Mid MPBS 4218058 Eka Puji Asri NB
Mid MPBS 4218058 Eka Puji Asri NB
KELAS :B
Akad Ijarah secara bahasa bermakna jual-beli manfaat. Ulama Hanafiyah mendefinisikan
akad ijarah sebagai sebuah akad kemanfaatan dengan adanya kompensasi.
Ketentuan ijarah sama dalam ketentuan dalam jual beli.Kemudian Ulama
Syafi’iyah mendefinisikan akad ijarah sebagai akad atas kemanfaatan yang tertuju pada
sesuatu yang mubah dan dapat dipertukarkan dengan kompensasi yang umum
diterapkan.Lalu Ulama Malikiyah menjelaskan lebih lanjut bahwa akad ijarah adalah
pemindahan kepemilikan atas manfaat sesuatu yang mubah dengan durasi waktu diketahui
dan kompensasi yang sesuai. Definisi ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ulama
Hanabilah.
Akad Ijarah dilandasi pada dalil Al-Qur’an yang terdapat pada QS. Ath-Thalaq ayat 6yang
artinya, “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”
“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”
Hadist Nabi SAW dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata “Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam beserta Abu Bakar menyewa (mengupah) seorang penunjuk jalan yang mahir dari
Bani ad-Dail kemudian dari Bani ‘Abdu bin ‘Adi”Lalu hadist yang sudah umum diketahui
yaitu dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Berilah upah kepada para pekerja sebelum mengering keringatnya”
Bila melihat sejarah, ternyata sejak zaman sahabat ijma muslimin telah membolehkan
praktik Ijarah. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan manfaat sama pentingnya dengan
kebutuhan akan suatu barang.Adapun di Indonesia, akad ijarah diakomodir dengan
dikeluarkannya fatwa Dewan Syariah Nasional MUI yaitu fatwa no: 09/DSN-
MUI/VI/2000 tentang pembiayaan ijarah.
Akad Salam/Jual Beli Salam adalah jual beli yang penerimaan barangnya ditangguhkan
dengan pembayaran harga tunai. Penjualan yang karakteristik tanggungannya (barang) telah
terdiskripsikan diawal dengan harga atau modal kerja dibayarkan didepan. Dengan kata lain,
untuk membayarkan harga didepan dan pengiriman barang terspesifikasi untuk masa yang
akan datang yang telah ditentukan.
Bila merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah, akad salam merujuk pada salah satu surat dalam
qur’an yang merupakan ayat terpanjang dalam Al-Qur’an, yaitu Q.S. Al-Baqarah[2] : 282,
yang artinya:“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya”
Rukun inti yang terdapat dalam jual beli salam adalah sighat (ijab qabul). Hanafi, Maliki dan
Hanbali menyatakan bahwa bentuk ijab menggunakan terms “salaf atau salam”: Pembeli
berkata, “saya membayar harga ini untuk membeli barang X dari kamu dengan akad
salam”dan Penjual menjawab “saya terima”. Dengan ijab qabul seperti itu maka rukun salam
sudah terpenuhi.
Pada dasarnya pelaksanaan akad Qardh telah dijelaskan oleh pihak MUI dalam Fatwa DSN
Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001. Agar lebih jelas, berikut ketentuan umum Al- Qardh dalam
bank syariah:-Al-qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang
memerlukan.-Nasabah al-qardh wajib mengemalikan jumlah pokok yang diterima pada
waktu yang telah disepakati bersama.-Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.-LKS
dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.-Nasabah al-qardh dapat
memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS delama tidak diperjanjikan
dalam akad.-Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya
pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat
memperpanjang jangka waktu pengembalian atau menghapus (write off) sebagian atau
seluruh kewajibannya.
e. Pengertian mudharabah
Mudharabah berasal dari katadharb, berarti memukul atauberjalan. Pengertian memukul
atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam
menjalankan usaha. Secara teknis, al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua
pihak di mana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan 100% modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung pemilik
modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu
diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung
jawab atas kerugian itu.
Al-Hadits Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas Bin Abdul Muthalib jika
memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak
dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika
menyalahi aturan tersebut, yang bersangkutan akan bertanggung jawab atas dana tersebut.
Disampaikan syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW, dan Rasul pun
membolehkannya. “HR Thabrani”
*Rukun Musyarakah
JAWAB :
Bank sendiri memiliki jalan keluar untuk mengatasi kredit macet ini. Secara umum,
terdapat dua jalur tindakan atau game plan, yaitu:-Tindakan Non-Litigasi Pertama ada
tindakan non-litigasi. Tindakan pada masalah kredit macet ini umumnya dilakukan
tanpa campur tangan pengadilan. Dengan tindakan non-litigasi, bank hanya akan
bermusyawarah demi memberikan pengertian antara bank dan nasabah untuk
menyelamatkan aktivitas usaha nasabah yang hampir terhenti.-Tindakan Litigasi Jika
bank merasa penyelesaian masalah kredit harus ditempuh dengan jalur pengadilan,
maka tindakan litigasi akan menjadi jalan keluar satu-satunya. Tindakan dapat
dilakukan melalui beberapa jalur, diantaranya :
Pengadilan Negeri, maka seluruh harta nasabah akan menjadi jaminan hutang untuk
bank dengan dasar hukum Pasal 1131 KUH Perdata .Pengadilan Niaga, dimana
nasabah mengajukan kepailitan .Melaporkan ke Kepolisian, hanya apabila bank
menemukan data fiktif saat mengumpulkan informasi dari nasabah.
JAWAB :
Diketahui :
Jenis akadnya Murabahah
Penghasilan tiap bulan = Rp 4.500.000
Rencana anggaran biaya = Rp 150.000.000
Margin = 10% tiap tahun (Rp 12.000.000/tahun)
Jangka aktu = 5 tahun (60 bulan)
Uang muka = 20% dari RAB (Rp 30.000.000)
Ketentuan max pot gaji = 40%
Ditanya : menurut saudara permohonan tersebut disetujui atau ditolak dan berapa
angsuran tiap bulannya yang akan disetorkan?
Jawab :
1) Hitung jumlah rill dana bank yang dikeluarkan Bank untuk pembiayaan
Pembiayaan = RAB – Uang muka = 150.000.000 – 30.000.000 = 120.000.000
2) Hitung keuntungan yang akan diperoleh bank berdasarkan dana pembiayaan yang rill
dikeluarkan bank sesuai jangka waktu pembiayaan (5tahun)
= 120.000.000 x 10% x 5 = 60.000.000
3) Mengingat bank bertindak sebagai penjual kepada nasabah maka,
Harga jual adalah harga beli ditambah keuntungan
= 150.000.000 + 60.000.000 = 210.000.000
Uang muka sebagai pengurangan harga jual bukan pengurang harga beli
= 210.000.000 – 30.000.000 = 180.000.000
Harga beli = 150.000.000
Margin bank = 60.000.000
Harga jual bank = 210.000.000
Uang muka = 30.000.000
Kewajiban nasabah = 180.000.000
Jangka waktu = 60 bulan
Angsuran perbulan = 3.000.000
Analisis = Sebagai seorang analis pembiayaan menurut saya pengajuan
pembiayaan tersebut ditolak karena angsuran perbulan sebesar Rp 3.000.000, terlalu
memberatkan nasabah dengan gaji Rp 4.500.000 perbulan takutnya nasabah tersebut tidak
bisa membagi untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
JAWAB :
a. Kewenangan baru BI, LPS dan OJK
Menurut Perpu ini, Bank Indonesia (BI), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) memiliki kewenangan yang diatur pada BAB III mengenai Kebijakan
Stabilitas Sistem Keuangan pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 23.
Intinya, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas OJK mengoptimalkan
bauran kebijakan moneter dan sektor keuangan untuk memberi daya dukung dan
menjaga stabilitas pada perekonomian nasional.