Anda di halaman 1dari 11

Nama : Annisa Fitriyah Permata Cika

NIM : 061740411492
Kelas : 6EGA
Mata Kuliah : Prak. Teknologi Bioenergi

BIOBRIKET TEMPURUNG KELAPA

I. DASAR TEORI
A. Biobriket
Briket adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang tersusun
dari butiran halus dari bahan yang mengandung karbon tinggi dengan sedikit campuran
bahan perekat. Briket merupakan bahan bakar padat yang dapat digunakan untuk
memasak. Briket merupakan sumber energi alternatif dan atau pengganti bahan bakar
minyak dan atau kayu yang terbuat dari limbah organik, limbah pabrik maupun dari
limbah perkotaan dengan metode yang mengkonversi bahan baku padat menjadi suatu
bentuk hasil kompaksi yang lebih efektif, efisien dan mudah untuk digunakan
(Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, 2006). Salah satu upaya untuk
mengatasi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak ialah melalui bahan
bakar alternatif, seperti briket. Briket adalah padatan yang umumnya berasal dari limbah
pertanian. Sifat fisik briket tidak kompak, tidak keras, dan tidak padat, seperti serbuk
gergaji dan sekam.Briket merupakan hasil dari pengolahan limbah atau sampah padat,
namun hanya sampah yang bersifat degradable yang hanya dapat dijadikan sebagai
briket, artinya hanya sampah yang mudah hancur yang dapat dijadikan briket. Briket
sudah sering ditemui di lingkungan dan dikenal sebagai arang, namun kebanyakan
briket yang ada di masyarakat adalah briket yang berasal dari kayu dan batu bara, sebab
disamping masyarakat belum memahami bahwa briket ini sebenarnya dapat dibuat dari
berbagai macam bahan baku, misalnya; tempurung kelapa, kotoran sapi, eceng gondok,
kulit kacang, dan sampah organik (contohnya; dedaunan, ranting, serasah, dan jerami).
Kualitas briket yang baik adalah yang memiliki kandungan karbon yang besar dan
kandungan sedikit abu. Sehingga mudah terbakar, menghasilkan energi panas yang
tinggi dan tahan lama. Sementara Briket kualitas rendah adalah yang berbau menyengat
saat dibakar, sulit dinyalakan dan tidak tahan lama. Jumlah kalori yang baik dalam
briket adalah 5000 kalori dan kandungan abunya hanya sekitar 8% (Sofyan Yusuf,
2013).
Menurut Sukandarrumidi (1995) dalam J.F. Gultom (2011) dikenal 2 jenis briket
yaitu:
 Tipe Yontan (silinder berlubang), biasanya digunakan untuk keperluan rumah
tangga. Briket tipe ini berbentuk silinder dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142
mm, berat 3,5 kg dan mempunyai lubang-lubang sebanyak ≤ 22 lubang.
 Tipe Mametan (bantal/telur), biasanya untuk keperluan industri dan rumah tangga.
Jenis ini mempunyai lebar 32-39 mm, panjang 46-58 mm, dan tebal 20-24 mm.
Selain itu, dikenal pula beberapa briket dengan bentuk lainnya, seperti briket bentuk
kenari, bentuk sarang tawon (honey comb), bentuk hexagonal atau segi enam, bentuk
kubus dan lain sebagainya. Adapun keuntungan dari bentuk briket yang bermacam-
macam ini adalah sebagai berikut: (1) Ukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan, (2)
porositas dapat diatur untuk memudahkan pembakaran, (3) mudah dipakai sebagai
bahan bakar (Adi Chandra Brades dkk, 2007).
Biobriket adalah bahan bakar yang potensial dan dapat diandalkan untuk rumah
tangga maupun industri. Biobriket mampu menyuplai energi dalam jangka panjang.
Biobriket didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-
sisa bahan organik yang mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu.
Biobriket dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang mulai meningkat
konsumsinya dan berpotensi merusak ekologi hutan. Biobriket dapat dibuat dari
campuran bermacam-macam sisa bahan organik antara lain sekam padi, tempurung biji
jarak, serbuk gergaji, sabut kelapa, tempurung kelapa (sudah diarangkan), jerami,
bottom ash, bungkil jarak pagar, eceng gondok, kulit kacang, kulit kayu dan lain-lain.
Dalam pembuatan biobriket memerlukan bahan pengikat. Bahan pengikat organik yang
bisa digunakan antara lain kanji, aspal,mollases, parafin dan lain-lain (Sri Murwanti,
2009).
Penggunaan biobriket diyakini dapat bersaing dengan briket batubara tentunya
dengan berbagai persyaratan. Penggunaan batubara memang secara ad hoc mampu
mengatasi masalah harga BBM yang mahal. Namun dalam jangka panjang, jika polusi
udara maupun darat (sisa pembakaran) tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
kerusakan lingkungan. Memang nilai kalor dari biobriket lebih rendah dari batubara,
tetapi jika dilihat dari aspek polusinya jauh lebih rendah dibandingkan polusi dari
pembakaran batubara, karena Biobriket juga mempunyai kadar sulfur yang rendah
(kurang dari 1%)
Bahan Perekat
Untuk merekatkan partikel-partikel zat dalam bahan baku pada proses pembriketan
maka diperlukan zat perekat sehingga dihasilkan briket yang kompak. Berdasarkan
fungsi dari perekat dan kualitas perekat itu sendiri, pemilihan bahan perekat dapat
dibagi sebagai berikut (Oswan Kurniawan et al., 2008 dalam Ade Kurniawan, 2013)
1. Berdasarkan sifat atau bahan baku perekatan briket
Adapun karakteristik bahan baku perekatan untuk pembuatan briket adalah sebagai
berikut (Sutiyono, 2008):
a. Memiliki gaya kohesi yang baik bila dicampur dengan semikokas atau batubara.
b. Mudah terbakar dan tidak berasap.
c. Mudah didapat dalam jumlah banyak dan murah harganya.
d. Tidak mengeluarkan bau, tidak beracun dan tidak berbahaya.
2. Berdasarkan jenis
Jenis bahan baku yang umum dipakai sebagai pengikat untuk pembuatan briket,
yaitu:
a. Pengikat Anorganik
Pengikat anorganik dapat menjaga ketahanan briket selama proses pembakaran
sehingga dasar permeabilitas bahan bakar tidak terganggu. Pengikat anorganik ini
mempunyai kelemahan yaitu adanya tambahan abu yang berasal dari bahan pengikat
sehingga dapat menghambat pembakaran dan menurunkan nilai kalor. Contoh dari
pengikat anorganik antara lain semen, lempung (tanah liat), natrium silikat (Ade
Kurniawan, 2013).
Tanah liat dapat dipakai sebagai perekat karbon. Namun, penampilan briket
yang menggunakan perekat ini menjadi kurang menarik dan membutuhkan waktu
lama untuk mengeringkannya. Tanah Liat adalah suatu zat yang terbentuk dari
kristal-kristal yang sangat kecil. Kristal-kristal ini terdiri dari mineral-mineral yang
disebut kaolinit. Tanah liat termasuk hidrosilikat alumina dan dalam keadaan murni
mempunyai rumus Al2O3.2SiO2.2H2O dengan komposisi 47 % Oksida Silinium
(SiO2), 39 % Oksida Aluminium (Al2O3) dan 14 % air (H2O) (Arganda Mulia,
2007).
b. Pengikat Organik
Pengikat organik menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran
briket dan umumnya merupakan bahan perekat yang efektif. Contoh dari pengikat
organik diantaranya kanji, tar, aspal, amilum, molase dan paraffin. (Tobing F.S,
2007).
Adapun bahan perekat organik yang umumnya digunakan dalam pembuatan
briket adalah tepung tapioka dan sagu aren.
 Tepung Tapioka
Dalam pembuatan biobriket diperlukan perekat ataupun pengikat yang
berfungsi untuk merekatkan partikel-partikel zat dalam bahan baku (bioarang)
pada proses pembuatan briket. Tepung tapioka termasuk merupakan salah satu
jenis bahan perekat organik dan umumnya merupakan bahan perekat yang
efektif. Dipilihnya perekat tepung tapioca ini dikarenakan harganya murah serta
mudah didapat.
 Sagu Aren
Sagu Aren merupakan salah satu pengikat organik selain tepung tapioka, sagu
aren memiliki kadar karbohidrat cukup tinggi dan ketersediaannya cukup
melimpah khususnya didaerah yang memiliki usaha perkebunan aren. Sebagai
sumber karbohidrat, sagu aren juga memiliki pati dari amilosa dan amilopektin
yang menjadikannya mampu mengikat karbonkarbon dalam briket arang seperti
halnya tapioka (Diana Ekawati Fajrin, 2009).
Manfaat Briket
1. Pengganti bahan bakar lain seperti kayu bakar, minyak tanah dan lain lain.
2. Merupakan bahan bakar yang cukup aman dalam proses penghidupannya.
3. Mudah di temui karena bahan utamanya disediakan oleh alam.

B. Tempurung Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk ke dalam famili Palmae, ordo Aracules, salah
satu anggota terpenting dari kelas Monocotyledone, Genus Cocos adalah monotypic
yang hanya mempunyai satu-satunya species yaitu Cocos nucifera L. (Woodroof, 1979).
Kelapa merupakan tanaman tropika yang dapat tumbuh dengan baik pada kondisi suhu
rata-rata diantara 24-29 °C, suhu minimum tidak kurang dari 20 °C, dengan curah hujan
yang merata sepanjang tahun antara 1700-2000 mm dan tidak kurang dari 1200 mm (A.
Rusdianto, 2011).
Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya sehingga dianggap sebagai
tumbuhan serbaguna. Pohon kelapa atau sering disebut pohon nyiur biasanya tumbuh
pada daerah atau kawasan tepi pantai. Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut,
tempurung, kulit daging (testa), daging buah, air kelapa dan lembaga. Buah kelapa yang
sudah tua memiliki bobot sabut (35%), tempurung (12%), endosperm (28%) dan air
(25%) (Setyamidjaja, D., 1995).
Ada dua jenis varietas kelapa, yaitu kelapa Genjah (dwarft coconut) dan kelapa
dalam (tall coconut). Dari kedua varietas tersebut diperoleh hasil persilangan berupa
kelapa Hibrida. Di Indonesia, beberapa varietas kelapa Dalam dapat ditemukan di
beberapa bagian wilayah timur Indonesia diantaranya adalah Mapanget, Tenga, Bali,
Palu, Sawarna dan Takome. Sedangkan Varietas kelapa Genjah yang dikenal di
Indonesia adalah Kelapa Genjah Kuning Nias, Bali, Raja dan Salak. Berat dan tebal
tempurung kelapa sangat ditentukan oleh jenis tanaman kelapa. Kelapa Dalam
mempunyai tempurung yang lebih berat dan tebal daripada kelapa Hibrida dan kelapa
Genjah. Tempurung beratnya sekitar 15-19 % bobot buah kelapa dengan ketebalan 3-5
mm (A. Rusdianto, 2011).
Tempurung kelapa adalah salah satu bahan karbon aktif yang kualitasnya cukup baik
dijadikan arang aktif. Secara fisologis, bagian tempurung merupakan bagian yang paling
keras dibandingkan dengan bagian kelapa lainnya. Struktur yang keras disebabkan oleh
silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung kelapa tersebut.
Berikut ini merupakan komposisi kimia yang biasanya terdapat dalam tempurung
kelapa.
1. Selulosa 26.60%
2. Pentosan 27.70%
3. Lignin 29.40%
4. Abu 0.60%
5. Solvent Ekstraktif 4.20%
6. Uronat Anhidrat 3.50%
7. Nitrogen 0.11%
8. Air 8%
Kelebihan Briket Tempurung Kelapa
1. Lebih murah dan Ekonomis
2. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yang
lama.
3. Tidak beresiko meledak/terbakar seperti Kompor Minyak Tanah atau Kompor
Elpiji
4. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga sehingga tidak membuat
alat-alat memasak anda menjadi rusak
5. Sumber Briket Batok Kelapa berlimpah
6. Ramah Lingkungan dan aman Bagi Kesehatan terutama bagi Ibu-Ibu yang
sering memasak didapur.
Kelemahan Briket Tempurung Kelapa
1. Tidak efisien waktu karena proses pembuatannya membutuhkan waktu yang
cukuplama.
2. Daya panas api sedikit lambat dibangdingkan bahan bakar lainnya.
3. Hanya bisa dipakai satu kali sampai habis karena panas briket tidak akan
hilang sampai briket menjadi bara.

C. Proses Pembuatan Briket dari Tempurung Kelapa


Proses pembuatan briket arang disajikan pada Gambar 1
Gambar 1 Diagram alir pembuatan briket
Proses pertama adalah proses membuat arang. Bahan baku yang berupa batok kelapa
dibuat arang dengan cara dibakar dalam tabung tertutup. Jika dibakar didalam ruang
atau tabung terbuka maka sampah yang dibakar akan menjadi abu. Pembakaran dapat
dilakukan dengan menggunakan drum atau bak didalam tanah. Drum untuk
pengkarbonan disajikan pada Gambar 2. Setelah menjadi arang, smpah bakar kemudian
digiling atau ditumbuk sehingga berbentuk bubuk arang.

Gambar 2 Drum untuk proses pengkarbonan


Selanjutnya, bubuk arang tersebut dicampur dengan adonan perekat yang terbuat dari
kanji. Setelah itu barulah dilakukan pencetakan dan pengepresan. Pengepresan
merupakan bagian sangat penting karena menyangkut kualitas kepadatan briket.
Semakin padat briket, maka semakin tinggi daya nyala apinya. Proses pencetakan briket
menentukan briket yang akan dibuat. Cetakan briket pun beragam, ada yang kotak dan
ada juga yang bulat. Setelah proses pencetakan selesai, briket yang masih basah itu
kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama kurang lebih 2 hari. Setelah kering,
briket pun siap digunakan. Adapun mutu briket berdasarkan SNI disajikan pada Tabel
1.2.
Tabel Mutu Briket Berdasarkan SNI
Standar Mutu Briket Arang Kayu (SNI
Parameter
No. 1/6235/2000)
Kadar Air (%) ≤8
Kadar Abu (%) ≤8
Kadar Karbon (%) ≥ 77
Nilai Kalor (kal/g) ≥ 5000

II. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Drum
 Lumpang
 Oven
 Furnace
 Cawan porselen
 Kompor
 Panci
 Timbangan analitik
 Pengaduk
 Saringan mesh
 Beaker glass 1000 ml
 Cetakan bambu
 Tongkat kayu
b. Alat
 Tempurung kelapa
 Kanji
 Air
 Minyak tanah
III. LANGKAH KERJA
a. Pembuatan Arang Tempurung Kelapa
1) Menyiapkan drum. Drum yang digunakan memiliki tinggi ±1 meter lengkap
dengan penutupnya.
2) Memasukkan tempurung kelapa kering kedalam drum dan melakukan proses
pengkarbonan (dibakar). Melakukan penyalaan awal dengan menggunakan
minyak. Menutup drum dengan menggunakan penutupnya setelah terbakar.
3) Menjaga proses pengkarbonan agar tidak ada udara yang keluar masuk drum
secara leluasa. Jika udara dapat keluar masuk drum maka pengkarbonan tidak
akan menghasilkan arang melainkan abu. Dalam proses pengkarbonan ini,
asap yang timbul akibat pengkarbonan didalam drum menghalangi udara
yang akan masuk melalui sela-sela tutup. Agar pengkarbonan merata
sebaiknya digunakan kayu untuk mengorek tempurung kelapa yang dibakar
didalam drum. Pengisian dihentikan ketika isi drum telah mencapai setengah
tinggi drum
4) Jika asap yang keluar dari sela-sela penutup berkurang, kemungkinan yang
terjadi, yaitu pengkarbonan sudah selesai. Praktikan tidak boleh dekat-dekat
dengan drum, karena saat udara masuk asap tebal akan keluar dari mulut
drum. Bila pengkarbonan sudah selesai, pada saat inilah kita harus menyiram
bara arang didalam drum dengan air.

b. Pembuatan Briket Tempurung Kelapa


1) Menyiapkan lumpang, kemudian arang yang tersedia ditumbuk halus hingga
menjadi bubuk arang. Selanjutnya bubuk arang tersebut dikumpulkan pada
suatu tempat misalnya ember dan diayak guna mendapatkan bubuk arang
sebanyak 1.500 gram
2) Menyiapkan kanji, memanaskan air sebanyak 720 ml hingga mendidih
kemudian melarutkan kanji yaitu 12% dari berat bubuk arang (180 gram).
Perbandingan volume air dengan kanji yaitu 1 : 4.
3) Mencampurkan lem tersebut dengan bubuk arang sehingga menjadi adonan
yang lengket. Selanjutnya, adonan diaduk-aduk agar semua bahan tercampur
rata dan cukup lengket
4) Menyiapkan Cetakan dengan bambu yang digunakan sebagai cetakan
berukuran diameter 4 cm dan tinggi 4 cm.
5) Memasukkan adonan yang telah disiapkan kedalamnya dengan cara
dipadatkan, mengeluarkannya dari cetakan setelah padat dan berbentuk,
6) Briket tempurung kelapa dijemur diudara luar selama 2 hari kemudian dioven
selama 5 jam untuk menghilangkan air yang terdapat dalam briket

Pengujian Pada Briket

1. Uji Kadar Air

Penetapan kadar air merupakan suatu cara untuk mengukur banyaknya air yang
terdapat didalam suatu bahan. Kadar air ditentukan dengan metode oven. Caranya
adalah bahan ditimbang dengan timbangan analisis dengan berat bahan dalam cawan
porselen yang telah diukur bobot keringnya secara teliti, kemudian dikeringkan dalam
oven pada suhu 105˚C sampai beratnya konstan. Bahan didinginkan dalam desikator
dan ditimbang kembali. Kadar air bahan dapat dihitung sebagai berikut :
b−c
% Kadar Air = x 100 % …………………………………………………….(1)
b
Dengan :
b = berat cawan + sampel sebelum dioven (gram)
a = berat cawan + sampel sesudah dioven (gram)
2. Kadar Abu dan Kadar Karbon
Pengukuran kadar abu merupakan residu organik yang terdapat dalam bahan.
Abu dalam bahan ditetapkan dengan menimbang sisa mineral sebagai hasil pembakaran
(abu sisa pembakaran) bahan organik pada suhu 550˚C. Prinsip kerja metode ini dengan
cara sebagai berikut :
1. Sampel ditimbang dan dimasukkan dalam cawan porselen
2. Sampel dipanaskan sampai menjadi arang dan tidak mengeluarkan asap
3. Kemudian diabukan didalam furnce pada suhu 600˚C
4. Sampel didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang setelah
mencapai suhu ruang
( berat abu+ berat cawan ) −(berat cawan)
% Kadar Abu = x 100 % ………......(2)
berat sampel
3. Laju Pembakaran Briket
Laju pembakaran briket adalah kecepatan briket habis sampai menjadi abu
dengan berat tertentu. Laju pembakaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Laju pembakaran briket (gr/detik) = ¿ ¿ …..………(3)

IV. DATA PENGAMATAN


Tabel Data Pengamatan
Pengujian Hasil Percobaan
Kadar Air
Kadar Abu
Kadar Karbon
Nilai Kalor
Laju Pembakaran

Anda mungkin juga menyukai