Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNOLOGI

OBJEK V

“PEMERIKSAAN WIDAL (PRINSIP TITER)

Oleh:

Annisa Martania (1801085)

Kelompok 4

Grup C/S1-4C

Tanggal praktikum : 1 Mei 2020

Dosen : Rahmayati Rusnedy,M.Si,Apt

Asisten : Dhea Ananda

Program Studi S1 Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau

YAYASAN UNIV RIAU

2020
OBJEK V

“PEMERIKSAAN WIDAL (PRINSIP TITER)”

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmonella typhi dan Salmonella
paratyphi dalam serum

II. TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis demam tifoid sering ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis dan tes
serologis saja. Uji Widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini
masih digunakan secara luas, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia.
Widal adalah uji diagnosis serologi untuk demam enterik yang ditemukan pada tahun
1896 oleh Georges Fernand Isidore Widal. Reaksi aglutinasi ini menunjukkan adanya
lipopolisakarida (LPS),somatik (O) dan flagella (H) dari Salmonella thypii dalam
serum dari pasien yang menggunakan suspensi O dan H antigen. Kit komersil yang
tersedia adalah untuk antigen Salmonella thypii para-A, B dan C. Salah satu
kelemahan utama dari uji widal adalah reaktivitas silang karena yang beberapa
bakteri lain yang memiliki genus sama sering menghasilkan hasil positif palsu,
sehingga hasil positif harus berkorelasi secara klinis sebelum meresepkan obat.Jadi,
tes widal adalah pilihan untuk demam tifoid terutama di daerah pedesaan (

Uji Widal ada dua macam yaitu uji Widal tabung yang membutuhkan waktu
inkubasi semalam dan uji Widal peluncuran yang hanya membutuhkan waktu
inkubasi 1 menit saja. Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji Widal cara
meluncurkan, karena merupakan uji serologis yang cepat dan mudah dalam
melaksanakannya. Sensitivitas dan terutama spesifisitas tes ini amat dipengaruhi oleh
jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa peneliti uji Widal yang
menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal daerah endemis (lokal)
memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang secara bermakna lebih tinggi daripada
bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah endemis (impor).
Uji Widal sampai sekarang masih digunakan secara luas terutama di negara
berkembang termasuk Indonesia. Walaupun mempunyai banyak keterbatasan dan
penafsiran uji Widal, untuk menegakkan diagnosis demam tifoid harus hati-hati
karena beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaannya. Yaitu antara
lain keadaan gizi, saat pemeriksaan, pengobatan antibiotica yang mendahuluinya,
daerah endemis, status imunologis, vaksinasi, penggunaan obat imunosupresif, reaksi
silang serta teknik pemeriksaan (

Kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam tifoid masih kontroversial di antara
para ahli karena hasil yang berbeda-beda. Uji Widal bernilai diagnosis yang tinggi
untuk demam tifoid (94,3%), asalkan dapat diketahui titer antibodi di orang normal
dan penderita demam nontifoid. Pang dan Puthucheary mengatakan bahwa uji Widal
masih merupakan pilihan cara yang praktis sehubungan kesulitan dalam memeriksa
bakteri di negara berkembang (Pang et al.,1997). Hampir semua ahli sepakat bahwa
kenaikan titer aglutinin 4 kali terutama aglutinin O atau aglutinin H dalam jangka
waktu 5–7 hari bernilai diagnostik amat penting untuk demam tifoid. Sebaliknya
peningkatan titer aglutinin yang tinggi pada satu kali pemeriksaan Widal terutama
aglutinin H tidak memiliki arti diagnostik yang penting untuk demam tifoid. Namun
demikian, masih dapat membantu menegakkan diagnosis demam tifoid di penderita
dewasa yang berasal dari daerah nonendemik atau anak umur kurang dari 10 tahun
dari daerah endemik. Sebab di kelompok penderita ini kemungkinan terkena S.typhi
dalam dosis subterinfeksi masih amat kecil. Di orang dewasa atau anak di atas 10
tahun yang bertempat tinggal di daerah endemik kemungkinan untuk menelan S.
typhi dalam dosis subterinfeksi lebih besar, sehingga uji Widal dapat memberikan
ambang atas titer rujukan yang berbeda-beda antar daerah endemik yang satu dengan
yang lainnya. Bergantung dari derajat endemisnya dan juga perbedaan keadaan antara
anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Uji Widal masih diperlukan untuk
menunjang diagnosis demam tifoid, ambang atas titer rujukannya baik anak maupun
orang dewasa perlu ditentukan. Besar titer antibodi yang bermakna untuk diagnosis
demam tifoid di lndonesia belum terdapat kesesuaian. Dari hasil beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam tifoid bergantung
prosedur yang digunakan di masing-masing rumah sakit atau laboratorium. Uji Widal
dianggap positif bila titer antibodi 1/160, baik untuk aglutinin O maupun H dengan
kriteria diagnostik tunggal atau gabungan. Bila dipakai kriteria tunggal maka
aglutinin O lebih bernilai diagnostik daripada aglutinin H (Handojo, I, 1982).

Antibodi (immunoglobulin) adalah sekelompok lipoprotein dalam serum darah


dan cairan jaringan pada mamalia. Antibodi memiliki lebih dari satu tempat
pengkombinasian antigen. Kebanyakan antibodi makhluk hidup mempunyai 2 tempat
pengkombinasian yang disebut bivalen. Beberapa antibodi bivalen dapat membenuk
beraneka antibodi yang mempunyai lebih dari 10 tempat pengkombinasian antigen
(Volk Wheeler, 1984).

Antigen adalah bahan yang asing untuk badan, terdapat dalam manusia atau
organisme multiseluler lain yang dapat menimbulkan pembentukan antibodi
terhadapnya dan dengan antibodi itu antigen dapat bereaksi dengan khas. Sifat
antigenik dapat ditentukan oleh berat molekulnya. Salmonella dan jenis-jenis lainnya
dalam familyEnterobacteriaceae mempunyai beberapa jenis antigen, yaitu antigen O
(somatik), H (Flagella), K (Kapsul) dan Vi (Virulen) (

Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita
dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif
ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen
yang digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum, maka
kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi
aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum (

Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai
parameter penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :

- Antigen O

Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh


kuman. Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan
terhadap pemanasan 100°C selama 2–5 jam, alkohol dan asam yang encer.

- Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau
fili S. typhi dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H
phase-1 tunggal yang juga dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini
tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60°C dan pada pemberian alkohol
atau asam.

- Antigen Vi

Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang


melindungi kuman dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan
rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60°C, dengan pemberian asam
dan fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.

- Outer Membrane Protein (OMP)

Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di


luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel
terhadap lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein
porin dan protein nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri
atas protein OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang
berfungsi untuk difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap
proteolisis dan denaturasi pada suhu 85–100°C. Protein nonporin terdiri atas
protein OMP A, protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease,
tetapi fungsinya masih belum diketahui dengan jelas (

Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.

 Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).


 Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada
kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).
 Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+)
pada pasiendengan gejala klinis khas (
III. ALAT DAN BAHAN
● ALAT : - Pipet serologi - Tes tube kecil 75 x 12mm
- Slide - Reiged Febrile test slide
- Tabung
● BAHAN : - Serum
- Kontrol positif
- Antigen Salmonella O dan H

IV. CARA KERJA


Metode slide (slide aglutinasi)
1. Dengan pipet khusus untuk tiap pengenceran, sejumlah serum berikut
ditambahkan di atas lingkaran slide berdiameter 27 mm :
0,08 ml (80 μL)  Pengenceran 1:20
0,04 ml (40 μL¿  Pengenceran 1:40
0,02 ml (20 μL¿  Pengenceran 1:80
0,01 ml (10 μL¿  Pengenceran 1:160
0,005 ml (5 μL¿  Pengenceran 1:320
Pengenceran serum dengan menggunakan NaCl fisiologis/saline
2. Antigen yang telah tersuspensi sepenuhnya ditambahkan sebanyak 1 tetes pada
lingkaran slide
3. Campur dan ratakan hingga keseluruh permukaan dalam lingkaran
4. Dengan perlahan dan sering, guncang dan putar tes slide selama 1 atau 2 menit
hingga terlihat adanya aglutinasi
5. Hasil yang diperoleh dicocokkan dengan titer tabung aglutinasi berturut-turut
1:20 1:40 1:80 1:160 1:320

Metode tabung (Tube aglutinasi)

1. Siapkan sebuah rak dengan 10 tabung


2. Tambahkan 1,9ml saline pada tabung 1 dan 1,0 ml saline pada tiap tabung lainnya
3. Tambahkan 1,0 ml serum pasien pada tabung 1,campur dengan baik
4. Ambil 1,0 dari tabung1 dan pindahkan pada tabung 2, lanjutkan pengenceran
secara serial sampai tabung 9, lalu buang 1 ml dari tabung 9.
5. Tambahkan 1 tetes suspensi antigen yang telah dicampur homogen pada masing-
masing tabung.
6. Jangan mencampur suspense sebelum dipakai
7. Tabung 1 sampai 9 sekarang mengandung serum yang diencerkan dari 1/20
sampai 1/5120.
8. Tabung 10 hanyamengandung saline dan antigen sebagai antigen kontrol.
9. Campur sampai homogen dan inkubasi pada suhu berikut, kemudian periksa
adanya aglutinasi.
10. Titrasi antigen O pada suhu 50oC selama 4 jam
11. Titrasi antigen H pada suhu 50oC selama 2 jam
V. HASIL PENGAMATAN

Kel Kode serum Reagen Hasil


1 F O 1:160
H 1:320
2 F AO 1:320
AH 1:160
3 F BO 0
BH 1:160
4 F CO 1:20
CH 1:160
5 C CO 1:160
CH 1:20
6 C BO 1:80
BH 1:120
7 C AO 1:160
AH 1:160
8 C O 1:160
H 1:160

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan uji widal yang mana menggunakan prinsip titer
pemeriksaan widal merupakan pengujian untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
Salmonella typhii dan Salmonella paratyphii dalam serum. Uji widal ini biasanya
digunakan untuk mendiagnosis demam tifoid. Pengujian ini sangat diperlukan pada
seseorang yang menderita gejala demam tifoid agar dapat memberikan pengobatan
yang tepat sehingga komplikasi dapat dihindari.

Uji widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunkan sejak tahun
1986. Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk nmendeteksi bakteri Salmonella sp
enteric yang mengakibatkan typoid.

Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji
hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung
membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit
dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang
biasanya digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak
digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat dipengaruhi
oleh jenis antigen yang digunakan.

Uji ini didasarkan pada reaksi aglutinasi antara antigen dalam reagen terhadap
antibody pada serum penderita demam typoid. Reaksi aglutinasi ini didasarkan pada
kenaikan titer, dimana titer awal atau yang biasa disebut aglutinasi awal yaitu 1/80
yaitu 40ul reagen + 20ul serum penderita. Apabila terjadi aglutinasi (+) maka dapat
dianjutkan dengan pemeriksaan titer berikutnya yaitu 1/160 yaitu 40ul reagen + 10ul
serum penderita, apabila diperoleh hasil positif, dilanjutkan lagi pada titer berikutnya
yaitu 1/320 yatu 40ul reagen +5ul serum penderita, ini adalah titer tertinggi. Apabila
telah mencapai titer 1/320 maka dapat di fonis menderita demam tifoid. Namun
apabila baru mencapai titer 1/80, untuk pasien yang pernah menderita demam typoid
maka ini merupakan titer normal, tetapi untuk pasien yang belum pernah mengalami
demam typoid maka perlu dilakukan pemerikasaan berikutnya pada 5-7 hari, untuk
melihat apakah ada peningkatan titer atau tidak. Untuk titer 1/160, untuk pasien yang
pernah mengalami demam tifoid maka perlu dilakukan pemeriksaan dalam jangka
waktu 5-7 hari untuk meluhat kenaikan titernya, namun untuk pasien yang belum
pernah mengalami demam typoid maka sudah dapat dikatakan (+) typoid. Lalu
berlanjut pada titer 1/320.

Untuk pemeriksan uji widal metode slide, pemeriksaan tidak boleh dilakukan
apabila telah melewati 1 menit setelah pencampura reagen dan serum karena dapta
menghasilkan nilai postif palsu yang dikarenakan apabila lebih dari 1 menit, antibody
yang seharusnya tidak berikatan akan berikatan sehingga terbentuk aglutinasi.\

Menurut beberapa peneliti uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari
jenis strain kuman asal daerah endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas
yang lebih tinggi daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal
luar daerah enddemis (import).

Pada praktikum kali ini dilihat dari hasil yang didapat aglutinasi pada serum
f yaitu pada reagen H,AO dengan hasil 1:320 sedangkan pada serum C aglutinasi
terjadi pada reagen AO,AH,O,H yaitu hasinya 1:160 dimana aglutinasi yang positif
dapat dilihat dari proses aglutinasi dengan pengenceran yang tertinggi yang
menunjukkan titer antibodi dalam serum. Dari hasil yang didapat serum f yang
menunjukkan titer antibodi dalam serum dan dapat disimpulkan bahwa hasilnya
positif.
Hasil positif pemeriksaan widal dapat disebabkan oleh karena berbagai
macam hal, diantaranya pasien yang diperiksa memiliki indikasi infeksi demam tifoid
akut atau pernah terinfeksi demam tifoid sebelumnya, imunisasi sebelumnya dengan
antigen Salmonella, reaksi silang dengan Salmonella nontifoid, variabilitas dan
standar antigen komersial yang kurang baik, infeksi malaria atau Enterobacteriaceae,
dan penyakit lain seperti demam dengue. Hasil negative pemeriksaan widal dapat
disebabkan oleh tidak adanya infeksi oleh bakteri Salmonela typhi, karier, antigen
bakteri yang tidak adekuat pada sel host untuk menginduksi terbentuknya antibodi,
kesalahan pada saat pelaksanaan pemeriksaan, dan sudah mendapatkan terapi
antibiotic sebelumnya.
Adapun kesalahan yang didapat pada praktikum ini yaitu pembacaan yang
melebihi waktu 2 menit, reagensia yang kadaluarsa,reagen asih terlalu dingin dari
kulkas dan pemipetan yang kurang tepat.

VII. KESIMPULAN
1. Demam typhoid (Typhus abdominalis) adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A,B,dan C, yang
masuk kedalam tubuh melalui makanan dan minuman yang tercemar.

2. Salmonella typhi adalah suatu genus bakteri entero bakteria gram negatif
berbentuk batang. Morfologi salmonella typhosa berbentuk batang, tidak berspora
dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel feritik (fimbrae), pada pewarnaan
garam bersifat gram negatif.

3. Pemeriksaan widal adalah suatu pemeriksaan serologi yang berarti bahwa


seseorsng pernah terinfeksi kuman Salmonella tipe tertentu, yang dilakukan
sebagai penunjang diagnose.

4. Uji widal dilakikan untuk melihat level aglutinasi antibodi terhadap antigen O
(somatik) dan antigen H (flagella) denagn menggunakan suspense bakteri
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ,untuk mendeteksi antbodi yang
sesuai untuk serum pasien yang diduga menderita semam tyfhoid.

5. Pada metode slide hanya untuk melihat apakah sampel mengandung antibodi
Salmonella yang dapat bereaksi dengan antigen yang diberikan dan
mengakibatkan aglutinasi.
6. Pada metode tabung melihat aglutinasi pada pengenceran tertinggi yang masih
menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibody dalam serum sehingga
hasilnya positif.
7. Pada praktikum kali ini dilihat dari hasil yang didapat aglutinasi pada serum f
dengan aglutinasi tertinggi pada pengenceran 1:320 yang dapat disimpulkan
bahwa hasilnya positif.

VIII. PERTANYAAN
1. Jelaskan pengaruh faktor-faktor dibaawah ini terhadap interpretasi dari uji Widal?
a. stadium penyakit,
b. faktor penderita: status imunitasdan status gizi
c. gambaran imunologis masyarakat setempat (daerah endemis atau non endemis)
d. faktor antigen
e. teknik dan reagen yang digunakan

2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan metode-metode uji yang dapat digunakan pada
Pemeriksaan widal

3. Jelaskanlah kapan waktu yang tepat dilakukan pemeriksaan widal terhadap pasien yang
diduga terinfeksi salmonella typhi?

4. Apakah uji widal merupakan pemeriksaan yang paling akurat dalam menegakkan
diagnosa demam tifoid??Berikan alasannya

5. Kenapa pada uji widal untuk penegakan diagnosa demam tifoid sering digunakan 2
reagen yang mengandung antigen O dan antigen H? Apakah bisahanya digunakan salah
satu reagen saja pada uji widal (reagen antigen O atau reagen antigen H)?

6. Sebutkan antibodi (agglutinin) yang spesifik merespon terhadap komponen basil


salmonella

7. Sebutkan kriteria pasien yang mengalami gejala demam tipoid namun tidak bisa
dilakukan uji serologi “widal test”?
JAWABAN:

1. a. stadium penyakit,dimana penyakit ini memiliki kondisi yang sama dengan


demam yang disebabkan oleh infeksi virus dan demam yang disebabkan oleh
infeksi tifus. Dimana dalam pengujian widal ini memiliki kekurangan dalam
sensitivitas dan spesifitas yang rendah sehingga sering terjadinya
“overdiagnosis”, oleh karena itu pemeriksaan demam tifus bukan hanya melihat
dengan menggunakan hasil laboratorium namun perlu juga memerhatikan kondisi
klinis pada pasien
b. faktor penderita: status imunitas dan status gizi, seseorang yang telah diberi
imunisasi dengan antigen s.thypii sehingga factor ini dapat mempengaruhi
pembentukan antibody seseorang sehingga didapatkan hasil dari pengujian widal
yang tidak sesuai.
c. gambaran imunologis masyarakat setempat (daerah endemis atau non
endemis), selain melihat hasil dari laboratorium dalam mengdianosisi demam
tifus, perlu juga kita melihat kondisi immunologis yang berada di wilayahnya,
dimana jika pasien berada didaerah endemis demam tifus maka bisa saj
bahwasanya dia terdiagnosis penyakit demam tifus namun jika dia berada
diwilayah non edemis dan didapatkan pada minggu pertama hasil uji widal
laboratorium yang tinggi sedangkan jika diuji kembali pada minggu kedua
didapatkan hasil nilai uji widal yang turun drastis,sehingga dapat dikatakan
bahwasanya dia tidak menderita demam tifus. Dapat dikatakan bahwasanya
pengaruh immunologi masyarakat perlu diperhatikan juga, seperti daerah endemis
yaitu Indonesia yang dimana paling banyak mengalami demam tifus, oleh sebab
itu untuk mencari standar titer uji widal perlu didapatkan peningkatan antibody O
dan H pada anak anak sehat didaerah tersebut.
d. faktor antigen, menggunakan antigen yang dibuat dari strain kuman asal
daerah endemis (local) lebih senstivitas dan spesifitas yang lebih tinggi daripada
antigen yang dibuat dari strain kuman asal daerah nonedemis sehingga
mempengaruh hasil inteprestasi uji widal
e. teknik dan reagen yang digunakan, teknik dengan menggunakan uji tabung
lebih sensitifitas dan spesifitas dalam melihat hasil uji widal yang lebih baik
karena pada uji widal dengan menggunakan slide dapat mempengarhu inteprestasi
hasil uji widal dimana setelah dilakukan pencampuran reagen dan serum bila
diamati lebih 1menit akan mendapatkan hasil positif, hal ini dapat mempengaruhi
hasil yang akan diberikan kepada pasien.

2. Metode Uji Tabung(Tube Test)


kekurangan:
 membutuhkan waktu inkubasi semalam karena menggunakan teknik yang
rumit
kelebihan :
 Spesifitas dan ketepatan menggunakan uji widal tabung lebih efektif
daripada uji widal apusan
Metode Uji Apusan(Slide Test)
kekurangan :
 pemeriksaan tidak boleh dilakukan lewat dari 1 menit setelah
pencampuran reagen dan serum karena dapat menghasilkan nilai positif
palsu
kelebihan :
 membutuhkan waktu inkubasi hanya 1 menit saja, biasanya digunakan
dalam prosedur penapisan (srenning)
3. Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan yaitu tahap diagnosis pertama yang
dokter lakukan adalah menelusuri riwayat perjalanan penyakit. Dokter akan
menanyakan kebersihan makanan dan tempat tinggal, serta riwayat munculnya
keluhan yang dialami.Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, antara
lain memeriksa suhu tubuh, melihat tampilan permukaan lidah, memeriksa bagian
perut mana yang nyeri, dan mendengarkan bunyi usus. Dan setelah itulah untuk
memastikan apakah pasien terinfeksi barulah dilakukan jenis uji widal
4. Tes Widal sebenarnya cukup akurat, namun ada beberapa faktor yang dapat
memengaruhi tingkat akurasinya. Beberapa di antaranya adalah kualitas sampel
darah dan antigen yang digunakan, atau cara pemeriksaan dan pembacaan hasil
tes.Selain itu, seseorang bisa saja mendapatkan hasil positif pada tes Widal meski
tidak menderita tifus. Hal ini bisa terjadi bila pasien adalah pembawa (karier)
bakteri penyebab tifus atau belum lama melakukan vaksinasi tifus. Orang yang
belum lama sembuh dari tifus juga bisa mendapatkan hasil positif, karena antibodi
terhadap bakteri Salmonella bisa tetap berada di dalam tubuh hingga dua tahun.Di
sisi lain, hasil Widal negatif juga belum tentu menandakan seseorang tidak
menderita tifus. Kondisi ini bisa saja terjadi akibat gizi buruk, konsumsi obat-
obatan jangka panjang, atau menderita penyakit tertentu yang menurunkan daya
tahan tubuh.Tes Widal merupakan salah satu diagnosis tifus yang cepat dan
mudah di wilayah dengan fasilitas kesehatan terbatas. Hanya saja, pada beberapa
kondisi, tes Widal dapat memberi hasil positif palsu maupun negatif palsu.Untuk
hasil yang lebih akurat, dokter dapat menyarankan pemeriksaan diagnostik lain,
seperti tes TUBEX, yang bisa dilakukan di rumah sakit atau laboratorium dengan
fasilitas yang memadai.
5. Karena untuk melihat aglutinasi dari antigen O dan antigen H. Pada penggujian
widal tidak bisa digunakan hanya satu reagen saja karena fungsi dari reagen
antigen O dan reagen antigen H berbeda yaitu pada reagen antigen O untuk badan
bakteri sedangkan reagen antigen H untuk ekor atau flagell bakteri. Karena
antibodi badan dan flagel bakteri berbeda. Dan berdasarkan sifat dari kedua
antigen juga berbeda ). Antigen H memiliki sifat tahan formalin ,tetapi tidak tahan
panas, fenol, atau alkkohol . Sedangkan Antigen O tidak dipengaruhi oleh zat-zat
tersebut. Perbedaan sifat inni dipakai untuk memisahkan kedua jenis Ag.
6. Antigen H = Hauch, terdapat pada flagela dan bersifat termolabil. Antigen H
rusak pada pemanasan di atas 60ºC, alkohol, dan asam. Antibodi yang dibentuk
bersifat IgG. Antibodi(agglutinin) yang spesifik merespon terhadap komponen
basil salmonella adalah IgM dan IgG
7. Kriteria pasien yang mengalami gejala demam tipoid namun tidak bisa dilakukan
uji serologi “widal test” adalah Pasien yang telah menjalani pengobatan dengan
antibiotik sebelum tes dilakukan. Karena apabila tetap dilakukan uji serologi
widal test kepada pasien yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotik maka
hasil dari test widal akan menunjukkan hasil yang negatife.

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Bellanti, J. 2008. Imunologi Uji. Yogyakarta : UGM Press.
2. Jawetz, E. 2006. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
3. Puspa, W, Prihatini, MY Probohoesodo. 2018. Kemampuan Uji Tabung Widal
Menggunakan Antigen Import dan Antigen Lokal. Vol.12. No.1. Indonesian
Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory.
4. Robbins. 2009. Buku Ajar Patologi 2 Edisi 4. Jakarta : EGC.
5. MAB Cerqueira, NN Mahartini dan IWPS Yasa. 2019. Pemeriksaan widal untuk
mendiagnosis Salmonella typhi di Puskesmas Denpasar Timur 1. Vol. 10. No. 3.
Denpasar : Intisari Sains Medis.
6. Soemarno. 2011. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinis. Yogyakarta : Akademi
Analisis Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai