Anda di halaman 1dari 20

PUPUK DSP DAN TSP

MAKALAH SINTESIS ORGANIK DAN ANORGANIK

Dosen Pembimbing : Drs. Agustinus Ngatin,MT

Oleh :

Kelompok 7

1. Annisa Nurlatifah (181411070)

2. Luthfiana Nurfauziah (181411082)

3. Rivaldhy Haposan S. (181411089)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANGDUNG

2018/2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1................................................................................................................Pengerti
an pupuk DSP dan TSP.........................................................................1
1.2................................................................................................................Sumber
pupuk ....................................................................................................1
1.3................................................................................................................Sifat
fisika dan kimia pupuk..........................................................................3
1.4................................................................................................................Aplikasi
serta manfaat untuk masyarakat dan industri.........................................4

BAB II PROSES PEMBUATAN


2.1. Proses dan tahapan pembuatan DSP ....................................................5
2.2. Proses dan tahapan pembuatan TSP ....................................................5
2.3. Reaksi sintesis ......................................................................................12
2.4. Faktor-faktor yang berpengaruh...........................................................12
2.5. Identifikasi ion-ion dan garam..............................................................12

BAB III DAMPAK BAGI LINGUNGAN...........................................................14

BAB IV PENUTUP................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1........................................................................................................................................
Pengertian pupuk DSP dan TSP

Pupuk adalah zat organik maupun anorganik yang digunakan untuk menyuburkan
tanaman. Pupuk bekerja sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang diperlukan untuk
mengatasi kekurangan nutrisi pada tumbuhan, terutama unsur-unsur nitrogen, fosfor, dan
kalsium. Unsur fosfor diperlukan dalam jumlah yang lebih sedikit dibanding unsur nitrogen.
Terdapat beberapa jenis pupuk fosfor yang sering digunakan dalam pertanian, misalnya pupuk
Engkel Super Fosfat (ES), Double Super Fosfat (DSP), Triple Super Fosfat (TSP), dan Fused
Magnesium Fosfat (FMP).

Double superfosfat (DSP) merupakan campuran Triple Super Fosfat dan Single Super
Fosfat. Double Super Fosfat mengandung 30-35% fosfat. Double superfosfat memiliki
kandungan fosfor berasimilasi tinggi dan tidak mengandung gipsum. Pupuk Triple Super Fosfat
(TSP) adalah nutrient anorganik yang digunakan untuk memperbaiki hara tanah untuk pertanian.
Rumus kimianya Ca(H2PO4). Kadar P2O5 (fosfat) pupuk ini sekitar 44-52%.

Double Superfosfat (DSP) dan Triple Superfosfat (TSP) adalah pupuk fosfat yang larut
dalam air. Pupuk ini berwarna abu-abu coklat muda

1.2........................................................................................................................................
Sumber pupuk

Pada dasarnya pupuk DSP dan TSP adalah pupuk yang mengandung fosfor dengan
kandungan fosfat yang berbeda-beda. Fosfor adalah unsur kimia yang memiliki lambang P
dengan nomor atom 15. Fosfor berupa nonlogam, bervalensi banyak, termasuk golongan
nitrogen, banyak ditemui dalam batuan fosfat anorganik dan dalam semua sel hidup tetapi tidak
pernah ditemui dalam bentuk unsur bebasnya. Fosfor amatlah reaktif, memancarkan pendar
cahaya yang lemah ketika bergabung dengan oksigen, ditemukan dalam berbagai bentuk, dan
merupakan unsur penting dalam makhluk hidup. Kegunaan fosfor yang terpenting adalah dalam
pembuatan pupuk, dan secara luas digunakan dalam bahan peledak, korek api, kembang api,
pestisida, odol, dan deterjen.
Dalam beberapa tahun terakhir, asam fosfor yang mengandung 70% – 75% P2O5, telah
menjadi bahan penting pertanian dan produksi tani lainnya. Permintaan untuk pupuk secara
global telah meningkatkan produksi fosfat yang banyak. Bahan Baku untuk pupuk Fosfat adalah
Rock Phosphate, terdiri atas berbagai macam apatit antara lain sebagai berikut:
 Fluoroapatit : Ca3(PO4)2.CaF2
 Khloroapatit : Ca3(PO4)2.CaCl2
 Oksidaapatit : Ca3(PO4)2.CaO
 Hidroksidaapatit : Ca3(PO4)2.Ca(OH)2
 Karbonatapatit : Ca3(PO4)2.CaCO3
Sedangkan senyawa fosfor dalam tanah dan deposit berupa:
 Fe-fosfat (FePO4 .2H2O)
 AI-fosfat (AIPO4 .2H2O)
Di Indonesia sumber bahan baku fosfor sangat terbatas. Apatit fosfor sebagian berasal
dari magma dan sebagian merupakan organogenetik. Edapan apatit fosfor terluas di dunia
berupa kalsium karbonat fluoroapatit/fravolite (Ca10F2(PO4)6.X CaCO3. Sedangkan geologi
endapan deposit erat kaitannya dengan geologi marin yaitu pembentukan endapan fosforit di
dasar laut sebagai hasil persenyawaan kimia, fisika & biologi, yang merupakan sumber fosfor
terbesar 80% dari produk dunia, sedangkan dari batuan beku hanya 12%. Sumber fosfor lain
adalah Guano deposit P-organik dari kotoran kelelawar, tetapi bukan untuk bahan baku
pembuatan fosfor.
Dimulai dengan penambangan deposit yang umumnya memakai metode strip mining/
tambang terbuka yang hasilnya dibawa ke pabrik untuk dilakukan proses pemisahan dari pasir,
tanah liat, dan lain-lain.
Pembuatan pupuk fosfor hanya memakai proses fisika, karena proses ini dianggap lebih
mudah, tetapi pupuk sukar larut dalam air dan hanya larut dalam suasana asam, karena bentuk
fosfat yaitu PO4-3 relatif tidak larut dalam air. Sedangakan pembuatan pupuk fosfat dengan
memakai proses dekomposisi kimia yang terdiri dari 3 kelompok:
1. Dalam produksi superfosfat dan triplefosfat terjadi penggantian sebagian Ca
dalam apatit dengan H dari asam.
2. Dalam produksi rhenania fosfat terjadi penggantian sebagian Ca dalam apatit
dengan Na.
3. Dalam produksi fosfat Thomas dan lain-lain terjadi perombakan secara total
terhadap struktur kimia dari apatit/ senyawa fosfor lain.

1.3........................................................................................................................................ Sifat
fisika dan kimia pupuk

Pupuk DSP Pupuk TSP


Nama lain : Double Superfosfats, superfosfat, Nama lain : Calcium Fosfat Mono-Basic
Enriched superfosfat, normal superfosfat Rumus molekul : : CaH4(PO4)2.H2O (Utama)
Rumus molekul: Ca(H2PO4)2·H2O Rumus bangun :
Berat molekul : 252.07
Density:2.22g/cm+3
Bulk density:1120kg/m3
(Granule),1280~1440kg/m3(Powder)

Berat molekul : 252


Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Bentuk : Butiran / Granular
Specific Gravity : 2,200
Melting point : 200℃
Boiling point : 200℃ terdekomposisi
Kelarutan dalam air : Dapat larut
Kadar unsur hara utama : 44-52% P2O5
Reaksi kemasaman : netral
1.4........................................................................................................................................
Aplikasi serta manfaat untuk masyarakat dan industri

TSP memiliki beberapa keuntungan agronomis yang membuatnya sedemikian populer


sebagai pupuk sumber fosfat selama beberapa waktu. Pupuk TSP memiliki kandungan fosfat
tertinggi diantara pupuk kering yang tidak mengandung Nitrogen (N). Keuntungan lainnya
adalah bahwa hampir 90% kandungan fosfatnya bersifat mudah larut dalam air, sehingga dapat
dengan cepat diserap oleh tanaman. Begitu ditebar di tanah yang lembab, segera bentuk
butirannya akan meluruh, kemudian campuran tanah-TSP ini akan menjadi bersifat asam. TSP
juga mengandung 15% Kalsium (Ca), yang menyediakan unsur hara tambahan bagi tanaman.

Fungsi pupuk TSP adalah sebagai pupuk yang membantu dalam proses produksi dan
pertumbuhan tanaman karena pupuk ini banyak mengandung zat fosfor. Selain itu juga
keuntungan dari penggunaan pupuk TSP adalah diantaranya :

1. Dapat memperkuat batang tanaman.


2. Dapat meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama dan juga penyakit.
3. Mengurangi resiko roboh.
4. Mempercepat pembentukan bunga dan pemasakan biji sehingga panen lebih cepat.

Pupuk Double Superfosfat (DSP) cocok untuk semua tanah, terutama efektif pada tanah
alkali dan netral. Dosis aplikasi DSP dalam pertanian harus dinyatakan oleh unit layanan
agrokimia. Ketersediaan nutrisi dalam tanah dan karakteristik biologis tanaman harus
diperhitungkan. Double Superfosfat memiliki parameter fisikokimia yang baik dan banyak
digunakan sebagai komponen fosfor dalam komposisi campuran pupuk, serta bahan baku kimia
dalam industri.
Double superfosfat memiliki beberapa efek pada tanaman secara bersamaan:
1. meningkatkan hasil dan metabolisme,
2. secara signifikan mempercepat pengembangan tanaman dan bunga,
3. meningkatkan pertumbuhan sistem akar,
4. meningkatkan kualitas tanaman di masa depan.
5. mencegah penyakit tanaman selama pertumbuhan.
6. memperbaiki pH tanah dan memperlancar transportasi zat fosfat pada tanaman.
BAB II
PROSES PEMBUATAN

2.1. Proses dan tahapan pembuatan DSP


Di masa lalu metode tradisional mempersiapkan superfosfat ganda melibatkan dua
langkah utama. Batuan fosfat pertama-tama diolah dengan asam sulfat encer atau dengan proses
panas untuk mendapatkan asam fosfat. Untuk mendapatkan superfosfat ganda, batuan fosfat
tanah dicampur dengan Asam fosfat ini dalam panci pengaduk. Produk yang dihasilkan mudah
hancur tetapi sangat lembab. Untuk mengatasi ini dibutuhkan penanganan selanjutnya, kadar air
harus dikurangi dengan mengeringkan bahan. Sebagai hasilnya DSP diperoleh dalam bentuk
butiran.

2.2. Proses dan tahapan pembuatan TSP


1. Macam Proses
Pada dasarnya pembuatan triple superfosfat tidak jauh berbeda dengan pembuatan
superfosfat, secara umum proses pembuatan triple superfosfat terdiri dari beberapa cara dan
dapat digunakan tergantung dari pemilihan proses batch atau proses continuous, adapun macam
prosesnya adalah :
a. Triple Superfosfat Proses Batch
 Pan-Mixing
 Meyers
 TVA Sigma-Blade Mixing
b. Triple Superfosfat Proses Continuous
 Broadfield
 Bridger (TVA Cone-Mixing)
 Kulhmann
 Dorr-Oliver Granular
 S.I.A.P.E.
 TVA Rotary Drum (Granulasi)
2. TSP Proses Batch
a. Pan-Mixing

Pada proses pan-mixing ini, menurut Waggaman, ciri dari proses ini adalah dengan
mencampur 51%-58% phosphoric acid pada suhu 60°C dengan fosfat rock ukuran 100 mesh.
Perbandingan berat bahan baku adalah 94,6 lb phosphoric acid setiap 100 lb fosfat rock.
Phosphoric acid dan fosfat rock diumpankan pada sebuah pan mixing tipe Steadman dengan
kapasitas 2 ton selama 3 menit kemudian produk reaksi berupa padatan yang agak pekat
diumpankan pada sebuah belt conveyor yang panjang dan diumpankan menuju ke curing pile.
Pada curing pile, produk triple superfosfat didiamkan sampai dengan 3 minggu sampai kadar air
pada produk mencapai 15%. Produk basah kemudian diumpankan pada rotary dryer untuk
dikeringkan sehingga kadar air mencapai 2% sampai 5%. Produk kering kemudian diumpankan
pada hammer mill untuk dihaluskan, kemudian disaring pada screen sampai ukuran 10 mesh
b. Meyers
Pada proses ini, digunakan phosphoric acid dengan kadar 25%-30% dipanaskan pada
suhu 63°C untuk kemudian dicampur dengan fosfat rock berukuran 100 mesh dalam sebuah
rotary kiln. Konversi reaksi berkisar antara 94% sampai dengan 96% dengan suhu operasi pada
kiln mencapai 360°C. Slurry superfosfat kemudian diumpankan pada storage pile dan didiamkan
selama beberapa jam untuk menyempurnakan reaksi yang terjadi pada slurry superfosfat.
Superfosfat dari storage pile dengan kandungan air 18% kemudian dikeringkan pada
dryer sehingga kadar air pada superfosfat tinggal 10 – 12 % dan kemudian dihaluskan dengan
hammer mill serta disaring untuk siap dipasarkan.
c. TVA Sigma-Blade Mixing

Pada proses ini, phosphoric acid dengan kadar 55%-56% diumpankan pada 80 – 150°C
untuk kemudian dicampur dengan fosfat rock berukuran 100 mesh dalam sebuah mixer
berbentuk conical dengan dilengkapi pengaduk jenis sigma blade (TVA sigma blade). Konversi
reaksi berkisar antara 94% sampai dengan 96%. Setelah beberapa jam, slurry superfosfat yang
agak lengket dan basah, kemudian diumpankan pada storage pile dan didiamkan selama 12
minggu untuk menyempurnakan reaksi yang terjadi pada slurry superfosfat.
Superfosfat dari storage pile dengan kandungan air 15% kemudian dikeringkan pada
dryer sehingga kadar air pada superfosfat tinggal 2 – 5 % dan kemudian dihaluskan dengan
hammer mill serta disaring untuk siap dipasarkan.

3. Proses Continuous
a. Broadfield

Proses broadfield merupakan proses untuk pembuatan normal superfosfat dan telah
digunakan sejak tahun 1951 – 1952. Pada proses ini, phosphoric acid yang digunakan adalah
electrothermal phosphoric acid. Waktu tinggal proses acidulasi adalah 2 menit pada sebuah pug
mill. Kondisi phosphoric acid pada saat pengumpanan adalah 47-54% pada suhu 80-150oC dan
kemudian turun menjadi 50% pada saat reaksi. Kadar phosphoric acid yang terlalu encer akan
mempengaruhi kondisi produk dimana semakin encer kadar phosphoric acid maka semakin turun
kondisi produk superfosfat. Dengan kondisi tersebut, maka dilakukan beberapa penelitian lebih
lanjut, sehingga pug mill tidak digunakan lagi dan diganti dengan cone mixing.
b. Bridger (TVA Cone-Mixing)
Pada pembuatan dengan proses Bridger, pada prinsipnya adalah sama dengan terdahulu,
perbedaannya terletak pada reaktor berbentuk cone mixer yang direkomendasikan oleh
Tennessee Valley Authority (TVA) dan digunakan secara kontinyu. Cone reactor dirancang
dengan satu lubang pemasukkan fosfat rock yang besar dan terletak ditengah-tengah reaktor,
sedangkan pada dinding reaktor terdapat 4 buah lubang pemasukkan phosphoric acid.
Produk dari reaktor kemudian diumpankan pada belt conveyor yang dilengkapi dengan
pisau-pisau untuk menghancurkan gumpalan-gumpalan produk dan pada bagian akhir conveyor,
dilengkapi dengan disintegrator untuk mempermudah pengeluaran. Kadar phosphoric acid pada
proses ini adalah 54-56% dengan suhu operasi 80-100oC.
c. Kulhmann
Proses Kulhmann merupakan proses kontinyu dan telah dikembangkan di Prancis untuk
memproduksi normal superfosfat dan kemudian dikembangkan untuk produksi triple superfosfat.
Perbedaan utama dari proses Kulhmann dengan proses lainnya adalah terletak pada tipe mixer
yang digunakan dan penggunaan sebuah rotary dryer untuk proses pengeringan.
Mixer yang digunakan pada proses Kulhmann ini adalah mixer khusus, dengan
perancangan tangki yang kecil serta pengaduk dengan kekuatan besar. Proses pengadukan yang
cepat dapat mencegah phosphoric acid menguap ke udara bebas, sehingga efisiensi reaksi dapat
terjaga. Produk dari mixer kemudian diumpankan pada belt conveyor yang dilengkapi dengan
disintegrator dan dikeringkan langsung pada rotary dryer. Produk dari rotary dryer kemudian
disimpan pada tangki penampung. Belt conveyor pada proses ini dibuat lebih panjang, yaitu
sekitar 75 feet (± 23 meter) dengan waktu melewati belt adalah 4 – 5 menit. Kadar phosphoric
acid yang digunakan antara 45–50%, dan kadar air pada produk sekitar 5% dengan suhu 60oC.
d. Dorr-Oliver Granular

Pada proses ini, fosfat rock dan phosphoric acid diumpankan pada 2 buah atau lebih
reaktor yang disusun secara seri. Setiap reaktor dilengkapi dengan pengaduk dengan kekuatan 20
hp. Produk dari reaktor kemudian diumpankan pada sebuah blunger , yaitu sebuah mixer yang
dilengkapi dengan 2 buah pengaduk jenis twin-shaft blade seperti pada pug mill. Pada blunger
terjadi pencampuran antara produk reaksi dengan produk halus yang merupakan recyle dari
screen pada proses terakhir.
Produk dari blunger kemudian diumpankan pada rotary dryer untuk proses pengeringan,
dan kemudian dihaluskan pada pulverizer dimana produk kasar diambil sebagai produk akhir
sedangkan produk halus diumpankan kembali pada blunger untuk dicampur dengan produk hasil
reaksi. Kadar phosphoric acid pada proses ini adalah 38-39% dengan suhu operasi 80-100oC.
e. S.I.A.P.E

Proses ini merupakan kerjasama dari S.I.A.P.E. yang merupakan singkatan dari Societe
Industrielle d’Acide Phosphorique et d’Engrais dari Prancis yang disponsori oleh Chemiebau
yang berasal dari Jerman. Proses ini merupakan pengembangan dari proses Dorr-Oliver dengan
perbedaan utama adalah sistem reaktor yang digunakan.
Pertama-tama fosfat rock dan phosphoric acid diumpankan pada tangki pre-mixer
sampai dengan overflow. Campuran overflow tersebut kemudian diumpankan pada tangki yang
lebih besar dan dilengkapi pengaduk jenis paddle. Produk reaksi dari reaktor kedua kemudian
dipompa menuju ke lubang spray yang berfungsi sebagai pengumpan pada rotary dryer.
Pada rotary dryer, terjadi proses pengeringan dan proses granulasi dengan waktu tinggal
sekitar 20 menit. Produk kemudian dihaluskan dan disaring, dimana produk yang kasar diambil
sebagai produk akhir, sedangkan produk halus dikembalikan pada dryer-granulator untuk
diproses lebih lanjut. Pada beberapa penelitian, proses ini dapat dimodifikasi dengan
penambahan curing pile setelah reaktor. Kadar phosphoric acid pada proses ini adalah 27-30%
dengan suhu operasi 80-100oC.
f. TVA Rotary Drum (Granulasi)
Pada proses ini, Tennessee Valley Authority (TVA) telah mengembangkan sebuah
rotary-drum mixer untuk mereaksikan fosfat rock dengan phosphoric acid membentuk
superfosfat. Fosfat rock yang digunakan untuk proses ini adalah fosfat rock yang halus,
sedangkan phosphoric acid dapat menggunakan jenis umum maupun jenis electro thermal.
Proses rotary-drum mixer ini menggunakan lubang spray untuk pemasukkan campuran.
Pada rotary drum mixer penambahan phosphoric acid terletak pada bagian bawah drum ,
dimana phosphoric acid (54%) dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 90°C – 130°C dengan
heater. Produk kemudian diumpankan pada granulator dengan suhu 80°C - 90°C dan kemudian
didinginkan pada rotary cooler sampai dengan suhu kamar. Produk yang sudah dingin kemudian
dihaluskan dan disaring. Produk yang kasar diambil sebagian sebagai produk akhir dan sebagian
lagi dihaluskan pada cage mill sebagai produk samping.

2.3. Reaksi sintesis


TSP/ Ca(H2PO4)2
Pembuatannya dibuat dari apatit dan asam fosfat dengan jalan mencampurkan kedua
bahan baku dalam suatu mixer dari baja, kemudian mengeras dan selanjutnya dibentuk menjadi
tepung, pelet atau butiran.
Reaksi inti :
[ Ca(PO4)2]3. CaF2 + 14H3PO4 + 10H2O → 10Ca(H2PO4)2 H2O + 2HF
Dibuat dengan wet-proses phosphoric acid. Persamaan phosphoric acid, dimana
rockfhosphate direaksikan dengan H2SO4
[ Ca(PO4)2]3. + 10H2SO4 + 20H2O → 10CaSO4.2H2O + 6H3PO4 + 2HF
 Sama baik dengan OSP, hanya kurang lengkap tidak mengandung S yang cukup untuk
tanaman. Kadar S : 0 – 2%
 Mengandung 48% P2O5, sedangkan OSP 16% P2O5 dan kadar Ca 12 – 16%
 Berwarna kelabu sampai agak putih atau coklat berbau asam.

2.4. Faktor-faktor yang berpengaruh


Dianjurkan untuk menerapkan sebagai dosis dasar karena kebutuhan fosfor tinggi
selama periode pertumbuhan awal tanaman. Disarankan dalam tanah yang netral terhadap reaksi
basa. Untuk pemangkasan berdurasi pendek di mana respons cepat diperlukan, DSP cocok.
DSP mengandung fosfor sebagai monocalcium fosfat yang larut dalam air dan tersedia
untuk ditanam. Dalam tanah pH rendah fosfor akan membentuk senyawa yang sulit larut dengan
ion besi dan aluminium dan pada nilai pH mendekati netralitas akan membentuk senyawa yang
larut dengan ion kalsium dan magnesium dan pada nilai pH yang lebih tinggi akan membentuk
senyawa yang sulit larut dengan ion kalsium.

2.5. Identifikasi ion-ion dan garam


Diluar kegunaannya sebagai bahan pupuk, fosfat dalam bentuk senyawa lain digunakan
dalam berbagai industri. Asam fosfat direaksikan dengan soda abu atau batu kapur, akan
diperoleh senyawa fosfat tertentu. Asam fosfat dengan batu gamping akan membentuk dikalsium
fosfat yang merupakan bahan dasar pasta gigi dan makanan ternak. Reaksi sederhananya sebagai
berikut.

Ca3(PO4)2 + CaCO3 --------> CaHPO4 ( dikalsium fosfat)

Asam fosfat direaksikan dengan soda abu menghasilkan 3 produk dengan fungsi
berbeda. Reaksi sederhananya sebagai berikut :

H3PO4 + Na2CO3 ---------> Na3PO4 + CO2 + H2O

Reaksi fosfat dengan perak nitrat terjadi endapan kuning. Reaksi sederhananya
sebagai berikut :

PO43- + AgNO3 ----------> Ag3PO4 + NO3-


Reaksi fosfat dengan barium nitrat terjadi endapan putih. Reaksi sederhananya
sebagai berikut :

PO43- + Ba(NO3)2 ------> Ba3(PO4)2 + 2NO3-

Reaksi fosfat dengan besi (III) klorida terjadi endapan putih kuning. Reaksi
sederhananya sebagai berikut :

PO43- + FeCl3 -------> FePO4 + 3Cl-


BAB III
DAMPAK BAGI LINGKUNGAN

3.1 Bahaya Penggunaan Pupuk Phosphat


1. Jika kelebihan superfosfat, tanah akan kelebihan asam. Hal ini dikarenakan
superfosfat dapat meningkatkan konsentrasi hydrogen dalam tanah.
2. Dapat bersifat racun bagi tanaman jika diberikan pada tanaman yang tumbuh pada
tanah yang mengandung banyak unsur aluminium. Hal ini dikarenakan superfosfat
dapat mempercepat pembentukan racun aluminium atau toxic aluminium.
3. Kelebihan P menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro seperti besi
(Fe) , tembaga(Cu) , dan seng(Zn) terganggu. Namun gejalanya tidak terlihat secara
fisik pada tanaman.

3.2 Pengendalian Penggunaan Pupuk Phosphat


1. Menerapkan prinsip-prinsip penambangan yang berkelanjutan, yaitu dengan
memperhitungkan dampak terhadap kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun
sosial budaya.
2. Menerapkan beberapa teknologi pengendalian residu logam berat dari fosfat alam
yang digunakan pada bidang pertanian, antara lain:
3. Teknologi peningkatan efisiensi penggunaan pupuk fosfat alam dengan diiberikan
secara langsung dan digunakan dengan takaran yang tepat.
4. Teknologi fitoremediasi, yaitu memanfaatkan pertumbuhan tanaman untuk
mengurangi kadar logam berat.
5. Teknologi bioremediasi, yaitu perbaikan tanah yang telah tercemar logam berat
dengan memanfaatkan mikroorganisme tanah.
BAB IV
SIMPULAN

Fosfor merupakan salah satu unsur hara yang penting bagi tumbuhan. Salah satu pupuk
yang mengandung fosfor adalah pupuk Super Phosphat (SP-36). Peranan pupuk fosfat adalah
memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran serta memacu pertumbuhan
generatif tanaman. Ada beberapa macam superfosfat, antara lain:
1. NORMAL SUPERFOSFAT (OSP). Normal superfosfat (OSP) dapat dihasilkan reaksi
stokiometri antara batu fosfat (Ca5 (PO4)3F2) dengan fosfat asam sulfat (H2SO4) dan penambahan
air (H2O)
2. DOUBLE SUPERFOSFAT (DSP). Double Superfosfat adalah suatu fosfat yang tidak
mengandung gips (tidak terbentuk gips pada akhir proses). Disebut double karena kadar P 2O5
jauh lebih besar dari kadar superfosfat yang normal. Double superfosfat diperoleh melalui reaksi
antara batu fosfat dengan asam fosfat dan air.
3. TRIPLE SUPERFOSFAT (TSP). Triple Superfosfat dibuat dengan mengasamkan batuan
fosfat oleh asam fosfat. Triple superfosfat mengandung P2O5 berkisar 46-50%. Dalam triple
superfosfat ini tidak berbentuk gips (CaSO4).
Namun dalam penggunaan pupuk phosphate perlu adanya pengendalian terhadap
penggunaan pupuk phosphat bagi tumbuhan. Hal ini harus dilakukan karena akan mengakibatkan
gangguan pada tumbuhan untuk menyerap mineral-mineral lain yang diperlukan oleh tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Lawrence White, John Hardesty, and William Ross. 1935. Industrial & Engineering Chemistry 
Yawalkar, K. S., Agarwal, J. P., and Bokde, S. 1996. Manures and Fertilizers, Agri Horticultural
Publishing House. Nagpur
A. L. Mehring. 2010. Soil and Fertilizer Investigations, Bureau of Plant Industry, Soils, and
Agricultural Engineering.
Adie, Muchlish, dkk. 2008. Pupuk Terbaik Aglaonema. (diakses pada tanggal 19 Februari 2019)
Rahman, Afriar. 2008. Pupuk SP-36 Non Subsidi-Petrokimia. (http://www,aneka-
pupuk.co.ccfile,diakses pada tanggal 19 Februari 2019)
Saioto, Taro. 2009. Silikon, Nitrogen dan Fosfor. (http://www,chem-is-try.org, diakses pada
tanggal 19 Februari 2019)
2014. Jenis dan Sifat Pupuk. (https://jacq-planter.blogspot.com/2014/09/jenis-dan-sifat-
pupuk.html, diakses pada tanggal 19 Februari 2019)
2008. Jenis dan Kegunaan Unsur Hara. (http://www.wordpress.com, diakses pada tanggal 19
Februari 2019)
2009. Pupuk Fosfor (P). Soil Science and Land Resource. (http://www.blogspot.com, diakses
tanggal 19 Februari 2019)

Anda mungkin juga menyukai