IMUNOLOGI
OBJEK V
Oleh:
Kelompok 4
Grup C/S1-4C
2020
OBJEK V
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmonella typhi dan Salmonella
paratyphi dalam serum
Diagnosis demam tifoid sering ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis dan tes
serologis saja. Uji Widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini
masih digunakan secara luas, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia.
Widal adalah uji diagnosis serologi untuk demam enterik yang ditemukan pada tahun
1896 oleh Georges Fernand Isidore Widal. Reaksi aglutinasi ini menunjukkan adanya
lipopolisakarida (LPS),somatik (O) dan flagella (H) dari Salmonella thypii dalam
serum dari pasien yang menggunakan suspensi O dan H antigen. Kit komersil yang
tersedia adalah untuk antigen Salmonella thypii para-A, B dan C. Salah satu
kelemahan utama dari uji widal adalah reaktivitas silang karena yang beberapa
bakteri lain yang memiliki genus sama sering menghasilkan hasil positif palsu,
sehingga hasil positif harus berkorelasi secara klinis sebelum meresepkan obat.Jadi,
tes widal adalah pilihan untuk demam tifoid terutama di daerah pedesaan (
Uji Widal ada dua macam yaitu uji Widal tabung yang membutuhkan waktu
inkubasi semalam dan uji Widal peluncuran yang hanya membutuhkan waktu
inkubasi 1 menit saja. Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji Widal cara
meluncurkan, karena merupakan uji serologis yang cepat dan mudah dalam
melaksanakannya. Sensitivitas dan terutama spesifisitas tes ini amat dipengaruhi oleh
jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa peneliti uji Widal yang
menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal daerah endemis (lokal)
memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang secara bermakna lebih tinggi daripada
bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah endemis (impor).
Uji Widal sampai sekarang masih digunakan secara luas terutama di negara
berkembang termasuk Indonesia. Walaupun mempunyai banyak keterbatasan dan
penafsiran uji Widal, untuk menegakkan diagnosis demam tifoid harus hati-hati
karena beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaannya. Yaitu antara
lain keadaan gizi, saat pemeriksaan, pengobatan antibiotica yang mendahuluinya,
daerah endemis, status imunologis, vaksinasi, penggunaan obat imunosupresif, reaksi
silang serta teknik pemeriksaan (
Kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam tifoid masih kontroversial di antara
para ahli karena hasil yang berbeda-beda. Uji Widal bernilai diagnosis yang tinggi
untuk demam tifoid (94,3%), asalkan dapat diketahui titer antibodi di orang normal
dan penderita demam nontifoid. Pang dan Puthucheary mengatakan bahwa uji Widal
masih merupakan pilihan cara yang praktis sehubungan kesulitan dalam memeriksa
bakteri di negara berkembang (Pang et al.,1997). Hampir semua ahli sepakat bahwa
kenaikan titer aglutinin 4 kali terutama aglutinin O atau aglutinin H dalam jangka
waktu 5–7 hari bernilai diagnostik amat penting untuk demam tifoid. Sebaliknya
peningkatan titer aglutinin yang tinggi pada satu kali pemeriksaan Widal terutama
aglutinin H tidak memiliki arti diagnostik yang penting untuk demam tifoid. Namun
demikian, masih dapat membantu menegakkan diagnosis demam tifoid di penderita
dewasa yang berasal dari daerah nonendemik atau anak umur kurang dari 10 tahun
dari daerah endemik. Sebab di kelompok penderita ini kemungkinan terkena S.typhi
dalam dosis subterinfeksi masih amat kecil. Di orang dewasa atau anak di atas 10
tahun yang bertempat tinggal di daerah endemik kemungkinan untuk menelan S.
typhi dalam dosis subterinfeksi lebih besar, sehingga uji Widal dapat memberikan
ambang atas titer rujukan yang berbeda-beda antar daerah endemik yang satu dengan
yang lainnya. Bergantung dari derajat endemisnya dan juga perbedaan keadaan antara
anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Uji Widal masih diperlukan untuk
menunjang diagnosis demam tifoid, ambang atas titer rujukannya baik anak maupun
orang dewasa perlu ditentukan. Besar titer antibodi yang bermakna untuk diagnosis
demam tifoid di lndonesia belum terdapat kesesuaian. Dari hasil beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam tifoid bergantung
prosedur yang digunakan di masing-masing rumah sakit atau laboratorium. Uji Widal
dianggap positif bila titer antibodi 1/160, baik untuk aglutinin O maupun H dengan
kriteria diagnostik tunggal atau gabungan. Bila dipakai kriteria tunggal maka
aglutinin O lebih bernilai diagnostik daripada aglutinin H (Handojo, I, 1982).
Antigen adalah bahan yang asing untuk badan, terdapat dalam manusia atau
organisme multiseluler lain yang dapat menimbulkan pembentukan antibodi
terhadapnya dan dengan antibodi itu antigen dapat bereaksi dengan khas. Sifat
antigenik dapat ditentukan oleh berat molekulnya. Salmonella dan jenis-jenis lainnya
dalam familyEnterobacteriaceae mempunyai beberapa jenis antigen, yaitu antigen O
(somatik), H (Flagella), K (Kapsul) dan Vi (Virulen) (
Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita
dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif
ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen
yang digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum, maka
kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi
aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum (
Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai
parameter penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :
- Antigen O
- Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau
fili S. typhi dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H
phase-1 tunggal yang juga dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini
tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60°C dan pada pemberian alkohol
atau asam.
- Antigen Vi
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan uji widal yang mana menggunakan prinsip titer
pemeriksaan widal merupakan pengujian untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
Salmonella typhii dan Salmonella paratyphii dalam serum. Uji widal ini biasanya
digunakan untuk mendiagnosis demam tifoid. Pengujian ini sangat diperlukan pada
seseorang yang menderita gejala demam tifoid agar dapat memberikan pengobatan
yang tepat sehingga komplikasi dapat dihindari.
Uji widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunkan sejak tahun
1986. Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk nmendeteksi bakteri Salmonella sp
enteric yang mengakibatkan typoid.
Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji
hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung
membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit
dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang
biasanya digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak
digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat dipengaruhi
oleh jenis antigen yang digunakan.
Uji ini didasarkan pada reaksi aglutinasi antara antigen dalam reagen terhadap
antibody pada serum penderita demam typoid. Reaksi aglutinasi ini didasarkan pada
kenaikan titer, dimana titer awal atau yang biasa disebut aglutinasi awal yaitu 1/80
yaitu 40ul reagen + 20ul serum penderita. Apabila terjadi aglutinasi (+) maka dapat
dianjutkan dengan pemeriksaan titer berikutnya yaitu 1/160 yaitu 40ul reagen + 10ul
serum penderita, apabila diperoleh hasil positif, dilanjutkan lagi pada titer berikutnya
yaitu 1/320 yatu 40ul reagen +5ul serum penderita, ini adalah titer tertinggi. Apabila
telah mencapai titer 1/320 maka dapat di fonis menderita demam tifoid. Namun
apabila baru mencapai titer 1/80, untuk pasien yang pernah menderita demam typoid
maka ini merupakan titer normal, tetapi untuk pasien yang belum pernah mengalami
demam typoid maka perlu dilakukan pemerikasaan berikutnya pada 5-7 hari, untuk
melihat apakah ada peningkatan titer atau tidak. Untuk titer 1/160, untuk pasien yang
pernah mengalami demam tifoid maka perlu dilakukan pemeriksaan dalam jangka
waktu 5-7 hari untuk meluhat kenaikan titernya, namun untuk pasien yang belum
pernah mengalami demam typoid maka sudah dapat dikatakan (+) typoid. Lalu
berlanjut pada titer 1/320.
Untuk pemeriksan uji widal metode slide, pemeriksaan tidak boleh dilakukan
apabila telah melewati 1 menit setelah pencampura reagen dan serum karena dapta
menghasilkan nilai postif palsu yang dikarenakan apabila lebih dari 1 menit, antibody
yang seharusnya tidak berikatan akan berikatan sehingga terbentuk aglutinasi.\
Menurut beberapa peneliti uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari
jenis strain kuman asal daerah endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas
yang lebih tinggi daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal
luar daerah enddemis (import).
Pada praktikum kali ini dilihat dari hasil yang didapat aglutinasi pada serum
f yaitu pada reagen H,AO dengan hasil 1:320 sedangkan pada serum C aglutinasi
terjadi pada reagen AO,AH,O,H yaitu hasinya 1:160 dimana aglutinasi yang positif
dapat dilihat dari proses aglutinasi dengan pengenceran yang tertinggi yang
menunjukkan titer antibodi dalam serum. Dari hasil yang didapat serum f yang
menunjukkan titer antibodi dalam serum dan dapat disimpulkan bahwa hasilnya
positif.
Hasil positif pemeriksaan widal dapat disebabkan oleh karena berbagai
macam hal, diantaranya pasien yang diperiksa memiliki indikasi infeksi demam tifoid
akut atau pernah terinfeksi demam tifoid sebelumnya, imunisasi sebelumnya dengan
antigen Salmonella, reaksi silang dengan Salmonella nontifoid, variabilitas dan
standar antigen komersial yang kurang baik, infeksi malaria atau Enterobacteriaceae,
dan penyakit lain seperti demam dengue. Hasil negative pemeriksaan widal dapat
disebabkan oleh tidak adanya infeksi oleh bakteri Salmonela typhi, karier, antigen
bakteri yang tidak adekuat pada sel host untuk menginduksi terbentuknya antibodi,
kesalahan pada saat pelaksanaan pemeriksaan, dan sudah mendapatkan terapi
antibiotic sebelumnya.
Adapun kesalahan yang didapat pada praktikum ini yaitu pembacaan yang
melebihi waktu 2 menit, reagensia yang kadaluarsa,reagen asih terlalu dingin dari
kulkas dan pemipetan yang kurang tepat.
VII. KESIMPULAN
1. Demam typhoid (Typhus abdominalis) adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A,B,dan C, yang
masuk kedalam tubuh melalui makanan dan minuman yang tercemar.
2. Salmonella typhi adalah suatu genus bakteri entero bakteria gram negatif
berbentuk batang. Morfologi salmonella typhosa berbentuk batang, tidak berspora
dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel feritik (fimbrae), pada pewarnaan
garam bersifat gram negatif.
4. Uji widal dilakikan untuk melihat level aglutinasi antibodi terhadap antigen O
(somatik) dan antigen H (flagella) denagn menggunakan suspense bakteri
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ,untuk mendeteksi antbodi yang
sesuai untuk serum pasien yang diduga menderita semam tyfhoid.
5. Pada metode slide hanya untuk melihat apakah sampel mengandung antibodi
Salmonella yang dapat bereaksi dengan antigen yang diberikan dan
mengakibatkan aglutinasi.
6. Pada metode tabung melihat aglutinasi pada pengenceran tertinggi yang masih
menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibody dalam serum sehingga
hasilnya positif.
7. Pada praktikum kali ini dilihat dari hasil yang didapat aglutinasi pada serum f
dengan aglutinasi tertinggi pada pengenceran 1:320 yang dapat disimpulkan
bahwa hasilnya positif.
VIII. PERTANYAAN
1. Jelaskan pengaruh faktor-faktor dibaawah ini terhadap interpretasi dari uji Widal?
a. stadium penyakit,
b. faktor penderita: status imunitasdan status gizi
c. gambaran imunologis masyarakat setempat (daerah endemis atau non endemis)
d. faktor antigen
e. teknik dan reagen yang digunakan
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan metode-metode uji yang dapat digunakan pada
Pemeriksaan widal
3. Jelaskanlah kapan waktu yang tepat dilakukan pemeriksaan widal terhadap pasien yang
diduga terinfeksi salmonella typhi?
4. Apakah uji widal merupakan pemeriksaan yang paling akurat dalam menegakkan
diagnosa demam tifoid??Berikan alasannya
5. Kenapa pada uji widal untuk penegakan diagnosa demam tifoid sering digunakan 2
reagen yang mengandung antigen O dan antigen H? Apakah bisahanya digunakan salah
satu reagen saja pada uji widal (reagen antigen O atau reagen antigen H)?
7. Sebutkan kriteria pasien yang mengalami gejala demam tipoid namun tidak bisa
dilakukan uji serologi “widal test”?
JAWABAN: