Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN AN.

M DENGAN
GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG KEMUNING
RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Stase Keperawatan Anak

Oleh :

YAYA GUSTIANTO

JNR0190059

PROGRAM PROFESI NERS REGULER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


2020
LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT

1. Definisi

Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik


oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006).
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan
atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011).

Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk


cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto,
2003). Menurut WHO (1980) gastroenteritis adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari. Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah,
1997). Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).

Jadi, kesimpulannya, gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan


usus. Sedangkan diare adalah symtom dari gastroenteritis.

2. Anatomi Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai


anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,


lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati
dan kandung empedu.

a. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air


pada hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut
merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh


gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

b. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal


dari bahasa yunani yaitu Pharynk.Skema melintang mulut, hidung, faring,
dan laring.Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang.

c. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui


sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Sering juga disebut esophagus dari bahasa Yunani: οiσω, oeso -“membawa”,
dan έφαγον, phagus -“memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada
ruas ke-6 tulang belakang.Menurut histologi.Esofagus dibagi menjadi tiga
bagian:

a) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)


b) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c) Bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

d. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti


kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus,
Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

a) Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam


lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan
yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
b) Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan


oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

c) Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan
serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

d) Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus
halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak


terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari yang
normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.Nama duodenum
berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.

e) Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah


bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar
Brunner.Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata
sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern.Arti aslinya
berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.

f) Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.

g) Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Usus besar
terdiri dari :Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens
(kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang
terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.Akibatnya terjadi iritasi
yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

h) Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

i) Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus


buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga
abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang
menyambung dengan caecum.

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum.

j) Rektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah


ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan.
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian
otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus.Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang
dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi
utama anus.

3. Etiologi
a. Makanan dan Minuman.
Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong
dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman
dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama makanan yang
berlemak, terlalu manis. Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat
Arang, Lemak) yang dapat menimbulkan alergi.

b. Infeksi atau Investasi Parasit.

Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan: Vibrio Cholerae, E. coli,
Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas. Enterovirus (Echo, Coxsakie,
Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus. Beberapa cacing antara lain:
Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti Entamoeba
Histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas Hominis. Jamur (Candida Albicans),
Biardia Lambia, Cryptosporidium.

c. Infeksi.

Diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis adalah


Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis MediaAkut / radang dikuping),
Tonsilofaringitis (radang pada leher / tonsil), Bronchopeneumonia (radang paru).

d. Perubahan udara.

Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak


dibagian perut, kembung, diare dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena cairan
tubuh yang terkuras habis.

e. Faktor Lingkungan.

Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan,


dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau
dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar,
sehingga penularan lebih mudah terjadi. Persediaan air bersih kurang sehingga
terpaksa menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan
sesudah makan.

4. Tanda dan Gejala

Nausea (mual), Muntah, Demam, Diare, Nyeri perut (abdominal


discomfort), Rasa perih di ulu hati, Nafsu makan berkurang, Rasa lekas kenyang,
Perut kembung, Rasa panas di dada dan perut, Regurgitasi (keluar cairan dari
lambung secara tiba-tiba). Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh
mungkin meningkat, nafsu makan berkurang. Sering buang air besar dengan
konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata. Warna tinja
berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Anus dan sekitarnya
lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya
asam laktat.

Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat
tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik. Diuresis
berkurang (oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan
tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul)

5. Patofisiologi

Gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,


Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana
merusak sel-sel yang menyebabkan infeksi pada sel-sel mukosa usus atau melekat
pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui
fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui
penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah. Gangguan mutilitas
usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah pertama gangguan


osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua
gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga
gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

a. Kehilangan air (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada
anak-anak.
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran
dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
a. Pemeriksaan Tinja
b. Makroskopis dan mikroskopis.
c. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest,
bila diduga terdapat intoleransi gula. Bila diperlukan, lakukan
pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
d. Pemeriksaan Darah
PH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium
dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
e. Doudenal Intubation
f. Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

7. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan.

Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita


dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu
diperhatikan :

1) Memberikan asi.

Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,


vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

2) Obat-obatan.

Racecordil adalah Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak
menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak
mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah
penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Loperamide merupakan
golongan opioid yang bekerja dengan cara emeperlambat motilitas saluran
cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus.

Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal


terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,
Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal
pada saluran pencernaan. Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat
nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat
melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta
rotavirus. Keterangan: Pemberian cairan,pada klien Diare dengan
memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.

b. Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral


berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut
diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60
Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin
yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan
dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

c. Cairan parenteral

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari


berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.

d. Komplikasi

Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit, Syok hipovolemik yang


terdekompensasi ( hipotensi, asidosis metabolik, perfusi sistemik buruk). Kejang
demam, bacteremia, malnutrisi
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:

a. Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2-5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

b. Dehidrasi Sedang.

Kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit buruk, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.

c. Dehidrasi Berat.

Kehilangan cairan 8-10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik


seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun,
apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis

8. Pathway
a. Diagnosa Keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan (diare
berat, muntah), pemasukan terbatas ( mual).
d. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah, intake in adekuat
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal
f. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
g. Resti terhadap infeksi berhubungan dengan bakteri sekunder
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan. (Doenges, 2001)

Anda mungkin juga menyukai