Anda di halaman 1dari 8

Friday, March 28, 2014

MAKALAH KOMUNIKASI LANSIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk
menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena komunikasi
dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu
yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan
hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu
dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak
terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai
untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam
mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai
untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001 : 188)

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal dari
informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi
dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ). Komunikasi pada lansia membutuhkan
peratian khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang
memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris
dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga
mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal – hal
tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul “ komunikasi pada lansia.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia?

2. Komunikasi pada lansia?

3. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan?

4. Fase-fase komunikasi pada lansia?

C. Tujuan Penulisan
1. Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia.

2. Komunikasi pada lansia.

3. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan

4. Fase-fase komunikasi pada lansia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian komunikasi dan lansia

Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan yang berkaitan dengan masalah
hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan
kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. (Widjaja, 1986 : 13) Komunikasi adalah elemen
dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan
pada lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan
hubungan intim yang terapeutik.

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga
telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia
kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia
(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara
nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.Kelompok lanjut usia ( LANSIA ) adalah kelompok
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan
terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :

1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.

2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

B. Komunikasi pada lansia


Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi
individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan
pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.

a. Ketrampilan komunikasi

Listening/Pendengaran yang baik yaitu :

1) Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.

2) Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.

3) Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.

b. Teknik komunikasi dengan lansia

1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik

Kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan dan kebutuhan
lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia
yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat akan
merubah arti pembicaraan,pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau
tidak.

Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara sebaiknya
mendorontg lansia untuk berperan aktif ,Merubah topik pembicaaraan dengan jitu menggunakan objek
sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak interest lagi

Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini?

Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari pada
menggunakan makanan yang berserat. Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu
kalimat.

2. Teknik nonverbal komunikasi

1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh, perbedaan.

2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata

3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.

4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan tepat.
Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.

3. Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia

1) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.


2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan merupak
metode primer yang non verbal.

3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang akan
diberikan.

4) Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.

5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.

6) Secara periodic mengklarifikasi pesan.

7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk berfokus pada
informasi.

8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.

9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan mengakiri
interview.

10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.

4. Lingkungan wawancara

a) Posisi duduk berhadapan

b) Jaga privasi

c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam

d) Kurangi keramaian dan berisik

e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri
kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin.

C. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi penolakan

1. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi

a. Pendekatan fisik

Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di alami, perubahan fisik
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat
di cegah progresifitasnya.

b. Pendekatan psikologis

Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya membutuhkan
waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat sebagai konselor, advokat
terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai pena,pung masalah pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab bagi klien.

c. Pendekatan sosial

Pendekatan ini dilaksanakan meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan


diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien
dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas kesehatan,

d. Pendekatan Spiritual

Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau agama yang di
anutnyaterutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.

2. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan

Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran,
keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian – kejadian nyata sesuatu yang merupakan reaksi
ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.

Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan penolakan antara
lain:

a. Penolakan segera reaksi penolakan klien.

Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Langkah – langkah yang dapat
di lakukan sebagai berikut :

1) Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila sedang mengalami
puncak reaksinya.

2) Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan yang
merisaukan.

3) Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi klien dan
bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.

b. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri.

Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan di
lakukan serta upaya untuk memandikan klien, antara lain:

1) Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu, tempat dan macam,
perawatan.

2) Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal kenyataan.
3) Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahaan atau perasaan sedihnya dengan
mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan menluangkan waktu bersamanya.

c. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat.

Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperolah sumber informasi
atau data klien dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat terealisasi dengan baik dan cepat.
Upaya ini dapat di laksanakan dengan cara – cara sebagai berikut :

1) Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan perasaannya.

2) Meliangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa yang
sedang terjadi pada klien lansia serta hal – hal yang dapat di lakukan dalam rangka membantu.

3) Hendaknya pihak – pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.

4) Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila klien lansia
mempergunakan penolakan atau denial.

D. Fase Komunikasi pada Lansia

1. Fase Pra Interaksi

Dua orang perawat akan melakukan pemeriksaan dan melihat perkembangan kondisi pada pasien lansia
yang bernama Tn. N. Tn. N menderita penyakit hipertensi yang dirawat di RSUD Lewoleba.

2. Fase Orientasi

Perawat 1 dan Perawat 2 mendatangi pasien Tn. N di ruang perawatan.

P1 : Selamat pagi bapak, ibu (sambil tersenyum)

Keluarga : Pagi juga pak....!!

Kakek sedikit kebingungan melihat kedatangan perawat.

P1 : Pagi ke...!! Gimana kabar nek hari ini,, sehat ??

Tn. N : Pagi...!! Alhamdulillah sudah agak lumayan. Ini siapa ya...??

Kakek masih tampak kebingungan dan tampak berfikir.

P1 : Kakek... perkenalkan saya perawat Sebas

Perawat Sebas mencoba melakukan pendekatan kepada kakek dan juga juga keluarganya.

P1 : Saya yang bertugas untuk merawat kakek pada hari ini.

Kake sudah makan belum pagi ini....??


Tn. N : Sudah...!!

P1 : Makan nya banyak atau sedikit kek...??

Tn. N : Cuma sedikit karena saya kurang selera makan pak.

Saya masih merasa agak mual...!!

P1 : Pagi ini obat nya sudah diminum kek...??

Tn. N : Iya sudah...!!

3. Fase Kerja

(Lima menit kemudian, perawat kembali ke kamar pasien)

P1 : Permisi kek..!! maaf ya kek.. kakek tiduran saja ya...

biar kakek lebih santai..

Tn. N : (langsung tiduran)

Setelah itu perawat langsung memberikan tindakan kepada kakek.

P1 : Kek.. tolong tangan kirinya sedikit diangkat ya kek...!!

(perawat 1 memasang manset tensi, kemudian mengukur tekanan darah).

P1 : cucu kakek sudah berapa kini? (perawat mencoba mengajak komunikasi pada kakek)

Tn. N : eeehm,, sudah 3 pak, sudah besar-besar semua.

P1 : ooh sudah berkeluarga semua??

Tn. N : yang 1 orang sudah, terus yang duanya lagi masih kuliah dan masih kuliah. Mereka cantik
dan ganteng-ganteng pak.

P1 : ya iya dong. Kayak kakeknya.. (perawat dan kakek ketawa)

4. Fase terminasi

Setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan, hasil pemeriksaan dicatat oleh perawat dan semua
peralatan dirapikan

Bapak : Bagaimana pak...??

P1 : keadaannya sudah membaik dari kemaren, tapi orang tua bapak harus banyak
minum air putih dan juga makan sayur-sayuran. Orang tua bapak dan ibu harus banyak istirahat dan juga
jangan dulu banyak pikiran, biar kakek cepat sembuh..!! (dokter datang ke ruangan kamar pasien untuk
melihat keadaan pasien)

P1 : Kalau begitu saya permisi dulu ya pak buk...!!

Kakek kami permisi dulu ya kek...

Nenek cepat sembuh ya kek...

Nanti kalau ada perlu bantuan panggil kami di ruang perawat...!!

Ibu : Ya pak.. terima kasih...!!

Akhirnya setelah perawat berpamitan, perawat langsung pergi meninggalkan ruangan kamar Ny.N.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk
menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena komunikasi dilakukan
oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah.
Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingka laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi denan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu
merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yan maknanya dipacu dan ditransmisikan.

B. Saran

Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah dalam pemahamannya. Lansia
merupakan kelompok yang sensitive dalam perasaannya oleh sebab itu, saat komunikasi harus berhati-
hati agar tidak menyinggung perasaannya.

DAFTAR PUSTAKA

· http//komunikasi pada lansia.com

· http//konsep komunikasi .co.id

Anda mungkin juga menyukai