M DENGAN
GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG KEMUNING
RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Stase Keperawatan Anak
Oleh :
YAYA GUSTIANTO
JNR0190059
GASTROENTERITIS AKUT
1. Definisi
2. Anatomi Fisiologi
a. Mulut
b. Tenggorokan (Faring)
c. Kerongkongan (Esofagus)
d. Lambung
a) Lendir
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan
serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus
halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar
Brunner.Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata
sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern.Arti aslinya
berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian
otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus.Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang
dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi
utama anus.
3. Etiologi
a. Makanan dan Minuman.
Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong
dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman
dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama makanan yang
berlemak, terlalu manis. Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat
Arang, Lemak) yang dapat menimbulkan alergi.
Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan: Vibrio Cholerae, E. coli,
Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas. Enterovirus (Echo, Coxsakie,
Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus. Beberapa cacing antara lain:
Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti Entamoeba
Histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas Hominis. Jamur (Candida Albicans),
Biardia Lambia, Cryptosporidium.
c. Infeksi.
d. Perubahan udara.
e. Faktor Lingkungan.
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat
tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik. Diuresis
berkurang (oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan
tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul)
5. Patofisiologi
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
7. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan.
1) Memberikan asi.
2) Obat-obatan.
Racecordil adalah Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak
menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak
mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah
penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Loperamide merupakan
golongan opioid yang bekerja dengan cara emeperlambat motilitas saluran
cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus.
c. Cairan parenteral
d. Komplikasi
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2-5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang.
Kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit buruk, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat.
8. Pathway
a. Diagnosa Keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan (diare
berat, muntah), pemasukan terbatas ( mual).
d. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah, intake in adekuat
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal
f. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
g. Resti terhadap infeksi berhubungan dengan bakteri sekunder
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan. (Doenges, 2001)