Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RSU ANTAM MEDIKA
JAKARTA
2017
TETANUS NEONATORUM
No. ICPC-2 : N72 Tetanus
No. ICD -10 : A33 Tetanus Neonatorum
Tingkat Kemampuan : 3B
1. Pengertian (Definisi) Secara global hampir 14% penyebab kematian neonatus
adalah tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum
bertanggung jawab terhadap 50% kematian neonatus yang
disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Tetanus neonatorum dapat dicegah dengan
imunisasi dan atau pelayanan persalinan dan pasca
persalinan yang bersih. Beberapa penelitian komunitas di
awal tahun 1970 dan 1980 di Negara Amerika Latin dan
beberapa Negara berkembang menunjukkan kematian
neonatal antara <5 sampai 60 kasus per 1000 kelahiran
hidup. Di beberapa negara berkembang kematian tetanus
neonatorum merupakan 23-72% dari total kematian
neonatal.
2. Anamnesis Keluhan
 Gejala klinis timbul setelah toksin mencapai susunan
saraf. Masa inkubasi umumnya berkisar antara 3-10
hari. Trismus akibat spasme otot masseter ditemukan
pada lebih dari separuh penderita, diikuti kekauan
otot leher, kesulitan menelan dan mulut mencucu
seperti mulut ikan. Spasme otot punggung dan otot
perut. Spasme dapat terjadi spontan atau terhadap
rangsangan dengan frekuensi yang bervariasi.
Kesadaran masih intak.

Anamnesis, meliputi :
1. Penolong persalinan apakah tenaga
medis/paramedis/non medis/dukun bayi
2. Telah mendapat pelatihan atau belum
3. Alat yang dipakai memotong tali pusat
4. Ramuan apa yang dibubuhkan pada perawatan tali
pusat
5. Status imunisasi TT ibu sebelum dan selama
kehamilan
6. Sejak kapan bayi tidak dapat menetek (incubation
period)
7. Berapa lama selang waktu antara gejala-gejala tidak
dapat menetek dengan gejala spasme pertama (period
of onset)

Faktor Risiko : -

Page 1 of 4
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisis
1. Kesadaran intak
2. Trismus
3. Kekakuan otot leher, punggung, perut
4. Mulut mencucu seperti mulut ikan
5. Kejang
4. Gambar
5. Kriteria Diagnosis Diagnosis Klinis
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis dan penunjang.
6. Diagnosis Kerja Tetanus Neonatorum
7. Diagnosis Banding Diagnosis Banding
 Semua penyebab kejang neonatus seperti Kongenital
( cerebral anomalies ), perinatal (komplikasi
persalinan, trauma perinatal & atau perdarahan
intracranial) dan postnatal (Intervensi & gangguan
metabolik)
8. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang
 Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik
untuk tetanus neonatorum. Diagnosis utamanya
ditegakkan dengan adanya gejala klinis seperti
trismus, disfagia, kekakuan otot (muscular rigidity).
9. Komplikasi Komplikasi
 Fraktur, dislokasi mandibular, hipoksia dan
pneumonia aspirasi, Long bone fractures
10. Terapi Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan :
 Eradikasi kuman
 Tali pusat dibersihkan dengan alcohol 70% atau
providon iodin.
 Antibiotik
1. Penisilin prokain 50.000 IU/kg/kali IM, tiap 12 jam,
atau
2. Ampisilin 50 mg/kg/dosis, atau
a. Usia gestasi (UG) < 37 minggu
b. n< 28 hari tiap 12 jam
c. >28 hari tiap 8 jam
c. UG > 37 minggu
d. < 7 hari tiap 12 jam
e. >7 hari tiap 8 jam
3. Metronidazole loading dose 15mg/kg/dosis,
selanjutnya 7,5mg/kg/dosis, atau Interval Usia < 28
hari tiap 12 jam
Usia > 28 hari tiap 8 jam
4. Pemberian dosis rumatan
a. UG < 37 minggu 24 jam setelah loading dose
b. UG > 37 minggu 12 jam setelah loading dose
5. Eritromisin 15-25 mg/kg/dosis tiap 8 jam
6. Bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan
sefotaksim 50 mg/kg/dosis

Page 2 of 4
a. UG < 30 minggu
 <28 hari tiap 12 jam
 >28 hari tiap 8 jam
b. UG > 30 minggu
 < 14 hari tiap 12 jam
 >14 hari tiap 8 jam
 Netralisasi toksin
 ATS 50.000 – 100.000 IU, setengah dosis IM,
setengahnya IV, dilakukan uji kulit lebih
dahulu.
 Bila tersedia dapat diberikan HTIG 3000-
6000 IU IM
 Memberikan pelemas otot untuk mengatasi spasme
otot
 Diazepam 20-40 mg/kgBB/hari, drip, dilarutkan
dalam larutan dekstrose 5% menggunakan syringe
pump. Obat dibagi menjadi empat sediaan untuk
menghindari efek pengendapan obat diazepam. Hati-
hati terjadi henti napas dalam pemberiannya. Bila
diazepam telah mencapai dosis maksimal tetapi
spasme tetap tidak teratasi dianjurkan pemberian
pelumpuh otot pankuronium 0,05-0,1 mg/kgBB/kali
dang penggunaan ventilator mekanik.

Terapi suportif
1. Pemberian oksigen
2. Pembersihan jalan nafas
3. Keseimbangan cairan, elektrolit dan kalori
4. Imunisasi
5. Diberikan imunisasi Tetanus Toksoid sesuai dengan
jadwal imunisasi diberikan pada saat penderita
pulang.
A. Edukasi Konseling dan Edukasi :
(Hospital Health Promotion) 1. Pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan
dengan menjaga proses persalinan tetap aseptic
termasuk pada saat pemotongan tali pusat.
2. Imunisasi aktif wanita hamil dengan 2 dosis Tetanus
Toksoid 0,5 ml dengan jarak penyuntikan 2 bulan
dapat mencegah terjadinya penyakit tetanus
neonatroum.
B. Prognosis Prognosis
1. Ad Vitam :
dubia
2. Ad :
Functionam dubia
3. Ad :
Sanationam dubia
C. Tingkat Evidens III B
D. Tingkat Rekomendasi
E. Penelaah Kritis SMF Anak
F. Indikator Medis

Page 3 of 4
G. Kepustakaan 1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. 2004. Tetanus dalam Standar
Pelayanan Medis Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
UNUD. Denpasar. (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
Universitas Udayana, 2004)
2. Wibowo, T. Tetanus Neonatorum dalam Buletin
Jendela Data dan Informasi. 2012. Volume 1. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (Wibowo, 2012)
H. Rekam Medik

Page 4 of 4

Anda mungkin juga menyukai