Anda di halaman 1dari 9

Jurnal ke 2 EFFECTIVENESS OF PROGRESSIVE MOBILIZATION LEVEL I AND II

ON HEMODYNAMIC STATUS AND DECUBITUS ULCER RISK IN

CRITICALLY ILL PATIENTS

EFEKTIFITAS MOBILISASI PROGRESIF TINGKAT I DAN II

TENTANG STATUS HEMODINAMIS DAN RISIKO ULCER DECUBITUS DI

PASIEN YANG SANGAT KRITIS

Abstrak

Latar belakang: Imobilitas pasien tetap menjadi salah satu penyebab utama ulkus tekan. Karena itu,
mobilisasi adalah

keharusan bagi pasien yang dirawat di unit perawatan intensif. Namun, terjadinya ulkus tekan tidak
hanya

tergantung pada mobilisasi, tetapi juga tergantung pada tempat tidur itu sendiri dan jenis kasur.
Penelitian ini menggunakan kasur yang sama

dan tidur dan membandingkan efektivitas mobilisasi progresif dengan mobilisasi reguler.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas mobilisasi progresif tingkat I dan II pada
status hemodinamik

dan risiko ulkus dekubitus pada pasien yang sakit kritis.

Metode: Ini adalah penelitian eksperimental quasy menggunakan desain ukuran berulang. Ada 40
responden yang dipilih menggunakan

purposive sampling, yang ditugaskan 20 responden di setiap kelompok. Skala Braden digunakan
untuk mengukur risiko dekubitus

maag. Paired t-test dan anova tindakan berulang dilakukan untuk analisis data.

Hasil: Paired t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tekanan sistolik,
tekanan diastolik, MAP, denyut jantung,

dan skor Braden setelah diberikan intervensi dengan p-value <0,05. Namun, uji anova berulang
menunjukkan bahwa tekanan diastolik

memiliki nilai p> 0,05, sehingga tidak dapat dilanjutkan ke tes post-hoc. Mobilisasi progresif tingkat I
dan II kritis

pasien dapat menstabilkan tekanan sistolik (52,46%), menstabilkan PETA (58,43%), menstabilkan
denyut jantung (68,99%), dan mengurangi risiko

decubitus (55,03%) selama 7 hari intervensi berulang.

Kesimpulan: Mobilisasi progresif level I dan II dapat mengurangi risiko dekubitus dan menstabilkan
risiko pasien

status hemodinamik pada pasien kritis.


METODE

Desain Studi

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental quasy

dengan desain tindakan berulang. Ulang

desain tindakan dilakukan dengan mengamati

unit yang sama berulang kali untuk meningkatkan

validitas eksperimen dengan melakukan

perawatan lebih dari satu kali (McBurney &

White, 2009).

Pengaturan

Penelitian dilakukan selama 10 minggu (dari

19 Desember 2016 hingga 25 Februari 2017) di Jakarta

ICU Regional Nusa Tenggara Barat

Rumah Sakit Umum dan Kabupaten Mataram

Rumah Sakit Umum.

Populasi dan Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40

responden dipilih menggunakan purposive

teknik pengambilan sampel. Grup itu dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu 20 responden di

kelompok intervensi dilakukan secara progresif

mobilisasi tingkat I & II dan 20

responden dalam kelompok kontrol yang menerima

intervensi mobilisasi rutin. Nomor

sampel diperoleh berdasarkan Dahlan

rumus sampel menggunakan mean dan SD dari

penelitian sebelumnya, sebagai standar dan dihitung oleh

rumus statistik diperoleh hasil

40 responden (Dahlan Sopiyudin, 2009).


Responden dipilih berdasarkan inklusi

kriteria: a) Pasien baru dirawat di ICU

dengan ventilator mekanik, b) Pasien dengan

usia dewasa minimum 18 tahun, c) Pasien

dengan kesadaran pingsan, d) Pasien dengan GCS

skor> 8, e) Pasien dengan darah sistolik

tekanan (SBP) dari 90 - 180 mmHg, f) Pasien

dengan tekanan arteri rata-rata 55-140, g)

Pasien dengan saturasi oksigen perifer

(SpO2)> 90% dan oksigen inspirasi

fraksi (FiO2) <60%. Pengecualian

kriteria termasuk: a) Pasien dengan fraktur

tidak dikonsolidasikan, b) Pasien dengan

perubahan kemerdekaan atau ketergantungan

kegiatan mandiri sejak sebelum ada

dirawat, c) Pasien dengan mekanik

ventilator selama lebih dari 7 hari atau

kekambuhan pasca operasi atau terapi kanker

dalam 6 bulan, d). Pasien yang meninggal sebelumnya

hari ke 7 intervensi, mulai dari hari

satu ditunjuk sebagai sampel.

Intervensi

Dalam penelitian ini responden diberikan

perawatan selama 7 hari dengan 4 kali

pengukuran pretest pada hari pertama,

posttest 1 setelah intervensi yang ketiga

hari, posttest 2 setelah intervensi

hari kelima, dan posttest 3 setelah intervensi

dari hari ketujuh. Kelompok intervensi di


Penelitian ini menggunakan mobilisasi progresif

intervensi level I & II yang progresif

mobilisasi adalah serangkaian rencana yang dirancang untuk

mempersiapkan pasien untuk bergerak secara bertahap dan

secara berkelanjutan. Mobilisasi tingkat progresif

Saya terdiri dari: pengaturan posisi Kepala Tempat Tidur

300

, melakukan ROM pasif 2 kali sehari,

melakukan rotasi lateral yang berkelanjutan

terapi (CLRT) setiap dua jam dengan menyediakan

posisi miring kanan dan miring kiri

sesuai dengan kemampuan pasien. Untuk

mobilisasi tingkat kedua, pasien diberikan

ROM pasif mengukur tiga kali sehari,

mengatur posisi Head of Bed 450-650 untuk

lima belas menit diikuti dengan pelatihan

sabar selama 20 menit. Ini progresif

intervensi mobilisasi dilakukan

setiap hari selama 7 hari. Untuk mengetahui peningkatan

tingkat II pasien, pasien dinilai dalam

syarat kondisi hemodinamik tetap ada

stabil dan tingkat kesadaran pasien

menunjukkan peningkatan dengan melihat pasien

mampu membuka mata meski ada

tidak ada kontak yang baik Mobilisasi selesai

oleh peneliti dan asisten peneliti

yang telah dipilih dan memenuhi syarat sebagai

Asisten peneliti. Grup kontrol menerima

mobilisasi ICU reguler Head of Bed 300

dan terapi rotasi lateral yang berkelanjutan

(CLRT) setiap 4 jam.


Instrumen

Status hemodinamik dipantau menggunakan

lembar observasi sedangkan risiko dekubitus

menggunakan Skala Braden (Bhoki, Mardiyono, &

Sarkum, 2014). Skala Braden adalah salah satunya

metode yang digunakan untuk menilai risiko

ulkus dekubitus pada pasien dengan tempat tidur yang lama

beristirahat. Dalam skala Braden ada enam subskala

menentukan tingkat risiko cedera pada

tekan. Subskala ini meliputi: sensorik

persepsi, kelembaban, aktivitas, mobilisasi,

nutrisi dan gesekan & gesekan. Jumlah dari

semua skor dari setiap subskala pada Braden

skala adalah 23 sebagai skor tertinggi, dan terendah

skor adalah 6. Semakin rendah skor total yang diperoleh

oleh pasien menunjukkan bahwa pasien itu

semakin beresiko menderita dekubitus. Itu

Skala Braden telah divalidasi dengan 10

pasien dengan ventilator mekanik, dengan r-

nilai hitung = 0,942 (hitung> 0,878),

menunjukkan bahwa instrumen tersebut dapat diandalkan. Itu

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa 5 dari 6 r-

nilai item subskala pada skala braden adalah>

0,878, sehingga item itu valid. Enam

subskala termasuk: subskala sensoris (r =

0,958), kelembaban (r = 0,502), aktivitas (r = 0,897),

mobilisasi (r = 0,958), nutrisi (r = 0,885) dan

gesekan (r = 0,911).

Pertimbangan etis

Penelitian ini telah melalui dua kali


tes etis. Pertama, tes etika dilakukan di

Poltekkes Kemenkes Semarang dengan

nomor kode terdaftar: 241 / KEPK /

Poltekkes-SMG / EC / 2016, dan yang kedua adalah

tes etika oleh komisi etika

Rumah Sakit Umum Provinsi NTB dengan kode

jumlah etika: 070.1 / 08 / KEP / 2016. Sebelumnya

untuk pengumpulan data, setiap responden dan keluarga

diberikan izin untuk memberikan informasi

dasar penjelasan tindakan medis

serta risiko yang terkait dengan pasien.

Analisis data

Uji t berpasangan dan tindakan berulang anova

dilakukan dalam penelitian ini.

DISKUSI

Pengaruh mobilisasi progresif terhadap

status hemodinamik

Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa ada

efek yang signifikan secara statistik dari progresif

mobilisasi pada tekanan sistolik, dan MAP

dengan p-value (<0,05). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada peningkatan 52,46% dari

tekanan sistolik pada kelompok eksperimen,

dianggap efektif untuk menstabilkan sistolik

tekanan pada pasien kritis.

Hasil penelitian ini mendukung yang sebelumnya

Penelitian menjelaskan pengaruh signifikan dari

pengulangan (69 kali) mobilisasi sistolik

tekanan dengan p = 0,001 (Stiller et al., 2004).


Kepala tempat tidur sebagai salah satu bagian progresif

mobilisasi menyebabkan tubuh melakukan berbagai hal

cara untuk beradaptasi secara psikologis untuk mempertahankan

homeostasis kardiovaskular. Itu

sistem kardiovaskular akan mengatur dalam 2 cara

yaitu dengan pergeseran volume plasma atau oleh bagian dalam

respons telinga sebagai respons vestibular itu

mempengaruhi sistem kardiovaskular selama

perubahan posisi. Pasien kritis biasanya

memiliki detak jantung yang lemah, kurang pernapasan

atau penerimaan kardiovaskular yang rendah

lebih baik diberi intervensi daripada

menjaga posisi statis (Coyer, Lewis, &

Tayyib, 2013; Vollman, 2010).

Dalam penelitian ini sebagian besar responden adalah

pasien dengan gangguan neurologis yang

hampir seluruhnya pasca kraniotomi. Sebagai tambahan,

penelitian lain mengungkapkan bahwa ada

efektivitas kepala hingga 300 meningkat

perfusi serebral pada pasien pasca operasi trepanasi,

secara statistik ada perubahan dalam darah

tekanan, murid dan PETA (Huda, 2017). Itu

posisi head up 300 juga meningkatkan

tekanan perfusi otak (CPP), di mana

CPP adalah jumlah aliran darah dari

sirkulasi sistemik diperlukan untuk menyediakan

oksigen dan glukosa yang cukup untuk otak

metabolisme. Dengan stabilitas CPP, tanda-tanda vital

akan terus meningkatkan aliran

darah dan meningkatkan status neurologis. Itu

penelitian lain menunjukkan bahwa untuk setiap 100 kepala


elevasi, rata-rata ICP menurun 1 mm

Hg, yang dikaitkan dengan 2 hingga 3 mm

Tekanan perfusi otak (CPP) Hg

pengurangan, dengan tekanan darah menjadi

dipertahankan adalah 10 - 20 mmHg (Rosner &

Coley, 1986

Pengaruh mobilisasi progresif pada risiko

ulkus dekubitus

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ada a

pengaruh yang signifikan dari intervensi terhadap

risiko ulkus dekubitus dalam percobaan dan

kelompok kontrol (p <0,05). Namun demikian

Mobilisasi progresif tingkat 1 & II menunjukkan

pengurangan risiko decubitus yang lebih tinggi dibandingkan

dengan intervensi pada kelompok kontrol. Itu

bisa dikatakan progresif

mobilisasi tingkat I & II lebih efektif

dalam mengurangi risiko dekubitus secara kritis

pasien. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya yang mengungkapkan itu

ada efek signifikan dari mobilisasi

tentang kejadian dekubitus pada stroke

pasien dengan p-value 0,011 (Aini &

Purwaningsih, 2013). Juga diungkapkan itu

mobilisasi progresif mencapai yang terbaik

efek bila dilakukan setidaknya 18 jam per

hari dalam setiap 2 jam (Vollman, 2010).

Selain itu, risiko dekubitus didasarkan pada

tingkat ketergantungan pasien, pasien yang


membutuhkan perawatan minimum tidak memiliki risiko terjadinya decubitus, sedangkan mereka
yang

perlu perawatan parsial atau perawatan total memiliki tinggi

risiko dekubitus (Okatiranti, Sitorus, &

Tsuawabeh, 2013).

KESIMPULAN

Intervensi mobilisasi progresif

level I dan II efektif untuk stabilisasi

tekanan sistolik, PETA, denyut jantung, dan

secara efektif mengurangi risiko dekubitus di Indonesia

pasien kritis. Karena itu, disarankan agar

implementasi progresif

mobilisasi level I dan II selama lima hari bisa

digunakan sebagai intervensi perawat alternatif.

Anda mungkin juga menyukai