Anda di halaman 1dari 2

Tugas Prames

Otonomi Daerah Salah Kaprah

Otonomi daerah hingga saat ini masih sering salah kaprah, dimaknai sebagai otonomi
pemerintahan, bukan otonomi yang menyasar kesejahteraan masyarakat. Kondisi ini
memungkinkan timbulnya pelanggaran, seperti pembebanan pajak dan retribusi berlebih,
maupun kerusakan lingkungan dan praktik korupsi.
Demikian diutarakan pengamat otonomi daerah salah satu implikasi salah kaprah otonomi daerah
terlihat dari upaya pemerintah kabupaten dan kota untuk menggali pendapatan asli daerah yang
justru memberi tambahan beban kepada masyarakat. Pendapat yang dikemukakan lainnya, juga
mengatakan bahwa Otonomi daerah pada saat ini masih berlangsung , ada beberapa provinsi
yang harus diawali , zaman orde baru di akhiri 1999, dan ada 319 daerah otonom mendadak para
reformasi naik tinggi tercepat di dunia tingkat pertumbuhan daerah otonomnya sampai 205
selama 10 tahun saja sejak 1999-2009 daerah. Daerah otonomi baru tidak perform , pekerjaan
yang tidak bagus, pelayanan publik tidak bertambah baik, bahkan kesejahteraan tidak meningkat.
Terbukti dengan ada nya beberapa kasus otonomi daerah salah kaprah ini, Zulkifli Hasan
menilai bahwa kebijakan otonomi daerah yang telah diterapkan selama 15 tahun sejak 2001
masih banyak mengalami salah kaprah di tingkat elite daerah. "Kebijakan otonomi daerah
diterapkan sasarannya adalah untuk memperpendek rentang kendali pelayanan terhadap
masyarakat," kata Zulkifli Hasan ketika menjadi pembicara utama pada seminar "Menyongsong
Dua Dekade Desentralisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI dan Kesejahteraan
Sosial" di Universitas Trilogi, Jakarta, Senin (28/3/2016).
"Kebijakan otonomi daerah diterapkan sasarannya adalah untuk memperpendek rentang
kendali pelayanan terhadap masyarakat," kata Zulkifli Hasan ketika menjadi pembicara utama
pada seminar "Menyongsong Dua Dekade Desentralisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
NKRI dan Kesejahteraan Sosial" di Universitas Trilogi, Jakarta, Senin (28/3/2016). Menurut
Zulkifli, dengan memperpendek rentang kendali pelayanan maka akan terjadi percepatan
pembangunan di daerah sehingga dapat mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat secara
bertahap. Namun realitasnya, kata dia, banyak kepala daerah yang terpilih bukan berorientasi
membangun daerah atau mensejahterakan rakyat, tapi beramai-ramai koleganya bermain proyek
di daerah tersebut memanfaatkan anggaran daerah.
Menurut Zulkifli juga bahwasanya, kepala daerah yang seperti ini adalah tipe kepala daerah
yang dis0rientasi terhadap kebangsaan. Kepala daerah tersebut, kata dia, tidak tahu apa
tujuannya jadi kepala daerah, sehingga bukannya membuat program-program pro-rakyat tapi
justru membuat program elitis. "Kalau kita ke daerah kita lihat rumah dinas kepala daerah
mewah, mobil dinasnya juga bagus dan lebih dari satu, sementara banyak rakyatnya tetap hidup
miskin," katanya. Dan dia juga menambahkan, kebijakan otonomi daerah juga banyak sisi
positifnya, tapi banyak sisi negatifnya.

Anda mungkin juga menyukai