BAB I PENDAHULUAN 2
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. Kesimpulan 21
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi sosial dan budaya yang sangat beragam dalam kehidupan bermasyarakat
memerlukan sentuhan kebijakan dan tindak lanjut untuk mendukung perbaikan
infrastruktur sosial budaya yang dimiliki Jakarta. Infrastruktur sosial ini sangat luas karena
mengangkat aspek kesejahteraan di satu pihak dan partisipasi mereka dalam
pembangunan di lain pihak. Beragamnya masyarakat yang tinggal di Jakarta dapat
dipandang sebagai suatu potensi pembangunan, tetapi dapat juga menjadi peluang bagi
terjadinya peristiwa-peristiwa yang bersifat primodial dan partisan. Primordialisme adalah
sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil,
baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di
dalam lingkungan pertamanya, sedangkan Partisan adalah pengikut partai, golongan, atau
paham tertentu. Kondisi ini dapat menimbulkan ketegangan dalam masyarakat sehingga
mudah emosi dan terprovokasi yang berkembang menjadi perkelahian masal antar warga
masyarakat.
Konflik sosial semacam ini sering terjadi di sejumlah wilayah dengan latar belakang dan
penyebabnya yang kadang-kadang sangat sederhana. Kebebasan dan unjuk kekuatan telah
menjadi model dan instrumen untuk menyampaikan tuntutan, yang bila tidak dikendalikan
secara hati-hati berpotensi untuk menjadi tindakan-tindakan anarkis yang sangat
meresahkan dan mengganggu kehidupan normal masyarakat. Masalah sosial lainnya yang
timbul dari krisis ekonomi adalah sulitnya lapangan kerja sehingga menyebabkan semakin
banyaknya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Sebagian dari mereka
adalah para pengamen, pedagang di lampu lalu lintas, pengemis dan anak jalanan yang
selalu memerlukan perhatian dan pertolongan di satu pihak tetapi juga dibutuhkan
ketegasan dalam penanganannya di lain pihak. Hal ini berpotensi mengganggu ketertiban
umum.
Sementara jumlah anak nakal dan pengguna narkoba juga semakin bertambah, yang
disebabkan antara lain karena kurangnya perhatian dari lingkungan keluarga dan tidak
kondusifnya lingkungan masyarakat sekitar. Tugas penanganan masalah sosial ini tidak
cukup hanya diserahkan pada pemerintah saja, dibutuhkan partisipasi dari masyarakat,
tokoh agama dan para pembina masyarakat di tingkat lokal dalam penanganannya. Selama
ini, agama baru diberikan sebatas ilmu dan pemahaman dan belum tercermin pada sikap
dan perilaku agamis pada kehidupan nyata sehari-hari. Perhatian pemerintah pada
permasalahan olahraga dan pemuda juga dirasakan masih perlu ditingkatkan lagi. Sarana
olahraga untuk masyarakat umum terutama yang ada di Jakarta masih belum memadai.
2
Dengan mengarahkan kegiatan pemuda pada olahraga akan terbentuk sumber daya
pemuda yang sehat, tangguh dan produktif serta menghindarkan penggunaan waktu luang
pemuda pada kegiatan-kegiatan yang bersifat negatif dan merugikan masyarakat.
Sementara itu, upaya untuk meningkatkan peran perempuan baru sebatas isu-isu gender,
dan belum tercermin secara nyata dalam praktek penyelenggaraan negara dan aktivitas
sosial-ekonomi yang sesungguhnya. Persoalan mendasar lainnya adalah masih banyaknya
penduduk miskin, kehidupan keluarga yang belum berkualitas, keluarga berencana yang
belum mandiri, pelayanan masyarakat yang masih rendah seperti pada pelayanan
pemakaman, serta aspek kesejahteraan sosial lainnya. Luasnya cakupan pembangunan
bidang sosial dan budaya di Propinsi DKI Jakarta tidak mungkin hanya ditangani oleh
pemerintah daerah, namun memerlukan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat.
Dalam menangani permasalahan sosial budaya ini harus tetap mengacu pada arah dan
kebijakan yang ada sebagai realisasi GBHN pada tingkat propinsi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.
Tujuan
3
Untuk mengetahui dampak negatif dalam sosial budaya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building)”. Menurut Enda (2010), sosial adalah cara tentang bagaimana
para individu saling berhubungan. Sedangkan menurut Daryanto (1998), sosial merupakan
sesuatu yang menyangkut aspek hidup masyarakat. Namun jika di lihat dari asal katanya,
sosial berasal dari kata ”socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan secara bersama-sama.
Jadi budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi dan merupakan system
pengetahuan yang meliputi system ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia.
Kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup masyarakat yang perwujudannya tampak
pada tingkah laku para anggotanya. kebudayaan tercipta oleh banyak faktor organ biologis
manusia, lingkungan alam, lingkungan sejarah, dan lingkungan psikologisnya. Masyarakat
Budaya membentuk pola budaya sekitar satu atau beberapa fokus budaya. Fokus budaya
dapat berupa nilai misalnya keagamaan, ekonomi, ideologi dan sebagainya.
Bahasa merupakan aspek sosial budaya yang mutlak perlu untuk dikembangkan dan
dilestarikan. Karena peranannya yang sangat penting bagi salah satu alat pemersatu
bangsa, disamping peranannya dalam proses komunikasi dan sekaligus sebagai identitas
bangsa yang bersangkutan. Bahwa dalam masyarakat majemuk bahasa dapat
dikategorikan sebagai bahasa nasional disamping bahasa-bahasa daerah. Bahasa nasional
harus dimasyarakatkan sedemikian rupa sehingga semua warga negara menguasainya dan
5
dapat berkomunikasi dalam bahasa nasional tersebut.berbagai bahasa daerah harus
dipadang sebagai “kekayaan nasional” dan oleh karenanya harus pula dilestarikan. Tidak
sulit untuk menemukan bangsa yang persatuannya kukuh antara lain karena adanya
bahasa nasional. Sebaliknya, tidak sedikit Negara bangsa yang dilanda pertikaian dan
disintegrasi social karena tidak adanya bahasa nasional dank arena upaya yang tidak ada
ujung pangkalnmya dari berbagai suku atau ras dimasyarakat yang ingin agar bahasa
mereka diterima sebagai bahasa nasional.
Dalam era globalisasi seperti sekarang dan dimasa-masa yang akan datang, disamping
penguasaan bahasa nasional yang terus berkembang sebagai “bahasa ibu”, perhatian
perlu juga diberikan kapada penguasaan bahasa asing tertentu, seperti bahsa Inggris,
paling sedikit untuk kelompok-kelompok tertentu dimasyarakat seperti politisi, para
diplomat, birokrat senior, masyarakat dunia usaha, dan para akademisi yang karena
jabatan, kedudukan, fungsi dan aktivitasnya sering berinteraksi dengan orang-orang asing.
Penguasaan paling sedikit bahsa inggris oleh kelompok-kelompok tersebut diatas, mutlak
perlu karena dalam penyelenggaraan tugas mereka pasti sering berinteraksi dengan
orang-orang asing yang menjadi mitra kerjanya. Bahkan ideal sekali apabila para anggota
kelompok tersebut dapat berkomunikasi dalam bahasa-bahasa asing lain, seperti bahasa
prancis, bahasa jepang, bahasa mandarin, dan atau bahsa lainnya yang oleh masyarakat
dunia diakui sebagai bahasa internasional.
Dengan demikian, pada dasarnya bahwa pembangunan dibidang sosial budaya harus
mencakup pengembangan dan pelestarian bahasa.
Bahwa keseluruhan adat istiadat dan tradisi suatu masyarakat merupakan bagian penting
dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Budaya suatu bangsa merupakan persepsi
bersama tentang tata cara berperilaku dalam masyarakat tersebut. Dalam masyarakat
manapun, budaya berfungsi antara lain sebagai berikut:
6
Pemelihara stabilitas nasional. Fungsi pertama tersebut diatas, jelas menunjukkan bahwa
setiap warga masyarakat dituntut untuk melakuakan berbagai penyesuaian sehingga
mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat sebagai keseluruhan.
Dengan demikian, dapat dicegah timbulnya konflik antara seorang anggota masyarakat
dengan anggota masyarakat lain.
Pendorong interaksi positif dan harmonis. Sebagai makhluk sosial, manusia pasti
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Bentuk-bentuk interaksi pun beranekaragam,
tergantung pada manfaat dan kepentingannya, seperti untuk kepentingan politik,
ekonomi, bisnis, seremonial, penyampaian informasi, atau untuk kepentingan nonformal
lainnya. Apapun maksud dan tujuannya, interaksi yng terjadi akan bersifat positif dan
harmonis jika pihak-pihak yang terlibat sama-sama terikat pada tata nilai dan tatakrama
yang sama.
Mekanisme pengendalian perilaku masyarakat. Adat istiadat dan tradisi yang berlaku
dalam suatu masyarakat juga berperan sebagai mekanisme dalam pengendalian perilaku
para anggotanya, baik dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan sendiri maupun
dengan pihak lain. Banyak sekali segi pengendalian tersebut, seperti tata cara upacara
pernikahan, tata cara pemakaman warga yang meninggal, tata cara menghormati orang
yang lebih tua atau yang dituakan, cara memberikan sesuatu, penggunaan berbagai
atribut status sosial, dan lain sebagainya.
Seorang warga masyarakat akan diterima sebagai warga yang terhormat apabila yang
bersangkutan mampu melakukan penyesuaian tersebut. Sebaliknya, melanggar norma-
norma adat istiadat dan tradisi dapat berakibat dikucilkannya seseorang dari lingkungan
masyarakatnya.
Dalam organisasi apapun, termasuk dalam organisasi negara selalu terdapat sekelompok
orang yng memiliki kekuasaan tertentu. Sumber kekuasaan itupun dapat beranekaragam
seperti karena merupakan anggota dinasti yang memerintah suatu kerajaan karena dipilih
untuk memiliki pengetahuan dan informasi yang tidak dimiliki oleh orang lain. Pada
umumnya, orang lain dalam organisasi mengakui kekuasaan orang-orang tertentu karena
yang bersangkutan melakukan sesuatu tindakan yang tidak dapat dilakukan oleh orang-
orang yang tidak memiliki kekuasaan. Hal-hal tertentu tersebut lain ialah mengalokasikan
dana dan daya, memberikan penghargaan, memberikan imbalan, menghukum, dan
mengenakan sanksi disiplin organisasi.
7
kedudukan dan jabatan seseorang, semakin jauh pula “jarakanya” dari orang-orang
dikuasainya. Dalam bentuknya yang ekstrem, persepsi demikian terlihat dalam struktur
organisasi yang piramidal. Dengan perkataan lain, dalam masyarakat diakui adanya
stratifikasi kekuasaan. Tidak mustahil lalu timbul pandangan dari yang berkuasa bahwa
“melahirkan” para despot dan diktator dengan kekuasaan absolut dalam suatu negara.
Pada kutub lain, jarak kekuasaan antara penguasa dengan yang dikuasai pendek. Dengan
perkataan lain, masyarakat menganut paham egalitarianisme. Sering situasi demikian
tercermin dalam kehidupan yang demikratis, baik dibidang politik, ekonomi, maupun
bidang sosial. Sudah tentu antara kedua kutub tersebut terdapat gradasi jarak kekuasaan
dimaksud.
Sebagai unsur sosial budaya, pandangan suatu masyarakat tentang hubungannya dengan
alam perlu pemahaman yang tepat karena mempunyai kaitan dengan gaya hidup. Para
pakar mengatakan terdapat tiga jenis pandangan mengenai hal ini, yaitu manusia
menguasai alam, manusia dikuasai oleh alam, dan manusia harus memelihara hubungan
yang serasi dengan alam.
Jika suatu masyarakat menganut pandangan bahwa manusia menguasai alam, yang sering
terjadi ialah bahwa dengan segala kekayaan yang terkandung didalamnya dieksploitasi dan
dimanfaatkan demi kenikmatan hidup manusia. Masyarakat yang menganut paham
demikian sering dihinggapi oleh “penyakit” materialisme dan hedonisme karena antaralain
menempatkan perolehan dan penguasaan makin banyak kekayaan sebagai ukuran
keberhasilan seseorang. Para warga masyarakat mengatakan “nikmatilah hari ini dan
biarlah hari esok mengurus dirinya sendiri”.
Masyarakat yang menganut pandangan bahwa manusia dikuasai oleh alam pada dasarnya
berpendapat bahwa bumi ini hanyalah suatu mikrokosmos dan merupakan bagian dari
makrokosmos, yaitu semesta alam dengan segala isinya. Dalam masyarakat itu biasanya
meluas filsafat “predeterminisme” yang berangkat dari pandangan adanya kekuatan maha
dahsyat yang menguasai alam semesta. Kaum agamis menyebutkan dengan “Tuhan Yang
Maha Kuasa”, dan manusia harus taat sepenuhnya kepada kekuasaan tersebut.
Pandangan ketiga yaitu, manusia harus memelihara hubungan yang serasi dengan alam,
dapat dikatakan sebagai penggabungan ide pokok yang terdapat pada pandangan pertama
dan kedua yang telah disinggung diatas. Artinya, meskipun manusia boleh memanfaatkan
alam dan berbagai kekayaan yang terkandung didalamnya demi kesejahteraan umat
manusia, akan tetapi jangan hendaknya dalam pemanfaatan tersebut alam dirusak.
Bahkan terdapat pandangan ynag mengatakan bahwa jika manusia tidak mampu
memelihara hubungan yang serasi dengan alam dan merusaknya, misalnya, alam
mempunyai cara sendiri untu “balas dendam”.
8
Pandangan tentang peranan wanita
Pengakuan atas persamaan kaum pria dan wanita dalam kehidupan bermasyarakat
merupakan fenomena sosial yang relatif baru. Di kebanyakan masyarakat, emansipasi
wanita bahkan belum terjadi. Pandangan tradisional yang sangat prevalen menempatkan
kaum wanita pada posisi “warga negara kelas dua” dengan peranan yang sudah jelas, yaitu
“tinggal di rumah, mengurus rumah tangga, melayani suami dan membesarkan anak-
anak”. Di lingkungan masyarakat modern pandangan telah banyak berubah, antara lain
karena sekitar 50% umat manusia terdiri dari wanita, gerakan emansipasi yang dipelopori
oleh kaum wanita sendiri dan karena terbukanya akses bagi kaum wanita untuk menikmati
pendidikan formal sampai ke strata yang paling tinggi sekalipun. Akibatnya, dalam semua
segi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, makin banyak wanita yang
memainkan peranan yang semakin penting dan menduduki semua eselon jabatan
pimpinan hingga yang tertinggi. Dalam dunia politik, misalnya, dunia mengenal wanita
yang menjadi presiden, perdana menteri, duta besar dan para pejabat senior dalam
lingkungan birokrasi pemerintahan. Banyak perusahaan yang sudah memperlakukan
wanita sama dengan kaum pria, termasuk dalam promosi menduduki jabatan manajerial
yang paling senior sekalipun. Perkembangan serupa terlihat dalam organisasi sosial,
organisasi nirlaba, organisasi keagamaan, lembaga-lembaga pendidikan, dan berbagai
profesi. Kiranya tepat bila dikatakan bahwa perkembangan demikian harus disambut
dengan gembira.
Seperti telah diketahui, dalam berbagai masyarakat dikenal dua tipe “keluarga” yaitu
“nucleus family system” dan “extented family system”. Dalam sistem keluarga inti (nucleus
family system) suatu keluarga hanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya termasuk
anak biologis dan anak angkat. Dalam sistem demikian, ikatan kekeluargaan “sangat ketat”
dalam arti bahwa seorang kepala keluarga hanya merasa bertanggungjawab atas
kesejahteraan para anggota keluarga langsungnya saja. Sebaliknya, dalam sistem
“keluarga besar” (extented family system) tanggungjawab seorang pencari nafkah utama
tidak hanya memikirkan kesejahteraaa istri dan anak-anaknya, melainkan juga sanak
saudara dekat lainnya.
Sistem keluarga ini perlu dikenali karena dapat menimbulkan berbagai implikasi negatif
dalam kehidupan bermasyarakat seperti primordialisme, nepotisme, kronisme. Ketiga hal
tersebut menjadi masalah karena orang-orang yang berkuasa cenderung
mengesampingkan kriteria-kriteria objektif dalam memperlakukan orang-orang yang dekat
padanya dan memberikan berbagai kemudahan yang memungkinkan mereka mendapat
perlakuan khusus berbeda dengan para warga masyarakat lainnya yang tidak dekat pada
kekuasaan.
9
Pemahaman yang tepat terhadap berbagai implikasi faktor-faktor diatas penting untuk
menentukan strategi pembangunan bidang sosial budaya dengan tepat. Selain itu,
pemahaman tersebut menjadi penting apabila dikaitkan dengan kategorisasi anggota
warga masyarakat. Pembangunan aspek tersebut karena berorientasi pada masyarakat
maka harus dikategorisasikan dalam tiga kelompok golongan masyarakat yaitu golongan
tradisional, golongan modernis dan golongan ambivalen.
Pembangunan bidang sosial budaya merupakan hal yang tidak mudah karena menyangkut
antara lain filsafat hidup, pandangan hidup, persepsi, cara berpikir, system nilai, dan
orientasi para warga masyarakat. Disini terdapat kategorisasi berbagai golongan
masyarakat, yaitu :
Golongan tradisionalis
Ciri kedua dari golongan tradisonalis menyangkut orientasi waktu, yaitu berorientasi ke
masalalu.
Ciri yang ketiga yaitu, karena tingkat pendidikan yang pada umumnya masih rendah dan
mungkin pula karena pengalaman dimasa penjajahan, kelompok ini sering menampilkan
sikap rendah diri terutama bila berhadapan dengan bangsa lain yang lebih maju, terutama
orang-orang barat.
Ciri keempat golongan tradisionalis ialah adanya stratifikasi sosial diterima sebagai suatu
hal yang wajar.
Golongan modernis
Pada umumnya para anggota masyarakat yang termasuk golongan ini ialah mereka yang
telah memperoleh pendidikan, terutama pendidikan tinggi, baik didalam maupun diluar
negeri. Kedudukan mereka dalam masyarakat biasanya adalah selaku tenaga professional ,
termasuk jabatan manajerial tingkat madya.
Ciri kedua dari golongan ini ialah orientasi waktunya, yaitu masa depan.
10
Kesediaan memainkan peranan selaku pelopor dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Ciri keempat, bahwa kelompok modernis sering diliputi oleh perasaan ketidaksabaran,
bukan hanya dalam menilai situasi dalam masyarakat akan tetapi juga dalam menjalankan
kepeloporannya.
Golongan ambivalen
Bagi kelompok ini tampaknya berlaku “rumus” bahwa suatu perubahan yang dipelopori
oleh pihak lain, seperti kaum modernis misalnya, hanya akan diterima apabila
dipersepsikan bahwa perubahan akan “gemerincing dikantongnya”.
Ciri ketiga ialah, cepatnya mereka berganti “warna” dari “warna” lama yang tidak
menguntungkan menjadi “warna” yang lebih menjamin kenikmatan sekarang.
Keagamaan
Membina dan meningkatkan kerukunan hidup antar umat beragama sehingga tercipta
suasana kehidupan yang harmonis dan saling menghormati dengan menyempurnakan
kualitas pelaksanaan ibadah menurut syariat agamanya masing-masing serta
meningkatakan kemudahan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya
Kesejahteraan Sosial
Menciptakan iklim kehidupan yang layak berdasarkan atas azas kemanusiaan yang adil,
untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik terutama bagi kelompok masyarakat miskin
dan anak terlantar, memantapkan penanganan PMKS, mengoptimalkan peran serta
11
masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosial, serta memberikan pelayanan yang
memadai bagi masyarakat dalam permasalahan pemakaman.
Pemberdayaan Masyarakat
Menciptakan iklim kehidupan masyarakat yang layak dan kondusif melalui pembangunan
ketahanan masyarakat dan penanggulangan degradasi moral masyarakat dalam upaya
meningkatkan partisipasinya di bidang ekonomi dan sosial dari tingkat propinsi sampai
tingkat kelurahan, termasuk memperjuangkan terwujudnya kesejahteraan dan keadilan
jender di berbagai bidang kehidupan.
Menciptakan dan mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam
mengaktualisasikan dan mengorganisasikan dirinya sebagai wahana pendewasaan untuk
melindungi seluruh generasi muda dari bahaya destruktif, terutama penyalahgunaan
narkotika, obat terlarang, dan zat aditif lainnya. Disamping itu juga meningkatkan
pembibitan dan pembinaan olah raga prestasi dan permassalan olah raga secara
sistematis dan komprehensif melalui lembaga-lembaga pendidikan olah raga dan
pembinaan pramuka.
Sebagai pedoman dalam hubungan antara manusia dengan komunitas atau kelompoknya.
Sebagai petunjuk atau tata cara tentang bagaimana manusia harus berperilaku dalam
kehidupan sosialnya.
12
Menimbulkan kerusakan lingkungan dan kelangsungan ekosistem alam
Mengurangi bahkan dapat menghilangkan ikatan batin dan moral yang biasanya dekat
dalam hubungan sosial antar masyarakat.
Pembangunan bidang sosial budaya merupakan hal yang tidak mudah, karena terkait
dengan persoalan filsafat hidup bangsa, pandangan hidup masyarakat, persepsi, cara
berfikir, sistem nilai dan orientasi pada masyarakat. Sasaran dari pembangunan bidang
sosial budaya adalah membangun negara bangsa sehingga menjadi negara
modern tanpa kehilangan jati dirinya. Dalam meyusun strategi pembangunan bidang
sosial budaya, aspek yang perlu menjadi perhatian adalah (1). Bahasa, (2) adat istiadat, (3)
persepsi tetang kekuasaan, (4) hubungan dengan alam, (5) locus of sistem, (6) pandangan
tetnang wanita, dan (7) Sistem keluarga besar.
Strategi yang dapat ditempuh untuk melakukan pembangunan sosial budaya adalah
dengan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Yang dimaksudkan dalam pendidikan
yang seluas-luasnya adalah segala upaya yang dilakukan demi terwujudnya masyarakat
modern yang didambakan. Artinya bahwa proses pendidikan dapat bersifat formal,
informal dan non formal.
Pada dasarnya, bahwa pembangunan sosial budaya ialah mewujudkan masyarakat bangsa
yang modern, setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan tetap mempertahankan
jati diri bangsa yang bersangkutan yang menjadikannya sebagai bangsa yang khas sifatnya.
Telah terlihat pula bahwa pembangunan sosial budaya menyangkut antara lain kesediaan
menerima perubahan dalam berbagai segi kehidupan dan penghidupan, termasuk cara
berpikir, gaya hidup, cara bekerja, dal sebagainya.
13
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa wahana yang paling efektif untuk
menyelenggarakan pembangunan sosial budaya adalah melalui pendidikan dalam arti
yang seluas-luasnya.
Pendidikan formal
Pendidikan formal berlangsung secara berjenjang mulai dari taman kanak-kanak hingga
pendidikan tinggi. Para pakar pendidikan mengatakan bahwa pendidikan formal biasanya
berlangsung disekolah dan sasaran utamanya adalah mengalihkan pengetahuan dari
pendidik kepada anak didik. Tetapi banyak aspek lain yang perlu pula ditanagani melalui
pendidikan formal, seperti aspek moral, aspek etika, hak dan tanggungjawab sebagai
warganegara yang baik, cara berpikir secara rasional, kebneranian mengambil resiko,
ketegasan dalam mengambil keputusan, dan lain sebagainya. Pengetahuan yang diperoleh
melalui pendidikan formal pada akhirnya harus diabdikan demi kepentingan kemajuan
bangsa dan Negara. Olehkarena itu keseluruhan kegiatan pendidikan formal, baik dalam
arti kegiatan kurikuler maupun ekstrakulikuler sesungguhnya harus dikaitkan dengan
kebutuhan nasional akan sumber daya manusia yang memenuhi tuntutan pembangunan
nasional dengan segala bidang, aspek, dan sektornya. Dengan perkataan lain, pendidikan
lebih dari sekedar pengajaran meskipun pengajaran merupakan bagian penting dari
pendidikan. Keberhasilan kegiatan pendidikan memerlukan dukungan perangkat keras dan
perangkat lunak seperti kurikulum yang tepat, proes kegiatan belajar mengajar yang
efektif, sarana dan prasarana yang memadai, termasuk peralatan laboratorium,
penggunaan teknik-teknik mengajar yang memepermudah pengaliahn pengetahuan, dan
yang terpenting adalah tersedianya tenaga yang betul-betul menguasai bidang yang
diajarkannya.
14
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Siapapun akan mengakui bahwa
kemampuan membaca dan menulis akan memperluas cakrawala pandangan seseorang.
Misalnya, disatu pihak ia dapat menggali sendiri informasi yang diperlukannya dan di pihak
lain yang bersangkutan dapat memberikan informasi yang dimilikinya dan diperlukan oleh
orang lain. Manfaat lain ialah dimungkinkannya seseorang menambah pengetahuan dan
keterampilan yang pada gilirannya menambah alat yang dapat digunakan untuk
memperkaya kehidupannya. Yang bersangkutan juga akan makin mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai warga Negara yang bertanggungjawab.
Bicara tentang sosial, erat kaitannya dengan masyarakat dan hubungan antar masyarakat.
Hubungan antar masyarakat yang beragam menciptakan suatu kebiasaan yang disebut
juga budaya. Jadi, sosial budaya membahas tentang fakta-fakta kebiasaan masyarakat
dalam berinteraksi satu dengan yang lain.
Perkembangan sosial yang membudaya di Indonesia berbanding lurus dengan zaman yang
sedang berkembang. Zaman yang berkembang dari tahun ke tahun dan teknologi yang
kian canggih, mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam bersosialisasi.
Terutama pada zaman globalisasi ini. Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-
nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world
culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat
ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat (Lucian W. Pye, 1966) ke berbagai
tempat di dunia ini (id.wikipedia.org).Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan
secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi.
Meningkatnya individualisme.
Di era globalisasi ini, kesempatan individu untuk mengatur dan menentukan yang baik bagi
dirinya sendiri sangat terbuka lebar. Hidup perorangan tanpa memperdulikan lingungan
sekitar, nantinya akan merugikan diri sendiri.
Culture Shock biasanya ditandai dengan perubahan budaya maupun kebiasaan dalam
masyarakat. Norma masyarakat yang sebelumnya menjadi pedoman bagi seseorang
15
bertindak perlahan- lahan berubah menjadi longgar. Misalnya kebiasaan memberikan
salam dan mencium tangan pada orang tua sudah pudar di kalangan generasi muda.
Cultur lag ditandai dengan kebiasaan anggota masyarakat melanggar aturan atau hukum.
Misalnya : Di ruang AC, di bis umum ber-AC walaupun tertulis larangan merokok, ternyata
masih banyak yang merokok.
Pola Kerja
Globalisasi membawa perubahan yang mendalam dalam dunia kerja. Pola perdagangan
internasional yang baru dan cenderung ke arah ekonomi berbasis pengetahuan
mempunyai dampak luar biasa bagi pola kerja. Pekerja tanpa ketrampilan akan digantikan
oleh pekerja yang memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh industri
modern.
Kebudayaan Pop.
Karena globalisasi, image gagasan dan gaya hidup baru menyebar dengan cepat ke seluruh
pelosok dunia. Perdagangan, teknologi informasi baru, dan migrasi global telah memberi
kontribusi besar bagi penyebaran citra, gagasan, dan gaya hidup baru tersebut melintasi
batas- batas negara.
Teknologi yang paling berpengaruh dalam hal bersosialisasi adalah Handphone dan
Internet. Teknologi tersebut memungkinkan kita untuk bersosialisasi dengan individu
lainnya dari jarak jauh. Terutama yang sedang marak sekarang ini adalah layanan jejaring
sosial (social network). Facebook, twitter, Blackberry Mesenger adalah sebagian dari
layanan social network yangmenjadi trend di indonesia.
16
Permasalah sosial lainnya adalah sikap dan respon masyarakat Indonesia di situs jejaring
sosial. Karena dalam jejaring sosial kita berkomunikasi secara tidak langsung, jadi sulit
menerka maksud dan tujuan dari tulisan seseorang dalam jejaring sosial. Sering terjadi
kesalahpahaman yang nantinya akan bercabang dengan masalah yang lain. Celah itu pun
banyak dilakukan untuk modus kejahatan seperti penipuan dll. Itu lah beberapa masalah
sosial yang terjadi di Indonesia karena teknologi komunikasi yang salah dalam
penggunaannya.
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Aspek-aspek utama dalam sosial budaya adalah bahasa, adat istiadat, Persepsi tentang
kekuasaan, Hubungan dengan alam, Pandangan tentang peranan wanita, dan Sistem
keluarga besar.
Arah kebijakan pembangunan sosial dan budaya adalah sebagai berikut keagamaan,
kesejahteraan sosial, pemberdayaan masyarakat, pelestarian budaya dan permuseuman,
olahraga dan kepemudaan.
Peran dalam sosial budaya adalah sebagai pedoman dalam hubungan antara manusia
dengan komunitas atau kelompoknya, sebagai simbol pembeda antara manusia dengan
binatang, sebagai petunjuk atau tata cara tentang bagaimana manusia harus berperilaku
dalam kehidupan sosialnya, dan sebagai modal dan dasar dalam pembangunan kehidupan
manusia.
Dampak negatif dalam sosial budaya adalah menimbulkan kerusakan lingkungan dan
kelangsungan ekosistem alam, mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang kemudian
menjadi penyebab munculnya penyakit-penyakit sosial, termasuknya tingginya tingkat
kriminalitas, dan mengurangi bahkan dapat menghilangkan ikatan batin dan moral yang
biasanya dekat dalam hubungan sosial antar masyarakat.
Strategi yang dapat ditempuh untuk melakukan pembangunan sosial budaya adalah
dengan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Yang dimaksudkan dalam pendidikan
yang seluas-luasnya adalah segala upaya yang dilakukan demi terwujudnya masyarakat
modern yang didambakan. Artinya bahwa proses pendidikan dapat bersifat formal,
informal dan non formal.
18
Permasalahan sosial budaya di Indonesia terdiri dari 2 faktor, yaitu sosialisasi di zaman
globalisasi dan teknologi komunikasi yang mengglobal di Indonesia. Beberapa pengaruh
globalisasi dalam sosial budaya di Indonesia, antara lain meningkatnya individualisme,
cultur shock (perubahan budaya maupun kebiasaan), cultur lag (kebiasaan masyarakat
melanggar hukum), pola kerja, dan kebudayaan pop. Permasalahan yang timbul akibat
teknologi komunikasi yang mengglobal di Indonesia, yaitu penyalahgunaan teknologi
komunikasi (handphone dan internet).
Saran
Sesuai dengan kesimpulan di atas, Penulis berharap supaya makalah ini dapat membantu
memahami tentang pembangunan sosial budaya, dan strategi yang dapat membantu
pembangunan sosial budaya, serta permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan
sosial budaya.
19
DAFTAR PUSTAKA
20