Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BARISAN DAN DERET

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Kalkulus II”


DOSEN PENGAMPU :
Dr. Suyantom M.Kom.

NAMA : Muhammmad Fahrun Nafis


NIM : 190803046
MATA KULIAH : Kalkulus II
KODE TUGAS : K2J

PRODI S1 MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Barisan dan Deret ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Dr. Suyanto, M.Kom. pada bidang studi S1 Matematika mata kuliah
Kalkulus II. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Barisan dan Deret bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Dr. Suyanto, M.Kom.
selaku dosen pengampu S1 matematika Kalkulus II yang tealah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya, sehinggga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 21 Maret 2020


-
penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. ii
PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..
1.3 Tujuan………………………………………………………………..
PEMBAHASAN/ISI…………………………………………………………..
2.1 Barisan dan Deret……………………………………………………..
2.1.1 Barisan………………………………………………………..
2.1.2 Deret………………………………………………………….
2.2 Barisan dan Deret Aritmatika……………………………………..
2.2.1 Barisan Aritmatika……………………………………………
2.2.2 Deret Geometri……………………………………………..
2.3 Barisan dan Deret Geometri……………………………………….
2.3.1 Barisan Geometri……………………………………………..
2.3.2 Deret Geometri……………………………………………...
2.4 Barisan dan Deret tak terhingga………………………………………..
2.4.1 Barisan tak terhingga…………………………………………
2.4.2 Deret tak terhingga…………………………………………….
PENUTUP……………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….
3.2 Saran………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN/ISI

2.1 Barisan dan Deret

2.1.1 Barisan
Perhatikan susunan bilangan berikut :

a.      1, 2, 3, 4, 5,…;                 dinamakan barisan bilangan asli


b.      2, 4, 6, 8, 10,…;               dinamakan barisan bilangan asli genap
c.       1, 3, 6, 10, 15,…;            dinamakan barisan bilangan segitiga
d.      1, 1, 2, 3, 5, 8, 13,…;       dinamakan barisan bilangan Fibonacci

Bilangan-bilangan yang membentuk suatu barisan disebut suku-suku barisan.


Bilangan pertama atau suku pertama dilambangkan dengan u1, suku kedua dengan
u2, suku ketiga dengan u3, suku ke-k dengan uk,…, demikian seterusnya sampai
suku ke-n dengan un (n bilangan asli).

Barisan bilangan adalah susunan bilangan yang memiliki pola atau aturan tertentu
antara satu bilangan dengan bilangan berikutnya. Jika bilangan pertama u1,
bilangan kedua u2, bilangan ketiga u3, …, dan bilangan ke-n adalah un, maka
barisan bilangan itu dituliskan sebagai

 u1, u2, u3, ... , uk, ... , un

Contoh :

Tentukan tiga suku pertama pada barisan berikut ini, jika suku ke-n dirumuskan
sebagai un = 3n + 1

Penyelesaian

Suku ke-n, un = 3n + 1


Untuk n = 1, diperoleh u1 = 3(1) + 1 = 4
n = 2, diperoleh u2 = 3(2) + 1 = 7
n = 3, diperoleh u3 = 3(3) + 1 = 10

Jadi, tiga suku pertama barisan itu adalah u1 = 4, u2 = 7, dan u3 = 10

2.1.2 Deret
Perhatikan kembali barisan  Jika suku-suku tersebut dijumlahkan dalam
bentuk u1, u2, u3, ..., un, maka penjumlahan barisan tersebut dinamakan deret.
Jumlah suku-suku pada barisan hingga n suku pertama dinyatakan dengan Sn.

Misalnya jumlah 5 suku pertama ditulis Sn = u1 + u2 + u3 + u4 + u5 .

Contoh :

Diketahui suatu deret 2 + 4 + 6 + …, hitunglah jumlah 5 suku pertama.

Penyelesaian

Sn = 2 + 4 + 6 + 8 + 10 = 30

Jadi, jumlah 5 suku pertama deret tersebut adalah 30.

2.2 Barisan dan Deret Aritmatika

2.2.1 Barisan Aritmatika


Perhatikan barisan aritmatika 1, 3, 5, 7,… dan 2, 4, 6, 8,….; setiap selisih
anatara dua suku yang berurutat adalah tetap nilainya yaitu:

3-1 = 5-3 = 7-5 =…= 2


4-2 = 6-4 = 8-6 =…= 2

Secara umum u1, u2, u3, ... , un adalah barisan aritmatika apabila u2 – u1 = u3 – u2 =
u4 – u3 = konstanta. Konstanta ini disebut beda dan dinyatakan dengan b.

Sehingga barisan aritmatika dapat kita definisikan sebagai berikut:


Barisan aritmatika adalah suatu barisan dengan selisih (beda) antara dua suku
yang berurutan selalu tetap.

Bentuk umum :

u1, u2, u3, ... , un  atau


a, ( a + b ), ( a + 2b ), ... , (a + (n – 1) b)
Pada barisan aritmatika, berlaku un – un-1 = b , sehingga un = un-1 + b.

2.2.1.1 Rumus umum suku ke-n pada Barisan Aritmatika


Misalkan suatu barisan aritmatika dengan suku pertama a dan beda b,
maka suku barisan itu dapat divisualisasikan sebagai berikut :

u1 = a, u2 = a + b, u3 = a + 2b, u4 = a + 3b, …, un = a + ( n -1 ) b


Berdasarkan pola atau keteraturan suku-suku barisan di atas, maka rumus suku ke-
n untuk barisan aritmatika dapat ditentukan dengan hubungan berikut.
Misalkan suatu barisan aritmatika dengan suku pertama a dan beda b, rumus
umum suku ke-n dari barisan aritmatika itu ditentukan oleh :

U n =a+ ( n−1 ) b (1)


Contoh :

Carilah suku pertama, beda, dan suku ke-6 dari barisan aritmatika 4, 1, -2, -5, . . .

Penyelesaian

Barisan 4, 1, -2, -5, …


Suku pertama     u1 = a = 4,
Beda                   b = 1 – 4 = -3,
Suku ke-6           u6 = a + 5b = 4 + 5(-3) = -11
Jadi, suku pertama a = 4, beda b = -3, dan suku ke-6 adalah u6 = 11 

2.2.1.2 Suku tengah pada barisan aritmatika


Suku tengah suatu barisan aritmatika dapat ditentukan melalui deskripsi
berikut ini.
Misalkan barisan aritmatika yang terdiri dari atas (2k-1) suku : u 1, ... ,uk, ...
, u2k-1, maka suku tengahnya adalah uk.
Suku tengah uk = a + (k-1) b = ½{2a+2(k-1)b} = ½{a+a+(2k-2)b} = ½ {u 1 + u2k-
1}. 

Jadi, suku tengahnya ditentukan oleh hubungan uk 

1
U k = (U 1 +U 2 k−1 ) (2)
2
Contoh :
Diketahui barisan aritmatika 3, 5, 7, 9, …, 95. Banyak suku pada barisan itu
adalah ganjil, carilah suku tengahnya

Penyelesaian

Barisan 3, 5, 7, 9, …, 95. Suku pertama a = u 1 = 3, beda b = 2, dan suku


terakhir u2k-1 = 95.

uk = ½ (u1+u2k-1) = ½ (3 + 95) = 49

Jadi, suku tengahnya adalah 49.


2.2.1.3 Sisipan pada barisan aritmatika
Misalkan diantara dua bilangan real x dan   (dengan x ≠ y ) akan
disisipkan sebanyak k buah bilangan ( k bilangan asli). Bilangan – bilangan
semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan itu membentuk suatu barisan
aritmatika.
Susunan bilangan-bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang
disisipkan dapat divisualisasikan dengan menggunakan bagan sebagaimana
diperlihatkan berikut ini.

Di antara dua bilangan x dan y disisipkan sebanyak k buah bilangan


sehingga bilangan-bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan
membentuk barisan aritmatika.

Nilai beda barisan aritmatika yang terbentuk dapat ditentukan dengan


menggunakan hubungan

( y−x )
b= ; (3)
( k +1 )
dengan x dan y bilangan real ( x ≠ y ) dan k bilangan asli

Contoh :

Di antara bilangan 4 dan 28 disisipkan 5 buah bilangan sehingga bilangan-


bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan membentuk barisan
aritmatika. Carilah beda dari barisan aritmatika yang terbentuk.

Penyelesaian
Diketahui x = 4, y = 28, dan k = 5

Didapat b =( y – x) / (k + 1) =  (28-4)/(5+1)=4

Jadi, beda barisan aritmatika yang terbentuk adalah b = 4 .

2.2.2 Deret Aritmatika


Jumlah beruntun suku-suku suatu barisan aritmatika disebut sebagai deret
aritmatika. Sebagai contoh :
      Dari barisan aritmatika 1, 3, 5, 7, …, 99 dapat dibentuk deret aritmatika 1 + 3
+ 5 + 7 + … + 99,
      Dari barisan aritmatika 2, 4, 6, 8, …, 2n dapat dibentuk deret aritmatika 2 + 4
+ 6 + 8 + … + 2n.

Dari contoh di atas dapat disimpulkan, jika u1, u2, u3, ... , un, merupakan suku –
suku barisan aritmatika, maka u1 + u2 + u3 + ... + un dinamakan sebagai deret
aritmatika.

Rumus jumlah n suku pertama deret aritmatika


Jumlah n suku pertama deret aritmatika dilambangkan dengan Sn , dan
Sn ditentukan oleh :

Sn=U 1+ U 2+ U 3+ …+U n−2 +U n−1 +U n (4)


Sn untuk jumlah n suku pertama pada deret arimatika

Substitusikan u1 = a, u2  = a+b,  u3 = a+2b ,  un-2 = un – 2b, un-1 =un – b; diperoleh
Sn = a + (a+b) + (a+2b) + ... +  (un – 2b) + (un – b) + un …(*)

Jika urutan suku-suku penjumlahan pada persamaan (*) itu dibalik,  diperoleh:


Sn = un + (un – b) + (un – 2b) + ... + (a+2b) +  (a+b) + a … (**)
Jumlahkan masing masing ruas pada persamaan (*) dengan persamaan (**),
sehingga diperoleh :

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah n suku pertama suatu deret


aritmatika dapat ditentukan melalui hubungan sebagai berikut.

Jumlah n suku pertama suatu deret aritmatika u1 + u2 + u3 + ... + un  ditentukan


dengan menggunakan hubungan :

n
Sn= (a+ U n ) (5)
2
dengan n = banyak suku, a = suku pertama, dan un  = suku ke-n.

Contoh :

Hitunglah jumlah deret aritmatika 2 + 4 + 6 + … + 60.


Penyelesaian
Untuk menghitung jumlah deret pada soal di atas, perlu ditentukan terlebih dulu
banyak suku atau n melalui hubungan un = a + (n-1)b.

2 + 4 + 6 + … + 60, a = 2, b = 2, dan un = 60


60 = 2 + (n-1) 2
⇔ 60 = 2n
⇔ n = 30
S30 = 30/2 (a+ u30) = 15(2+60) = 930

Jadi, jumlah deret aritmatika 2 + 4 + 6 + … + 60 adalah S30 = 930

2.3 Barisan dan Deret Geometri

2.3.1 Barisan Geometri


Misalkan Un menyatakan suku ke-n suatu barisan, maka barisan itu disebut
barisan geometri jika Un  Un1 selalu tetap untuk setiap n. Un : Un1 yang selalu
tetap ini dinamakan rasio dan dilambangkan dengan r. Sehingga

Un
r= , r sebagai rasio barisan geometri (6)
U n−1

Contoh :
1) 1, 3, 9, 27, … rasio  3 : 1  9 : 3  27 : 9  3
2) 16, 8, 4, 2, … rasio  8 : 16  4 : 8  2 : 4  1/2

Suku ke-n barisan geometri


Misalkan a adalah suku pertama barisan geometri, r adalah rasio dan U n
adalah suku ke-n,
Un
=r
U n-1  U n =U n-1 r

U2  U1.r  ar  ar1
U3  U2.r  (ar)r  ar2
U4  U3.r  (ar2)r  ar3
U5  U4.r  (ar3)r  ar4
…….
Sehingga =

U n =a r n−1, U n sebagai suku ke-n barisan geometri (7)

Barisan dengan sifat ini disebut barisan geometri karena untuk setiap U k
dengan k ≥ 2 merupakan rata-rata geometrik dari suku sebelum dan sesudahnya.
Dengan kata lain untuk k ≥ 2 berlaku U k =√ U k−1 U k+1 (8)

2.3.2 Deret Geometri

Jika Sn adalah jumlah n suku pertama, r adalah rasio dan a adalah suku pertama
suatu deret geometri, maka :
Sn  a + ar + ar2 + … + arn2 + arn1
rSn  ar + ar2 + … + arn2 + arn1 + arn (semua ruas dikali r)

Sn  rSn  a + 0 + 0 + … + 0 + 0  ar n

(1  r)Sn  a  arn
n
a(1−r )
S n=
1−r
maka dapat disimpulkan rumus
a (1−r n )
Sn = , r <1 dan r ≠ 1 (9)
1−r
a (r n−1)
Sn = , r >1 dan r ≠ 1 (10)
r −1

2.4 Barisan dan Deret tak terhingga


2.4.1 Barisan tak terhingga
Barisan adalah suatu fungsi yang daerah asalnya terdiri dari bilangan bulat
positif (atau suatu himpunan bagian lain dari bilangan bulat).

Lambang :
{an }∞n=1={an } (12)
Suatu barisan dikatakan sama jika an = bn untuk setiap n.
Contoh:
1 1 2 3 4
1) a n=1− ,n ≥ 1→ 0 , , , , , …
n 2 3 4 5
2 ¿ d ¿ n=0.999 , n ≥1 → 0.999,0.999,0 .999 , …

4.2 Deret tak terhingga



Contoh deret tak hingga : a 1 , a2 , a3 , …=∑ ak atau ∑ a k
k =1

Barisan jumlah parsial { Sn}, dengan



Sn=a1 +a2 +a 3+ …+an =∑ a k(13)
k=1

Definisi


Deret tak hingga, ∑ ak , konvergen dan mempunyai jumlah S, apabila barisan
k =1

jumlah-jumlah parsial { Sn} konvergen menuju S. Apabila { Sn} divergen, maka


deret divergen. Suatu deret yang divergen tidak memiliki jumlah. Deret tak hingga
yang memiliki istilah konvergen dan divergen. Konvergen artinya mempunyai
jumlah. Sedangkan divergen artinya tidak bisa ditentukan jumlahnya, besarnya
yaitu tak hingga

4.2.1 Deret Geometri

Contoh deret geometri tak hingga:


1 1 1 1
1+ + + + .. .
a. 2 4 8 r 2
1 1
9−3+1− + .. . −
b. 3 r 3
Perhatikan kembali rumus jumlah n suku pertama deret geometri
n
a(1−r )
S n=
1−r . Untuk nilai -1 < r < 1, jika n mendekati tak hingga (n  )
maka rn mendekati nol ( 0 ), sehingga

a( 1−r n )
Sn= lim , -1 < r < 1
n→ ∞ 1−r
a
Sn= , S untuk deret geometri tak hingga (11)
(1−r ) n
Contoh :

Pada paradoks Zeno, tentang Achilles dan kura-kura yang dibicarakan di depan,
tentukan jawaban yang benar setelah menempuh jarak berapa Achilles
melampaui kura-kura ?
Penyelesaian
1 1 1
1+ + + +.. .
Jarak yang ditempuh Achilles 12 122 123 stadion.
a=1
1 1 1 1 1 1
: 1= 2 : = 3 : 2 =
r = 12 12 12 12 12 12

a 1 1 12
S n= = = 11 =
1−r 1− 1 11
12 12 stadion.

4.2.1.1 Definisi deret geometri

Suatu deret yang berbentuk:

∑ a r k−1=a+ ar +a r 2 +a r 3 +…
k =1

Dengan a ≠ 0dinamakan deret geometri.

4.2.1.2 Keonvergenan deret geometri


a
∞ konvergen ke , jika |r|< 1
∑ a r k−1 1-r
k =1 divergen jika |r|≥ 1

Contoh:
4 4 4 4
+ + + +…
3 9 27 81
Jawab:
4 4
a 3 3
Sn = = = =2
1−r 1 2
1−
3 3

∑ an konvergen jika nlim


→∞
an =0(tidak berlaku untuk semua barisan)

4.2.2 Deret Harmonik



Teorema : (Uji kedivergenan dengan suku ke-n). Apabila ∑ an
n →1

konvergen, maka nlim


→∞
an =0. Secara dengan pernyataan ini ialah bahwa apabila

lim an ≠ 0 (atau apabila lim an tidak ada, maka deret divergen)


n→∞ n→∞

Deret Harmonik (penyangkal teorema di atas)

∑ 1n =1+ 12 + 13 +…+ 1n +…
n =1

lim an =lim
n→∞ n →∞
( 1n )=0
Padahal

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 8 1 1 1
2 3 4 5 6 7 8 9 n ( )(
Sn=1+ + +…+ =1+ + + + + + + + +…+ >1+ + + + +…+ =1+ + +
2 3 n 2 4 8 16 n 2 2 )
Dengan membuat n cukup besar, kita dapat mengambil 2 sebanyak kita kehendaki
pada persamaan yang terakhir. Jika {Sn} divergen sehingga deret harmonik
adalah divergen.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Barisan bilangan adalah susunan bilangan yang memiliki pola atau aturan
tertentu antara satu bilangan dengan bilangan berikutnya
2) Jika suku-suku tersebut dijumlahkan dalam bentuk u1, u2, u3, ..., un, maka
penjumlahan barisan tersebut dinamakan deret.
3) Barisan aritmatika adalah suatu barisan dengan selisih (beda) antara dua
suku yang berurutan selalu tetap.
U n =a+ ( n−1 ) b (1)
4) Suku tengah suatu barisan aritmatika dapat ditentukan melalui
1
U k = (U 1 +U 2 k−1 ) (2)
2
5) Bilangan – bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan itu
membentuk suatu barisan aritmatika. Nilai beda barisan aritmatika yang
terbentuk dapat ditentukan dengan menggunakan hubungan

( y−x )
b= ; (3)
( k +1 )
dengan x dan y bilangan real ( x ≠ y ) dan k bilangan asli

6) Jumlah beruntun suku-suku suatu barisan aritmatika disebut sebagai deret


aritmatika.

Sn=U 1+ U 2+ U 3+ …+U n−2 +U n−1 +U n (4)


Sn untuk jumlah n suku pertama pada deret arimatika
7) Jumlah n suku pertama suatu deret aritmatika u1 + u2 +  u3 + ... +
un  ditentukan dengan menggunakan hubungan :

n
Sn= (a+ U n ) (5)
2
8) Un : Un1 yang selalu tetap ini dinamakan rasio dan dilambangkan dengan r
Un
r= , r sebagai rasio barisan geometri (6)
U n−1
9) Barisan dengan sifat ini disebut barisan geometri karena untuk setiap Uk
dengan k ≥ 2 merupakan rata-rata geometrik
U k =√ U k−1 U k+1 (8)
10) Jika Sn adalah jumlah n suku pertama, r adalah rasio dan a adalah suku
pertama suatu deret geometri

a (1−r n )
Sn= , r <1 dan r ≠ 1 (9)
1−r
a (r n−1)
Sn = , r >1 dan r ≠ 1 (10)
r −1
11) Untuk nilai -1 < r < 1, jika n mendekati tak hingga (n  ) maka rn
mendekati nol
a( 1−r n )
Sn= lim , -1 < r < 1
n→ ∞ 1−r
a
Sn= , S untuk deret geometri tak hingga (11)
(1−r ) n
12) Barisan adalah suatu fungsi yang daerah asalnya terdiri dari bilangan bulat
positif
{an }∞n=1={an } (12)

13) Deret tak hingga, ∑ ak
k =1


Sn=a1 +a2 +a 3+ …+an =∑ a k(13)
k=1

14) Konvergen artinya mempunyai jumlah. Sedangkan divergen artinya tidak


bisa ditentukan jumlahnya, besarnya yaitu tak hingga.
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar pembaca tidak hanya mengetahui barisan dan
deret, akan tetapi juga mempelajari lebih lagi konsep-konsep barisan dan deret
namun juga memperbanyak latihan mengerjakan soal dan dapat membedakan
barisan dan deret aritmatika serta geometri maupun tak terhingga.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Cecep dan Pesta. 2008. “Matematika Aplikasi Untuk SMA dan
MA Kelas XII Program Studi Ilmu Alam”.Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Brown, Richard G.. (1994). Advanced Mathematics. Boston: Houghton Mifflin


Company.

Msihabudin, 2010, Deret tak hingga yang konvergen dan divergen,


(https://asimtot.wordpress.com/2010/09/23/deret-tak-hingga-yang-konvergen-dan-
divergen/)

Raharjo, Marsudi. (2001). Notasi Sigma dan Induksi Matematika.


Yogyakarta: PPPG Matematika.
Sari, Ratna. 2014. “Barisan dan Deret Aritmatika” (Online),
(http://ratnasari15.blogspot.co.id/2014/11/barisan-dan-deret-aritmatika.html,
diakses tanggal 28 Maret 2016).

TIM Erlangga Fokus SMA. 2013.”Erlangga Fokus UN SMA/MA 2014


Ilmu Pengetahuan Alam”. Jakarta: Erlangga

UNIKOM, 2020, Barisan Tak hingga dan Deret Tak hingga,


(https://repository.unikom.ac.id/38890/1/BAB%204%20barder
%20sementara.pdf)

Wirodikromo, Sartono. 2007. “Matematika Untuk SMA Kelas


XII”. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai