Kelompok Kimia Tentang Kebangkitan Sains Islam Kelompok 5
Kelompok Kimia Tentang Kebangkitan Sains Islam Kelompok 5
Orang islam mulai menaruh perhatian pada ilmu-ilmu alam secara serius pada abad ke-3 Hijriah (abad ke-9
Masehi). Tetapi pada saat itu mereka telah memiliki sikap ilmiah dan kerangka berpikir ilmiah,
yang mereka warisi dari ilmu-ilmu agama. Semangat untuk mencari kebenaran dan objektivitas, pada
bukti empiris yang memiliki dasar yang kuat, dan pikiran yang terampil dalam pengklasifikasian merupakan
sebagian ciri yang amat luar biasa dari para ilmuwan. Muslim awal sebagaimana yang dapat dilihat dengan
jelas dalam kajian-kajian mereka tentang Fiqih dan hadis Nabi. Dalam Islam, logika tak pernah dianggap
berlawanan dangan keyakinan agama. Di kalangan para filosof dan ilmuawan muslim, logika senantiasa
dipandang sebagai suatu alat berfikir ilmiah yang tak dapat dikesampingkan. Mereka juga memandang logika
sebagai bentuk hikmah (kebijakan), sebentuk pengetahuan yang amat diagungkan oleh Al-qur’an.
Dalam menggunakan logika, mereka sangat memperhatikan kejelasan dan konsistensi sebagaimana halnya
terhadap kebenaran dan kepastian. Mereka juga menyadari fakta bahwa logika adalah sebuah instrument
bermata dua yang dapat menyajikan kebeneran maupun kekeliruan. Logika dikembangkan oleh para
filosof dan ilmuwan muslim di dalam kerangka kesadaran religius. Sebuah fungsi nyata logika dalam
hubungannya dengan kebenaran agama adalah untuk membantu menjelaskan rasionalitas dan menjelaskan
seluruh konsistensi pada hal-hal yang secara lahiriah tampak tidak logis dan kontradiktif. Penting untuk
diperhatikan bahwa al-burhan, istilah yang digunakan dalam logika muslim untu unjukkan metode ilmiah
demonstrasi atau bukti demonstratif, adalah berasal dari Al-Qur’an.
2. Tokoh tokoh utama yang memberikan sumbangsih pemikiran dalam dunia sains ?
Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham atau Ibnu Haitham (Basra,965 – Kairo 1039).
Dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam
yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak
pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti
Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Bidang lain:
Physics,Optics, Mathematics.
3. Generasi ilmuwan yang ikut menyokong tegaknya sains yang ditegakkan umat islam ?
Prof. Abdus Salam dilahirkan pada tanggal 29 Januari 1926 di Jhang, sebuah kota kecil di
Pakistan. Ia merupakan fisikawan muslim terbaik abad 21. Ayahnya ialah pegawai dalam
Dinas Pendidikan dalam daerah pertanian. Kelurga Abdus Salam mempunyai tradisi
pembelajaran dan alim. Hanya sayangnya, ia memasuki Jamaah Muslim Ahmadiyyah dari
Qadian, yang mempercayai kedatangan kedua dari Almasih, Nabi Isa yang kedua kalinya
yang dijanjikan, Imam Mahdi, begitu juga sebagai Mujaddid pada abad ke 14 H dalam
Kalender Islam dalam wujud Mirza Ghulam Ahmad, sehingga aliran ini dianggap sebagai
minoritas non-Muslim di Pakistan. Akibatnya, sampai saat meninggalnya pada 1996, ia tidak
pernah diberi penghargaan resmi oleh pemerintah Pakistan.
Dalam usia sangat muda (22 tahun) Salam meraih doktor fisika teori dengan predikat summa
cumlaude di University of Cambridge, sekaligus meraih Profesor fisika di Universitas
Punjab, Lahore. Khusus untuk pelajaran matematika ia bahkan meraih nilai rata-rata 10 di
St.John’s College, Cambridge. Salam adalah satu dari empat muslim yang pernah meraih
Hadiah Nobel. Tiga lainnya adalah Presiden Mesir Anwar Sadat (Nobel Perdamaian 1978),
Naguib Mahfoud (Nobel Sastra 1988), Presiden Palestina Yasser Arafat (bersama dua
rekannya dari Israel, Nobel Perdamaian 1995).
Penerima gelar Doktor Sains Honoris Causa dari 39 universitas/lembaga ilmiah dari seluruh
dunia ini, yang sekali waktu pernah menyebut dirinya sebagai penerus ilmuwan muslim
seribu tahun yang silam, telah menyatakan dengan tegas: harga diri suatu umat kini
tergantung pada penciptaan prestasi ilmiah dan teknologis.Harga diri itu, seperti yang telah
dibuktikan oleh Salam sendiri bukan saja dapat mengangkat suatu masyarakat sejajar dengan
masyarakat lain. Gerakan dan keikutsertaan mencipta sains teknologi akan memberikan
kontribusi pada peningkatan harkat seluruh umat manusia, tanpa melihat agama dan asal-usul
kebangsaannya. Itulah rahmatan lil alaamin.
Sains islam saat ini masih sangat jarang dikenal orang, karena saat ini sains barat yang
dijadikan pusat ilmu pengetahuan. Tapi sains islam akan bangkit kembali jika kita sebagai
penerusnya mau bersungguh sungguh dalam menegakkan nama sains islam dengan
penemuan penemuan yang baru. Dan juga meraih nobel nobel penghargaan.