Anamnesis, meliputi :
1. Penolong persalinan apakah tenaga
medis/paramedis/non medis/dukun bayi
2. Telah mendapat pelatihan atau belum
3. Alat yang dipakai memotong tali pusat
4. Ramuan apa yang dibubuhkan pada perawatan tali
pusat
5. Status imunisasi TT ibu sebelum dan selama
kehamilan
6. Sejak kapan bayi tidak dapat menetek (incubation
period)
7. Berapa lama selang waktu antara gejala-gejala tidak
dapat menetek dengan gejala spasme pertama (period
of onset)
Faktor Risiko : -
Page 1 of 4
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisis
1. Kesadaran intak
2. Trismus
3. Kekakuan otot leher, punggung, perut
4. Mulut mencucu seperti mulut ikan
5. Kejang
4. Gambar
5. Kriteria Diagnosis Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis dan penunjang.
6. Diagnosis Kerja Tetanus Neonatorum
7. Diagnosis Banding Diagnosis Banding
Semua penyebab kejang neonatus seperti Kongenital
( cerebral anomalies ), perinatal (komplikasi
persalinan, trauma perinatal & atau perdarahan
intracranial) dan postnatal (Intervensi & gangguan
metabolik)
8. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik
untuk tetanus neonatorum. Diagnosis utamanya
ditegakkan dengan adanya gejala klinis seperti
trismus, disfagia, kekakuan otot (muscular rigidity).
9. Komplikasi Komplikasi
Fraktur, dislokasi mandibular, hipoksia dan
pneumonia aspirasi, Long bone fractures
10. Terapi Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan :
Eradikasi kuman
Tali pusat dibersihkan dengan alcohol 70% atau
providon iodin.
Antibiotik
1. Penisilin prokain 50.000 IU/kg/kali IM, tiap 12 jam,
atau
2. Ampisilin 50 mg/kg/dosis, atau
a. Usia gestasi (UG) < 37 minggu
b. n< 28 hari tiap 12 jam
c. >28 hari tiap 8 jam
c. UG > 37 minggu
d. < 7 hari tiap 12 jam
e. >7 hari tiap 8 jam
3. Metronidazole loading dose 15mg/kg/dosis,
selanjutnya 7,5mg/kg/dosis, atau Interval Usia < 28
hari tiap 12 jam
Usia > 28 hari tiap 8 jam
4. Pemberian dosis rumatan
a. UG < 37 minggu 24 jam setelah loading dose
b. UG > 37 minggu 12 jam setelah loading dose
5. Eritromisin 15-25 mg/kg/dosis tiap 8 jam
6. Bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan
sefotaksim 50 mg/kg/dosis
Page 2 of 4
a. UG < 30 minggu
<28 hari tiap 12 jam
>28 hari tiap 8 jam
b. UG > 30 minggu
< 14 hari tiap 12 jam
>14 hari tiap 8 jam
Netralisasi toksin
ATS 50.000 – 100.000 IU, setengah dosis IM,
setengahnya IV, dilakukan uji kulit lebih
dahulu.
Bila tersedia dapat diberikan HTIG 3000-
6000 IU IM
Memberikan pelemas otot untuk mengatasi spasme
otot
Diazepam 20-40 mg/kgBB/hari, drip, dilarutkan
dalam larutan dekstrose 5% menggunakan syringe
pump. Obat dibagi menjadi empat sediaan untuk
menghindari efek pengendapan obat diazepam. Hati-
hati terjadi henti napas dalam pemberiannya. Bila
diazepam telah mencapai dosis maksimal tetapi
spasme tetap tidak teratasi dianjurkan pemberian
pelumpuh otot pankuronium 0,05-0,1 mg/kgBB/kali
dang penggunaan ventilator mekanik.
Terapi suportif
1. Pemberian oksigen
2. Pembersihan jalan nafas
3. Keseimbangan cairan, elektrolit dan kalori
4. Imunisasi
5. Diberikan imunisasi Tetanus Toksoid sesuai dengan
jadwal imunisasi diberikan pada saat penderita
pulang.
A. Edukasi Konseling dan Edukasi :
(Hospital Health Promotion) 1. Pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan
dengan menjaga proses persalinan tetap aseptic
termasuk pada saat pemotongan tali pusat.
2. Imunisasi aktif wanita hamil dengan 2 dosis Tetanus
Toksoid 0,5 ml dengan jarak penyuntikan 2 bulan
dapat mencegah terjadinya penyakit tetanus
neonatroum.
B. Prognosis Prognosis
1. Ad Vitam :
dubia
2. Ad :
Functionam dubia
3. Ad :
Sanationam dubia
C. Tingkat Evidens III B
D. Tingkat Rekomendasi
E. Penelaah Kritis SMF Anak
F. Indikator Medis
Page 3 of 4
G. Kepustakaan 1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. 2004. Tetanus dalam Standar
Pelayanan Medis Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
UNUD. Denpasar. (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
Universitas Udayana, 2004)
2. Wibowo, T. Tetanus Neonatorum dalam Buletin
Jendela Data dan Informasi. 2012. Volume 1. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (Wibowo, 2012)
H. Rekam Medik
Page 4 of 4