nomor 2
tersebut merupaka lokasi terbaik atau tidak
Tahun 2012 dan peraturan pelaksanaannya.
dapat dipindahkan ke lokasi lain dengan
Pada dasaranya pengadaan tanah skala
pertimbangan berdasarkan aspek historis,
kecil diselenggarakan tanpa melalui
klimatologis, geologis dan topografis tidak
prosedur-prosedur pengadaan tanah dalam
ada lokasi lain, jika lokasi dipindahkan akan
skala luas, dilihat dalam peraturan yang ada
mengalami kerugian besar.
pengadaan tanah dilakukan langsung oleh
Jika permasalahan ini timbul ketika
Instansi yang memerlukan tanah dengan
pemegang hak atas tanah tidak bersedia
pemegang hak atas tanah dengan cara jual
untuk melepaskan tanahnya, sedangkan
beli, tukar menukar dan cara lain yang
lokasi untuk pengadaan tanah skala kecil
disepakati tanpa melibatkan pihak dari
tidak dapat dipindahkan dan semua cara telah
Badan Pertanahan Nasional. Namun Pasal
dilakukan oleh panitian pengadaan tanah
121 Peraturan Presiden 148 Tahun 2015
seperti proses musyawara penetapan ganti
mempertegas lagi pada ayat (3) bahwa
kerugian oleh panitia pengadaan tanah,
pengadaan tanah skala kecil tidak
pengajuan gugatan ke Pengadilan dan
memerlukan penetapan lokasi. Pasal 1 angka
beberapa cara lainnya yang telah dilakukan
13 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012
panitia pengadaan tanah tidak mencapai
menyebutkan bahwa penetapan lokasi adalah
kesepakatan. Maka dapat dilakukan
penetapan atas lokasi pembangunan untuk
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 75

pencabutan hak atas tanah yang mana yang ditetapkan oleh gubernur atau
pencabutan ini dilakukan dengan cara bupati/walikota.
memberikan ganti kerugian yang di titipkan Pasal 26 ayat (1) Peraturan Mahkamah
di Pengadilan Negeri atau dikonsinyasikan. Agung Nomor 3 Tahun 2016 menyatakan
Dalam Pasal 24 dan Pasal 25 Peraturan bahwa permohonan penitipan ganti kerugian
Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2016 yang sudah lengkap dan memenuhi
Tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Penitipan Ganti Kerugian Ke Pengadilan pasal 25 ayat (3) dicatat dalam Buku
Negeri Dalam Pengadaan Tanah Bagi Register Konsinyasi dan diberi nomor. Ini
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum berarti dengan tidak adanya penetapan lokasi
menyebutkan syarat-syarat yang harus maka Instansi yang memerlukan tanah tidak
dipenuhi oleh Instansi yang memerlukan memenuhi syarat untu melakukan penitipan
tanah dalam hal ganti kerugian dilakukan ganti kerugian ke Pengadilan, maka
melalui konsinyasi atau penitipan ganti permohonan penitipan ganti kerugian yang
kerugian di Pengadilan Negeri. Salah satu dilakukan oleh Instansi yang memerlukan
syarat penitipipan ganti kerugian yang tanah tidak dapat diregistrasi oleh pengadilan
disebutkan dalam Pasal 25 ayat (1) huruf c atau mengalami penolakan oleh Pengadilan
angka 3 yaitu uraian yang menjadi dasar untuk melakukan konsinyasi.
permohonan penitipan ganti kerugian Melihat permasalahan diatas ada
meliputi penyebutan secara lengkap dan jelas pertentangan aturan antara Peraturan
surat keputusan gubernur, bupati, atau Presiden Nomor 148 Tahun 2015 yang
walikota tentang penetpan lokasi menyatakan bahwa pengadaan tanah untuk
pembangunan dan Pasal 25 ayat (2) huruf b kepentingan umum yang luasnya tidak lebih
yaitu permohonan penitipan ganti kerugian dari 5 (lima) hektar tidak memerlukan
dilampiri dokumen pendukung berupa penetapan lokasi dengan Peraturan
fotocopy surat keputusan gubernur atau Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2016
bupati/walikota tentang penetapan lokasi yang menyatakan bahwa salah satu syarat
pembangunan yang menunjukkan untuk melakukan penetapan ganti kerugian
permohonan sebagai Instansi yang ke pengadilan harus ada penetapan lokasi
memerlukan tanah. Sangat jelas dalam pasal yang ditetapkan oleh gubernur atau
ini untuk memenuhi syarat penitipan ganti bupati/walikota. Dengan demikian perlu
kerugian diperlukan adanya penetapan lokasi dilakukan perubahan atas pasal 121
Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015.
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 76

Seperti yang penulis telah uraikan


Pemerintah mempunyai kewenagan sebelumnya mengenai syarat-syarat
untuk melakukan konsinyasi atau penitipan konsinyasi atau penitipan ganti kerugian,
ganti kerugian ke Pengadilan Negeri. Hal ini meskipun pemerintah diberikan kewenangan
dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1 angka untuk melakukan konsinyasi atau penitipan
2 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 ganti kerugian ke pengadililan akan tetapi
Tentang Otonomi Daerah dijelaskan bahwa jika syarat-syarat konsinyasi atau penitipan
Pemerintahan Daerah adalah ganti kerugian salah satunya yaitu penetapan
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh lokasi yang ditetapkan oleh gubernur tidak
pemerintah daerah dan dewan perwakilan terpenuhi maka konsinyasi atau penitipan
rakyat daerah menurut asas otonomi dan ganti kerugian akan mengalami penolakan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi dari Pengadilan Negeri dan Instansi yang
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip memerlukan tanah tidak dapat melakukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia konsinyasi atau penitipan ganti kerugian di
sebagaimana dimaksud dalam Undang- pengadilan.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pasal 6 Undang-undang Nomor Kesimpulan
2 Tahun 2012 menyebutkan pengadaan tanah Dengan tidak adanya penetapan lokasi
untuk kepentingan umum diselenggarakan dalam pengadaan tanah skala kecil
oleh Pemerintah. sebagaimana diatur dalam Pasal 121
Artinya bahwa pemerintah diberikan Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015
kewenagan dalam hal melakukan pengadaan mengakibatkan Instansi yang memerlukan
tanah untuk kepentingan bagi pelaksanaan tanah tidak dapat melakukan konsinyasi atau
pembangunan untuk kepentingan umum penitipan ganti kerugian ke pengadilan
serta melakukan semua proses karena salah satu syarat untuk melakukan
penyelenggaran dan tahapan-tahapan dalam konsinyasi atau penitipan ganti kerugian ke
pengadaan tanah untuk kepetingan umum pengadilan yang diatur dalam Pasal 25
termasuk kewenangan untuk melakukan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun
ganti kerugian melalui konsinyasi atau 2016 yaitu penetapan lokasi yang ditetapkan
penitipan ganti kerugian ke Pengadilan oleh gubernur atau walikota/bupati tidak
Negeri sebagaimana yang telah diatur dalam terpenuhi.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 dan Berdasarkan peraturan perundang-
peraturan pelaksanaannya. undangan pemerintah diberikan kewenangan
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 77

untuk melakukan konsinyasi atau penitipan Mahmud Marzuki. (2014). Penelitian Hukum
ganti kerugian apabila cara-cara seperti (Edisis Revisi), Jakarta : Prenada Media
proses musyawarah penetapan ganti Group.
kerugian, pengajuan gugatan ke Pengadilan Rusmadi Murad. (1997) Administrasi
dan beberapa cara lainnya yang telah Pertanahan Pelaksanaan dalam Praktek.
dilakukan oleh pemerintah tidak mencapai Bandung : Mandar Maju.
kesepakatan, sedangkan lokasi pembangunan Soedharyo Soimin. (1993). Status Hak Dan
tidak dapat dipindahkan Pengadaan Tanah. Jakarta : Sinar
Adapun saran yang dapat diberikan yakni Grafika.
: Pemerintah perlu melakukan perubahan Umar Said Sugiharto, Suratman dan
atas Pasal 121 Peraturan Presiden Nomor Noorhudha Muchsin. (2015). Hukum
148 Tahun 2015 terkait pengadaan tanah Pengadaan Tanah (Pengadaan Hak Atas
skala kecil yang tidak memerlukan Tanah Untuk Kepentingan Umum Pra
penetapan lokasi. Pemerintah perlu Dan Pasca Reformasi). Malang : Setara
melakukan penyusunan peraturan Press.
perundang-undangan terkait pengadaan tanah Peraturan Perundang-Undangan
skala kecil yang memuat secara lengkap Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
menngenai prosedur pengadaan tanah dalam Tahun 1945.
skala kecil untuk mengatasi permasalahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
yang dapat timbul dalam pelaksanaannya. Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
Referensi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012
Buku: Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Abdurrahman. (1983). Masalah Hak-Hak Pembangunan Untuk Kepentingan
Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Umum.
Indonesia. Bandung : Alumni. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun
Achmad Rubaie, (2007). Hukum Pengadaan 2012tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum. Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Malang : Bayumedia Publishing. Kepentingan Umum.
G.Kartasapoetra et al. (1885). Hukum Tanah Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014
Jaminan UUPA bagi Keberhasilan tentang Perubahan Atas Peraturan
Pendayagunaan Tanah. Jakarta : PT. Presiden Nomor 71 tentang
Rineka Cipta. a, 1985. Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 78

Pembangunan Untuk Kepentingan Pembangunan Untuk Kepentingan


Umuum. Umuum.
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2014 Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan tentang Perubahan Keempat Atas
Presiden Nomor 71 tentang Peraturan Presiden Nomor 71 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umuum. Umum.
Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan 2016 Tentang Tata Cara Pengajuan
Presiden Nomor 71 tentang Keberatan Dan Penitipan Ganti Kerugian
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Ke Pengadilan Negeri .

Anda mungkin juga menyukai