Chapter II PDF
Chapter II PDF
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
perut, diketahui menyebabkan tubuh menjadi resisten terhadap efek insulin (resistensi
insulin). Oleh karena itu, meskipun insulin ada, tubuh tidak mampu merespons insulin
tersebut secara adekuat.
c. Diabetes melitus kehamilan (gestational)
Diabetes kehamilan adalah keadaan intoleransi terhadap glukosa yang terjadi
selama kehamilan. Anak yang dilahirkan dari ibu yang menderita Diabetes melitus
kehamilan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami obesitas dan diabetes saat
dewasa. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu mensekresi insulin lebih besar sehingga
merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.
d. Diabetes melitus tipe lain
Pada Diabetes tipe lain, individu mengalami hiperglikemia yang disebabkan
kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit Cushing’s,
akromegali), penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan
obat yang mengganggu kerja insulin, dan infeksi/sindroma genetik.
2. Penyakit Periodontal
a. Gingivitis
Gingivitis adalah penyakit periodontal yang secara klinis ditandai dengan
gingiva berwarna merah, membengkak, mudah berdarah, perubahan kontur,
kehilangan adaptasi terhadap gigi, dan peningkatan jumlah cairan sulkus. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi bakteri dan menjadi lebih berat pada penderita diabetes
melitus. Mikroorganisme yang biasa dijumpai dalam proses perkembangan gingivitis
adalah bakteri batang gram positif, kokus gram-positif, dan kokus gram-negatif.
Bakteri gram-positif yaitu Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Actinomyces
viscosus, Actinomyces naeslundii, dan Peptostreptococcus micros. Sedangkan bakteri
gram-negatifnya didominasi oleh Fusobacterium nucleatum, Prevotella intermedia,
Vellonella parvula, dan spesies Haemophilus dan Camphylobacter.15
b. Periodontitis
Periodontitis adalah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang).
Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya
pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh.
Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi.
Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau memperberat periodontitis, di
antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan faktor sistemik atau kondisi tubuh
secara umum. Rusaknya jaringan periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi,
tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Kasus penyakit
periodontal di masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak menyadarinya, dan
penyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa.15
Dari seluruh komplikasi, Diabetes melitus adalah komplikasi nomor satu
terbesar khusus di rongga mulut dan periodontitis merupakan komplikasi nomor enam
terbesar di antara berbagai macam penyakit mulut. Hampir sekitar 80% pasien Diabetes
melitus gusinya bermasalah. Tanda-tanda periodontitis antara lain pasien mengeluh
gusinya mudah berdarah, warna gusi menjadi mengkilat, tekstur kulit jeruknya
(stippling) hilang, kantong gusi menjadi dalam, dan ada kerusakan tulang di sekitar gigi,
pasien mengeluh giginya goyah sehingga mudah lepas.13
sangat rentan terkena infeksi jamur dalam mulut dan lidah yang kemudian menimbulkan
penyakit sejenis sariawan. Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang berkembang seiring
naiknya tingkat gula dalam darah dan air liur penderita diabetes.
5. Oral thrush
Penderita diabetes yang sering mengonsumsi antibiotik untuk mengobati infeksi
sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Apalagi penderita diabetes
yang merokok, risiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar. Oral thrush atau oral
candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan oleh jamur, sejumlah kecil
jamur kandida ada di dalam mulut. Pada penderita Diabetes melitus kronis dimana
tubuh rentan terhadap infeksi sehingga sering menggunakan antibiotik dapat
mengganggu keseimbangan kuman di dalam mulut yang mengakibatkan jamur kandida
berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkan thrush.
10
6. Karies Gigi
Diabetes melitus bisa menjadi faktor predisposisi bagi terjadinya karies dan
bertambahnya jumlah karies. Keadaan tersebut terjadi karena pada diabetes, aliran darah
mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik. Karies gigi
dapat terjadi karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat, kuman dan waktu. Pada
penderita Diabetes melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur berkurang sehingga
makanan melekat pada permukaan gigi. Apabila makanan yang melekat dari golongan
karbohidrat bercampur dengan kuman yang ada pada permukaan gigi dan tidak
langsung dibersihkan, dapat mengakibatkan keasaman didalam mulut menurun,
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau karies gigi.13
pasien diabetes dibandingkan pada non-diabetes. Gejala ini berperan pada perubahan
nutrisi dan penyembuhan jaringan. Pada gejala lain disebutkan kerusakan kemotaksis
neutrofil pada diabetes yang dapat membuat pasien tersebut rentan terhadap infeksi,
termasuk infeksi mikroflora yang dominan pada lesi periodontal pasien diabetes tipe 2.
Terjadinya kerentanan penderita Diabetes melitus untuk menderita penyakit periodontal
dapat dijelaskan dengan berbagai mekanisme, yaitu:
1. Perubahan vaskular, yaitu terjadi penebalan membran basalis dinding vaskular
sehingga akan mengurangi migrasi leukosit, difusi oksigen dan eliminasi sampah
metabolit yang bertambah intensitasnya sesuai dengan kontrol metabolik dan durasi
yang lama dari penyakit diabetesnya sendiri.
2. Perubahan mikroflora terjadi karena pada penderita diabetes daerah sulkus
gingivanya akan menciptakan lingkungan yang baik untuk berkembang-biaknya
berbagai mikroba.
3. Disfungsi neutrofil, melalui terjadinya kemotaksis maupun fagositosis dalam
repons imun.
4. Terjadinya perubahan metabolisme kolagen gingiva, yaitu melalui
berkurangnya sintesis kolagen, berkurangnya perkembangan dan proliferasi sel,
berkurangnya produksi matriks tulang, bertambahnya kolagenase gingiva dan
terjadinya gradasi kolagen yang baru terbentuk.
5. Genetik, diduga penyakit periodontal berkembang melalui mekanisme
molekul-molekul sel-sel antigen pada darah tepi yang mungkin memberikan
gejala bertambahnya kerentanan terhadap periodontitis.
Setelah etiologi penyakit periodontal pada penderita dengan penyakit Diabetes
melitus dievaluasi, ternyata penyakit tersebut berpengaruh aktif terhadap kerusakan
jaringan . Oleh karena itu perlu diketahui sifat penyakit diabetes tersebut terhadap
struktur periodontal dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah berbagai
perubahan yang merugikan. Pada penderita Diabetes melitus dengan kelainan
periodontal selalu diikuti dengan faktor iritasi lokal. Diabetes melitus merupakan faktor
predisposisi yang dapat mempercepat kerusakan jaringan periodontal yang dimulai oleh
agen mikrobial, perubahan vaskular pada penderita diabetes dapat mengenai pembuluh
12
darah besar dan kecil. Perubahan pada pembuluh darah kecil dapat dijumpai pada
arteriol, kapiler dan venula pada bermacam-macam organ serta jaringan. Akibat adanya
perubahan pada dinding pembuluh darah pada penderita Diabetes melitus, jaringan
periodontal akan mengalami kekurangan suplai darah dan terjadi kekurangan oksigen
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan periodontal.
Selanjutnya akibat kekurangan oksigen pertumbuhan bakteri anaerob akan
meningkat. Dengan adanya infeksi bakteri anaerob pada Diabetes melitus akan
menyebabkan pertahanan dan perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kekurangan
oksigen pada jaringan sehingga bakteri anaerob yang terdapat pada plak subgingiva
menjadi berkembang dan lebih patogen serta menimbulkan infeksi pada jaringan
periodontal. Pada neuropati Diabetes melitus yang mengenai syaraf otonom yang
menginervasi kelenjar saliva, akan mengakibatkan produksi saliva berkurang dan terjadi
xerostomia. Sehubungan dengan kejadian ini, perlu diketahui bahwa insulin dan regulasi
Diabetes melitus mempunyai pengaruh pada metabolisme tulang, antara lain insulin
meningkatkan serapan asam amino dan sintesis kolagen oleh sel tulang, yang penting
untuk formasi tulang oleh osteoblast. Diabetes melitus menyebabkan hipokalsemia yang
akan menimbulkan peningkatan hormon paratiroid (reasorbsi tulang akan meningkat).
Selain itu, Diabetes melitus juga mengganggu metabolisme vitamin D3 dengan
kemungkinan menurunnya absorbsi kalsium di usus. Selain itu juga akan merangsang
makrofag untuk sintesis beberapa sitokin yang akan meningkatkan reasorbsi tulang.
Semua pengaruh Diabetes melitus pada tulang inilah yang menyebabkan adanya
hubungan antara Diabetes melitus dengan penurunan kepadatan tulang.18
OHIS atau Oral Hygiene Index Simplified merupakan hasil dari penjumlahan
skor debris dan skor kalkulus.
16
4. Umur
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal akan
meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Penyakit periodontal lebih banyak
dijumpai pada orangtua dari kelompok yang muda, walaupun keadaan ini lebih sering
dikaitkan dengan kerusakan jaringan yang kumulatif selama hidup (proses penuaan).
5. Gender
Faktor gender atau jenis kelamin masih diragukan, ada yang mengatakan bahwa
kondisi periodontal wanita lebih baik dari pria dan sebaliknya. Walaupun demikian, bila
dibandingkan status kebersihan mulut pria dan wanita, maka dijumpai kebersihan mulut
wanita yang lebih baik dari pria. Oleh karena itu, tidak dijumpai perbedaan yang
signifikan bila dibuat perbandingan antara pria dan wanita dengan status kebersihan
mulut dan umur yang sama.
6. Obesitas
Bertitik tolak dari adanya hubungan antara obesitas dengan Diabetes melitus
yang merupakan faktor risiko penyakit periodontal, para ahli telah pula meneliti adanya
keterkaitan obesitas dan peningkatan prevalensi penyakit periodontal sehingga obesitas
juga dinyatakan sebagai faktor risiko. Saito et al., melakukan penelitian terhadap 241
orang dewasa Jepang dan menjumpai adanya hubungan antara obesitas dengan
peningkatan risiko penderita periodontitis.22
SKOR KRITERIA
Gingivitis
0 Tidak ada peradangan
1 Gingivitis ringan tetapi tidak meluas mengelilingi gigi
2 Gingivitis sedang dan meluas mengelilingi gigi
3 Gingivitis parah ditandai dengan kemerahan, kemungkinan
telah ada perdarahan spontan dan ulserasi
Kedalaman saku
dihitung dari cemento
enamel junction (CEJ)
4 Kedalaman saku periodontal kurang dari 3 mm
5 Kedalaman saku periodontal 3-6 mm
6 Kedalaman saku periodontal lebih dari 6 mm