TINJAUAN PUSTAKA
yang dapat mengakibatkan cedera, kehilangan nyawa dan properti. Kecelakaan lalu
lintas menyebabkan buruknya efek ekonomi pada masyarakat kita. Kecelakaan lalu
lintas juga mengakibatkan tingginya korban dan cenderung menjadi masalah paling
2.1.2 Epidemiologi
Menurut WHO, setidaknya ada 1,24 juta kematian di dunia akibat kecelakaan di
raya adalah korban dengan usia 15-44 tahun, dimana 77 % dari seluruh korban adalah
Ada lebih dari satu faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
pengemudi, dan juga karena kendaraan yang digunakan. Ketiga faktor ini biasanya
berhubungan kuat. Desain dan rancangan jalan yang baik akan mendorong lancarnya
laju kendaraan dan lalu lintas. Teknologi yang semakin berkembang membantu
kenyamanan dan keamanan dalam berlalu lintas serta dapat mengurangi frekuensi
terjadinya kecelakaan. Penerangan dan permukaan jalan yang buruk sering menjadi
penyebab utama terjadinya kecelakaan, disamping juga oleh karena cuaca atau iklim
yang buruk. Kecelakaan sering juga terjadi pada saat jalanan berkabut atau pada saat
musim hujan, dimana hal tersebut dapat menghalangi pandangan pengemudi dalam
berkendara. Terakhir, pemisahan jalur untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda
dewasa ini dianggap penting untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu lintas.
2) Faktor Kendaraan
walaupun kejadian kecelakaan akibat faktor kendaraan tidak terlalu besar. Biasanya
kecelakaan terjadi akibat adanya kerusakan dari lampu, rem, ataupun setir yang tidak
3) Faktor Pengemudi
kecelakaan lalu lintas. Hal-hal yang berkontribusi dalam terjadinya kecelakaan akibat
kelelahan, emosi yang tidak stabil, usia, jenis kelamin, kemampuan penglihatan dan
1) Tipe tabrakan
Tipe tabrakan ini berhubungan dengan mekanisme kejadian kecelakaan lalu lintas
yang terjadi. Tipe tabrakan yang dominan terjadi pada kecelakaan lalu lintas antara
lain :
b. tabrak depan-depan,
c. tabrak depan-belakang,
d. tabrak depan-samping,
e. tabrak samping-samping,
f. tabrak belakang-belakang,
Keterlibatan pengguna jalan dalam kecelakaan lalu lintas ini dikelompokkan sesuai
a. pejalan kaki,
d. bus,
e. sepeda motor,
2.2 Femur
2.2.1 Anatomi
Femur merupakan tulang paling panjang yang ada di dalam tubuh manusia dari
bagian hip sampai lutut. Tulang femur sangat mudah terkena injury ataupun cedera
baik oleh karena kecelakaan lalu lintas berkendara, terjatuh, atau olahraga. Tulang
femur terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang
disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis dan di antara
epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut
lempeng epifisis. Pada diafisis (femoral shaft) terdapat lengkungan anterior fisiologi
yang dapat bertambah pada kondisi-kondisi patologis, seperti displasia fibrosa atau
Paget disease. Bagian luar femur terdiri dari 3 permukaan yaitu bagian anterior,
lateral, dan medial. Bagian anterior terdiri dari tensor fasciae latae, iliacus dan psoas,
arteri dan vena femoral, nervus femoral, dan lateral femoral cutaneous nerve. Bagian
medial terdiri dari otot adduktor (gracilis, adductor longus, adductor brevis, adductor
magnus, pectineous) dan otot obturator externus. Pada femur juga terdapat bagian
yang bernama greater dan lesser trochanter (Salminen, 2005). Antara greater dan
lesser trochanter dapat dibuat garis imajiner yang disebut garis intertrochanteric,
Terdapat banyak otot, pembuluh darah, saraf, ligamen, dan tendon di sekitar
femur. Pembuluh darah pada femur terdiri dari medial femoral circumflex artery,
lateral femoral circumflex artery, dan arteri ligamentum teres, dimana bagian medial
merupakan yang paling penting (Monge dan Lieberman, 2006). Jadi apabila terdapat
Fraktur yang sering kita kenal sebagai patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya
(Smeltzer & Bare, 2000). Fraktur sendiri dapat terjadi pada semua usia dan yang
paling beresiko adalah orang lanjut usia dan orang-orang yang bekerja membutuhkan
yang bisa terjadi akibat trauma secara langsung (kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari
ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami laki laki dewasa. Apabila seseorang
mengalami fraktur pada bagian ini, pasien akan mengalami perdarahan yang banyak
2001).
Insiden fraktur femur pada wanita adalah fraktur terbanyak kedua (17,0 per
10.000 orang per tahun) dan nomer tujuh pada pria (5,3 per orang per tahun). Puncak
distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia dewasa (15 - 34 tahun) dan orang
Tulang bersifat relatif rapuh namun cukup mempunyai kekuatan untuk menahan
tekanan sekalipun tulang femur yang merupakan salah satu tulang paling kuat dan
panjang yang ada di tubuh kita. Fraktur femur dapat terjadi karena:
1) Trauma
Trauma yang paling sering menyebabkan fraktur femur adalah trauma akibat
kecelekaan lalu lintas, seperti kecelakaan motor, mobil, ataupun pejalan kaki
yang tertabrak. Trauma lainnya juga bisa akibat terjatuh dari suatu ketinggian.
3) Kelelahan/tekanan berulang-ulang
Fraktur dapat terjadi akibat peningkatan drastis dari tingkat latihan atau
aktivitas.
Fraktur akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur terjadi bila terdapat interupsi dari kontinuitas
tulang, yang diamana akan menyebabkan cedera jaringan di sekitar ligamen, otot,
tendon, pembuluh darah, dan saraf. Tulang yang rusak ini akan mengakibatkan
periosteum pembuluh darah pada korteks dan sumsum tulang serta jaringan lemak
rusak yang akan berakibat pada perdarahan, hematom, dan jaringan nekrotik. Daerah
femur merupakan tempat pembuluh darah besar, sehingga apabila mengalami cedera
nekrotik mengakibatkan adanya respon inflamasi berupa vasodilatasi dan saat itu
tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera (Wu dkk,
2013)
2.2.6 Klasifikasi Fraktur Femur
1) Fraktur tertutup
Fraktur ini terjadi bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi
2) Fraktur terbuka
Fraktur ini terjadi bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka ini dapat menimbulkan
berbagai komplikasi.
1) Proximal Fracture
Intertrochanteric Fractures
Fraktur ini terjadi di daerah transisi tulang antara femoral neck dan femoral
shaft. Fraktur ini kemungkinan melibatkan greater dan lesser trochanter. Tulang
transisi terdiri dari tulang kortikal dan trabekular, yang dimana ini berfungsi sebagai
berdasarkan stabilitas pola fraktur dan penurunan stabilitas. Pada tahun 1949, Evans
membagi menjadi standard oblique fracture pattern dan reverse oblique fracture
pattern.
Fraktur ini terjadi diantara ujung permukaan artikular dari femoral head dan
oleh gangguan pasokan darah pada daerah fraktur pada femoral head. Kehilangan
pasokan darah ini meningkatkan resiko nonunion pada daerah fraktur dan resiko
nekrosis avaskular pada femoral head. Femoral neck fracture ini diklasifikasikan
berdasarkan klasifikasi Garden. Ada empat tipe klasifikasi Garden. Garden tipe I
ditandai dengan perpindahan minimal dan tidak sempurna dan berdampak femoral
head miring ke arah posterolateral. Garden tipe II ditandai dengan fraktur sempurna
namun tidak terjadi perpindahan. Garden tipe III memiliki ciri fraktur sempurna dan
Subtrochanteric Fractures
Fraktur ini terjadi diantara lesser trochanter dan isthmus dari diafisis femur.
Fraktur ini lebih sedikit dibandingkan femoral neck dan intertrochanteric fractures.
pengobatan terbaru. Sistem klasifikasi dahulu didasarkan pada lokasi dari fraktur dan
trochanter dan fraktur mencapai posterior greater trochanter dan fossa piriformis.
Menurut sistem ini, fraktur terdiri dari 2 tipe, dimana dapat dibedakan pada dasar dari
penggunaan intramedullary nail. Fraktur tipe I tidak mencapai fossa piriformis, closed
pembuluh darah fragmen. Sebaliknya, fraktur tipe II termasuk greater trochanter dan
fossa piriformis.
gluteus minimus dan daerah perpotongan antara piriformis, obturator internus, dan
gemelli muscles. Terdapat 2 tipe dari fraktur freater trochanter ini. Yang pertama dan
paling sering adalah avulsi apofisis greater trochanter femur, yang terjadi pada pasien
dengan tulang yang immature. Fraktur ini biasanya terjadi karena kontraksi otot
panggul lateral rotator yang kuat dan biasanya mengalami sedikit perpindahan. Tipe
kedua dari fraktur greater trochanter biasanya terjadi pada pasien lansia yang
osteoporosis dan terjadi akibat trauma langsung, seperti jatuh. Fraktur ini biasanya
mengalami perpindahan yang minimal, tetapi bagian dari tulang melekat ke otot
piriformis dapat mengalami perpindahan yang nyata (Evans dan McGrory, 2002).
2. Fraktur Diafisis
Simple Fracture
Pada fraktur ini terdapat satu fraktur yang menyebabkan dua potongan/fragmen
dari fraktur tersebut setelah terjadinya reduksi. Fraktur ini dapat berupa spiral,
Wedge Fracture
beberapa kontak langsung diantara dua fragmen utama. Fraktur ini bisa spiral,
Complex Fracture
Fraktur dengan satu atau lebih fragmen intermediate dimana tidak terjadi kontak
antara fragmen utama setelah reduksi. Fraktur kompleks ini bisa spiral, segmental,
atau iregular.
Gambar 2.3 : Fraktur Diafisis
(Orthopaedic Associates of Portland, hlm. 30-38)
Ekstraartikular
Fraktur ini ditandai dengan tidak adanya perpindahan fraktur yang mencapai
permukaan artikular.
Partial
Complete Articular
Fraktur ini ditandai dengan permukaan artikular yang terlibat, fraktur metafisis
memisahkan komponen artikular dari diafisis secara sempurna (Audige dkk, 2005).
Gambar 2.4 : Fraktur Distal Femur
(Elseiver Journal)
1) Klinis
Diagnosis klinis dari fraktur femur biasanya terlihat jelas, nyeri, deformitas,
bengkak, dan pemendekan dari tungkai. Pemeriksaan fisik wajib dilakukan, karena
kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma cepat dan luka yang berhubungan biasanya.
sistematis dan lengkap. Panggul dan pinggul diperiksa apakah ada nyeri tekan,
bengkak atau ekimosis. Ketika pinggul tidak dapat digerakkan secara sadar oleh
pasien, palpasi pada daerah paha dan pantat sangatlah penting. Meskipun luka
lengkap untuk kerusakan saraf dan pembuluh darah sebaiknya dilakukan. Owing
sampai nyeri berat dan spasme biasanya terjadi berbarengan dengan fraktur femur,
meskipun ada tidaknya luka yang berhubungan. Nadi distal harus dipalpasi dan status
berhubungan dengan paling tidak ada satu gejala berat (defisiensi nadi atau iskemik
2) Pemeriksaan Radiografi
Sebelum pemeriksaan radiologi dari femur dikerjakan, pada ekstremitas harus
dilakukan traksi longitudinal dan splinting untuk meminimalisir soft tissue injury
pada tungkai. Pemeriksaan awal adalah dengan radiografi AP dari panggul dan AP
lateral dari lutut dan seluruh femur untuk mendeteksi adanya keretakan longitudinal
dari fragmen proksimal dan distal. Apabila terjadi fraktur, dapat terlihat garis
radiolusen pada tulang kortikal dan garis sklerotik di tulang spons. Pada kebanyakan
mendeteksi luka dari tulang. Garis fraktur tertentu, seperti longitudinal dan spiral
lebih jelas terlihat pada CT Scan. Skintigrafi digunakan metode diagnostik untuk luka
akibat kelelahan tulang dimana sensitivitasnya mendekati 100 persen. MRI dengan
(Salminen, 2005).