Anda di halaman 1dari 124

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit menurut WHO adalah bagian integral dari suatu organisasi
sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan
bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medic. Berdasarkan undang-undang
No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit yang dimaksudkan dengan rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Rumah Sakit mempunyai visi dan misi yang penting dalam tindakan
strategis rumah sakit dan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan
yang cepat, tepat, murah dan ramah. Rumah Sakit yang ada di Indonesia baik
milik pemerintah maupun swasta, selalu berupaya untuk memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarganya. Baik melalui
penyediaan peralatan pengobatan, tenaga medis yang berkualitas sampai pada
fasilitas pendukung lainnya seperti tempat penginapan, kantin, ruang tunggu,
apotek dan sebagainya. Dengan demikian masyarakat benar-benar memperoleh
pelayanan kesehatan yang cepat.
Layanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-
psikososio-spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu
keluarga dan masyarakat yang baik maupun sehat, mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Layanan professional merupakan praktek keperawatan
yang dilandasi oleh nilai-nilai profesional, yaitu mempunyai otonomi dalam
pekerjaannya, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, pengambilan

1
keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin lain, pemberian pembelaan
dan memfasilitasi kepentingan klien.
Keperawatan sebagai profesi yang merupakan bagian dari masyarakat
akan terus berubah sejalan dengan masyarakat yang berkembang dan
mengalami perubahan. Keperawatan dapat dilihat dari berbagai aspek antara
lain keperawatan sebagai bentuk asuhan keperawatan kepada masyarakat,
keperawatan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta keperawatan
sebagai kelompok masyarakat ilmuan dan kelompok masyarakat professional.
Dengan terjadinya perubahan atau pergeseran dari berbagai faktor yang
mempengaruhi keperawatan, akan berdampak pada perubahan dalam pelayanan
atau asuhan keperawatan , perkembangan iptek keperawatan maupun sebagai
masyarakat professional.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas juga menjadi salah satu tujuan
dari pelayanan kesehatan di RS, untuk itu RS perlu mengembangkan suatu
sistem pelayanan yang didasari pada kualitas pelayanan yang baik (quality),
biaya yang dapat dipertanggung jawabkan (cost) dan diberikan pada waktu
yang tepat serta cepat (time of delivery) (Wasisto; 1999). Dengan
memperhatikan hal tersebut maka proses manajemen yang baik perlu juga
diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah proses untuk melaksanakan kegiatan
melalui orang lain. Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep
manajemen secara umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi
manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengontrolan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang
mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa
meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki,
dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh
individu (Nursalam, 2008).
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan
kesehatan secara keseluruhan. Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan
faktor penentu baik buruknya mutu dan citra RS, oleh karenanya kualitas

2
pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal
mungkin. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
di RS sehingga mutu pelayanan kesehatan juga ditentukan oleh mutu pelayanan
keperawatan.
Ruang perawatan jiwa di RSUD Banyumas salah satunya adalah Ruang
Arjuna. Ruang Arjuna merupakan ruang perawatan jiwa untuk laki-laki dan
wanita kelas VIP, kelas 1 dan kelas 2. Ruang Arjuna memiliki jumlah tenaga
perawat sebanyak 10 orang dan 1 petugas administrasi. Serta alat-alat
kesehatan yang mendukung dalam proses keperawatan seperti trolley,
timbangan dengan ukuran tinggi badan, diagnostic, EKG, sphygmomanometer,
hospital bed, stetoskop, palu reflek, senter, trolley emergency dan restrain.
Upaya peningkatan mutu manajemen keperawatan dapat dilakukan sejak
dini baik melalui pembelajaran akademik secara teori maupun pembelajaran di
lahan praktik. Pembelajaran manajemen keperawatan di lahan praktik
merupakan cara yang efektif untuk mahasiswa karena mahasiswa dapat
mengaplikasikan secara langsung ilmu manajemen keperawatan.Hal tersebut
menjadikan mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKES St.Elisabeth
Semarang tahun 2019/2020 merasa perlu melaksanakan praktek keperawatan
manajemen di Ruang Arjuna RSUD Banyumas. Melalui praktek tersebut
diharapkan mahasiswa mampu mengelola ruang perawatan dengan pendekatan
proses manajemen meliputi pengkajian, penyusunan diagnosa manajemen,
analisa SWOT dan Plain Of Action yang dapat bermanfaat bagi ruangan dan
bagi pendidikan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

3
Dengan dilaksanakannya praktek manajemen keperawatan, diharapkan
mahasiswa mampu mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan
profesional di ruang perawatan umum dengan menggunakan keterampilan
manajemen dan kepemimpinan dalam keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan dengan dilaksanakannya praktek manajemen keperawatan


mahasiswadapat menunjukkan kemampuan :
a. Melaksanakan praktek manajemen dalam keperawatan di ruang
perawatan umum yang meliputi aspek pelayanan dan asuhan serta
bimbingan praktek keperawatan.
b. Mengidentifikasi, menganalisa serta menetapkan masalah dan prioritas
masalah

1.) Merencanakan kegiatan berdasarkan prioritas masalah


2.) Mengorganisasikan kegiatan berdasarkan perencanaan yang telah
ditetapkan
3.) Melakukan pengarahan dalam upaya pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan
4.) Melakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian dalam upaya
pencapaian hasil yang optimal
5.) Memberikan alternatif usulan dan saran sebagai upaya tindak
lanjut untuk perbaikan.

4
c. Melaksanakan kepemimpinan dalam keperawatan di ruang perawatan
umum untuk dapat diselenggarakannya pelayanan dan asuhan serta
bimbingan praktek klinik keperawatan profesional.

1.) Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan


situasi dan kondisi
2.) Memilih dan menerapkan gaya pendekatan dan strategi dalam
mempengaruhi orang lain
3.) Memperkenalkan perubahan yang bermanfaat bagi ruangan
4.) Mengidentifikasi, menganalisa serta menetapkan masalah dan
prioritas masalah.

C. Waktu

Pelaksanaan praktek profesi ners stase manajemen keperawatan dilakukan


selama 3 minggu yaitu mulai tanggal 25 November 2019 sampai dengan 14
Desember 2019, bertempat di Ruang Arjuna Rumah Sakit Umum Daerah
Banyumas.

D. Peserta

Praktek stase manajemen keperawatan mahasiswa program studi profesi ners


STIKES St. Elisabeth Semarang terdiri dari 6 mahasiswa yaitu :

5
Ketua : Ardi Setiawan , S.Kep
Sekretaris : Ruth Eva Oktavia N , S.Kep
Bendahara : Fransisca Dian P, S.Kep
Perlengkapan : Ardhelia Putri H, S.Kep
Intan Sari , S.Kep
Elisabeth Binafeda W , S.Kep

E. Kategori Penilaian

Kategori penilaian berdasarkan Arikunto (2010) yang akan diberikan pada


masing-masing komponen instrumen pengumpulan data 5M, pasien, Instrumen
A, Instrumen B, dan Instrumen C. Kategori penilaian ini digunakan untuk
menentukan nilai atau analisa yang terbagi dalam 5 kategori yaitu sangat baik,
baik, cukup, kurang dan sangat kurang dengan rentang nilai sebagai berikut :

1. Kategori Sangat Baik : 81-100%


2. Kategori Baik : 61-80%
3. Kategori Cukup : 41-60 %
4. Kategori Kurang : 21-40 %
5. Kategori Sangat Kurang : 1-20 %

Adapun kelompok menyepakati masalah yang akan di angkat berdasarkan:

1. Nilai <70%
2. Nilai mutlak 100% meliputi:

6
a. Resiko Jatuh
b. Kebersihan Tangan
c. Pemberian Obat Oral

7
BAB II

KAJIAN TEORI DAN DATA

A. Profil dan Gambaran Umum RSUD Banyumas


1. Profil RSUD Banyumas
RSUD Banyumas didirikan pada tanggal 1 Januari 1924 dan di
resmikan pada tanggal 30 April 1925 oleh pemerintah Belanda yang pada
saat tersebut menguasai wilayah Indonesia. Periode tahun 1924-1935
rumah sakit diberi nama “Burgerziekenhais te Banyumas”, yang
lengkapnya bernama “Juliana Burgerziekenhais” atau lebih dikenal pada
waktu itu sebagai Rumah Sakit Juliana, yang pengelolaannya di bawah
pemerintahan Hindia Belanda. Periode tahun 1935-1945 rumah sakit
tersebut diberi nama rumah sakit Banyumas yang pengelolaannya
dibawah pemerintah Jepang dengan kapasitas TT 110 buah. Nama
tersebut diambil dari nama seorang putra mahkota Ratu Wilhelmina dari
Belanda.
Tahun 1935 kota kabupaten pindah ke Purwokerto, sehingga RS
memperhatikan dan citranya menurun. Setelah berakhir masa penjajahan
Belanda di Indonesia pada tahun 1941, maka rumah sakit ini menjadi
rumah sakit milik pemerintahan pendudukan Jepang dan digantikan
namanya menjadi RSUD Banyumas sampai dengan tahun 1945.
Tahun 1945 sampai dengan 1947 menjadi rumah sakit milik
Pemerintahan Daerah Kabupaten Dati II Banyumas. Kemudian
diserahkan kepada pemerintahan RI pada tahun 1950 dibawah
Departemen Kesehatan (Pemerintahan Pusat).
Tahun 1953 rumah sakit tersebut diserahkan pengelolaannya pada
Pemerintahan Daerah Kabupaten Banyumas. Mulai tahun 19992
diadakan upaya perbaikan mutu pelayanan yang intensif denfan
penerapan Total Quality Management, Gugus Kendali Mutu, Akreditasi
dan tahun 2000 mulai mencoba menerapkan model akreditasi dengan
standar internasional meng-adopt sistem yang dikembangkan oleh
ACHS, Australia yaitu EquIP (Evaluation Quality Improvement
Program) sehingga dapat mencapai berbagai prestasi.

8
Tahun 1993 RSU Banyumas naik kelas dari Rumah Sakit Kelas D
menjadi Kelas C pada tanggal 19 Januari 1993 melalui SK Menkes RI
No./Menkes/SK/I/1993.
Tahun 2000 RSU Banyumas naik kelas dari Rumah Sakit Kelas C
menjadi Kelas B Non Pendidikan pada tanggal 28 Juli 2000 dengan SK
Menkes RI No. 115/Menkes/SK/VII/2000.
Tahun 2001 RSU Banyumas ditetapkan menjadi RS Kelas B
Pendidikan oleh Menkes Kesehatan dengan SK No.
850/Menkes/SK/VIII/2001 tanggal 5 Oktober 2001, pengelolaannya
masih dibawah kendali Pemerintahan Daerah Kabupaten Banyumas dan
menjalin ikatan kerjasama dengan Fakultas Kedokteran UGM sehingga
menjadi salah satu dari tiga Rumah Sakit Pendidikan Utama FK UGM,
selain RSUP dr. Sardjito Yogyakarta dan RSU Soeradji Tirtonegoro
Klaten. Tahun 2008 RSUD Banyumas ditetapkan sebagai Badan Layanan
Umum Daerah.
RSUD Banyumas mempunyai Visi, Misi, Motto dan Filosofi sebagai
berikut :
b. Visi
Menjadi Rumah Sakit Pendidikan yang bermutu tinggi, seimbang dan
komprehensif
c. Misi
Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan riset bidang kesehatan
yang bermutu tinggi, manusiawi dan terjangkau bagi masyarakat.
1.) Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan riset bidang
kesehatan yang seimbang, komprehensif dan terintegrasi,
2.) Mengembangkan profesionalisme Sumber Daya Manusia.
3.) Meningkatkan kesejahteraan pihak-pihak yang terkait
d. Filosofi
Keselamatan, Kesembuhan dan Kepuasan Pelanggan adalah
Kebahagiaan Kami
e. Motto
Rumah Sakit Umum Banyumas memberikan Pelayanan Terbaik yang
“CEMERLANG” (Cepat, Efektif, Mudah, Efisien, Ramah, Lancar,
Aman, Nyaman, Gairah).

9
2. Budaya
Tri Sukses Budaya kerja RSUD Banyumas
a. Peningkatan mutu 5M yakni :
1.) Mutu
Petugas yang mampu memberikan pelayaan sesuai standar
pelayanan dan menimbulkan kepuasan pelayanan
2.) Mudah
Petugas yang memberikan pelayanan yang mudah akan
menyenangkan hati pelanggan. Bila dapat mempermudah kenapa
dipersulit, mudahkanlah urusan orang lain, gembirakanlah prang
lain, jangan ditakut-takuti.
3.) Murah
Seluruh aspek pelayanan yang diberikan dapat terjangkau oleh
masyarakat termasuk oleh masyarakat tidak mampu dengan
kualitas pelayanan yang sama.
4.) Mantep
Petugas yang bersikap profesional dalam memberikan pelayanan
5.) Marem
Petugas yang memberikan kepuasan kepada semua pihak. Puas
bagi pelanggan, puas bagi karyawan dan puas bagi pemilik RS
Kepuasan akan mendatangkan manfaat jangka panjang
f. Sukses peningkatan disiplin 5R yakni :
1.) Rapi
Petugas yang rapi dalam berpakaian, rapi dalam barisan akan
menyenangkan pelanggan yang memandang
2.) Rajin
Perilaku petugas yang didukung oleh semangat untuk selalu
melakukan aktifitas yang efisien guna meningkatkan dari yang
berkaitan dengan masalah
3.) Resik
Menjaga kebersihan dan kewajiban prtugas karena kebersihan
pangkal kesehatan, kebersihan adalah sebagian dari iman

10
4.) Ramah
Sikap yang ditunjukkan petugas dalam memberikan pelayanan,
tanpa membedakan status sosial, asal, suku dan agama diawali
denga 5S: senyum, salam, sapa, sentuhan dan sopan/santun
5.) Rukun
Petugas yang memiliki kemampuan bekerja sama tim dalam
mewujudkan pelayanan yang terbaik. Rukun diwujudkan dalam
upaya saling mengenal satu sama lain, saling membantu, saling
memahami, saling menghargai dan saling mengingatkan
g. Sukses peningkatan efisiensi (CUBIT) yakni :
1.) Cukup
Petugas yang dalam melaksanakan tugas pengadaan dilakukan
sesuai kebutuhan yang efisien
2.) Urgen
Petugas yang mampu mendahulukan yang terpenting antara yang
penting. Pengadaan alat sesuai skala prioritas.
3.) Baik
Petugas yang dalam melakukan pengadaan untuk pelayanan
kepada pelanggan mengutamakan yang baik dan bisa digunakan.
Kualitas alat baik dan harga terjangkau
4.) Irit
Petugas yang tidak melakukan pemborosan (efisien dan efektif)
5.) Terawat
Setiap sarana dan prasarana selalu dalam kondisi siap pakai dan
alat dapat dipakai dalam waktu yang lama, dirawat seperti
merawat diri sendiri

6. Keyakinan Dasar
a. Mutu adalah unsur utama dalam melayani pelanggan
b. Prosedur pelayanan yang mudah dan menyenangkan pelanggan
c. Sikap ramah dan profesional membantu mencapai kesembuhn dan
kepuasan
d. Pengetahuan sikap dan ketrampilan sangat mempengaruhi mutu
pelayanan

11
e. Bekerja adalah ibadah, oleh karena itu keiklhasan disertai semangat
kerja yang tinggi dan bergairah sangat diperlukan untuk mendapatkan
kebahagian hidup dunia dan akhirat
f. Salah satu tolok ukur keberhasilan RSU Banyumas adalah
pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat
g. Kritik dan saran dari masyarakat membuat kami sadar akan
kekurangan yang ada sehingga kami senantiasa memperbaikinya.

7. Nilai – Nilai Dasar RSUD Banyumas


a. Kejujuran
Kemampuan orang untuk mengatakan suatu kenyataan sebagaimana
adanya.
b. Keterbukaan
Kemampuan karyawan menghadapi perubahan baik internal maupun
eksternal.
c. Kerendahan hati
Kemampuan orang untuk menerima kehadiran dan pendapat orang
lain serta mampu membangun kerjasama dalam mencapai tujuan
bersama.
d. Ketersediaan melayani
Memberikan pelayanan dengan ringan hati kepada seluruh pelanggan
sehingga pelanggganmerasa dipedulikan oleh RSUD Banyumas.
e. Kerja keras
Unsur penting dalam mewujudkan peningkataan kualitas secara terus
menerus agar RSUD Banyumas tetap dicintai oleh pelanggannya.
f. Kasih sayang
Sikap welas asih yang diwujudkan dalam pelayanan sehari-hari baik
terhadap pelanggan maupun teman sekerja kita.
g. Loyalitas
Kemampuan karyawan mewujudkan apa yang telah diucapkan atau
dijanjikan dalam bentuk tindakan nyata.

8. Cara Pandang Pasien Menurut RSUD Banyumas


a. Pasien adalah orang yang paling penting dalam urusan kita

12
b. Mereka bukannya pengganggu pekerjaan kita, tetapi mereka adalah
tujuan pekerjaan kita
c. Kita bukannya bermuarah hati dengan melayani mereka, merekalah
yang bermurah hati dengan memberikan kesempatan untuk
melayani mereka.
d. Mereka bukan orang luar dalam urusan kita dalam urusan kita tetapi
mereka adalah urusan kita
e. Mereka bukanlah barang, tetapi mereka adalah daging dan darah,
makhluk manusia dengan rasa dan perasaan yang bisa menyukai dan
tidak menyukai.
f. Pasien adalah orang yang menyampaikan keluhannya kepada kita
adalah tugas kita menangani keluhan itu dengan cara yang
menyenangkan dan penuh kesediaan untuk membantu

9. Denah RSUD Banyumas

B. Profil dan Gambaran Umum Ruang Arjuna


1. Profil Ruang Arjuna
Ruang Arjuna merupakan salah satu ruang rawat inap jiwa di
RSUD Banyumas dioperasikan sekitar bulan Januari 2013. Ruang Arjuna
sendiri adalah ruang perawatan pasien kelas VIP, kelas 1 dan GMO
dimana dalam ruangan GMO tidak yang hanya merawat pasien yang
memiliki gangguan jiwa akan tetapi pasien yang memiliki gangguan
penyakit lainnya yang memerlukan tindakan keperawatan. Ruang Arjuna
dipimpin oleh 1 kepala ruangan (KARU) yang dibantu oleh 1 ketua tim
(KATIM), 8 perawat pelaksana (AN) dan 1 petugas administrasi. Bentuk

13
pelayanan keperawatan yang diterapkan di Ruang Arjuna adalah Sistem
Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP).
Ruang Arjuna memiliki 12 kamar yang terdiri dari 2 tempat tidur
VIP, 8 tempat tidur kelas I, 4 tempat tidur kelas II/GMO putri dan 4
tempat tidur kelas II GMO putra. Dimana masing-masing kamar
memiliki fasilitas yang berbeda-beda seperti berikut:
No Kelas Fasilitas Jumlah Jumlah Tempat tidur
1 VIP - AC 2 2 TT
- Lemari 2
- Kamar mandi 2
- Kulkas 2
- Sofa hijau 2
-Bed side cabinet 2
stainlees
2 Kelas 1 - AC 8 8 TT
- Lemari 8
- Kamar mandi 8
- Sofa hijau 8
-Bedside cabinet 8
stainlees
3 GMO - Kipas angin 2 8 TT
perempuan - Lemari
- Kamar mandi 1
Bedside cabinet 1
stainlees 4
4 GMO - Kipas angin 1 8 TT
Laki-laki - Lemari 1
- Kamar mandi 1
- Bedside cabinet 4
stainlees

Ruang GMO digunakan untuk menangani pasien jiwa yang juga


mengalami gangguan kesehatan secara fisik. Dalam ruang Arjuna juga
terdapat 1 kantor perawat, 1 Rest Room, 1 dapur (pantry), gudang, 1
ruang tempat obat/tindakan, 1 ruang tunggu, dan 1 tempat untuk
mengkaji pasien, dan 1 tempat linen.

14
2. Visi dan Misi Ruang Arjuna
a. Visi
Memberikan pelayanan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga,
masyarakat dan profesionel
b. Misi
Menjadi instalasi kesehatan jiwa yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan jiwa secara terpadu dan komprehensif pada tahun 2021
c. Struktur Organisasi Ruang Arjuna

DIREKTUR
dr Dani Esti Novia

WAKIL DIREKTUR PELAYANAN

dr Rudy Kristianto, SpB

KABID

KEPALA INSTALASI Yankeswa


INSTALASI - dr. Hilma Paramitha, Sp.KJ
INSTALASI

KEPALA RUANG

Agustina Ernawati,S.Kep,Ns ADMINISTRASI

Aan Rahayu

KETUA TIM 1

Widi Trisianti,A.md,Kep

ANGGOTA TIM ANGGOTA TIM


1. Fazriyatun N,AMK 1. Sugiato, AMK
2. Riski Pradita, AMK 2. Wiwit Gunadi, AMK
3. Yayan Adip, AMK 3. Seti Ari P,AMK
4. Sani R, AMK 4. Karsum AMK

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Ruang Arjuna


Keterangan:
Garis komando :

15
Garis koordinasi :

16
3. Denah Ruang Arjuna

R.T
L

GMO (L)

NS R.R P G

R GMO(P)
O WC
U
T
M B T

17
Gambar 2.2
Denah Ruang Arjuna
Keterangan

NS : Nurse Station 1 : VIP dan Kelas 1


RO : Ruang Obat G : Gudang
RR : Rest Room L : Linen
P : Pantry RT : Ruang Tunggu
GMO : Gangguan Mental Organik TM : Tempat mengkaji PB (keluarga)

: Toilet : Tempat Duduk

: Tempat Tidur : lemari linen

: Wastafel
: Sofa
: Tipas Angin
: AC
: Bedside Cabinet Stainlees
: Kulkas

Ruang Arjuna terletak di lantai dasar gedung pelayanan kesehatan


jiwa area belakang rawat inap, dimana ruang Arjuna adalah sebagai akses
keluar masuk pengunjung bahkan staf karyawan setempat jalan tersebut
sebagai penghubung ke Ruangan Bima yang berada di sebelah utara
Ruang Arjuna, Ruang Nakula yang berada di sebelah timur Ruang Arjuna,
sebelah selatan adalah ruang VCT dan terdapat 1 ruang yang berhubungan
dengan ruangan Arjuna yang sebagai akses jalan keluar masuk ruangan
yang berada di lantai 2 yaitu Kantor Manajemen dan Diklat.

Analisa :

a. Ruang Perawat
Terdapat 2 buah komputer, 1 televisi, 1 telefon ruangan, 3 lemari berisi
berbagai macam blangko yang dibutuhkan perawat, buku-buku rekam
medis tersimpan cukup rapi dilemari besi. 1 Wastafel, 1 papan tulis, 1
kipas angin. Di dalam ruang perawat terdapat ruang kecil untuk ruang
obat.

18
b. Ruang obat
Terdapat 2 meja besar, yang fungsinya menaruh alat-alat medis dan
perlengkapan medis, meja 1 nya untuk obat-obatan pasien, terdapat 1
lemari es untuk menyimpan obat-obat pasien, dan beberapa kursi. Terdapat
AC dan pencahayaan cukup. Penempatan dokumen dan barang cukup rapi.
c. Ruang Pasien
Terdapat 1 bed di setiap 10 ruang VIP sedangkan 4 bed di ruang GMO.
Sirkulasi di setiap ruang cukup baik terdapat ventilasi udara di atas tembok
yang berupa jeruji besi yang berwarna hijau. Dan untuk privasi pasie sudah
baik di kelas VIP telah di pasang penutup disetiap pintu masuk jeruji
ruangan pasien. Dan untuk kelas GMO terdapat korden disetiap skat-skat
kasur yang ada. Akan tetapi hal ini dapat membahayakan pasien yang
mengalami gangguan jiwa. Untuk Lingkungan ruangan pasien bersih,
fasilitas yang telah didapatkan untuk VIP adalah terdapat 1 kamar mandi, 1
lemari dan 1 AC, dan untuk ruangan GMO terdapat 1 kamar mandi dan 1
lemari dengan fasilitas baik.
d. Ruang linen
Di ruang linen bersih, sudah rapi dan telah di atur sesuai keterangan
penempatan linen, sprei, selimut, sarung bantal, sehingga tidak ada yang
bercampur. Setelah laundry bersih datang, barang segera ditata rapi di
dalam lemari untuk penepatan first out dan first in sudah sesuai dengan
penempatan yang ada didalam lemari linen setelah laundry.
Di ruang laundry kotor, linen tampak tidak berserakan sudah terbungkus
plastik bening untuk untuk linen yang kotor dan kuning untuk linen yang
terkena cairan tubuh..
Dapur tampak rapi dan bersih. Terdapat etalase untuk menympan alat-alat
makan yang tertata rapi dan lengkap.
e. Ruang Tindakan
Terdapat lemari penyimpanan alat- alat medis yang memiliki penutup atau
pintu penutup, serta sekat untuk pemisah alat. Dalam hal ini
mengakibatkan penempatan alat rapi, dan lemari atau etalase tersebut
tidak kotor, namun untuk troli masih bagus dan terawat. Terdapat 1 AC di
ruangan tersebut sebagai pengatur sirkulasi udara di sana.

19
C. Input
1. Man
a. Kuantitas Tenaga Perawat
Kajian Teori
Perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan kesehatan
secara profesional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan
biologis, psikologis, sosial, spritual yang ditunjukkan pada inidividu,
keluarga, dan masyarakat.
Keberhasilan suatu organisasi rumah sakit sangat tergantung pada
kemampuan manajemen dalam menyerasikan unsur-unsur karyawan
atau tenaga perawat dengan sistem, struktur organisasi, teknologi,
tugas, budaya kerja dan lingkungannya. Hal ini telah disadari bahwa
SDM seringkali menjadi penyebab kegagalan suatu organisasi. Oleh
karena itu penetapan SDM di Rumah Sakit dalam hal ini tenaga
perawat perlu diperhatikan. Penetapan jumlah tenaga keperawatan
adalah, proses membuat perencanaan untuk menentukan berapa
banyak dan dengan kriteria tenaga yang seperti apa pada suatu
ruangan tiap shiftnya. Untuk keperluan itu, beberapa ahli telah,
mengembangkan beberapa formula. Formula tersebut juga dapat
digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga yang
ada saat ini cukup, kurang atau berlebih.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan salah satu
perencanaan dalam hal menentukan berapa banyak tenaga yang
dibutuhkan dalam suatu ruangan dan kriteria tenaga yang dipakai
untuk suatu ruangan tiap shiftnya. Di bawah ini beberapa formula
yang dikeluarkan oleh para ahli dalam hal penentuan apakah tenaga
yang kurang, cukup, atau berlebihan, yaitu :
1.) Pengelompokan Unit Kerja Rumah Sakit
Kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan unit kerja
yang ada di rumah sakit. Secara garis besar terdapat
pengelompokan unit kerja di rumah sakit sebagai berikut:
a.) Rawat inap dewasa
b.) Rawat inap atau perinatal
c.) Rawat inap intensif (ICU dan HCU)

20
d.) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
e.) Kamar bersalin
f.) Kamar operasi
g.) Rawat jalan
2.) Model Pendekatan dalam Perhitungan Kebutuhan Tenaga
Perawat. Beberapa model pendekatan pendapat yang dapat
dilakukan dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
adalah :
a.) Depkes RI (2002)
i. Jumlah Perawat Yang Tersedia

Jumlah perawat yang tersedia = Jumlah jam perawatan per hari


jam kerja efektif

ii. Lossday

Jml Hari Minggu /tahun + cuti + hari besar x Jml Perawat


Jml hari kerja efektif

iii. Non Nursing Job

(Jumlah tenaga keperawatan + Loss Day) x25%

iv. Faktor Koreksi

Loss day + non nursing job

v. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga perawat + faktor koreksi

Berdasarkan klasifikasi pasien menurut rata – rata jam


perawatan :
i. Bedah 4 jam/ hari/ klien
ii. Penyakit dalam 3,5 jam/ hari/ klien
iii. Gawat/HCU/ICU 10 jam/ hari/ klien
iv. Kebidanan 2,5 jam/ hari/ klien
Berdasarkan tingkat ketergantungan rata – rata jumlah jam
perawatan menurut Depkes RI (2002):

21
i. Askep minimal 2 jam : Kebersihan diri, mandi, ganti
pakaian dilakukan sendiri. Makan dan minum
dilakukan sendiri. Ambulasi dengan pengawasan.
Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
ii. Askep sedang 3,08 jam : Kebersihan diri dibantu,
makan minum dibantu. Observasi tanda-tanda vital
setiap 4 jam. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari
sekali. 
iii. Askep agak berat 4,15 jam : Sebagian besar aktifitas
dibantu. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam
sekali. Terpasang folley cateter, intake output dicatat.
Terpasang infuse. Pengobatan lebih dari sekali.
Persiapan pengobatan perlu prosedur.
iv. Askep maksimal 6,16 jam : Segala aktifitas diberikan
perawat. Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap
2 jam. Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.
Penggunaan suction. Gelisah/disorientasi
b.) Berdasarkan rumus Douglas
Douglas (1999) menetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam 1 unit perawatan berdasarkan klasifikasi
klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai
standar/ shiftnya, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1
Standar Perhitungan Tenaga Perawat Menurut Douglas

Tingkat Kebutuhan tenaga perawat


ketergantungan Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Partial 0,27 0,15 0,10
Total 0,36 0,30 0,20
Sumber : Nursalam, 2011
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien terhadap
keperawatan menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
i. Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam
atau 24 jam, dengan kriteria : Kebersihan diri, mandi,
ganti pakaian dilakukan sendiri, Makan dan minum

22
dilakukan sendiri, Ambulasi dengan pengawasan,
Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift,
Pengobatan minimal, status psikologi stabil, Persiapan
pengobatan memerlukan prosedur
ii. Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam
atau 24 jam dengan kriteria : Kebersihan diri dibantu,
makan minum dibantu, Observasi tanda-tanda vital tiap
4 jam, Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali,
Folley catheter/intake output dicatat, Klien dengan
pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur
iii. Perawatan maksimal atau atau total memerlukan waktu
5 – 6 jam/24 jam dengan kriteria : Segalanya
diberikan / dibantu, Posisi diatur, observasitanda-tanda
vital tiap 2 jam, Makan memerlukan NGT,
menggunakan terapi intravena, Pemakaian suction,
Gelisah / disorientasi

c.) Menurut Gillies (1982)


Menurut Gillies, metode ini melihat bentuk pelayanan
i. Perawatan langsung
Minetti Hutchinson (1994): 4 jam/hari
Self care ¼ x 4 jam = 2 jam
Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri,
Makan minum sendiri, Ambulasi dgn pengawasan ,
Observasi TTV setiap shift, Pengobatan min, status
psikologis stabil
Partial care ¾ x 4 = 3 jam
Kebersihan diri, makan, minum dibantu , Observasi TTV
tiap 4 jam, Ambulasi dibantu, Intake output cairan dicatat
, Klien dgn pasang infus dan pengobatan parsial Total
care 1 – 1 ½ x 4 jam = 4 – 6 jam
Segalanya diberi bantuan, Posisi diatur, observasi tiap 2
jam, Makan per NGT, terapi intravena Pemakaian
suction, Gelisah, disorientasi

23
Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
ii. Perawatan tidak langsung 60 menit/klien
Pendidikan kesehatan = 15 menit/hari/klien
Untuk ketenagaan sebagai antisipasi terdapat koreksi
untuk cadangan 20 %

Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat


dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut :
Tenaga perawat =
Jumlah jam perawat yang dibutuhkan / tahun
Jumlah jam kerja/ tahun x jam kerja perawat/ hari

d.) Menurut PPNI


Formula ini tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh
Gillies, hanya saja satuan hari diubah menjadi minggu.
Selanjutnya jumlah hari kerja efektif juga dihitung dalam
minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah jam kerja per hari
selama 40 jam per minggu. PPNI hanya berusaha
menyesuaikan lama hari kerja dan libur yang berlaku di
Indonesia.

Keterangan :
TP : Tenaga Perawat
A : Jam perawatan/24 jam
BOR : Bed Occupancy Rate
TT : Tempat Tidur

Kajian data
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan Unit Jiwa di
dapatkan jumlah staf di Ruang Arjuna saat ini adalah 11 orang.
Dengan perincian 1 orang Kepala Ruang, 1 orang ketua Tim, 8
perawat pelaksana.Dari 10 orang tenaga perawat yang ada, dilakukan
1 Tim yang sudah ditentukan oleh Kepala Ruang.

24
Perawat di Ruang Unit Jiwa dibagi menjadi 3 shift jaga yaitu :
Shift pagi :3
Shift siang :2
Shift malam :2
Libur lepas malam: 1
Libur biasa :1
Cuti :1
Tenaga dipinjam: 0
Jumlah perawat yang bertugas dalam shift pagi secara menetap adalah
Kepala Ruang, Ketua Tim serta perawat lain sesuai jadwal shift.
Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat Ruang
Arjuna :
1. Menurut DepKes RI
Perhitungan jumlah jam perawatan perhari Tahun 2019, yang
dikaji pada tanggal 25-26 November 2019 di Ruang Arjuna
RSUD Banyumas dari jumlah pasien 6 orang.
Klasifikasi pasien hari ke 1 :

KLASIFIKASI JUMLAH PERHITUNGAN


PASIEN
Asuhan keperawatan 5 5 X 2 JAM = 10 JAM
minimal
Asuhan keperawatan 2 2X3,08 JAM=6,16
sedang JAM
Asuhan keperawatan - -
agak berat
Asuhan keperawatan - -
maksimal
TOTAL 7 16,16 JAM

Klasifikasi pasien hari ke 2 :

KLASIFIKASI JUMLAH PERHITUNGAN


PASIEN
Asuhan keperawatan 4 4 X 2 JAM = 8 JAM
minimal
Asuhan keperawatan 2 2X3,08 JAM=6,16
sedang JAM
Asuhan keperawatan agak - -
berat
Asuhan keperawatan - -
maksimal

25
TOTAL 6 14,16 JAM

Klasifikasi pasien hari ke 3 :

KLASIFIKASI JUMLAH PERHITUNGAN


PASIEN
Asuhan keperawatan 4 4 X 2 JAM = 8 JAM
minimal
Asuhan keperawatan 2 2X3,08 JAM=6,16
sedang JAM
Asuhan keperawatan agak - -
berat
Asuhan keperawatan - -
maksimal
TOTAL 6 14,16 JAM

Tabel 2.3
Jumlah Jam Perawatan per/hari
Menurut Depkes Di Ruang Arjuna
RSUD Banyumas

Hari 1 Hari 2 Hari 3


Asuhan 7 pasien X 3,5 6 pasien X 3,5 6 pasien X 3,5
keperawatan jam = 24,5jam jam = 21 jam jam = 21 jam
penyakit jiwa dan
GMO
Total 24,5 jam 21 jam 21 jam

Jumlah Perawat yang Tersedia Menurut Depkes


Di Ruang Arjuna RSUD Banyumas

Hari 1 Hari 2 Hari 3

Jumlah 24,5/7 = 3,5perawat 21/7 = 3 perawat 21/7 = 3 perawat


perawat yang
tersedia

Lossday (52 + 12 + 20) x 3,5 (52 + 12 + 20) x 3 (52 + 12 + 20) x 3


/281 = 1,04 hari /281 = 0,89 hari /281 = 0,89 hari

Non nursing (3,5+1,04) x 25 %= (3+0,89) x 25 %= (3+0,89) x 25 %=


Job 1,13 orang 0,97 orang 0,97 orang

26
Faktor 1,04 + 1,13= 2,17 0,89+ 0,97= 1,86 0,89+ 0,97= 1,86
Koreksi orang orang orang

Jumlah tenaga 3,5+1,04+1,13+2,17 3+0,89+0,97+1,86 3+0,89+0,97+1,86


Kerja = 7,84 = 6,72 = 6,72

Total 7,84 + 6,72 + 6,72


= 21,28

Rata- rata = 21,28/3


= 7,093 perawat
= 7 perawat

Analisa
Berdasarkan kajian data menggunakan penghitungan DepKes RI
di ruang Arjuna membutuhkan 7 orang perawat. Pada saat ini di
ruang Arjuna terdapat 10 orang perawat sudah termasuk 1
kepala ruangan dan 1 katim dan pada shift sehari pagi (2
perawat), siang (2 perawat), malam (2 perawat) dan 2 cuti.
Dalam sehari ruang Arjuna dengan 10 perawat sehingga jika
menurut Depkes, tenaga perawat diruang Arjuna kelebihan 3
tenaga perawat. Berdasarkan observasi yang dilakukan di
ruangan, yang lebih banyak membantu ADL pasien adalah
keluarga pasien, perawat hanya melakukan tindakan medis dan
dokumentasi Askep.

2. Menurut Douglas
Tabel 2
Perhitungan Kebutuhan Perawat Menurut Douglas
Berdasarkan data pasien tanggal 26 November 2019

Tingkat Jumlah Kebutuhan tenaga perawat


ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal care 5 0,17 x 5= 0.85 0,14x5=0.7 0,07x5=0.35
Partial care 2 0,27 x 2= 0.54 0,15x2=0.3 0,10x2=0.2
Total care 0 0,36x0=0 0,30x0=0 0,20x0=0
Jumlah 7 1,39 1 0,55
Hasil 1 1 1

Tabel

27
Tabel 3
Perhitungan Kebutuhan Perawat Menurut Douglas
Berdasarkan data pasien tanggal 27 November 2019

Tingkat Jumlah Kebutuhan tenaga perawat


ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal care 4 0,17 x 4= 0.68 0,14x4=0.56 0,07x4=0.28
Partial care 2 0,27 x 2= 0.54 0,15x2=0.3 0,10x2=0.2
Total care 0 0,36x0=0 0,30x0=0 0,20x0=0
Jumlah 6 1,22 0,86 0,48
Hasil 1 1 1

Tabel
Tabel 4
Perhitungan Kebutuhan Perawat Menurut Douglas
Berdasarkan data pasien tanggal 28 November 2019

Tingkat Jumlah Kebutuhan tenaga perawat


ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal care 4 0,17 x 4= 0.68 0,14x4=0.56 0,07x4=0.28
Partial care 2 0,27 x 2= 0.54 0,15x2=0.3 0,10x2=0.2
Total care 0 0,36x0=0 0,30x0=0 0,20x0=0
Jumlah 6 1,22 0,86 0,48
Hasil 1 1 1

Juml

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 3 orang


ditambah 1 karu dan 1 katim, jadi totalnya 5 orang. Jadi tenaga
perawat yang dibutuhkan dalam sehari sebanyak 5 orang,
perawat libur/cuti adalah 1/3 x 5 adalah 1,6 (2 orang).

Analisa:
Berdasarkan kajian data menggunakan formula Douglas bahwa
Ruang Arjuna membutuhkan jumlah ketenagaan 7 orang sudah
termasuk satu karu dan satu katim, yang terbagi dari 3 orang (1
perawat, 1 karu, 1 katim) di pagi hari, 1 di siang hari dan 1 di
malam hari dan 2 perawat libur.

28
3. Menurut Gilies (1982)

Keterangan :
A = rata-rata jumlah jam perawatan/klien/hari
B = rata-rata jumlah klien per hari (BOR x jumlah TT)
C = jumlah hari per tahun
D = hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan pertahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan unit tersebut

Untuk Ruang Arjuna dengan jumlah tempat tidur : 18, BOR


Bulan Agustus-Oktober 2019 sebesar 40,39%
Maka Tenaga Perawat yang dibutuhkan adalah :
a. Rata-rata jumlah jam perawatan/klien/hari
Hari ke 1
Self care :5
Partial care : 2
Total care : -
Self care : (5x1 jam) + (5x1 jam) + (5x0,25 jam) = 11,25
Partial care : (2x3 jam) + (2x1 jam) + (2x0,25 jam) = 8,5
Total care : (0x6 jam) + (0x1 jam) + (0x0,25) = 0 jam
Total jam asuhan = 11,25 + 8,5 + 0 = 19,75 jam

Hari ke 2
Self care :4
Partial care : 2
Total care : -
Self care : (4x1 jam) + (4x1 jam) + (4x0,25 jam) = 9

29
Partial care : (2x3 jam) + (2x1 jam) + (2x0,25 jam) = 8,5
Total care : (0x6 jam) + (0x1 jam) + (0x0,25 jam) = 0
Total jam asuhan = 9 + 8,5 + 0 = 17,5 jam

Hari ke 3
Self care :4
Partial care : 2
Total care : -
Self care : (4x1 jam) + (4x1 jam) + (4x0,25 jam) = 9
Partial care : (2x3 jam) + (2x1 jam) + (2x0,25 jam) = 8,5
Total care : (0x6 jam) + (0x1 jam) + (0x0,25 jam) = 0
Total jam asuhan = 9 + 8,5 + 0 = 17,5 jam
Rata-rata jumlah jam perawatan klien/hari :
(19,75jam+17,5jam+17,5jam)/3= 18,25 jam = 18 jam
Rata – rata jumlah jam perawatan/klien/hari : Jumlah jam /
jumlah klien = 17,5 jam / 6 pasien= 2,91 jam = 3 jam

b. Rata-rata jumlah klien per hari


BOR x jumlah TT = 40,39% x 18 = 7,2702 = 7 pasien
c. Jumlah hari per tahun
365 hari
d. Hari libur masing-masing perawat
Jumlah minggu per tahun + cuti + hari besar = 52+12+17 =
81 hari
e. Jumlah jam kerja masing-masing perawat
7 jam
f. Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
AxBxC = 6x7x365 = 15.330 jam
g. Jumlah jam perawatan yang diberikan per tahun
(C-D)E = (365-81)7 = 1.988 jam
h. Jumlah perawat yang dibutuhkan unit tersebut

6x7x365 = 15.330 = 7,71 = 8 perawat


(365-81)7 1.988

30
Untuk ketenagaan sebagai antisipasi, koreksi untuk cadangan
= 20% x 8 perawat = 1,6 = 2 perawat
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 7,71 dibulatkan
menjadi 8 orang perawat ditambah satu karu,satu katim, dan 2
perawat cadangan menjadi 12 orang

Analisa :
Berdasarkan kajian data menggunakan formula penghitungan
Gillies di Ruang Arjuna membutuhkan 12 orang (9 perawat dan
1 karu, 1 katim, 1 cadangan) dengan pembagian shift pagi 5
orang, shif siang 3 orang, shif malam 2 orang dan 2 orang
perawat libur. Saat ini di Ruang Arjuna terdapat 10 orang
perawat. Dari hasil penghitungan Gillies, Ruang Arjuna
memiliki kekurangan tenaga sebanyak 2 orang. Berdasarkan
observasi di ruangan, keluarga pasien banyak membantu dalam
pemenuhan ADL pasien, perawat hanya melakukan tindakan
medis dan dokumentasi Askep, serta adanya mahasiswa praktek
yang membantu dalam merawat pasien sehingga walaupun
kekurangan tenaga perawat pekerjaan tetap selesai dan pasien
tetap terawat walaupun tidak begitu efektif.

4. Menurut PPNI

= (6x52)x7(18x40,39%) x 125%
41x40
= 312x7(7,27) x 125% = 15.877,68 x 125%
1. 640 1.640
= 12,1 = 12 perawat

Analisa:
Berdasarkan kajian data menggunakan formula penghitungan
PPNI di Ruang Arjuna membutuhkan 12 perawat. Bila ditambah

31
dengan 1 karu,1 katim, 1 cadangan maka menjadi 15 perawat.
Dari hasil penghitungan PPNI, Ruang Arjuna memiliki
kekurangan tenaga sebanyak 5 orang. Namun didalam pembagian
perawat menurut PPNI, tidak terdapat pembagian untuk non
nursing job sedangkan dalam keseharian perawat juga melakukan
kegiatan diluar tindakan keperawatan, sehingga rumus ini tidak
digunakan di Ruang Arjuna.

Tabel 5
Rekap Perhitungan Tenaga Kerja (Depkes, Douglas,Gillies,
PPNI)

Jumlah Tenaga Kerja Tenaga Kerja Selisih Keterangan


Ruang
Arjuna

Menurut 7 3 Terpenuhi
Depkes perawat

Menurut 7 3 Terpenuhi
Douglas perawat

Menurut 12 2 Belum
Gillies perawat terpenuhi

Menurut 12 2 Belum
PPNI perawat terpenuhi

b. Kualitas Tenaga Perawat


Kajian Teori
Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang
berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam
pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen.
Keberhasilan sebuah organisasi rumah sakit sangat bergantung pada
kemampuan manajemen dalam menyerasikan unsur-unsur karyawan
(tenaga perawat) dengan system, struktur organisasi, tekhnologi,
tugas, budaya kerja dan lingkungannya. Hal ini telah disadari bahwa
SDM seringkali menjadi penyebab kegagalan suatu organisasi di
ruman sakit.

32
Dalam keperawatan tujuan kualitas pelayanan adalah
memastikan jasa keperawatan sesuai standar/keinginan pasien. Secara
teori indikator keberhasilan rumah sakit sangat bergantung pada
kemampuan manajemen dalam menyelaraskan unsur-unsur karyawan
(tenaga perawat) dengan sistem, struktur organisasi, teknologi, tugas,
budaya kerja, dan lingkungannya. Supaya dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang berkualitas diperlukan sumber daya yang
cukup dengan kualitas yang tinggi dan profesional sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
PPNI sendiri sebagai organisasi profesi telah mengusulkan pula
perpaduan perawat di suatu ruangan adalah: 85 % perawat profesional
(D III ke atas), 9 % perawat bukan profesional dan 6 % asisten
perawat.
Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM atau
Human Reseource Development (HRD) mempunyai 3 program yaitu:
1.) Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan pada
pekerjaan saat ini.
2.) Education, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan untuk
pekerjaan yang akan datang.
3.) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan
untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.
Disamping itu perlunya direncanakan rotasi dan mutasi SDM
untuk menyesuaikan beban dan tuntutan pelayanan di masa
depan. Sehingga penyesuaian keahlian yang dibutuhkan dilakukan
melalui pelatihan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Kajian Data
SDM Ruang Arjuna terdiri dari Kepala Ruang, Ketua Tim,
Perawat Pelaksana, Administrasi dengan total 11 orang dengan
pelatihan yang pernah diikuti.

Tabel 6
Jumlah, Status Kepegawaian dan Pelatihan Periode 2019 di Ruang
Arjuna RSUD Banyumas
No Nama Jabatan Pendidikan TMT STR Berlaku Pelatihan
STR
1 Agustin Karu NERS 2012 Ada 23/08/22 - Pelatihan

33
E. pengembangan model
PKP 1999
- Program magang
keperawatan lulusan
DIII perawatan di Per
Peny Dalam 1999
- Pelatihan askep Pd
Pasien Stroke 2007
- Comprehensive
Clinical Nursing Skill
(CCNS) 2011
- PPGD 2012,
Peminatan Perawatan
Jiwa 2012
- Pelatihan Perawatan
Luka Modem
(CWCCAP)
2 Widi Katim DIII 1996 Ada 10/05/22 - Seminar Nasional
Trisianti 1 “Peran Perawat
dalam Manajemen
Code Blue Terkini”
2017
- Workshop
Keperawatan
“Aplikasi Askep
Keluarga Berbasis IT
dalam Rangka
Menunjang Program
Keluarga Sehat di
Kabupaten
Banyumas” 2017
- Seminar Keperawatan
“Aplikasi Askep
Keluarga Berbasis IT
dalam Rangka
Menunjang Program
Keluarga Sehat di
Kabupaten
Banyumas” 2017
- Pengabdian
Masyarakat 2018
- Seminar Keperawatan
“Peningkatan
Profesionalisme dan
Kemandirian
Anggota Profesi di

34
Era Digital” 2018
- Workshop
Keperawatan
“Peningkatan
Profesionalisme dan
Kemandirian
Anggota Profesi di
Era Digital” 2018
- Seminar Keperawatan
“Pendekatan Antar
Profesi dalam
Penatalaksanaan
Gangguan Kesehatan
Jiwa pada Anak dan
Remaja” 2019
3 Sugiarto P.P DIII 2001 Ada 8/05/22 - Seminar Keperawatan
“Kardiovaskuler
Dasar Bagi Perawat
dan Bidan” 2014
- Seminar Smart
Parenting & Smart
Teaching 2014
- Basic Life Support
2015
- Seminar Keperawatan
Jiwa Bedah dan
Bedah Buku “Terapi
Aktivitas Kelompok”
2016
- Seminar Jiwa dan
Komunitas 2014
- Seminar Keperawatan
“Modern Wound
Care” 2017
- Seminar Kesehatan
“Management
Kolaborasi
Penanganan Diabetes
Melitus dalam
Berbagai Aspek
Bidang Kesehatan”
2015
- Seminar keperawatan
“Kardiovaskuler
Dasar Bagi Perawat
dan Bidan” 2014

35
- Pelatihan Penanganan
Darurat Medis dan
Psikiatri Rumah Sakit
Umum Daerah
Banyumas 2014
- Seminar Assesment
dan intervensi
psikologis terkini
dalam praktik
keperawatan
profesional 2016
- Pengabdian
masyarakat 2016
- Soft Skill Manajemen
and Resolution
Training 2019
- Spiritual up and
Carrer Competencies
Empowering by
Softskill 2019-11-26
becoming excellent
student training 2019-
11-26
4 Fazriyatu P.P DIII 2007 Ada 25/05/22 - Seminar Perawatan
n Sukses dan Maju
Nurjanah Bersama Menuju
Akreditasi Paripurna
Snars edisi 1 2018
- Seminar keperawatan
pendekatan antar
profesi dalam
penatalaksanaan
gangguan kesehatan
jiwa pada anak 2019
- Seminar peningkatan
profesionalisme dan
kemandirian anggota
profesi di era digital
2018
- Workshop
peningkatan
profesionalisme dan
kemandirian anggota
profesi di era digital
2018
5 Wiwit P.P D III 2012 Ada 4/7/22 - Seminar nasional

36
Gunadi keperawatan holistic
care in people with
hiv-aids 2018
- BTCLS 2012
- Seminar keperawatan
update tatalaksana
kegawatan jantung
2019
- Peningkatan
profesionalisme dan
kemandirian anggota
profesi di era digital
2018
6 Karsum P.P D III 2012 Ada 28/08/22 - Basic Life Support
2015
- Seminar manajemen
luka modern berbasis
riset 2015
- Seminar keperawatan
yupdate deteksi dini
pencegahan dan
penanganan bunuh
diri 2015
- Seminar peran
perawat dalam
tindakan sirkumsisi
modern 2015
- Seminar manajemen
asuhan nyeri dengan
aplikasi keperawatan
holistic:hypnoanastes
i 2015
- Pelatihan penanganan
gawat darurat medis
dan psikiatri 2014
- Seminar PPNI 2015
- Seminar peningkatan
profesionalisme dan
kemandirian anggota
profesi di era digital
2018
7 Seti ari P.P D III 2012 Ada 20/01/22 - Seminar Peningkatan
Profesionalisme Dan
Kemandirian
Anggota Profesi Di
Era Digital 2018

37
- International With
Guideline For
Management Wound
Ostomy And
Continence Care
2017
- Pendekatan Antar
Profesi Dalam
Penatalaksanaan
Gangguan Kesehatan
Jiwa Pada Anak Dan
Remaja 2019
8 Riski P.P D III 2009 Ada 3/01/22 - BTCLS 2012
Pradita - PPGD 2010
- Seminar Keperewatan
“Peningkatan
Profesionalisme Dan
Kemandirian
Anggota Profesi Di
Era Digital” 2018
- Workshop
- Seminar Keperewatan
“Peningkatan
Profesionalisme Dan
Kemandirian
Anggota Profesi Di
Era Digital”.
9 Sani R P.P D III 2013 Ada 3/07/22 - Workshop Ppi Tb ,
Tata Laksana Tb-
Dots Dan Kolaborasi
Tb-Hiv Bagi Tenaga
Kesehatan 2018
- Basic Life Suport
2015
- Workshop Senam
Kaki Diabetes
Melitus 2016
- Seminar Keperawatan
Living With Bipolar
Disorder 2014
10 Yayan P.P D III 2012 Ada 27/01/22 - BTCLS 2018
Adi P. - International With
Guideline For
Management Wound
Ostomy And
Continence Care

38
2017
- Seminar Nasional
Keperawatan Jiwa
Dan Komunitas 2014
11 Aan Admini SLTA 2008 - - BASIC LIFE
Rahayu strasi SUPPORT

Data Primer Ruang Arjuna RSUD Banyumas 2019

Analisa:
Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tenaga kerja
perawat di Ruang Arjuna untuk pendidikan Ners (1), DIII (9). Hal ini
memperlihatkan bahwa pendidikan perawat di Ruang Arjuna belum
memenuhi syarat dari PPNI dikarenakan dalam pembahasan
perhitungan jumlah perawat belum memenuhi syarat yang seharusnya
jumlah dalam satu ruangan tersebut adalah 12 perawat akan tetapi
ruang arjuna hanya memliki 10 perawat selisih 2 perawat. Untuk
pelatihan PPI telah mencapai 100%. STR yang dimiliki masing-
masing perawat masih berlaku.

2. Money
Kajian Teori
Rumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi
Pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
umum Permasalahan yang selalu timbul adalah sulitnya meramalkan
kebutuhan pelayanan yang diperlukan masyarakat maupun kebutuhan
sumber daya untuk mendukungnya. di lain pihak Rumah Sakit harus siap
setiap saat dengan sarana, prasarana tenaga maupun dana yang dibutuhkan
untuk mendukung pelayanan tersebut. di samping itu Rumah Sakit sebagai
unit sosial dihadapkan pada semakin langkanya sumber dana untuk
membiayai kebutuhannya, padahal di lain pihak Rumah Sakit diharapkan
dapat bekerja dengan tarif yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas.
Dengan perubahan sistem keuangan Rumah Sakit serta sistem
keuangan Pemerintah secara keseluruhan diharapkan dana yang dikelola
oleh Rumah Sakit akan menjadi lebih besar dan terus meningkat sejalan
dengan peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta
persiapan Badan Layanan Umum dari tahun ke tahun. Kondisi ini selain
akan membawa pengaruh positif bagi peningkatan pelayanan, tetapi juga

39
membuka peluang untuk timbulnya ekses negatif penyalahgunaan dalam
pengelolaan keuangan negara. Untuk itu diperlukan berbagai upaya dalam
mengatasinya.
Sistem keuangan Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan dari
manajemen keuangan dan menjadi salah satu sasaran pertama yang harus
diperbaiki agar dapat memberikan data dan informasi yang akan
mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan
maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan Rumah Sakit.
Manajemen keuangan ialah bagaimana merencanakan dan
memperoleh biaya atau dana, kemudian mempergunakannya dengan
efisien, dengan tujuan untuk mencegah meningkatnya pembiayaan dan
mencegah kebocoran yang tidak berguna. Secara operasional manajemen
keuangan di Rumah Sakit harus dapat menghasilkan data, informasi dan
petunjuk untuk membantu pimpinan Rumah Sakit dalam meerncanakan,
mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan agar mutu pelayanan
dapat dipertahankan/ditingkatkan pada tingkat pembiayaan yang wajar.
Klasifikasi akun dalam keuangan ada 5 yaitu :
b. Aset
Aset (assets) adalah semua hak yang dapat digunakan dan di kelola
dalam operasi perusahaan atau dalam operas sebuah rumah sakit.
c. Kewajiban
Kewajiban lancar meliputi hutang yang akan dilunasi dalam waktu satu
tahun atau satu siklus normal, seperti : Fee dokter yang belum dibayar,
hutangpembelian obat, ATK dan lain-lain.Kewajiban tak lancar yaitu
hutang yang tidak akan jatuh tempo dalam waktu setahun, misalnya
hutang investor.
d. Ekuitas
Terdiri dari modal dasar, akumulasi sisa hasil usaha dan modal yang
berasal dari sumbangan
e. Pendapatan
Adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan atau rumah sakit
dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk obat-obatan
dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang
penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang
diterima setelah dikurangi pengeluaran.

40
f. Biaya
Merupakan pengorbanan sumber ekonomi atau sumber daya berupa
barang dan jasa yang di ukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk
memperoleh suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang.

Informasi keuangan ialah suatu sistem yang merupakan salah satu


pokok kegiatan dalam manajemen keuangan yang terdiri dari kegiatan
mencatat,mengklasifikasikan dan menyimpulkan semua transaksi dan
kejadian-kejadian dalam suatu organisasi yang menyangkut keuangan,
sehingga didapatkan suatu data atau informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan.
Hasil akhir dari akuntansi adalah laporan keuangan yang berbentuk
neraca (balance sheet), laporan keuangan (income statement), laporan
perubahan keuangan.
Kegunaan neraca untuk mengetahui laporan sisa hasil usaha rumah
sakit, kemampuan melunasi kewajiban jangka pendeknya,jumlah total
harta dan susunannya, jumlah akumulasi modal dan sebagainya.
Dengan demikian dapat diproyeksikan tindakan keuangan apa
yangharus dilakukan, apakah jumlah persediaan mencukupi, apakah
dana untuk membeli peralatan tersedia dan sebagainya.
b. Karakteristik Kualitas Informasi Keuangan Rumah Sakit
Kualitas informasi keuangan
Laporan keuangan ditujukan agar dapat bermanfaat bagi
pengambilan keputusan. Hal ini menunjukkan adanya tuntutan
kualitas informasi tertentu yang bersifat :
1.) Dapat dipahami
2.) Relevan yaitu bermanfaat bagi peramalan dan penegasan
keputusanserta evaluasi masa lalu. Handal (reliable) yaitu
penyajian jujur, substansi mengunggulibentuk, netralitas,
pertimbangan sehat dan lengkap.
3.) Berdaya banding (comparability)
Oleh karena itu kebijakan akuntansi yang dianut harus
konsisten,namun bila ada alternatif lain yang lebih relevan dan
andal konsistensiini tidak perlu dipertahankan.

41
Hanya perubahan tersebut perlu diberitahukan kepada pembaca
laporan keuangan. Kendala terhadap terpenuhinya kualitas umum
dari informasi di atas antara lain:
1.) Ketepatan waktu
Laporan yang tertunda dapat menghasilkan informasi yang
kurang relevan. Sebaliknya untuk menghasilkan informasi yang
tepat waktu seringkali mengurangi keandalan informasi. Untuk
mengimbangkan antara relevansi dan keandalan,kebutuhan
pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang
menentukan.
2.) Keseimbangan biaya dan manfaat
Biaya membuat informasi jelas harus lebih rendah dari
manfaatnya. Pertimbangan ini jelasberdampak pada cara
pencatatan dan penyajian laporan akuntansiyang dipilih.

c. Laporan Arus Kas Rumah Sakit


Berisi informasi tentang arus kas/setara kas masuk dan ke luar
selama periode tertentu yang berasal dari aktivitas operasi, investasi
yang berjangka pendekdan pendanaan. Tujuan : Untuk menilai
kemampuan organisasi Rumah Sakit dalam menghasilkan kas dan
menilai kebutuhan arus kas ke luarnya. Karena dengan membaca
laporan arus kas dapat diketahui :
1.) Jumlah kas yang dihasilkan dalam suatu periode, berapa yang
berasal dari kegiatan operasional, investasi dan pendanaan.
2.) Berapa jumlah kas yang dikeluarkan untuk supplier, karyawan,
membayarbunga, pengembalian pinjaman
3.) Bagaimana kemampuan Rumah Sakit menghasilkan kas dan
melunasikewajiban-kewajibannya.
4.) Bagaimana terjadinya SHU dengan penerimaan dan pengeluaran
kas dan lainlain.Sumber penerimaan dan pemakaian kas
diklasifikasikan sebagai berikut:

5.) Aktivitas operasi


Merupakan penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari
kegiatanusaha/transaksi yang berpengaruh pada sisa hasil usaha.

42
metode melaporkan arus kas dari aktivitas operasi tetapi yang
akan digunakan adalah : Metode langsung. Contoh : Sumber
Penerimaan Kas 1. Kas diterima dari pelanggan (pasien) 2. Kas
diterima dari bunga deposito Sumber Pengeluaran Kas a. Untuk
pembayaran persediaan b. Untuk pembayaran fee dokter c.
Untuk pembayaran beban operasoinal, beban bunga dan
sebagainya.
6.) Aktivitas investasi
Sumber penerimaan kas : penjualan aktiva tetap, pelunasan
piutang jangka panjang dan lain-lain.Sumber pengeluaran kas :
pembelian aktiva tetap, investasi dan pemberian piutang jangka
panjang.
7.) Aktivitas pendanaan
Sumber penerimaan kas : penambahan modal dasar,
penambahan pinjamanjangka panjang. Sumber pengeluaran kas :
Pelunasan pinjaman jangka panjang.
8.) Asumsi Akuntansi
Dalam akuntansi, organisasi usaha dipandang sebagai kesatuan
ekonomi yang terpisah dari pemilih/pendiri dan unit organisasi
lainnya.
Transaksi akuntansi lebih diasumsikan selalu terjadi di antara
pihak pihak yang bebas yang sanggup melindungi kepentingan.
Dengan demikian, harga yang terjadi dari transaksi tersebut
adalah harga yang objektif.
Pengukuran dalam nilai uang Akuntansi menggunakan uang
sebagai denominator umum. Akibatnya hanya faktor/transaksi
yang dapat dianjurkan dalam nilai uang yang dicatat dan
dilaporkan dalam akutansi. Selain itu, dalam akuntansi uang
diasumsikan merupakan ukuran yang stabil, sehingga perubahan
nilai beli dari uang diabaikan.

Tabel 7
Tarif Ruangan Di Ruang Arjuna Tahun 2019
RSUD Banyumas
Kartu Paket
No Kelas Pendaftaran
Tunggu Harian

43
1 VIP 15.000 20.000 500.000
2 Kelas I 15.000 20.000 300.000
3 Kelas II/ 15.000 20.000 220.000
GMO
Sumber : Laporan Bagian Keuangan RSUD Banyumas tahun 2019

Tabel 8
Laporan Pendapatan Kamar Per Debitur Periode Tahun 2018
Di Ruang Arjuna RSUD Banyumas
No Cara pembayaran
1. BPJS NON PBI
2. BPJS PBI
3. DANA SEHAT RSUD
4. JAMKESDA
5. JAMKESDA BANJARENGARA
Sumber : Laporan Bagian Keuangan Arjuna 2019

Tabel 9
Laporan Pendapatan Kamar Per Debitur Tahun 2018
Di Ruang Arjuna RSUD Banyumas

NO. DEBITURE JUMLAH


1. BPJS NON PBI Rp 396.270.500,-
2. BPJS PBI Rp 347.036.000,-
3. DANA SEHAT RSUD Rp 9.437.500,-
4. JAMKESDA Rp 36.033.000,-
5. JAMKESDA BANJARNEGARA Rp 20.392.500,-
TOTAL Rp 809.169.500,-
Sumber : Laporan Bagian Keuangan Ruang Arjuna

Berdasarkan laporan pendapatan diatas, pendapatan


terbanyak ruang Arjuna selama tahun 2018 didapat dari
pembayaran BPJS NON PBI sebanyak Rp. Rp 396.270.500 dan
pendapatan terendah dari pembayaran DANA SEHAT RSUD
sebanyak Rp 9.437.500.

3. Material
Kajian Teori
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan yang
meliputi kebutuhan (jumlah, jenis, spesifikasi) serta pengelolaannya dalam

44
upaya mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas. (Depkes,
2011).
a. Teori standar peralatan di Rumah Sakit menurut Depkes RI
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
perlu didukung dengan peralatan yang selalu dalam kondisi siap pakai
serta dapat difungsikan dengan baik. Derajat kesehatan masyarakat
perlu ditingkatkan. Melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas, salah
satunya melalui upaya penyediaan alat kesehatan yang baik, aman dan
layak pakai. Agar peralatan kesehatan selalu dalam kondisi baik, aman,
dan layak pakai maka diperlukan suatu manajemen yang baik mulai dari
perencanaan, pemeliharaan preventif meliputi pemeliharaan berkala dan
pelaksanaan pengujian dan kalibrasi (Depkes RI, 2005).
Perangkat medis mencakup semua perangkat, aparatus, alat,
perangkat lunak, bahan atau bentuk lainnya, baik yang digunakan
sendiri atau dalam kombinasi, termasuk perangkat lunak yang ditujukan
untuk tujuan diagnostik dan/atau terapi dan digunakan dengan cara yang
tepat.
Dalam Kepmenkes Nomor. 004. Tahun (2003). Dalam langkah kunci
(28). Mengembangkan sub-sistem pemeliharaan dan optimalisasi
pemanfaatan sarana rumah sakit dan alat kesehatan. Keberhasilan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit atau fasilitas
pelayanan dapat tercapai bila tersedia biaya operasional dan
pemeliharaan sarana dan alat kesehatan yang memadai dengan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.) Menyusun petunjuk teknis dan standard operational procedure
pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan sarana rumah sakit dan
alat kesehatan
2.) Melakukan sosialisasi dan asistensi pemeliharaan dan optimalisasi
pemanfaatan sarana rumah sakit dan alat kesehatan
3.) Melakukan pendidikan dan latihan pemeliharaan sarana rumah
sakit dan alat kesehatan diikuti sertifikasi
4.) Monitoring dan evaluasi hasil pemeliharaan sarana rumah sakit dan
alat kesehatan (Depkes RI, 2003).
Peningkatan efisiensi dan efektifitas tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain adanya suatu guideline atau Standar Prosedur

45
Operasional (SPO) dalam pemeliharan dan pemanfaatan sarana
kesehatan dan alat kesehatan, kalibrasi dan pemeliharaan rutin,
pelatihan teknisi dan operator alat, sosialisasi SPO pada seluruh unit
pemakai sarana dan alat kesehatan di rumah sakit yang bersangkutan
serta tersedianya suku cadang. Perencanaan pengadaan sarana dan alat
kesehatan yang matang sesuai kebutuhan baik dari sisi provider maupun
konsumen akan meningkatkan pemanfaatan secara optimal. Faktor
organisasi turut mempengaruhi penggunaan teknologi termasuk
didalamnya kebijakan, sumber daya manusia, budaya, norma sosial,
komitmen manajerial, pelatihan dan peningkatan kemampuan
karyawannya. Hal ini sudah diyakini kebenarannya, kebijakan
seringkali terlihat sebagai efektifitas untuk mengimplementasikan
perubahan, contohnya ketika mengimplementasikan program keamanan
pasien hal itu akan mempengaruhi menentukan dukungan manajemen
dan kepemimpinan, perlengkapan, pelatihan dan koordinasi dengan
departemen sebelum mendelegasikan mekanisme terkait kebijakan.
Collins, (2005)
b. Manajemen Linen Rumah Sakit
Manajemen linen rumah sakit merupakan suatu sistem pengelolaan
linen yang ada di rumah sakit. Beberapa hal yang penting dalam
manajemen linen yaitu :
1.) Peran dan fungsi manajemen linen
Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup
penting. Diawali dari perencanaan, salah satu subsistem
pengelolaan linen adalah proses pencucian. Alur aktivitas
fungsional dimulai dari penerimaan linen koror, penimbangan,
pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sotir noda,
penyetrikaan, sotir linen rusak, pelipatan, merepikan, mengepak
atau mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan ke unit-unit
yang membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak dikirim ke
kamar jahit.Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar
dan baik, maka diperlukan alur yang terencana dengan baik.Peran
sentral lainnya adalah perencanaan, pengadaan, pengelolaan,
pemusnahan, kontrol dan pemeliharaan fasilitas kesehatan, dan

46
lain-lain, sehingga linen dapat tersedia di unit-unit yang
membutuhkan.
a.) Perencanaan
i. Sentralisasi Linen
Sentralisasi merupakan suatu keharusan yang dimulai
dari proses perencanaan, pemantauan dan evaluasi, dimana
merupakan suatu siklus berputar. Sifat linen adalah barang
habis pakai. Supaya terpenuhi persyaratan mutlak yaitu
kondisi yang selalu siap baik segi kualitas maupun
kuantitas, maka diperlukan sistem pengadaan satu pintu
yang sudah terprogram dengan baik. Untuk itu diperlukan
kesepakatankesepakatan baku dan merupakan satu
kebijakan yang turun dari pihak Top Level Management
yang kemudian diaplikasikan menjadi suatu standard yang
harus dijalankan dan dilaksanakan dengan prosedur tetap
(protap) dan petunjuk teknis (juknis) yang selalu
dievaluasi.

2.) Sentralisasi Linen

Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh


produk tekstil yang berada di rumah sakit yang meliputi
linen di ruang perawaran maupun baju bedah di ruang
operasi (OK), sedangkan baju perawat, jas dokter maupun
baju kerja biasanya tidak dikelompokkan pada kategori
linen, tetapi dikategorikan sebagai seragam (uniform).

Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas,


pembungkus, lap, dan sebagainya, sehingga dalam
perkembangan manajemennya menjadi tidak sederhana
lagi, berhubung tiap bagian di rumah sakit mempunyai
spesifikasi pekeriaan, jumlah kebutuhan yang besar
frekuensi cuci yang tinggi, keterbatasan, persediaan.
Penggunaan yang majemuk dan image yang ingin dicapai.
Untuk itu diperlukan standard linen antara lain:

h.) Standard Produk

47
Berhubung sarana kesehatan bersifat universal
maka sebaiknya tiap rumah sakit mempunyai standar
produk yang sama agar bisa diproduksi massal dan
mencapai skala ekonomi. Produk dengan kualitas tinggi
akan memberikan kenyamanan pada waktu
pemakaiannya dan mempunyai waktu penggunaan yang
lebih lama, sehingga secara ekonomi lebih optimum
dibandingkan produk yang lebih murah.

ii.) Standard desain


Pada dasarnya baju rumah sakit lebih
mementingkan fungsinya dari pada estetikanya, maka
desain yang sederhana, ekonomis dan unisex
merupakan pilihan yang ideal, terutama pada baju
bedah dan baju pasien. Untuk kepentingan "praktis'',
beberapa rumah sakit menggunakan sprei/laken yang
fitted selain yang flat. Yang tidak kalah pentingnya
adalah pertimbangan pada waktu pemeliharaan,
penggunaan kancing dan sambungan-sambungan baju
lebih baik dihindari.
iii.) Standard material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan
fungsi, cara perawatan dan penampilan yang
diharapkan. Beberapa kain yang digunakan dirumah
sakit antara lain Cotton, CVC, TC, Polyester dengan
anyaman plat atau drill, denga proses akhir yang lebih
spesifik, seperti water repellent, soil release, PU coated
dan sebagainya yang mempunyai sifat dan penggunaan-
penggunaan tertentu. Warna pada kain/baju juga
memberikan nuansa tersendiri, sehingga secara
psikologis mempunyai pengaruh terhadap
lingkungannya. Oleh karena itu, pemilihan warna
sangat penting.

iv.) Standard ukuran

48
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak
hanya dari sisi penggunaan tetapi juga dari biaya
pengadaan dan biaya operasional yang timbul. Makin
luas dan berat, makin mahal biaya pengadaan dan
pengoperasiannya. Dengan adanya ukuran tempat tidur
yang standard, misalnya : 90 x 200 cm, maka ukuran
linen bisa distandarkan menjadi :
Laken : l60 x 275 cm
Stik laken : 5 x 160 cm
Sarung bantal : 40 x 70 cm
v.) Standard jumlah
Idealnya jumlah stok linen 5 per (kapasitas) dengan
posisi 3 per berputar di ruangan : stok 1 per terpakai ,
stok I per dicuci , stok 1 per cadangan dan 2 per
mengendap di logistik : 1 per sudah terjahit dan 1 par
berupa lembaran kain. Untuk jumlah linen yang
digunakan di ruang rawat dan operasi perhitungan
rincinya sebagai berikut :
- Linen kamar
Penggantian linen kamar di rumah sakit sangat
bervariatif, dari 1 x 1 hari sampai 1 x 3 hari. Apabila
rata-rata 1 x 2 hari, sedangkan jumlah tempat tidur
300 dan BOR 80%, dengan lama pencucian I hari,
serta rencana par stok 3, maka kebutuhan linennya
adalah:
- Linen OK
Apabila rumah sakit dengan 5 ruang OK dan
frekuensi operasi 5 kali/hari, yang masing-masing
ditangani oleh 7 operator, lama cuci linen 1 hari dan
par stok 3, maka kebutuhan linennya adalah :

5 x 5 x 7 x 1 x 3 = 525
Namun ada rumah sakit tertentu yang menambah
safety stock menjadi 4 par, mengingat sering
terjadinya keadaan di luar rencana sehari-hari.

49
vi.) Standard penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350
kali dengan prosedur normal. Sebaiknya setiap
rumah sakit menentukan standard kelayakan
sebuah linen, apakah dengan umur linen, kondisi
fisik atau dengan frekuensi cuci. Untuk itu
sebaiknya linen diberi identitas sebagai berikut :

Logo
oRS

RS…………………

Tgl beredar :

Item ukuran :

No. ID : RU :

Kajian Data
Tabel 10
Daftar Linen Ruang Arjuna RSUD Banyumas
25 November- 27 November 2019

Mutasi
No Nama barang ∑ awal ∑akhir Ket.
Tmbh Krg
1 Baju tindakan 20 - - 20 Baik
2 Handuk kecil 300 - - 300 Baik
3 Sprei 53 - - 53 Baik
4 Stik laken hijau 30 - - 30 Baik
5 Sarung bantal hijau 45 - - 45 Baik
6 Selimut 7 - - 7 Baik
7 Perlak 5 - - 5 Baik
8 Baju pasien 20 - - 20 Baik
9 Gorden 18 - - 18 Baik

Analisa:
Berdasarkan tabel diatas peralatan masih dalam keadaan yang baik
dan penggunaannya sesuai dengan fungsi dan kegunaanya. Semua fasilitas

50
yang tersedia sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga tidak ada
kekurangan jumlah saat digunakan, namun tidak menutup kemungkinkan
jika barang rusak atau sudah tidak layak pakai akan di tarik dari
pemakaiannya.

Kajian Teori
Mebel atau furniture merupakan perlengkapan rumah yang mencakup
semua barang seperti kursi, meja dan lemari. Mebel berasal dari kata
movable, yang artinya bisa bergerak. Mebelarir ini sangat dibutuhkan di
setiap instansi yaitu salah satunya di RS.
Kajian Data
Tabel 11
Daftar Mebelerair Ruang Arjuna RSUD Banyumas

Uraian Jml Mutasi Jml Ket


No Awal Tambah Kurang Akhir
1. Almari Kayu 3 1 - - 1 Baik
pintu 4 sap
2. Lemari arsip 4 - 2 2 Baik
kaca brother
3. Kursi bulat 8 - - 8 Baik
4. Kursi kantor 10 - 6 4 Baik
5. Meja kayu 1 - - 1 Baik
6. Jam dinding 2 - 1 1 Baik
7. Sofa 6 - - 6 Baik
8. Troli Kayu 2 - - 2 Baik
9. Troli 1 - - 1 Baik
Emergency
10. Bedside cabinet 8 - - 8 Baik
stainlees
11. Almari obat 1 - - 1 Baik
OObservasi di Ruang Arjuna RSUD Banyumas 2019

51
Analisa :
Data diatas merupakan fasilitas yang terdapat di ruangan Arjuna, semua
peralatan masih dalam keadaan baik dan penggunaannya masih sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya.

Tabel 12
Daftar Alat Rumah Tangga Ruang Arjuna
25 November- 27 November 2019

No Uraian ∑ Mutasi ∑ Ket


Awal Tambah Kurang Akhir
1. Tempat sampah 6 - - 6 Baik
pasien
2. Tempat sampah 6 - - 6 Baik
besar tertutup
3. Senter 1 - - 1 Baik
4. Baskom mandi 4 - - 4 Baik
5. Nampan 1 - - 1 Baik
6. Piring makan 18 - - 18 Baik
7. Piring snack 18 - - 18 Baik
8. Gelas 18 - - 18 Baik
9. Tatakan dan 16 - - 16 Baik
tutup gelas
10. Sendok 18 - - 18 Baik
11. Garpu 18 - - 18 Baik
12. Baki 18 - - 18 Baik

Observasi di Ruang Arjuna RSUD Banyumas 2019

52
Analisa:
Alat rumah tangga di ruang Arjuna dalam kondisi baik dan masih dapat
digunakan.

Tabel 13
Daftar Alat Kesehatan dan Kedokteran Arjuna
25 November- 27 November 2019
∑ Mutasi ∑
No Nama alat Ket
awal Tmbh Krg akhir
1 Tensimeter 2 - 1 1 Baik
2 Stetoskop 3 1 - 4 Baik
3 Termometer digital 1 - - 1 Baik
4 Termometer air - - - - -
raksa
5 Standar Infus 3 1 - 4 Baik
6 Bengkok stainlis 2 - - - -
7 Bak Instrumen 1 - - 1 Baik
8 Gunting perban 1 - - 1 Baik
9 Skatsel 2 1 - 3 Baik
10 Baskom stainlis 20 - 17 3 Baik
11 Tourniquet 1 - - 1 Kurang
Baik
12 Urinal 3 - - - -
13 Pispot 6 - 3 3 -
14 Senter 2 - 1 1 Baik
15 Ambubag dewasa 1 - - 1 Baik
16 Kursi Roda 1 1 - 2 Baik
17 Suction portable 1 - 1 - -
18 Tongue spatula 1 - 1 - -
19 Brankar 1 - - 1 Baik
20 Tromol besar 1 - 1 - -
21 Tromol kecil 1 - 1 - -

Observasi di Ruang Arjuna RSUD Banyumas 2019

Analisa:
Alat- alat kesehatan merupakan poin terpenting dalam sebuah rumah
sakit karena alat-alat tersebut hampir setiap hari digunakan guna
mendukung kegiatan di dalam rumah sakit terutama di ruang Arjuna
dimana setiap hari hampir selalu digunakan untuk mendukung data
pengkajian dari setiap pasien sehingga kelengkapan alat dan fungsi yang
masih baik sangat dibutuhkan. Sebagian besar alat kesehatan yang ada
sudah sesuai dengan jumlah awal, penggunaannya masih bisa berfungsi
sampai sekarang.

53
4. Machine
Kajian Teori
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah
energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas untuk mencapai
tujuan. Alat-alat yang digunakan sebagai penunjang bagi pelaksanaan
tindakan keperawatan pada setiap ruangan (Brantas, 2009).

Kajian data
Pengadaan mesin di ruang Arjuna disesuaikan dengan standar kebutuhan
alat dan fasilitas di RSUD Banyumas, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14
Inventaris Mesin Tahun 2019 di Ruang Arjuna
No. Nama Alat ∑ awal ∑ Akhir
Kalibrasi
1. Nebulizer 1 1 11/03/19
2. EKG 1 1 11/03/19
3. Suction 1 1 11/03/19
4. Lampu Baca Rontgen 1 1 11/03/19
5 Syringe pump 4 3 11/03/19
6 Bedside monitor 2 1 (Rusak) -
Observasi di Ruang Arjuna RSUD Banyumas 2019
Analisa:
Berdasarkan tabel diatas kondisi alat mesin di Arjuna masih baik dan
berfungsi baik. Jumlah alat mesin juga sudah mencukupi karena kapasitas
maksimal pasien di Arjuna.

Tabel 15
Inventaris Elektronik Agustus-Oktober 2019 di Ruang Arjuna
No Jumlah Mutasi Jumlah
Nama Alat Ket.
. awal Tmbh Krg Akhir
1. Pesawat 1 - - 1 Baik
telephone
2. Computer set 3 - - 3 Baik
3. Televisi 4 - 2 2 Dikembalikan
ke aset
4. Kulkas kecil 1 - - 1 Baik
5. Kipas angin 4 - - 4 Baik
dingin
6. APAR 1 - - 1 Baik
7. Kipas angin 2 - - 2 baik
standing
8. AC 12 - - 12 Baik

54
Data Primer Ruang Arjuna RSUD Banyumas 2019

Analisa:
Berdasarkan tabel diatas kondisi alat elektronik di Arjuna masih baik
dan berfungsi baik. Jumlah alat mesin juga sudah mencukupi.

5. Methode
a. SAK (Satuan Asuhan
Keperawatan)
Kajian Teori
Standar Asuhan Keperawatan adalah dokumentasi asuhan
keperawatan adalah suatu system pencatatan dan pelaporan informasi
tentang status kesehatan klien serta semua kegiatan asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat, asuhan keperawatan konsorsium
ilmu kesehatan kerja kelompok ( Depkes RI 2007)
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan
praktik keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi
keperawatan dan merupakan inti praktik keperawatan (Ali, 2009).
Penerapan proses keperawatan dalam standar asuhan keperawatan
untuk klien merusapakan salah satu wujud tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan
proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan
keperawatan pada klien (Asmadi, 2008).
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) RSUD Banyumas disusun
berdasarkan standar asuhan keperawatan internasional. Standar acuan

55
yang dipakai adalah standarized nursing language yaitu NANDA
taksonomi II untuk diagnosa keperawatan, NOC (Nursing Outcome
Classification) untuk tujuan dan outcome yang ingin dicapai, dan NIC
(Nursing Intervension Classification) untuk rencana tindakan/
intervensinya.

Kajian Data
Tabel 16
SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
Di Ruang Arjuna RSUD Banyumas Periode 2019

No. Standar Asuhan Keperawatan


1. Standar asuhan keperawatan klien dengan cemas
2. Standar asuhan keperawatan klien dengan koping individu tidak
efektif
3. Standar asuhan keperawatan klien dengan takut
4. Standar asuhan keperawatan klien dengan gangguan pola tidur
5. Standar asuhan keperawatan klien dengan gangguan interaksi
social
6. Standar asuhan keperawatan klien dengan keputusasaan
7. Standar asuhan keperawatan klien dengan harga diri rendah
8. Standar asuhan keperawatan klien dengan isolasi diri
9. Standar asuhan keperawatan klien dengan nyeri kronik
10. Standar asuhan keperawatan klien dengan defisit perawatan diri
Sumber: Buku SAK Ruang Arjuna 2019

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, di Ruang Arjuna
sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang dapat
digunakan perawat dalam melakukan asuhan keperawan pada klien-
klien yang memiliki penyakit gangguan jiwa. Standar ini diterapkan di
ruangan setiap merawat pasien sesuai dengan penyakit yang diderita
pasien .

b. SPO (Standar Prosedur


Operasional)
Kajian Teori
1.) Pengertian SPO
Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakan suatu kelompok untuk mencapai

56
tujuan organisasi. Standar operasional prosedur merupakan tata
cara tahapan yang dilakukan dan yang harus dilalui untuk
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu
2.) Tujuan SPO
a.) Petugas atau pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinereja
petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja
b.) Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi
dalam organisasi
c.) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas atau pegawai terkait
d.) Melindungi organisasi atau unit kerja dan petugas/pegawai dari
malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya
e.) Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan, keraguan,
dipublikasi dan inefesiensi
3.) Fungsi SPO
a.) Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim atau unit kerja
b.) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
c.) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatanya dan mudah
dilacak
d.)Mengarahkan petugas atau pegawai untuk sama-sama disiplin
dalam bekerja
4.) Kapan SPO Diperlukan
a.) SPO harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan
b.)SPO digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah
dilakukan dengan baik atau tidak
c.) Uji SPO sebelum dijalankkan, lakukan revisi jika ada
perubahan langkah kerja yang dapat mempengaruhi
lingkungan kerja

5.) Keuntungan Adanya SPO


a.) SPO yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi
alat komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan
diselesaikan secara konsisten
b.)Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja
dan tau apa yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan. SPO

57
juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat training dan bisa
digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.
(1) SPO yang diperlukan
i.) Penanganan henti jantung dirumah sakit
ii.) Bantuan TIM code blue di rumah sakit
iii.) Pelayanan ECT/ TKL non premedikasi
iv.) Restrain fisik
v.) Penatalakasanaan pasien bunuh diri
vi.) Peningkatan keamanan
vii.) Penanganan pasien yang melarikan diri
viii.)Peningkatan keamanan
ix.) Memasukan pasien keruang isolasi
x.) Peningkatan body image
xi.) Peningkatan harga diri
xii.) Pengisian kategori pasien dsikiatri
xiii.)Peningkatan koping
xiv.) Pelaksanaan terapi kelompok
xv.) Vertifikasi obat sebelum pemberian
xvi.) Rekonsiliasi obat
xvii.) Pendidikan kesehatan: konseling obat
xviii.) Penyimpanan obat emergensi
xix.) Penggantian obat emergensi
xx.) Penyiapan dan pencampuran obat injeksi sediaan ampul
xxi.) Penyiapaan dan pencampuran obat injeksi sediaan vial
Kajian Data
Berdasarkan wawancara dengan karu bahwa diruang Arjuna
terdapat 235 Metode Pedoman Kerja yang rata-rata penyusunannya
sekitar 5 – 28 Januari 2015, antara lain:

Tabel 17
Prosedur Tetap Tahun 2019 di ruang Arjuna

No Tindakan
1 Prosedur pengisian kategori pasien psikiatri
2 Prosedur membantu kontrol marah
3 Prosedur manajemen alam perasaan
4 Prosedur menajemen delusi
5 Prosedur manajemen lingkungan : pencegahan tindakan kekerasan
6 Prosedur pelaksanaan terapi kelompok

58
7 Prosedur penanganan pasien yang melarikan diri dari ruang
perawatan
8 Prosedur penatalaksanaan pasien bunuh diri
9 Prosedur peningkatan body image
10 Prosedur peningkatan harga diri
11 Prosedur peningkatan keamanan
12 Prosedur pencegahan pasien bunuh diri
13 Prosedur peningkatan kesadaran diri
14 Prosedur peningkatan koping
15 Prosedur memasukkan pasien keruang isolasi
16 Prosedur memasang restrain fisik
17 Prosedur admission care
18 Prosedur identifikasi pasien
19 Prosedur penatalaksanaan pasien risiko jatuh non pskiatri
20 Prosedur penilaian pasien risiko jatuh rawat inap dewasa
menggunakan skala morse non pskiatri
21 Prosedur penanganan pasien perilaku kekerasan
22 Prosedur pembuangan sampah
23 Prosedur pembuangan sampah infeksius
24 Prosedur pembuangan sampah tajam
25 Prosedur pengambilan penitipan kemasan steril
26 Prosedur pengendalian barang kadaluarsa
27 Prosedur pengembalian instrumen on steril
28 Prosedur dekontaminasi alat medis logam
29 Prosedur pemijaman instrumen steril
30 Prosedur penerimaan kemasan on steril
31 Prosedur pengumpulan linen kotor
32 Prosedur pengambilan linen kotor
33 Prosedur Bon linen baru
34 Prosedur setah terima lien baru
35 Prosedur distribusi linen bersih
36 Prosedur penggunaan alat pelindungan diri
37 Prosedur penatalaksanaan paska pajanan limbah tajam
terkontaminasi cairan tubuh
38 Prosedur penatalaksanaan tertusuk jarum atau benda tajam
39 Prosedur perawatan peralatan pasien
40 Prosedur pencegahan dan pengendalian phlebitis
41 Prosedur kebersihan tangan
42 Prosedur dekontaminasi tigkat tinggi dengan kimia
43 Prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi saluran kencing
44 Prosedur pencegahan dan pengendalian luka tekan
45 Prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi daerah operasi
46 Prosedur skrining dan oenangan metchilin resitent stapylococcic
aerus
47 Prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi aliran darah primer
48 Prosedur transfer pasien di rs dengan pasien airborn desease
49 Prosedur pembersihan permukaan lingkungan tercemar tumpahan
darah atau cairan tubuh
50 Prosedur ICRA renovasi bangunan
51 Prosedur penatalaksaaan pasca pajaan
52 Prosedur bantuan tim code blue di rumah sakit

59
53 Prosedur penanganan kecelakaan kerja
54 Prosedur penyimpanan bahan berbahaya dan beracum (B3)
golongan gas medic
55 Prosedur pengamanan pasien bila banjir masuk ruang rawat
56 Prosedur perlindungan terhadap kekerasan fisik
57 Penggunaan APAR
58 Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun (B3) golongan cairan
mudah menyala
59 Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun golongan gas medic
60 Perlindungan terhadap penculikkan bayi dan anak
61 Perlindungan kelompok berisiko
62 Permintaan untuk tidak dilakukan resusitasi
63 Melakukan penilaian nyeri dan sedasi dengan comfort scale
64 Melakukan pengkajian nyeri
65 Melakukan pengkajian nyeri pada anak-anak
66 Melakukan pengkajian nyeri pada bayi
67 Pengambilan spesimen pada dugaan infeksi akibat pemasangan
infus
68 Distraksi
69 Pemberian produk darah
70 Pengambilan spesimen urin
71 Penanganan spesimen khusus ( LCS, cairan pleura, cairan drain
dan cairan asites)
72 Pengambilan specimen sputum
73 Pengambilan spesimen
74 Prosedur cara penentuan hasil kritis
75 Pelayanan laboratorium rujukkan satu pintu
76 Pengambilan spesimen feses
77 Prosedur permintaan darah untuk pelaksanaan transfusi darah
78 Prosedur pengiriman spesimen
79 Prosedur pelayanan kerohanian
80 Dukungan spritual
81 Perawatan terhadap kematian
82 Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur

Analisa:
Berdasarkan tabel di atas, prosedur tetap yang ada diruangan Arjuna belum
mencukupi untuk unit rawat inap jiwa, prosedur tetap untuk unit rawat inap
jiwa sudah ada, karena ruang Arjuna melayani pasien jiwa . Ada beberapa
SPO yang dibutuhkan di unit rawat inap jiwa tetapi belum ada di ruangan
seperti prosedur pemasangan infus, prosedur perawatan luka, prosedur
pemberian obat melalui IM, dan iv bolus
6. Pasien
Kajian Teori
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan,

60
baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit. (UU No. 44
Tahun 2009).

Kajian Data
a. Jumlah Pasien
Berdasarkan laporan statistik dari bagian ITI RSUD Banyumas, dapat
dilihat data kunjungan pasien rawat inap dari periode Agustus-Oktober
2019 di Ruang Arjuna dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 18
Data Kunjungan Pasien Arjuna Berdasarkan Debitur
Periode Agustus-Oktober 2019
Debitur Jumlah Presentase
Umum 79 30%
BPJS NON PBI 86 32,5%
BPJS PBI 89 33,7%
Dana Sehat RSUD 1 0,4%
JAMKESDA 6 2,3%
KBS Silver 3 1,1%
Total 264 100%

Periode Agustus-Oktober 2019

Analisa:
Berdasarkan pada tabel, keadaan pasien keluar dari ruang Arjuna pada
bulan Agustus-Oktober 2019 berdasarkan jenis pembayaran sebagian
besar dengan menggunakan jenis pembayaran BPJS PBI yaitu
sebanyak 89 orang, dan paling sedikit yaitu dengan jenis pembayaran
Dana Sehat RSUD sebanyak 1 orang, sedangkan untuk umum
sebanyak 79 orang dan BPJS Non PBI sebanyak 86 orang. BPJS
menjadi terbanyak karena BPJS Kesehatan adalah Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang dibentuk pemerintah untuk
memberikan Jaminan Kesehatan untuk Masyarakat.

b. Penyakit di Arjuna

61
Berdasarkan laporan besar, 10 besar penyakit dari periode bulan janu
2019 ditemukan kasus-kasus penyakit diruang Arjuna RSUD
Banyumas dapat dilihat:

Tabel 19
Data 10 Besar Penyakit di Arjuna
Periode Agustus-Oktober 2019

No KD.ICD Jenis Penyakit Jumlah Presentase


1 F20.5 Residual Schizophrenia 39 29 %
2 F20.9 Schizophrenia, unspecified 37 27,41 %
3 F20.3 Undifferentiated schizophrenia 22 16,3 %
4 F20.0 Paranoid schizophrenia 10 7,4 %
5 F32.9 Depressive episode, unspecified 10 7,4 %
6 F23.9 Acute and transient psychotic 9 6,7 %
disorder, unspecified
7 F06.9 Unspecified mental disorder brain 3 2,2 %
damage and
8 G25.9 Extrapyramidal and movement, 3 2,2 %
unspecified
9 F25.9 Schizoaffective disorder, 1 0,74 %
unspecified

10 F23.0 Acute polymorphic psychotic 1 0,74 %


disorder without symptoms of
schizophrenia
Total 135 100%

Analisa:
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Arjuna merawat pasien
terbanyak dengan kasus Skizofrenia Residual dengan jumlah pasien
sebanyak 39 orang (29%), kasus yang paling jarang ditemukan adalah
Gangguan Psikotik Akut Polimorfik Dengan Gejala Skizofrenia yaitu sekitar
1 kasus.

c. Status Keluar Pasien


Tabel 20
Keadaan Pasien Keluar Arjuna
Periode Agustus-Oktober 2019
NO Keadaan Agustus September Oktober Jumlah Presentase
Pasien

62
1 Membaik 40 61 41 142 99,3%
2 Meninggal 0 0 1 1 0,7%
Total 40 61 42 143 100%

AAnalisa:
Berdasarkan pada tabel keadaan pasien keluar dari ruang Arjuna pada
bulan Agustus-Oktober 2019 sebanyak 93,7% pasien membaik dengan
jumlah 142 orang. Ruang Arjuna merupakan ruang rawat inap khusus
jiwa kelas I ,kelas II / GMO dan VIP dimana setiap gangguan jiwa
dapat masuk di ruang tersebut dan memiliki keadaan sesuai syarat
tertentu. Jika kondisi pasien sudah membaik maka pasien akan
dimungkinkan untuk di perbolehkan pulang.

7. Peserta Didik
Kajian Teori
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik
pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang
pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Mahasiswa/Mahasiswi istilah
umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi yaitu perguruan
tinggi ataupun sekolah tinggi dalam bidang atau jurusan pendidikan yang
dimiliki.

Tabel 21
Daftar Institusi Pendidikan Yang Pernah Praktik Di Ruang Arjuna
RSUD Banyumas
Periode Agustus-Oktober2019

No Nama Institusi Jumlah Keterangan


Mahasiwa
1 Poltekes Semarang 8 Jiwa
Sumber: Data primer Ruang Arjuna 2019

Analisa:

63
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang
melakukan praktik keperawatan di RSUD Banyumas. Hal ini dikarenakan
RSUD Banyumas merupakan rumah sakit pendidikan. Mahasiswa-
mahasiswa yang praktek tidak hanya dari sekitar Banyumas saja, tetapi
juga daerah di luar Banyumas. Mahasiswa praktikkan yang datang ke
RSUD Banyumas mendapat bimbingan (CI) dari rumah sakit yang sudah
disesuaikan dengan tingkat pendidikan mahasiswa dan ruang Arjuna
merupakan ruang penyakit dalam wanita sehingga sangat baik untuk
dilakukan praktik keperawatan medikal bedah bagi mahasiswa.

D. Proses
1. Sistem Pemberian Pelayanann Keperawatan Profesional (SP2KP)
Kajian Teori
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
yang merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktik Keperawatan
Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara
perawat primer (PP) dan perawat asociated (PA) serta tenaga kesehatan
lainnya. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi
keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode keperawatan
primer).
Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan
dilakukan secara berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya
tanggung jawab dan tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu
layanan profesional. Terdapat satu orang perawat profesional yang disebut
PP, yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan
keperawatan yang diberikan. Pada MPKP, perawat primer adalah perawat
lulusan sarjana keperawatan/ Ners. Pada metode keperawatan primer,
hubungan profesional dapat ditingkatkan terutama dengan profesi lain.
Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
membutuhkan jumlah tenaga Skp/ Ners yang lebih banyak, karena setiap
PP hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi keperawatan
primer, setiap PP merawat 9-10 klien. Saat ini terdapat beberapa jenis
tenaga keperawatan dengan kemampuan yang berbeda-beda. Kombinasi
metode tim dan perawat primer menjadi penting sehingga perawat dengan
kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan dan membimbing

64
perawat lain di bawah tanggung jawabnya. Metode tim tidak digunakan
secara murni karena pada metode ini tanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan terbagi kepada semua anggota tim, sehingga sukar
menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
semua asuhan yang diberikan
a. Macam Metode Penugasan Dalam Keperawatan
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan
salah satu metode pendekatan di bawah ini :
1.) Metode Penugasan Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang
berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam
bidangnya. Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh
pemimpin kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan
menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan
kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan
keperawatan klien.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok
pasien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
a.) Ketua tim
b.) Pelaksana perawatan
c.) Pembantu perawatan
Tugas dan Tanggung jawab Ketua tim
a.) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan
klien sejak masuk samapai pulang
b.) Mengkaji kondisi kesehatan klien dan keluarganya
c.) Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan
d.) Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota
tim

65
e.) Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan
tindakan keperawatan
f.) Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar.
g.) Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan
group.tim (group petugas ganti)mengawasi : kondisi
klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi
rekam medik, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi
program pengobatan.
h.) Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh
group sebelumnnya.
i.) Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.
j.) Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
k.) Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan
program pengobatan dokter.
l.) Membantu pelaksanaan rujukan
m.) Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru
mengenai : tata tertib ruanganRS, perawat yang bertugas.
n.) Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan
kesehatan
o.) Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas
cleaning service, mengaturtugas peserta didik, mengatur tata
tertib ruangan yang ditunjukkan kepada semua petugas,peserta
didik dan pengunjung ruangan.
p.) Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan
q.) Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta
tenaga keperawatan
r.) Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan
lingkungan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah memberikan asuhan
yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
Kelebihan metode tim adalah :
a.) Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
b.) Pasien dilayani secara komprehesif
c.) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
d.) Tercipta kerja sama yang baik

66
e.) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan
interpersonal
f.) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-
beda dengan aman dan efektif.
Kekurangan metode tim adalah:
a.) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang
bukan menjadi tanggung jawabnya.
b.) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk
rapat tim ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat
mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim
terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat.
c.) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman
selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang
mampu atau ketua tim.
d.) Akuntabilitas dalam tim kurang jelas

2.) Metode Perawatan Primer


Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat
dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep
selama pasien dirawat.
a.) Tugas perawat primer adalah:
i. Menerima pasien
ii. Mengkaji kebutuhan
iii. Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi
iv. Mengkoordinasi pelayanan
v. Menerima dan menyesuaikan rencana
vi. Menyiapkan penyuluhan pulang
vii. Konsep dasar metode perawatan primer adalah:
viii. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
ix. Ada otonomi
x. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya

b.) Ketenagaan
i. Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”.

67
ii. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
iii. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
iv. Perawat profesional sebagai primer dan perawat non
profesional sebagai asisten.
c.) Kepala bangsal
i. Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer
ii. Orientasi dan merencanaka karyawan baru
iii. Menyusun jadwal dinas
iv. Memberi penugasan pada perawat asisten.
d.) Kelebihan dari metode perawat primer
i. Mendorong kemandirian perawat.
ii. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
iii. Berkomunikasi langsung dengan Dokter
iv. Perawatan adalah perawatan komprehensif
v. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan
atau diterapkan.
vi. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
vii. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima
asuhan keperawatan.
e.) Kelemahan dari metode perawat primer
i. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
ii. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
iii. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

3.) Metode Penugasan


Metode penugasan adalah cara untuk membagi pekerjaan yang ada
di suatu unit perawatan kepada tenaga yang ada di unit tersebut
(Gillies, 1996). Metode penugasan terdiri dari:
a.) Metode Fungsional
Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri
dari pemisahan tugas keperawatan yang terlibat di dalam setiap
perawatan pasien dan penugasan masing-masing anggota staf
keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi bagi semua
pasien di dalam sebuah unit.
Kelebihannya:

68
Masing-masing anggota staf memiliki kesempatan untuk
menjadi sangat terampil di dalam melakukan satu atau dua
tugas yang merupakan spesialisasinya.
Kekurangannya :
Perawatan setiap pasiennya di pilah-pilah, tidak total sehingga
proses keperawatan sulit diterapkan dan perawat melihat askep
hanya sebagai keterampilan saja.
b.) Metode Tim
Konsepnya adalah:
Ketua tim adalah perawat yang berpendididkan luas dan
berpengalaman. Komunikasi efektif diperlukan untuk
kelanjutan askep. Dokumentasi harus selalu divalidasi.
Pelaksanaan metode tim harus fleksibel, dapat dilakukan pada
shift pagi, sore, dan malam.
Kelebihannya :
i. Pelayanan keperawatan yang komprehensif.
ii. Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
iii. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat di tekan
melalui rapat tim.
iv. Memberi kepuasan bagi anggota tim melalui hubungan
interpersonal.
Kekurangannya :
i. Rapat tim memerlukan waktu.
ii. Tidak dapat dilakukan bila perawat belum terampil atau
berpengalaman.
iii. Pertanggunggugatan dalam tim tidak jelas.

4.) Metode Primary (Gillies, 1996)


Metode penugasan utama bekerja baik di dalam sebuah
organisasi dengan staf perawat yang semuanya berijazah. Masing-
masing perawat diberikan seluruh tanggung jawab bagi
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian perawatan pasien untuk
semua beban tugas kecil.

69
Dalam metode ini, seorang perawat bertanggung jawab dalam
askep klien yang menjadi tanggung jawabya selama 24 jam terus-
menerus dari datang sampai pulang. Keperawatan tim merupakan
sebuah metode penugasan perawatan yang dimaksudkan untuk
menghasilkan sekelompok perawat professional, teknis dan
penyokong. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah
dan berpengalaman serta punya pengetahuan di bidangnya.

5.) Metode Modular


Metode modular adalah pengorganisasian pelayanan/askep yang
dilakukan perawat professional untuk sekelompok klien semenjak
masuk rumah sakit sampai pulang (tanggung jawab total). Untuk
metode ini perlu perawat yang berpengetahuan, terampil, dan
punya kemampuan kepemimpinan. Keuntungan dan kerugian
metode ini merupakan gabungan metode primer dan tim.

Kajian Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan didapatkan
jumlah staff di Ruang Arjuna saat ini adalah 11 orang. Dengan perincian 1
orang Kepala Ruang, 2 orang Ketua Tim, 7 orang Perawat serta 1
administrasi.
Dari hasil pengkajian di Ruang Arjuna didapatkan bahwa Ruang
Arjuna menggunakan metode tim dengan jumlah perawat keseluruhan
adalah 10 orang. Dengan perincian 1 orang Kepala Ruang, 2 orang Ketua
Tim, 7 orang Perawat Pelaksana. Selain menggunakan metode tim, ruang
Arjuna menggunakan pendelegasian tugas dimana perawat dapat
ditugaskan untuk tindakan tertentu sesuai keaadaan ruangan. Adapun
struktur metode tim sebagai berikut :

Karu

Katim I Adminitrasi
Katim II
IIO

PP PP PP PP PP PP PP
70
b. Mutu Pelayanan Keperawatan
1) Kepuasan Kerja Perawat
Observasi dilakukan selama 3 hari dari tanggal 26-28 November
2019, Kepuasan Kerja Karyawan Ruang Arjuna dapat dilihat dari
tabel berikut:

Tabel 22
Kepuasan Kerja Karyawan Ruang Arjuna
Periode 26-28 November 2019

P P P P P (%)
No INDIKATOR
1 2 3 4 5
1 Gaji Salary
Saya puas dengan sistem pemberian gaji di tempat √ √ √ √ √
saya bekerja
Gaji yang diterima sesuai dengan pendidikan saya √ X √ √ √
2 Kondisi Kerja
Saya merasa puas dengan kondisi lingkungan kerja √ √ √ √ √
saya
Kondisi kerja sangat menyenangkan dan nyaman √ √ √ √ √
3 Kebijakan Rumah Sakit
Saya merasa puas dengan cara rumah sakit √ √ √ √ √
menerapkan kebijakan yang berlaku
Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit tidak √ √ √ √ √
merugikan karyawan
4 Hubungan Antar Pribadi
Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja lebih √ √ √ √ √
memuaskan saya
Rekan kerja saya di rumah sakit ini menyenangkan √ √ √ √ √
5 Supervisi
√ √ √ √ √
Komunikasi dengan atasan sangat baik
Atasan membantu dalam permasalahan yang √ √ √ √ √
menyangkut pekerjaan
6 Prestasi
√ √ √ √ √
Saya puas dengan prestasi kerja saya saat ini
Saya mendapatkan pengakuan yang selayaknya atas √ √ √ √ √
prestasi saya
7 Pengakuan
√ √ √ √ √
Saya sangat dihargai ditempat kerja

Atasan saya sangat menghargai hasil kerja saya √ √ √ √ √

71
8 Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan yang saya lakukan sesuai dengan job √ √ √ √ √
description
Saya bisa menyelesaikan tugas-tugas saya selama √ √ √ √ √
jam kerja
9 Tanggung jawab
Saya merasa puas dengan tingkat tanggung jawab √ √ √ √ √
dalam pekerjaan yang saya emban
Sebagai perawat saya bertanggung jawab atas √ √ √ √ √
pekerjaan yang diberikan kepada saya
10 Promosi/ pengembangan karier
Saya puas karena mendapat pelatihan yang sesuai √ √ √ √ √
untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan saya
Kenaikan posisi/ promosi/ gaji ditandai dengan adil √ √ √ √ √
dengan memperhatikan masa kerja, kinerja dan
kemampuan.
TOTAL 99%

Analisa :
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk kepuasan kerja perawat di
Rumah Sakit menunjukkan bahwa tingkat kepuasan perawat yang
bekerja di Ruang Arjuna menunjukkan presentase 99 % yang masuk
dalam kategori sangat baik. Dapat disimpulkan jika perawat yang
bekerja di Ruang Arjuna sangat puas dengan hasil yang sudah
didapatkan karena semua sudah sesuai dengan prosedur yang ada di
Rumah Sakit. Diharapkan Rumah Sakit mempertahankan kinerja
perawat sehingga pelayanan kepasien lebih optimal.

72
Tabel 23
Pelaksanaan Uraian Tugas Kepala Ruang di Ruang Arjuna
Periode 26-28 November 2019

No INDIKATOR H1 H2 H3 %
1 Menerapkan kepada pasien dan keluarganya √ √ √ 100
mengenai peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit / UPF, keadaan pasien pada situasi
tertentu
2 Mengusahakan dan memelihara hubungan √ √ √ 100
kerja yang harmonis dan berdaya guna antara
perawat dengan perawat, perawat dengan
dokter/ petugas lain, pasien dan keluarga
3 Mengatur dan mengendalikan kegiatan √ √ √ 100
perawatan / pegawai lain / siswa dalam
kegiatan pelayanan keperawatan
(koordinator)
4 Mengatur dan mengawasi pelaksanaan √ √ √ 100
rumah sakit yang berlaku di unit perawatan
5 Mengenal jenis dan penggunaan barang, √ √ √ 100
serta mengusahakan pengadaan sesuai
kebutuhan di unit perawatannya agar tercapai
pelayanan
6 Perawatan yang optimal x x x 0
7 Merencanakan, melaksanakan dan menilai √ √ √ 100
pelayanan perawatan sesuai dengan
kebutuhan pasien berdasarkan proses
perawatan
8 Mengklarifikasikan pasien menurut tingkat √ √ √ 100
kegawatan/ infeksi dan non infeksi untuk
memudahkan cara merawatnya
9 Mengawasai dan meneliti pelaksanaan √ √ √ 100
pemberian obat, makanan / diit dengan
perhatian khusus terhadap pasien yang perlu
di bantu
10 Mengawasi dan meneliti pencatatan medik √ √ √ 100
dan catatan perawatan pasien
11 Membimbing tenaga perawatan dalam √ √ √ 100
melaksanakan teknik perawatan
12 Mengadakan pendekatan kepada setiap √ √ √ 100
pasien yang di rawat untuk mengetahui
keluhan/ masalah yang di hadapi
13 Mendampingi selama visite, mencatatat serta √ √ √ 100
melaksanakan teknik perawatan
14 Memelihara dan meningkatkan sistem √ √ √ 100
pencatatan dan pelaporan secara teratur dan
berkesinambungan tentang keadaan pasien

73
untuk kepentingan perawatan
15 Menigisi buku catatan pribadi dan √ X X 33,34
mendatangani buku catatan pribadi dan
pelaksana perawatan di unitnya
16 Memberikan penyuluhan kesehatan kepada √ √ √ 100
pasien dan keluarganya sesuai dengan
penyakitnya
17 Mengadakan penilaian pelayanan perawatan √ √ √ 100
anatara lain dengan cara meneliti,
mengbobservasi reaksi pasien, reaksi petugas
dan reaksi lingkungannya
18 Menyusun daftar dinas dari petugas √ √ √ 100
perawatab dan petugas lainnya secara merata
dan seefektif mungkin
19 Membantu mengawasi dan membimbing √ √ √ 100
siswa perawat untuk mendapatkan
pengalaman belajar di unitnya
20 Menjaga rahasia yang menyangkut penyakut √ √ √ 100
dan keadaan pasien di unitnya sesuai dengan
sumpah jabatan
21 Menjaga terpeliharanya kebersihan, kerapian, √ √ √ 100
dan ke indahann di unitnya serta
lingkungannya
22 Menjaga perasaan nyaman bagi psien dan √ √ √ 100
petugas selama melaksanakan kegiatan
perawatan
23 Mengadakan rapat berkala dengan pelaksana √ √ √ 100
perawatan
24 Mengusahakan kesejahteraan dan √ √ √ 100
keselamatan kerja petugas
25 Memberikan orientasi kepada tenaga perawat √ √ √ 100
baru
TOTAL 100%

Analisa :
Berdasarkan hasil observasi dan kuisioner didapatkan hasil Penilaian
Uraian Tugas Karu mencapai 100%. Hasil ini menunjukkan Kepala Ruang
melaksanakan tugas dengan sangat baik. Diharapkan kepala ruangan bisa
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien sehingga membuat
pasien merasa nyaman.

Tabel 24
Pelaksanaan uraian Tugas Ketua Tim

74
Di Ruang Arjuna Periode 26-28 November 2019

No INDIKATOR Observasi
H1 H2 H3
1 Melakukan pengkajian lengkap dan mencatatnya √ √ √
pada formulir rekam keperawatan untuk
digunakan sebagai dasar perencanaan asuhan
keperawatan lebih lanjut
2 Membuat rencana asuhan keperawatan √ √ √
berdasarkan diagnosa keperawatan dan rencana
terapi yang di tetapkan oleh dokter
3 Membuat rencana asuhan keperawatan √ √ √
berdasarkan diagnosa keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan dan rencana terapi yang
ditetapkan oleh dokter
4 Melakukan asuhan dan pelayanan keperawatan √ √ √
sesuai dengan rencana keperawatan serta
membuat membuat rencana pulang ( resume)
5 Membagi tugas kepada semua anggota timnya √ √ √
dengan mempertimbngkan kemampuan anggota
dan kebutuhan pasien yang harus dipenuhi
6 Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien X X X
dan keluarga sesuai kebutuhan klien
7 Mengadakan serah terima tugas perawat yang jaga √ √ √
sore dan menerima laporan tugas dari perawat
jaga malam
8 Memberikan bimbingan kepada perawat yang teah X X X
jadi anggota tim dan melakukan evaluasi hasil
kerjanya
9 Menyusun data yang berhubungan dengan asuhan √ √ √
keperawatan berdasar laporan anggota tim sebagai
masukan untuk membuat laporan kerja
pertanggung jawaban ruangan
10 Menghadiri pertemuan klinik dengan dokter dan √ √ √
tim kesehatan lain untuk membicarakn dan
membahas kasus-kasus dalam rangka
meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan
keperawatan
11 Melakukan kunjungan keliling ruangan bersama √ √ √
anggota tim, dokter dan Tim kesehatan lain untuk
mengetahui kedaaan pasien dalam rangka
memberikan asuhan dan pelayanan keperawatan
12 Memberikan bimbingan kepada siswa/ mahasiswa √ √ √
praktek yang ada di dalam tim dalam rangka
orientasi dan pelaksanaan praktek keperawatan
13 Mengadakan konferensi keperawatan dengan √ √ √
anggota tim untuk mengetahui masalah dalam tim

75
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
untuk mendapatkan cara penyelasaian agar
pelaksanaan perawatan klien berjalan sesuai
dengan tujuan
14 Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan √ √ √
dalam rangka mempelancar pelaksanaan kegiatan
SUBTOTAL 12 12 12
85,71 %

Analisa :
Berdasarkan hasil observasi dan kuisioner didapatkan hasil penilaian
Uraian Tugas Ketua Tim dengan prosentase 85,71% yang dapat
dikategorikan sangat baik. Hasil ini menunjukkan Ketua Tim Ruang
Arjuna melaksanakan tugas dengan baiks esuai prosedur yang sudah
ditetapkan, namun perlu ditingkatkan untuk ketua tim dalam melakukan
bimbingan klinik keperawatan kepada perawat minimal seminggu sekali
(ronde keperawatan/bed site teaching) untuk membahas keadaan pasien
dan tindakan harus dilakukan. Perlu di tingkatkan juga untuk ketua tim
untuk melakukan post conference sehingga laporan mengenai asuhan
keperawatan bisa berjalan dengan maksimal.

Tabel 25
Pelaksanaan uraian Tugas Perawat Pelaksana
Di Ruang Arjuna Periode 26-28 November 2019

INDIKATOR P1 P2 P3 P4 P P6 P P
No
5 7 8
1 Dalam keadaan insidentil membuat √ √ √ √ √ √ √ √
pengkajian, diagnose dan
perencanaan keperawatan yang
kemudian disyahkan oleh
penanggung jawab group primer
(Ketua Tim)
2 Memberikan perawatan paripurna √ √ X √ X X X √
pada sejumlah pasien yang sudah
didelegasikan oleh penanggung
jawab (ketua Tim)
3 Melakukan kerja sama dan √ √ √ √ √ √ √ √
berkonsultasi kepada penanggung
jawab / ketua tim bila terjadi
masalah-masalah yang berhubungan
dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan

76
4 Mengambil keputusan bila terjadi √ √ √ √ √ √ √ √
masalah-masalah yang berhubungan
dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada waktu dinas sore,
malam dan hari libur dan melaporkan
pada PPJR
5 Menata ruangan keperawatan dengan √ √ X x x X √ √
mengawasi kebersihan, kelengkapan
peralatan dan membela untuk
kelancaran pelaksanaan pelayanan
6 Memberikan bimbingan kepada √ √ √ √ √ √ √ √
pasien atau keluarga tentang
penggunakan obat, kebersihan
perorangan, makanan dan cara hidup
sehat serta memberi motivasi dalam
rangka memberikan pelayanan pada
pasien
7 Menghadiri konferensi keperawatan, √ √ √ √ √ √ √ √
tim kesehatan lain untuk
membicarakan dan membahas kasus-
kasus untuk mendapatkan cara
pemecahan masalah dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan pada
pasien
8 Mengikuti serah terima tugas yang √ √ √ √ √ √ √ √
dipimpinoleh penanggung jawab /
ketua tim
9 Melaksanakan tugas sore, malam dan √ √ √ √ √ √ √ √
hari libur secara bergilir sesuai
dengan jadwal yang dibuat oleh
kepala ruang / ketua tim
10 Meningkatkan pengetahuan dan √ √ √ √ √ √ √ √
ketrampilan di bidang keperawatan
dengan mengikuti pertemuan ilmiah
atau rapat-rapat khusus
11 Melakukan kegiatan penunjang √ √ √ √ √ √ √ √
sesuai dengan jenis jabatan
fungsional keperawatan
12 Melaksanakan tugas lain yang √ √ √ X X √ √ X
diberikan oleh atasan dalam hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas
dalam rangka menunjang kelancaran
pelaksanaan kegiatan di ruang
keperawatan
SUBTOTAL 12 12 10 10 9 10 11 11
88,54%
Sumber: observasi mahasiswa Stikes St. Eliasabeth 2018

77
Analisa:
Berdasarkan hasil observasi di ruangan tentang pelaksanaan kerja
perawat di Ruang Arjuna didapatkan hasil penilaian dengan presentase
88,54% yang dapat dikategorikan sangat baik, maka dari itu dapat
disimpulkan kinerja perawat di Ruang Arjuna baik dan sudah sesuai
prosedur yang telah ditetapkan, diharapkan perawat lebih meningkatkan
dalam tindakan memberikan penjelasan pada klien sebelum melakukan
tindakan keperawatan dan memberikan dukungan terhadap asuhan ketika
melaksanakan tugas atau pekerjaan, melakukan dischard planning pada
pasien pulang sehingga pasien mengerti atas tindakan yang telah dilakukan
perawat.

c. Meeting Morning
Kajian Teori
1.) Pengertian
Suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum dimulainya
operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi.
2.) Tujuan
Koordinasi intern ruang perawatan (wahana informasi dan
komunikasi) Kebijakan :
a.) Dilakukan disemua ruang rawat inap/instalasi yang ada
kaitannya dengan pelayanan keperawatan agar tercapai dalam
memberikan askep yang optimal dan tepat
b.) Dilakukan tiap pagi hari sebelum operan jaga. Waktu
pelaksana kurang lebih 15 menit
c.) Diikuti oleh perawat jaga malam, perawat jaga pagi, pramusaji,
tenaga, administrasi ruang dan house keeping.
3.) Prosedur
Persiapan
a.) Karu mempersiapkan materi dan informasi mengenai kegiatan-
kegiatan non keperawatan di ruang tersebut
b.) Karu menyiapkan tempat untuk melakukan morning meeting
c.) Mempersiapkan salah satu staf untuk menjadi notulen

78
d.) Morning meeting diikuti oleh seluruh staf yang jaga pagi dan
malam
Pelaksanaan
a.) Karu membuka meeting morning dilanjutkan dengan doa
bersama
b.) Spiritual corner (membaca qur’an/kultum/membaca hadist)
c.) Melakukan repetitive magic power (budaya kerja dan
keyakinan dasar) dibacakan oleh salah satu peserta ditirukan
oleh semua peserta meeting morning
d.) Karu memberikan informasi dan arahan kepada staf dengan
materi yang telah disiapkan sebelumnya
e.) Karu melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada
staf
f.) Memberikan kesempatan kepada staf untuk mengungkapkan
permasalahan yang muncul di ruangan
g.) Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang
dapat di tempuh
h.) Karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf
Penutup
a.) Karu menutup meeting morning
b.) Karu dan peserta meeting morning menandatangani
notulensi
c.) Meeting morning dilanjutkan dengan operan jaga.

Kajian Data
Tabel 26
Meeting Morning Ruang Arjuna RSUD Banyumas
Periode 26-28 November 2019

INDIKATOR OBSERVASI
No
1 2 3
Mempersiapkan materi dan informasi √ √ √
1. mengenai kegiatan-kegiatan non
keperawatan
2. Menyiapkan tempat untuk meeting morning √ √ √
Menyiapkan salah satu staf untuk menjadi √ √ √
3.
notulen
Meeting morning diikuti oleh semua staf √ √ √
4.
yang jaga pagi dan malam

79
Memulai dengan salam dilanjutkan dengan √ √ √
5.
doa dan pembuka
Memberikan arahan kepada staf dengan √ √ √
6.
materi yang telah disiapkan sebelumnya
Melakukan klarifikasi apa yang telah √ √ √
7.
disampaikan kepada staf
Memberikan kesempatan kepada staf untuk √ √ √
8. mengungkapan permasalahan yang muncul
diruang rawat inap
Mendiskusikan pemecahan masalah yang √ √ √
9.
dapat ditempuh
Memberikan motivasi dan reinforcement √ √ √
10.
kepada staf
11. Menutup meeting morning √ √ √
12. Menandatangani catatan notulen √ √ √
TOTAL 100%

Analisa :
Berdasarkan tabel diatas yang didapat dari observasi ruangan, bahwa
penilaian meeting morning 100% dan dikategorikan sangat baik. Ruang
Arjuna setiap pagi karu akan memimpin meeting morning sesuai prosedur
tetap yang ada diruangan.

d. Pelaksanaan Operan Jaga


Kajian Teori
1.) Definisi
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien.
2.) Tujuan
a.) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
b.) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
c.) Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung
jawab antar anggota tim perawat.
d.) Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan.
3.) Manfaat
a.) Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak
lanjuti oleh perawat pada shift berikutnya.

80
b.) Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang
dilaporkan dengan keadaan klien yang sebenarnya.
c.) Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila
ada yang belum terungkap.
4.) Metode Pelaporan
a.) Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien melaporkan
langsung kepada perawat penanggung jawab berikutnya. Cara
ini memberikan kesempatan diskusi yang maksimal untuk
kelanjutan dan kejelasan rencana keperawatan.
b.) Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang
perawat kemudian dilanjutkan dengan berkeliling mengunjungi
klien satu persatu.
5.) Prosedur Pelaksanaan
a.) Kedua kelompok dinas sudah siap.
b.) Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara
penuh terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang
telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama
masa perawatan ( tanggung jawab).
Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang
matang sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
i. Identitas klien dan diagnosa medis.
ii. Masalah Keperawatan yang masih muncul.
iii.Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara
umum)
iv. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
v. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan operatif, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan
penunjang lain, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
yang tidak rutin dijalankan.
vi. Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
vii. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap

81
hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau berhak
terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas.
Sedapat-dapatnya, mengupayakan penyampaian yang jelas,
singkat dan padat.
viii. Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5
menit,kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan
keterangan yang rumit.
ix. Hal – hal yang perlu diperhatikan
Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang
disepakati, Dipimpin oleh penanggung jawab klien /
perawat primer, Diikuti oleh semua perawat yang telah
dan akan dinas, adanya unsur bimbingan dan pengarahan
dari penanggung jawab, Informasi yang disampaikan harus
akurat, singkat, sistematik dan menggambarkan kondisi
klien pada saat ini serta kerahasiaan klien, Timbang terima
harus berorientasi pada masalah keperawatan yang ada
pada klien, dengan kata lain informasi yang diberikan
berawal dari masalahnya terlebih dahulu ( setelah
diketahui melalui pengkajian ), baru kemudian terhadap
tindakan yang telah dilakukan dan belum dilakukan serta
perkembangan setelah dilakukan tindakan, Timbang
terima dilakukan didekat pasien, menggunakan volume
suara yang pelan dan tegas ( tidak berbisik ) agar klien
disebelahnya tidak mendengarkan apa yang dibicarakan
untuk menjaga privacy klien, terutama mengenai hal-hal
yang perlu dirahasiakan sebaiknya tidak dibicarakan
secara langsung di dekat klien.Bila ada informasi yang
mungkin membuat klien terkejut sebaiknya jangan
dibicarakan didekat klien tetapi diruang perawat.
Kajian Data
Tabel 27
Operan Jaga Ruang Arjuna RSUD Banyumas
Periode 26-28 November 2019

No ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI


1 2 3
1. Menyiapkan semua tim untuk √ √ √

82
melakukan operan jaga
2. Melaporkan kondisi pasien dengan √ √ √
cara berkeliling ke ruang perawatan
pasien
3. Keliling ke seluruh pasien √ √ √
4. Mendiskusikan masalah yang muncul √ √ √
pada pasien
5. Menyapa dan memberikan salam √ √ √
kepada pasien
SUB TOTAL 5 5 5
TOTAL 15/15 x 100% = 100%

Analisa :
Berdasarkan hasil observasi didapatkan data atas pelaksanaan tugas
jaga (operan) adalah 100%. Angka ini menunjukan bahwa pelaksanaan
tugas jaga (operan) tergolong dalam kategori sangat baik. Perawat sudah
melakukan semua indikator dalam operan jaga. Hal ini bertujuan agar
perawat mempunyai kesempatan diskusi yang maksimal untuk kelanjutan
dan kejelasan rencana keperawatan pasien.

e. Pre Conference
Kajian Teori
Pre conference, yaitu komunikasi katim dan Perawat setelah
selesai operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim.
Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan
tambahan rencana dari katim atau PJ tim.
1.) Persiapan
a.) Ketua tim menyiapkan ruangan
b.) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift
pasien dalam tanggung jawabnya serta buku berita acara
timbang terima perawat jaga yang telah diisi
2.) Pelaksanaan
a.) Ketua tim/PJ membuka pre conference dengan salam dan
berdoa (masuk dalam meeting morning, jika pagi)
b.) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya pre
conference
c.) Ketua Tim/PJ memandu pelaksanaan pre conference

83
d.) Ketua Tim/PJ menjelaskan masalah keperawatan pasien,
rencana tindakan keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya
e.) Ketua Tim/PJ membagi tugas kepada anggota tim dengan
memperhatikan keseimbangan kerja
f.) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan kelompok tentang cara
dan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
g.) Ketua Tim/PJ memotivasi untuk memberikan tanggapan dan
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
h.) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi kesiapan anggota tim untuk
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasiem yang
menjadi tanggung jawabnya
i.) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada anggota
tim
j.) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil pre conference.
3.) Penutup
a.) Ketua Tim/PJ mengakhiri pre conference
b.) Ketua Tim/PJ mendokumentasikan hasil pre conference.

Kajian Data
Tabel 28
Pre Conference Ruang Arjuna RSUD Banyumas
Periode 26-28 November 2019

No ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI

1 2 3

1. Menyiapkan ruangan √ √ √
2. Menyiapkan rekam medic dan buku laporan √ √ √
shift pasien jika belum dilakukan
3. Ketua Tim / PJ menjelaskan tujuan X X X
dilakukannya pre conference
4. Ketua Tim / PJ memandu pelaksanaan pre √ √ √
conference
5. Ketua Tim / PJ menjelaskan masalah √ √ √
keperawatan pasien, keperawatan dan rencana
keperawatan yang menjadi tanggung jawab
6. Ketua Tim / PJ membagi tugas kepada X X X
anggota tim dengan memperhatikan
keseimbangan kerja
7. Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan X √ √

84
asuhan pasien
8. Ketua Tim / PJ memotivasi untuk √ √ √
memberikan tanggapan dan penyelesaian
masalah yang sedang didiskusikan
9. Ketua Tim / PJ mengklarifikasi kesiapan X x x
anggota tim untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya.
10. Ketua Tim / PJ memberikan reinforcemen √ √ √
positif pada anggota tim
11. Ketua Tim / PJ menyimpulkan hasil pre √ √ √
conference
12. Ketua Tim / PJ mengakhiri pre conference √ √ √
13. Ketua Tim / PJ mendokumentasikan pre √ √ √
conference
Total 74,35%

Analisa :
Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 74,35%
dengan kategori baik. Hal ini karena terdapat beberapa indicator yang
masih kurang dilakukan oleh ketua tim, yaitu ketua tim tidak
menjelaskan tujuan dari pre conference, membagi tugas kepada
anggota tim dengan memperhatikan keseimbangan kerja, cara dan
strategi pelaksanaan asuhan pasien mengklarifikasi kesiapan anggota
tim untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.Tujuan dari pre conference untuk
mengetahui apakah selama pelaksanaan tugas terdapat masalah atau
tidak, motivasi dan reinforcement dapat membuat staf merasa
bersemangat saat menjalankan tugas maupun saat menyelesaikan
suatu masalah, perlunya menyimpulkan dan mengklarifikasi kesiapan
staf mengenai tanggungjawab suatu pre conference mengetahui
pemahaman staf akan tugas yang diberikan.
f. Post Conference
Kajian Teori
Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan.
1.) Persiapan
a.) Ketua tim menyiapkan ruangan
b.) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift
pasien dalam tanggung jawabnya

85
2.) Pelaksanaan
a.) Ketua Tim/PJ membuaka post conference
b.) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
c.) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
d.) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang masalah
yang ditemukan dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah
e.) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada nggota
tim
f.) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil post conference
g.) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum
melakukan tindakan operan tugas jaga shift berikutnya
3.) Penutup
a.) Ketua Tim/PJ mengakhiri post conference
b.) Ketua Tim/PJ mendokumentasikan post conference.

Kajian Data
Tabel 29
Post Conference Ruang Arjuna RSUD Banyumas
Periode 26-28 November 2019

No INDIKATOR Observasi
1 2 3
1. Buka kegiatan Post Conference dengan bacaan √ √ √
salam oleh ketua tim/ PJ shift
2. Kaji ulang data pasien : nama, no RM, tanggal √ √ √
lahir
3. Identifikasi program dalam Pre Conference √ √ X
4. Perawat pelaksana menyampaikan hasil asuhan X X √
keperawatan yang telah dilaksanakan dan PJ
shift/ katim melaksanakan validasi
5. Ceritakan respon pasien dan keluarga dalam √ √ X
menerima tindakan keperawatan
Diskusikan kendala dalam pemberian asuhan x x X
6. keperawatan
7. Buat rencana tindak lanjut asuhan yang belum X √ √
dilaksanakan dan akan direncanakan ke shift
berikutnya.
8. Tutup kegiatan Post Conference dengan √ √ √
bancaan salam oleh ketua tim/ PJ shift
9. Ketua tim / PJ memberikan reinforcement X √ X

86
positif pada anggota tim
10. Ketua tim/ PJ menyimpulkan hasil post X X X
conference
11. Ketua tim / PJ mengakhiri post conference √ √ √
12. Ketua tim/ PJ mendokumentasikan post √ √ √
conference
SUB TOTAL : 7 9 7
TOTAL 63,88%

Analisa :
Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 63,88% hasil ini
menunjukan bahwa pelaksaan post conference dalam kategori baik.
Namun, post conference dilakukan pada akhir shift atau post conference
digabungkan dengan operan untuk shift selanjutnya, padahal post
conference seharusnya dilakukan tersendiri karena post conferene sangat
penting untuk mengetahui tindakan keperawatan yang telah dilakukan
perawat pada saat shift dan untuk mengetahui kendala atau masalah saat
dilakukan tindakan keperawatan selama shift. Pada saat dilakukannya post
conference tidak dijelaskan mengenai tujuan dari post conference itu
sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat post conference tidak
dilakukan sesuai dengan SPO karena untuk mempersingkat waktu dan
tidak mungkin untuk dilakukan post conference saat pasien banyak.

87
2. Proses Asuhan Keperawatan
a. Instrumen A
Kajian Teori
1.) Pengertian
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) adalah uraian pernyataan
tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses
dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan keperawatan berarti
pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai pemberian
asuhan keperawatan terhadap pasien/ klien. Hubungan antara
kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat,
karena melalui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti
pelayanan meningkat dan memburuk (Wilkinson,2006).
2.) Tujuan
Tujuan ditetapkannya standar asuhan keperawatan diantaranya
yaitu:
a.) Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan
memusatkan upaya dan meningkatkan motovasi perawat
terrhadap pencapaian tugas.
b.) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi
kegiatan perawat yang tidak penting atau tidak tepat terhadap
kebutuhan pasien.
c.) Memberikan landasan untuk mengantisipasi suatu hasil yang
tidak memenuhi standar asuhan keperawatan ataas kelalaian
petugas keperawatan (Sitorus, 2006).
3.) Manfaat SAK
a.) Dalam praktek klinik, memberikan serangkaian kondisi untuk
mengevaluasi mutu asuhan keperawatan dan juga merupakan
alat pengukur mutu penampilan kerja perawat yang sangat
diperlukan sebagai umpan balik dalam meningkatkan
penampilan kerja perawat
b.) Dalam administrasi pelayanan keperawatan, sangat penting
dalam perencanaan pola ketenagaan, progam pengembangan
staf dan mengidentifikasi isi dari progam pelatihan.

88
c.) Dalam pendidikan keperawatan, standar sangat menbantu
pendidikan keperawatan dalam merencanakan kurikulum.
d.) Sebagai area riset dan penelitian keperawatan dengan temuan
yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan
asuhan keperawatan.
e.) Dalam sistem pelayanan kesehatan secara umum, perawat
dapat menggunakan standar untuk mengkomunikasikan inti
asuhan keperawatan kepada konsumen dan profesi kesehatan
yang lain (Depkes RI, 2005).
4.) Indikator Standar Asuhan Keperawatan
Indikator standar asuhan keperawatan, menurut Depkes (2010)
sebagai berikut :
a.) Standar I – Pengkajian Keperawatan
Berupa data anamnesa, observasi yang paripurna dan lengkap
serta dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan
pasien untuk menentukan asuhan keperawatan , sehingga data
dalam pengkajian harus bermanfaat bagi semua anggota Tim.
b.) Standar II – Diagnopsa Keperawatan
Yaitu respon pasien yang dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma
fungsi kehidupan pasien dan komponennya terdiri dari
masalah, penyebab dan gejala/ tanda, bersifat aktual dan
potensial dan dapat ditanggulangi oleh perawat. Diagnosa
keperawatan adalah diagnosa yang dibuat oleh tenaga
profesional yang menggambarkan tanda dan gejala menunjuk
kepada masalah kesehatan yang dirasakan pasien.
c.) Standar III – Perencanaan Keperawatan
Standar ini disusun berdasarkan diagnosis keperawatan,
komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan
keperawatan dan rencana tindakan.
d.) Standar IV – Intervensi Keperawatan
Berupa pelaksanaan tindakan yang ditentukan dengan maksud
agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang
mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta

89
pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan keluarga serta
berorientasi pada 14 komponen keperawatan.
e.) Standar V – Evaluasi Keperawatan
Dilakukan secara periodik sistematis dan berencana untuk
menilai perkembangan pasien. Menentukan keberhasilan
tindakan keperawatan dan kebutuhan akan perubahan
rencanaperawatan meliputi : pengumpulan data pengkajian,
membandingkan perilaku pasien yang diharapkan dengan
kenyataan, melakukan evaluasi bersama pasien, keluarga dan
bersama tim kesehatan lainnya, mengidentifikasi perubahan
yang dibutuhkan dalam menentukan tujuan dan rencana
keperawatan.
f.) Standar VI – Catatan Asuhan Keperawatan
Dilakukan secara individual oleh perawat selama pasien
dirawat inap maupun rawat jalan, digunakan sebagai informasi,
komunikasi dan laporan, dilakukan segera setelah tindakan
dilaksanakan sesuai dengan pelaksanaan proses perawatan,
setiap mencatat harus mencantumkan inisial/ paraf nama
perawat, menggunakan formulir yang baku, disimpan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

90
Aspek yang dinilai CM 1 CM 2 CM 3 CM 4 CM 5 CM 6
Pengkajian YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK
1 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan √ √ √ √ √ √
pedoman pengkajian
2 Data dikelompokkan (Bio-psiko-sosial- √ √ √ √ √ √
spiritual)
3 Data yang dikaji sejak pasien masuk √ √ √ √ √ √
sampai pulang
4 Masalah dirumuskan berdasarkan √ √ √ √ √ √
kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi kehidupan
Presentase%
Diagnosa
Diagnosa keperawatan berdasarkan √ √ √ √ √ √
masalah yang telah dirumuskan
Diagnosa keperawatan mencerminkan √ √ √ √ √ √
PES
Merumuskan diagnosa keperawatan √ √ √ √ √ √
actual
Presentase%

Intervensi
Berdasarkan diagnosa keperawatan √ √ √ √ √ √
Disusun menurut urutan Prioritas √ √ √ √ √ √
Rumusan tujuan mengandung komponen √ √ √ √ √ √

91
pasien perubahan, perilaku, kondisi,
pasien atau kriteria
Rencana tindakan menggambarkan √ √ √ √ √ √
keterlibatan pasien/keluarga
Rencana tindakan menggambarkan kerja √ √ √ √ √ √
sama, dengan tim kesehatan lain
Presentase %
Implementasi

Tindakan dilaksanakan mengacu pada √ √ √ √ √ √


rencana tindakan
Perawat mengobservasi respon pasien √ √ √ √ √ √
terhadap tindakan keperawatan
Revisi tindakan berdasarkan hasil √ √ √ √ √ √
evaluasi
Semua tindakan yang telah dilaksanakan √ √ √ √ √ √
dicatat ringkas dan jelas
Presentase %
Evaluasi

Evaluasi mengacu pada tujuan √ √ √ √ √ √


Hasil evaluasi dicatat √ √ √ √ √
Presentase%
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
Menulis pada format yang baku √ √ √ √ √ √

92
Pencatatan dilakukan sesuai dengan √ √ √ √ √ √
tindakan yang dilaksanakan
Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, √ √ √ √ √ √
istilah yang baku dan benar
Setiap melakukan tindakan, perawat √ √ √ √ √ √
mencantumkan paraf/ nama jelas dan
tanggal jika dilakukannya tindakan
Berkas catatan keperawatan disimpan √ √ √ √ √ √
sesuai dengan ketentuan yang baku.
Presentase %

PRESENTASE TOTAL 84,05 %

Analisa :

Berdasarkan hasil penilaian dengan intrumen A didapatkan hasil sebesar 84,05% yang artinya baik. Hanya saja di bagian evaluasi sim
askep belum terisi. Hasil dari wawancara hal tersebut terjadi karena belum semua data dimasukkan saat kami melakukan observasi. Untuk
pendokumentasian askep di ruang Arjuna secara manual sudah sangat baik dan sesuai dengan standart yang ada baik dalam pemilihan
masalah keperawatan dan penyesuaian evaluasi setiap hari. Hanya saja pada CPPT masih ada beberapa perawat yang dalam
pendokumentasiannya belum menuliskan nama, dan tanda tangan.

93
b. Instrumen B
Kepuasan Pasien
Tabel 31
Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan
Di Ruang Arjuna Periode 26-28 November 2019

No INDIKATOR K K K K K K
1 2 3 4 5 6
1 Apakah perawat memperkenalkan diri / √ x √ √ √ √
menyapa?
2 Apakah perawat selalu memanggil nama anda √ √ √ √ √ √
dengan benar?
3 Apakah perawat melarang anda / pengunjung √ √ √ √ √ √
merokok diruangan?
4 Apakah perawat selalu menanyakan √ √ √ √ √ √
bagaimana nafsu makan anda?
5 Apakah perawat pernah menanyakan √ √ √ √ √ √
pantangan dalam hal makanan anda?
6 Apakah perawat menanyakan atau √ X √ √ √ √
memperhatikan berapa jumlah makan dan
minum yang biasa anda habiskan?
7 Apabila anda tidak nafsu makan apakah √ √ √ √ √ √
perawat memotivasi anda?
8 Pada saat anda dipasang infus, apakah √ X √ √ √ √
perawat selalu memeriksa cairan / tetesannya
dan area sekitar pemasangan infuse?
9 Pada saat anda masuk RS, apakah perawat √ √ √ x √ √
memberikan penjelasan tentang fasilitas yang
tersedia dan cara penggunaanya, peraturan /
tata tertib yang berlaku di RS?
10 Apakah ruang tidur anda selalu dijaga √ √ √ √ √ √
kebersihannya dengan disapu atau dipel setiap
hari?
11 Apakah lantai kamar mandi/wc selalu bersih, √ √ √ √ √ √
tidak licin, tidak berbau, cukup terang?
12 Selama anda belum mampu mengontrol √ √ √ √ √ √
perasaan anda, apakah perawat membantu
anda?
13 Selama anda dalam perawatan, apakah √ √ √ √ √ √
perawat siap membantu ketika anda / keluarga
meminta bantuan / pertolongan?
14 Apakah alat-alat tenun seperti: seprei, selimut √ √ √ √ √ √
diganti setiap kotor?
15 Apakah anda mudah mendapatkan seprei atau √ √ √ √ √ √
sarung bantal / selimut?
16 Apakah perawat pernah memberikan X X x x x x
penjelasan tujuan dari restrain?
17 Selama anda dalam perawatan, apakah √ √ √ √ √ √
perawat mengawasi keadaan anda secara
teratur, pada pagi, sore maupun malam hari?
18 Apakah anda tahu waktu pergantian jaga x √ √ √ x √

91
perawat?
19 Apakah anda mengetahui nama perawat yang √ X √ √ √ x
bertanggung jawab setiap kali pergantian
dinas?
20 Apakah perawat bersikap sopan dan ramah? √ √ √ √ √ √

21 Apakah perawat selalu memberi penjelasan, √ √ √ x √ √


sebelum melakukan tindakan keperawatan
atau pengobatan?
22 Apakah perawat selalu bersedia √ √ √ √ √ √
mendengarkan dan memperhatikan setiap
keluhan dari anda / keluarga ?
23 Dalam hal memberikan obat, apakah perawat X √ √ √ √ x
membantu menyiapakan /meminumkan obat?
24 Apakah penampilan perawat, tambah rapi √ √ √ √ √ √
atau menarik/menyenangkan?
25 Selama anda dirawat apakah diberikan √ √ √ √ √ x
penjelasan tentang perawatan/ pengobatan /
pemeriksaan lanjutan setelah anda
diperbolehkan pulang?
88%
TOTAL

Analisa :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kelompok didapatkan data
88% yang termasuk kategori sangat baik. Perawat memperkenalkan
diri dan menyapa ketika berinteraksi dengan pasien. Untuk perawat
memberikan penjelasan tujuan tindakan restrain sangat jarang dilakukan
biasanya tindakan langsung dilakukan untuk ketenangan pasien.

c. Instrumen C
Kajian Teori
Suatu standar/ pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong
dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
Standar operasional prosedur merupakan tata cara atau tahapan yang
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses
kerja tertentu (Perry dan Potter, 2005).
Tujuan SPO antara lain :
1.) Petugas/ pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas/ pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
2.) Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.

92
3.) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas/ pegawai terkait.
4.) Melindungi organisasi/ unit kerja dan petugas/ pegawai dari
malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

Kajian Data
1.) Mengukur Tekanan Darah
Pengertian : Mengukur tekanan darah melalui permukaan dinding
arteri
Tujuan : Sebagai acuan untuk mengetahui tekanan darah
pasien
Prosedur :
Tabel 32
Mengukur Tekanan Darah

No JENIS ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI %


KEGIATAN 1 2 3 4 5
1 Mengukur a. Kriteria persiapan
Tekanan 1. Tensimeter 1 1 1 1 1 100
Darah 2. Stetoskop 1 1 1 1 1 100
3. Buku catatan 0 0 0 0 0 0
4. Pasien diberi penjelasan dan 1 1 1 1 1 100
posisi pasien diatur sesuai
kebutuhan
b. Kriteria pelaksanaan
1. Cuci tangan 0 1 0 0 0 20
2. Lengan baju pasien dibuka atau 1 1 1 1 1 100
digulung
3. Manset tensi meter dipasang 1 1 1 1 1 100
pada lengan atas dengan pipa
karetnya berada disisi luar
lengan. Manset dipasang tidak
terlalu kencang dan tidak terlalu
longgar
4. Pompa tensi meter dipasang 1 1 1 1 1 100
5. Denyut arteri branchialis diraba 1 1 1 1 1 100
lalu stetoskop ditempatkan pada
daerah tersebut
6. Skrup balon karet ditutup, 1 1 1 1 1 100
pengunci air raksa dibuka.
Selanjutnya balon dipompa
sampai denyut arteri tidak
terdengar lagi dan air raksa
didalam pompa pipa gelas naik.
7. Skrup balon dibuka oerlahan- 1 1 1 1 1 100
lahan sehingga air turun

93
perlahan-lahan. Sambil
memperhatikan turunnya air
raksa dengarkan bunyi
denyutan pertama/sistole dan
terakhir /diatole
8. Respon pasien dicatat 1 1 1 1 1 100
9. Pasien dan alat dirapikan 1 1 1 1 1 100
10. Cuci tangan 0 1 0 1 0 40
Total 84%

Analisa :
Berdasarkan hasil observasi data diatas didapatkan hasil 84%, yang
artinya cara pengukuran tekanan darah sudah dapat dilakukan dengan sangat
baik, hanya ada beberapa hal diantaranya cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan, serta membawa buku catatan pada saat mengukur tekanan darah
pasien, untuk catatan fungsinya hanyalah sebagai membantu perawat untuk
mengingat hasil yang telah diperolehnya, perawat disini tidak terbiasa
membawa catatan karena biasanya setelah melakukan tindakan langsung di
catat di buku laporan pasien, namun hal itu bisa dijadikan contoh awal yang
baik sebagai perubahan, membawa buku catatan setiap kali ke pasien agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti lupa akan respon pasien
setelah perawat memberikan tindakan.

2.) Tindakan pemasangan restrain


Pengertian : Suatu tindakan yang membuat pasien menjadi aman
Tujuan : Menjaga keselamatann pasien di tempat tidur, mencegah
risiko jatuh
Prosedur :
Tabel 33
Tindakan pemasangan restrain
No. ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI %
1 2 3 4 5
1. Siapkan tempat dan peralatan fiksasi √ √ √ √ √ 100%
2. Lakukan identifikasi sesuai prosedur √ X x √ x 40%
3. Jelaskan alasan dan tujuan dilakukan fiksasi √ √ √ √ √ 100%
4. Atur posisi pasien di atas tempat tidur
dengan posisi satu tangan dibawah dan satu x √ x x √ 40%
tangan dan atas dan kedua kaki di
renggangkan
5. Lakukan fiksasi pasien minimal pada 4 √ √ √ √ √ 100%
( empat) titik yaitu pada kedua pergelangan
tangan dan kedua pergelangan kaki
Lakukan fiksasi tambahan pada kedua X X X X X 0%

94
6. lengan dan kedua paha atas apabila dengan 4
titik fiksasi masih sulit untuk di atasi
7. Observasi tanda – tanda vital, respon dan X X X X X
kondisi peningkatan minimal setiap setengah 0%
jam atau sesuai dengan waktu yang di
tentukan
8. Ubah posisi pengikatan dan lakukan range X X X X X 0%
of motion ( mobilisasi setiap 2( dua)) jam
9. Bantu pemenuhan kebutuhan dasar pasien √ √ √ X √ 80%

51,11%
TOTAL :

Analisa :

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disimpulkan bahwa


pemasangan restrain sudah baik dengan hasil 51,11% kategori cukup,
Perawat untuk melakukan tindakan restrain dengan posisi pemasangan
restrain belum meberi posisi pasien di atas tempat tidur dengan posisi
satu tangan dibawah dan satu tangan dan atas dan kedua kaki di
renggangkan dan perawat kurang memperhatikan untuk mengubah
posisi pengikatan dan melakukan range of motion setiap 2 jam sekali .

3.) Pemberian Obat Oral


Pengertian : Memberikan obat melalui mulut dan meminta respon
Pasien
Tujuan : Mempersiapkan obat dan memberikan obat melalui
mulut secara tepat dan benar sesuai program
pengobatan, Memonitor respon obat kepada pasien
Prosedur :
Tabel 34
Pemberian Obat Oral

No JENIS ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI


KEGIATAN 1 2 3
3 Memberikan a. Kriteria Persiapan
obat melalui 1. Obat yang diperlukan √ √ √
mulut dalam tempatnya
2. Air minum dalam √ √ √
tempatnya
3. Pasien diberi penjelasan √ √ √
b. Kriteria Pelaksanaan

95
1. Cuci tangan √ 0 √
2. Obat diberikan langsung 0 √ 0
kepada pasien dan di
tunggu sampai obat di telan
bila perlu pasien di bantu
dengan memperhatikan 5
prinsip benar
3. Catat respon pasien dan √ 0 0
obat yang diberikan
4. Cuci tangan 0 √ 0
SUB TOTAL 5 5 5
Total 66,66%

Analisa :
Hasil observasi yang didapatkan untuk memberikan obat melalui
mulut perawat ruang Arjuna mendapat skor rata-rata 66,66% yang
artinya kegiatan tersebut sudah baik, hanya saja perlu ditingkatkan lagi
pada hal-hal yang belum di lakukan oleh perawat seperti : mencuci
tangan sebelum dan sesudah ke pasien, menunggu obat sampai benar-
benar diminum oleh pasien. Untuk yang menunggu sampai obat benar-
benar diminum oleh pasien.

4.) Mengganti balutan luka


Tabel 35
Mengganti Balutan Luka

No JENIS ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI %


KEGIATAN 1 2 3
4. Menganti a. Kriteria Persiapan:
balutan luka. 1. Peralatan steril
a) Pingset anatomis √ √ √ 100
b) Pingset chirugis √ √ √ 100
c) Gunting lurus √ √ √ 100
d) Kapas lidi - - - 0
e) Kassa steril √ √ √ 100
f) Mangkok kecil √ √ √ 100
2. Peralatan tidak steril
a) Gunting balutan √ √ √ 100
b) Plester √ √ √ 100
c) Obat desinfektan dalam √ √ √ 100
tempatnya(misalnya bethadine,
alkohol 70%, NaCL)
d) Bengkok - - - 0

96
e) Verban secukupnya √ √ √ 100
f) Obat luka sesuai kebutuhan √ √ √ 100
3. Pasien diberi penjelasan tentang √ √ √
tindakan yang akan dilakukan. 100
b. Kriteria Pelaksanaan:
1. Cuci tangan √ √ √ 100
2. Posisi pasien diatur √ √ √ 100
3. Luka dibersihkan dengan √ √ √ 100
memakai pincet dan kapas
desinfektan dari arah dalam
keluar
4. Kassa kotor dibuang pada √ √ √ 100
tempatnya
5. Pingset yang sudah tidak steril - - - 0
diletakkan dalam bengkok
6. Observasi keadaan luka √ √ √ 100
7. Luka diberi obat, selanjutnya √ √ √ 100
ditutup
8. Setelah luka diobati tutup dengan √ √ √ 100
kasa steril dan di plester atau
dibalut.
9. Catat hasil observasi dan respon √ √ √ 100
pasien
10. Merapikan pasien dan alat. √ √ √ 100
11. Mencuci tangan √ √ √ 100

Total 87,5%

Analisa
Hasil skor yang didapat untuk perawatan mengganti balut luka adalah
87,5 % yang artinya sudah sangat baik untuk beberapa hal yang masih
perlu di tingkatkan adalah penggunaan bengkok dan persiapan alat yang
lengkap. Sebagai pengganti bengkok perawat lebih sering langsung
menggunakan kantong plastik. Kantong plastik disini yang digunakan
bukan kantong plastik kuning melainkan kantong plastik putih. Yang
seharusnya tidak menggunakan itu terkait pemisahan sampah.

5.) MELAKUKAN INJEKSI INTRAVENA BOLUS

97
Memberikan obat melalui suntikan kedalam pembuluh darah vena
melalui port ijeksi pada infuse set.

Aspek yang dinilai Ya Tidak


Prose dur
A.persiapan
1. Bak ijeksi √
2. Alcohol swab √
3. Spuit berisi obat √
4. Bengkok/ piala ginjal

5. Sarung tangan
B.Fase Orietasi
1. Lakukan kebersihan tangan √
2. Berikan salam √ √
3. Perkenalkan diri √
4. Pastikan identitas

5. Jelaska tujuan tindakan dan
prosedur √
6. Tanyakan kesiapan pasien
A. Fase Kerja
1. Lakukan kebersihan tangan √
2. Pakai sarung tangan √
3. Atur posis port injeksi pada

daerah yang bebas dan
aman √
4. Bersihkan daerah
peyuntikan dengan alcohol √
swab
5. Tusukkan jarum ke dalam √
port injeksi yang telah
tersedia dalam infuse set
(karet khusus)
6. Hentikan aliran infuse
dengan cara di klem dan √
lakukan aspirasi, pastikan √
jalur IV line baik dengan √
adanya daerah yang √
dilakukan aspirasi √
7. Masukkan obat perlahan-

lahan sampai habis
8. Cabut jarum setelah obat √
masuk semua √
9. Buang spuit dan jarum
bekas pada bengkok
10. Buka klem ifuse dan atur
kembali tetesan infuse
11. Rapikan pasien
12. Bereskan alat.
13. Lakukan evaluasi
14. Lepas sarung tangan
B. Fase Terminasi
1. Berpamitan √

98
2. Lakukan kebersihan tangan √
3. Dokumentasikan tindakan √
yang dilakukan
Total 24 5
Presentase 85,71%

Analisa :

Berdasarkan hasil observasi disimpulkan bahwa tindakan injeksi


intervena bolus masuk pada kategori sangat baik yaitu sebesar
85,71%. Hanya saja tidak diperhatikan untuk sebelum melakukan
tindakan Injeksi intervena bolus perawat lupa untuk mencuci tangan
dan memperkenalkan diri kepada pasien .

3. Patient Safety
Kajian Teori
a. Pengertian Patient Safety
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi: assessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.(DEPKES, 2006).

b. Tujuan :
1.) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2.) Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3.) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4.) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan

c. Enam sasaran pasien safety

99
Pasien safety meliputi :
1.) Ketepatan identifikasi pasien
2.) Peningkatan komunikasi yang efektif
3.) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4.) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedure, tepat pasien operasi
5.) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6.) Pengurangan risiko pasien jatuh

1.) Ketepatan Identitas Pasien


Kajian teori
Menurut teori identifikasi artinya adalah pengumpulan data dan
pencatatan segala keterangan dengan bukti-bukti dari seseorang sehingga
kita dapat mendapatkan dan mempersamakan keterangan tersebut dengan
individu seseorang dengan kata lain bahwa dengan identifikasi kita dapat
mengetahui identitas seseorang dan dengan identitas tersebut kita dapat
mengenal seseorang dengan membedakan dari orang lain. Setiap pasien
yang berobat ke rumah sakit akan diberikan gelang identitas. Identitas
pasien terdiri dari 3 hal, yaitu nama lengkap pasien, tanggal lahir pasien
dan no rekam medis pasien. gelang identitas juga dibedakan warnanya
yaitu gelang warna biru untuk pasien laki-laki, gelang warna pink untuk
pasien perempuan. Terdapat dua warna stiker tambahan yaitu stiker warna
merah untuk pasien yang memiliki riwayat alergi, dan stiker warna kuning
untuk pasien yang berisiko jatuh.
Pelaksanaan identifikasi pasien dilakukan pada saat :
a.) Sebelum memberikan obat kepada pasien
b.) Sebelum memberika transfuse darah dan produk darah
c.) Sebelum mengambil sample darah, atau sample lainnya untuk
pemeriksaan
d.) Sebelum melakukan tindakan prosedur.

100
Kajian Data

Tabel 37
Pengukuran Instrumen Pasien Safety : Identifikasi Pasien
Di Ruang Arjuna Periode 26-28 November 2019

NO INDIKATOR P1 P2 P3 P4 P5 P6
1 Identitas gelang pasien sesuai
nama pasien
2 Identitas gelang pasien ditulis
sesuai no RM pasien
3 Identitas gelang pasien sesuai
dengan tanggal lahir pasien.
4 Identitas stiker gelang pasien
sesuai dengan label obat pasien
5 Perawat menanyakan nama
pasien dan mencocokan di
gelang identitas pasien saat
memberikan obat pasien
6 Perawat menanyakan nama
pasien dan mencocokan di
gelang identitas pasien saat
melakukan tindakan
SUB TOTAL 6 5 6 5 6 5

TOTAL 36
%cx 33/36X100% = 91,66%

Berdasarkan hasil observasi dan pengisisan ceklist yang ditemukan di


ruang Arjuna adalah 91,66 % yaitu pada kategori sangat baik, namun perlu
di tingkatkan untuk indicator yang masih rendah seperti menanyakan nama
pasien dan mencocokan di gelang identitas pasien saat melakukan
tindakan.

2.) Peningkatan Komunikasi yang efektif


Kajian Teori
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku
dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi
pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Suatu
komunikasi yang tidak efektif adalah hal paling sering disebutkan
sebagai penyebab dalam kasus-kasus sentinel. Suatu komunikasi harus

101
tepat pada waktunya, akurat, komplit, tidak rancu dan dimengerti oleh
sang penerima informasi.
Penelitian menunjukkan bahwa penundaan dan menanggapi hasil
yang penting dapat mempengaruhi secara negative hasil yang penting
dapat mempengaruhi secara negative hasil akhir pasien. Menerapkan
sebuah proses/prosedur untuk perintah yang disampaikan melalui telpon
(lisan), atau penyampaian hasil uji klinis penting, yang harus diverifikasi
dengan “mengulang” selengkap-lengkapnya perintah ataupun hasi, uji
klinis yang diterima, yang harus dilakukan oleh orang yang menerima
informasi tersebut.
a.) Komunikasi SBAR
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit
adalah komunikasi  SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation, metode komunikasi ini digunakan pada saat
perawat melakukan handover ke pasien.  Komunikasi SBAR adalah
kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan
dalam menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan
informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan
berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan
keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk
meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis
yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan
untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk
memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk
diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Adapun keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:
i. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
ii. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat
paham akan kondisi pasien.
iii. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan
pasien.
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,
Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat
diterapkan oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga

102
kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri.
Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi
dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui
perkembangan pasien.
i. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan.
ii. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang
berhubungan dengan situasi.
iii. Assessment : Berbagai hasil penilaian klinis perawat
iv. Recommendation : Apa yang perawat inginkan terjadi dan Kapan.

Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan Ruang Arjuna
selama 3 hari , komunikasi yang efektif Ruang Arjuna RSUD
Banyumas, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 38
Pasien Safety : Komunikasi Efektif
Di Ruang Arjuna Periode 26-28 November 2019

No INDIKATOR P1 P2 P3 P4 P5 P6
1 Komunikasi dalam catatan
perawat menggunakan SOAP
2 Komunikasi dalam catatan
integrasi dokter
menggunakan SOAP
3 Setelah mengisi catatan X X x
integrasi perawat menulis ttd
dan nama terang
4 Setelah mengisi catatan x x x
integrasi dokter menulis ttd
dan nama terang
5 Setelah mengisi catatan
integrasi profesi lain menulis
ttd dan nama terang
SUB TOTAL 6 5 5 5 5 4
TOTAL 30
% 24/30X100% = 80%

103
Analisa:
Komunikasi efektif dalam keperawatan di Ruang Arjuna mendapatkan
presentase 80% yang termasuk dalam kategori baik. Dalam hal ini,
tanda tangan dan nama terang pada catatan integrasi perawat, pada
catatan integrasi dokter, dan profesi lain belum terisi. Dokumentasi
setelah konsul dicatatan terintegrasi menggunakan SBAR tidak terisi.

3.) Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai


Kajian teori
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah
sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi.
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi
(Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat
yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan
sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 6 benar. Begitu banyaknya
pasien yang berobat ke rumah sakit, banyaknya petugas kesehatan dari
berbagai disiplin ilmu, dan begitu banyaknya prosedur tindakan,

104
memungkinkan dalam pemberian pengobatan, untuk mencegah hal ini,
diperlukan beberapa cara, yaitu :
a) Mensosialisasikan dan meningkatkan kewaspadaan obat Lool Alike
Sound Alike (LASA) atau istilah Indonesianya nama obat rupa
ucapan dan mirip (NORUM).
b) Menerapkan double check dan counter sign setiap distribusi dan
pemberian obat.
c) Perhatikan agar obat high alert berada di tempat yang aman.
d) Perhatikan prinsip 7 benar dalam pemberian obat, yaitu : benar
obat, benar dosis, benar waktu pemberian obat, benar cara dan
tempat pemberian (route), benar pasien dan benar dokumentasi.

Kajian Data
Tabel 39
Pengukuran Instrument Pasien Safety : Keamanan Obat High Alert
Di Ruang Arjuna Periode 26-28 November 2019

No Variabel Ya Tidak
1 Tersedianya loker pemisahan obat antar pasien.
2 Pemisah obat norum (nama obat, rupa dan ucapan
mirip)
3 Penyimpanan obat sesuai indikasi tempat
penyimpanan
4 Tersedia obat emergency.
5 Penyimpanan obat High Alert
a. Tempat penyimpanan terkunci
b. Jauh dari tempat pasien.
c. Memiliki daftar obat dan jumlah obat-obat
High Alert.
6 Adanya etiket obat oral maupun parenteral saat
pemberian
7 Etiket obat oral terdiri nama pasien, dan waktu
pemberian
8 Etiket obat parenteral terdiri dari nama pasien,
nama obat, dan waktu pemberian
9 Pemberian obat oral dan parenteral diletakkan
pada khusus tempat obat
10 Pemberian obat oral dan parenteral perawat
memperhatikan 5 benar obat : Benar pasien
11 Pemberian obat oral dan parenteral perawat
memperhatikan 5 benar obat : Benar Obat
12 Pemberian obat oral dan parenteral perawat
memperhatikan 5 benar : Benar dosis
13 Pemberian obat oral dan parenteral perawat
memperhatikan 5 benar obat : Benar indikasi

105
14 Pemberian obat oral dan parenteral perawat
memperhatikan 5 benar obat : Benar Cara
Pemberian
TOTAL 100%
Sumber: data primer Ruang Arjuna RSUD Banyumas
Analisa :
Setelah dilakukan observasi sementara 3 hari didapatkan persentase
keamanan obat High Alert adalah 100 % yang dapat dikategorikan sangat
baik. Penyimpanan obat high alert disimpan sesuai dengan standar prosedur
yang ada.

Tabel 40
Patient Safety: Risiko Jatuh
Di Ruang Arjuna Periode 26-28 November 2019

No Pernyataan K1 K2 K3 K4 K5 K6
1 Perawat melakukan x
pengkajian Risiko
Jatuh menggunakan
SPO RSUD Banyumas
2 Memasang stiker risiko X X X X X X
jatuh berwarna kuning
pada pergelangan
pasien , jika penilaian
SPO hasilnya ≥ 45
3 Memasang label X X X X X X
segitiga kuning untuk
di tempat tidur.

4 Mengatur tinggi x
rendahnya tempat tidur
sesuai dengan prosedur
pencegahan pasien
jatuh
5 Memastikan pagar
pengaman tempat tidur
dalam keadaan
terpasang saat pasien
sendiri
6 Alas kaki
7 Penerangan
5 4 5 4 5 5

Total 66,66%
Sumber: observasi Ruang Arjuna 3 hari
Analisa:

106
Berdasarkan hasil observasi didapat bahwa penatalaksanaan pasien risiko
jatuh Ruang Arjuna sebesar 66,66% yang dikategorikan baik. Pengkajian
risiko jatuh sudah dilakukan oleh perawat, belum adanya penempelan stiker
dan tanda risiko jatuh di gelang pasien.

4.) Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan kesehatan


Kajian Teori
Infeksi HAIs atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi
yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah
kurang lebih 72 jam berada di tempat tersebut (Karen Adams & Janet M.
Corrigan, 2005).
Tabel 41
Kewaspadaan Standar Kebersihan Tangan Perawat
di Ruang Arjuna Periode 26-28 November 2019
No Kebersihan Tangan Tersedia %
Kelengkapan : 1 100
Hand Wash 1
Handuk 1
Tempat Handuk 1
Hand Rub 1
Tempat Pembuangan 1
Handuk 1
Wastafel 1
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 %
1 Kuku perawat pendek 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
2 Cuci tangan dengan 6 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 40
langkah dengan urut
3 Cuci tangan sebelum kontak 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 50
langsung dengan pasien
4 Cuci tangan sebelum 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 30
melakukan tindakan aseptic
5 Cuci tangan setelah terkena 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
cairan tubuh
6 Cuci tangan setelah kontak 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 60
dengan pasien
7 Cuci tangan setelah kontak 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 50
dengan lingkungan/keluarga
pasien
8 Cuci tangan dengan sabun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
dan air mengalir bila terkena
cairan tubuh pasien (bila
tanganjelas kotor) atau
denganhandrubs (bila tangan
tidak tampak kotor).
Total 66,2
5%

107
Analisa:
Perawat Ruang Arjuna baik dalam melakukan kebersihan tangan dengan
presentase 66,25%, namun tetap harus ditingkatkan untuk mengurangi
terjadinya HAIs. Indicator yang perlu ditingkatkan adalah mencuci tangan 6
langkah, sebelum kontak dengan pasien dan sesudah ke pasien.

Tabel 42
Pengukuran Instrument: Kebersihan Secara Umum (Nurse Station, Ruang Pasien)
Di Ruang Arjuna

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari didapatkan bahwa
pencegahan HAIs tentang kebersihan secara umum didapatkan hasil sebesar
80% yang dikategorikan baik. Hanya masih banyak terdapat debu pada tepi-
tepi jendela. Hal itu menurut perawat sering luput dari pembersihan karena
letaknya yang susah dijangkau jika ada pasien.

108
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari didapatkan
bahwa pencegahan HAIs tentang kebersihan secara umum didapatkan hasil
sebesar 80% yang dikategorikan baik. Hanya masih banyak terdapat debu
pada tepi-tepi jendela. Hal itu menurut perawat sering luput dari pembersihan
karena letaknya yang susah dijangkau jika ada pasien.

2 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)


Kajian teori
1. Alat Proteksi Diri
a. Masker
Melindungi hidung, mulut terhadap percikan ketika akan kontak
dengan darah dan cairan tubuh pasien.
b. Handscoen
Bila kontak dengan darah, cairan dalam tubuh, secret, ekskresi,
dan barang yang tercemar.
c. Gaun
Bila kontak dengan membran mukosa/ selaput lendir dan kulit
yang tidak utuh. Melindungi kulit dari kemungkinan terkena percikan
ketika kontak dengan darah atau cairan tubuh. Mencegah kontaminasi
pakaian selama melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan
darah dan cairan tubuh.
3 Perawatan Peralatan Pasien
Tangani peralatan yang tercemar dengan benar untuk mencegah
kontak langsung dengan kulit atau membran mukosa/ selaput lendir. Cegah
terjadinya kontaminasi pada pakaian atau lingkungan Cuci dan
desinfeksi peralatan bekas pakai sebelum di gunakan kembali.
g.) Penanganan Linen
Tangani linen (perlak) kotor dengan menjaga jangan terkena kulit atau
membrane mukosa Jangan merendam/membilas linen kotor diwilayah
ruang perawatan. Jangan mengibaskan linen dan melekatkan linen kotor di
lantai, Segera ganti linen yang tercemar/terkena darah / cairan tubuh.
Penggantian linen terbagi atas 5 warna.
A. Putih : linen non infeksius

109
B. Kuning : linen infeksius
C. Hitam : limbah non infeksius
D. Merah : linen pasca digunakan untuk radioaktif
E. Ungu : linen pasca digunakan untuk yang mengandung cytotoksik
h.)Penanganan Limbah/ Benda Tajam
1) Hindari menutup kembali jarum yang sudah digunakan
2) Menghindari melepas jarum yang telah digunakan dari spuit sekali
pakai.
3) Hindari membengkokan, menghancurkan, atau memanipulasi jarum
dengan tangan.
4) Masukan instrument tajam kedalam wadah yang tahan tusukan dan tahan
air.
i.) Etika Batuk
Cara batuk yang baik dan benar, hal yang perlu diperhatikan :
1) Lengan baju
2) Tissue
3) Sabun dan air
Langkah langkah :
1) Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda
dan  tutup hidung dan mulut anda dengan menggunakan tissue atau
saputangan atau lengan dalam baju anda setiap kali anda merasakan
dorongan untuk batuk atau bersin.
2) Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam
tempat sampah.
3) Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan
dan mengambil kesempatan untuk pergi cuci tangan di kamar kecil
terdekat atau menggunakan gel pembersih tangan.
4) Gunakan masker.
f. Menyuntik dengan aman
Praktek menyuntik Aman adalah suatu tindakan insersi yang
dilakukan oleh dokter atau perawat kepada pasien dengan menjaga
keamanan pasien dan dokter atau perawat yangmelakukan insersi.
Tujuan:
1) Untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi

110
2) Untuk melindungi dokter atau perawat dalam melakukaninsersi agar
tidak terjadi kecelakaan kerja
3) Untuk mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakitdengan
meningkatkan kewaspadaan standar.
Kebijakan
Praktek menyuntik aman harus dilakukan oleh dokter dan perawat
yang mempunyai kompetens
Prosedur
a) Lakukan kebersihan tangan
b) Gunakan APD sesuai indikasi (sarung tangan sekali pakai yang tidak
steril)
c) Lakukan desinfeksi pada area insersi.
d) Pakai jarum yang steril, sekali pakai pada tiap suntikan untuk
mencegah kontaminasi pada peralatan dan terapi
e) Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun multidose.
f) Tidak diperbolehkan menggunakan jarum atau spuit yang dipakai
ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose karena dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat
dipakai untuk pasien lain.
g) Lakukan prinsip pemberian obat dengan 7 benar.
h) Lakukan insersi sesuai petunjuk pemberian (IM, IV, SC, IC)
i) Lakukan desinfeksi pada area setelah insersi
j) Tidak melakukan recaping dengan kedua tangan.
k) Lakukan recaping dengan tehnik one hand (satu tangan).
l) Buang spuit injeksi kedalam safety box oleh dokter atau perawat yang
melakukan insersi.
m) Lepas APD
n) Lakukan Kebersihan tangan
o) Lakukan pencatatan dokumentasi pada lembar daftar pemberian terapi

Kajian data
Observasi yang kami lakukan untuk mengetahuiPencegahan dan
pengendalian Infeksi di Ruang ArjunaPeriode 26-28 November 2019 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 43
Kewaspadaan Standar APD di Ruang Arjuna

111
Periode 26-28 November 2019
KEWASPADAAN
Tersedia %
STANDAR
Tersedia :
Masker 1
Sarung Tangan 1 100
Jas Tindakan 1
Topi 1
Skort 1
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
APD √ √ √ √ x x x x x x 40
Menggunakan APD sesuai
ukuran dan jenis tindakan
Menggunakan APD yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
sesuai, bila ada kemungkinan
terkontaminasi dengan cairan
tubuh
Menggunakan sarung tangan x x X x x x √ √ √ x 30
sekali pakai saat merawat
pasien
Melepaskan sarung tangan √ √ √ √ √ x x x x x 50
segera setelah selesai
melakukan tindakan ke pasien
Melepaskan sarung tangan √ √ √ √ √ x x x X x 50
sebelum menyentuh benda
dan permukaan yang tidak
terkontaminasi

Melepaskan sarung tangan √ √ √ √ √ x x √ √ √ 80


sebelum beralih ke pasien
lain.
Mengganti sarung tangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
yanguntuk pasien yang
berbeda.
Mengganti sarung tangan bila x x X x x x x x X x 0
tangan berpindah dari area
tubuh terkontaminasi ke area
bersih
Menggunakan masker untuk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
mencegah dari
pasien saat batuk/bersin
Menggunakan masker selama √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
tindakan yang menimbulkan
aerosol walaupun pada pasien
tidak diduga infeksi
TOTAL 65%

Analisa:

112
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disimpulkan bahwa
pencegahan infeksi HAIs tentang penggunaan APD saat tindakan mencapai
65 % dengan kategori baik. Hal itu disebabkan oleh terdapat perawat yang
tidak mengganti sarung tangan selama tindakan meskipun berbeda pasien hal
itu sangat disayang kan dan dapat menjadi penyebab dari infeksi HAIs.

Tabel 44
Perawatan Peralatan Pasien
Kewaspadaan Standar Penatalaksanaan Peralatan Pasien

Observasi
No INDIKATOR
P1 P2 P3
NON KRITIKAL
1 Termometer dibersihkan dengan alcohol 70%
setiap habis pakai dari pasien ke pasien
2 Tempat tidur dibersihkan dengan deterjen setiap
habis pakai pasien
3 Manset tensi meter dicuci setiap minggu dan bila X X X
kotor
4 Bed pan dibersihkan setiap habis pakai dengan
disinfektan
5 Pot obat pasien selalu bersih
6 Kontainer darah dan tempat sample darah bersih
SEMI KRITIKAL
1 Sungkup oksigen setiap pasien siap pakai dalam Na Na Na
plastic
2 Tongspatel siap pakai dengan pouches Na Na Na
3 Lakukan DTT pada alat single use yang di re-use Na Na Na
(fleksibel endoscopes laryngoscope,
spigmoidescope, sirkuit ventilator, laringoskop
blade)
a. Rendam 5 Na Na Na
menit dalam enzimatik setelah digunakan
b. Cuci dalam rendaman Na Na Na
c. Bilas dengan air mengalir Na Na Na
d. Rendam dalam cairan enzimatik 10 menit Na Na Na
e. Bilas dengan air steril/RO Na Na Na
f. Keringkan dan simpan di tempat bersih Na Na Na
KRITIKAL
1 Alat-alat steril tersimpan di tempat bersih,
terbungkus pouches
2 Tertulis tanggal kadaluarsa

113
3 Pisahkan alat alat habis pakai, dan lakukan
dekontaminasi
a. Peralatan terendam dalam cairan enzimatik
selama 5-10 menit
b. Cuci peralatan dalam rendaman
c. Bilas dengan air mengalir
d. Keringkan dan bungkus dalam pouches
e. Kirim ke CSS untuk proses sterilisasi
14 14 14
42/45 x 100% =93,33%

Analisa:
Berdasarkan observasi selama 3 hari di ruangan, penatalaksanaan alat di
Ruang Arjuna telah mencapai 93,33 % yang termasuk dalam kategori baik.
Manset spignomamometer tidak dicuci 1 minggu sekali hal itu dikatakan
perawat spignomamometer dibersihkan ketika dikalibrasi. Untuk setiap
penggunaan thermometer dibersihkan menggunakan alcohol 70%.

Tabel 45
Pengkajian Data Pencegahan dan Pengendalian Infeksi: Pengelolaan Linen
Di Ruang Arjuna Periode 26-28 November 2019

Pengelolaan Linen Di Ruangan H1 H2 H3 %


a. Linen bersih di simpan dalam lemari bersih, √ √ √ 100%
kering dan tertutup
b. Pemakaian linen bersih dengan sistem FIFO √ √ √ 100%
c. Troly linen bersih dan siap pakai
d. Buang limbah yang ada di tempat tidur √ √ √ 100%
sebelum linen digulung dan dimasukkan ke
kantong plastik √ √ √ 100%
e. Linen kotor masuk kantong plastik putih
100%
f. Linen terkontaminasi masuk kantong plastic √ √ √
kuning √ √ √ 100%
g. Tidak meletakan linen kotor/ terkontaminasi
dilantai, meja, kursi atau yang lainnya. Linen
langsung masuk di kantong linen kotor/ √ √ √
terkontaminasi 0%
h. Penyimpanan linen kotor dan terkontaminasi
dalam plastik diikat dan dimasukkan dalam X X X 0%
ember tertutup
TOTAL 87,5 %

114
Analisa :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disimpulkan bahwa
pencegahan HAIS ( Healthcare Associated Infections ) yang merupakan
infeksi di rumah sakit tentang pengelolaan linen dari hari pertama sampai
hari ketiga mencapai 87,5 % dengan kategori sangat baik. Di Ruang Arjuna
linen bersih disimpan dalam lemari tertutupdan linen yang kotor diletakkan
dalam plastic sesuai dengan infeksi dan noninfeksi. Penyimpanan linen kotor
melektakkannya sudah sesuai dengan plastik. Plastik kuning untuk linen yang
terkontaminasi dan kantong plastik putih untuk linen yang kotor tetapi di
ruang Arjuna tidak memiliki tempat penyimpanan linen yang sudah
terkontaminasi.

Pengelolahan Sampah

Tabel 46
Pengkajian Data Pencegahan dan Pengendalian Infeksi: Pengolahan Sampah
Infeksi, Non-Infeksi, Tajam
Di Ruang Arjuna Periode 26-28 November 2019 RSUD Banyumas

No Variabel P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 %
I TERSEDIA
Tempat sampah kuning √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
(infeksius) bersih dan
berpedal/ injak
Tempat sampah hitam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100 %
(non infeksius) bersih dan
berpedal/ injak
Safety box berlogo 0%
Tempat sampah besar √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100 %
bersih dan berpedal/injak
II KEPATUHAN PEMBUANGAN LIMBAH NON BENDA TAJAM
Plastic sesuai jenis tempat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
sampah
Membuang sampah
infeksius (Diapers,
pembalut, Kassa, blood

115
set, selang infus, kateter, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
sarung tangan, dll)
dibuang ketempat sampah
infeksius / kantong
kuning
Membuang sampah non
infeksius (kertas, tissue,
plastic, pembungkus
spuit, pembungkus sarung √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
tangan, dll) dibuang
ketempat sampah non
infeksius / kantong hitam)
¾ penuh diikat dan √ √ √ √ 60 %
diganti
III KEPATUHAN PEMBUANG LIMBAH BENDA TAJAM
Membuang sampah benda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
tajam (jarum, pisau,
ampulan, cutter, dll) ke
safety box
Tidak melakukan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
recapping setelah
menggunakan spuit atau
vena cateter yang
terkontaminasi
¾ penuh diikat dan 0%
diganti
PRESENTASE 76,3 %
Analisa :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disimpulkan bahwa
pencegahan dan pengendalian infeksi tentang pengolahan sampah sudah baik
dengan hasil 76,3 % kategori baik. Ruangan sudah mampu membedakan
mengenai sampah infeksius dan noninfeksius, keluarga juga sudah
mendapatkan informasi dari ruangan mengenai pembuangan sampah. Namun
untuk safety box di ruangan Arjuna masih memakai jerigen dan belum ber
logo.

Etika Batuk
Tabel 47
Pengkajian Data Pencegahan dan Pengendalian Infeksi :
Etika Batuk pada Perawat
Di Ruang Arjuna Periode 26-28 November 2019 RSUD Banyumas
No Aspek yang dinilai K1 K2 K3 K4
1 Menutup mulut dan hidung dengan tissue x √ X √
saat batuk
2 Menutup mulut dan hidung dengan tangan √ √ √ √
dan lengan baju bila tidak ada tissue

116
3 Mencuci tangan setelah batuk dengan √ X X
mengalir atau dengan larutan mengandung x
alcohol/ hand rubs
4 Membuang tissue pada tempat sampah yang √ √ √ √
tersedia / infeksius
5 Tersedia poster tentang etika batuk √ √ √ √
6 Tersedia leaflet tentang etika batuk √ √ √ √
Subtotal 4 6 4 5
Total 19
Persentasi 19/24 x 100% = 79,16%
Sumber : Data Primer Mahasiswa Profesi Ners STIKES St. ELISABETH
Analisa :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari disimpulkan
bahwa pencegahan dan pengendalian infeksi tentangetika batuk pada
pengunjung dan keluarga masuk dalam kategori baik yaitu sebesar 79,16%.
Tetap perlu ditingkatkan pada bagian yang masih rendah seperti mencuci
tangan setelah batuk dengan air mengalir atau dengan larutan mengandung
alcohol/ hand rubs, menutup mulut dan hidung dengan tangan dan lengan baju
bila tidak ada tissue, dan menutup mulut dan hidung dengan tisue saat batuk

E. Output
1. Mutu Asuhan Keperawatan (ABC)
Hasil penilaian mutu pelayanan dari instrumen A, B, dan C di Ruang
Arjuna RSUD Banyumas selama observasi November 2019 disajikan
dalam tabel berikur :
Tabel 48
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan ( Instrumen A, B, C) di Ruang Arjuna
RSUD Banyumas Periode 26-28 November 2019

No Instrumen Tercapai
Asuhan Keperawatan 84,05%
1 Instrumen A Manual (Pengkajian
Penilaian kepuasan Pasien 88 %
2 Instrumen B terhadap Mutu Pelayanan
Mengukur Tekanan Darah 84%
Tindakan Pemasangan 53,33%
Restrain
Instrumen C Memberikan obat oral 66,66 %
3 Mengganti balutan luka 87,5%
Memberikan injeksi iv 85,71%
bolus
Total Instrumen C 75,44%
Total instrument A, B, C 82,49%

117
2. Mutu Pelayanan Keperawatan
a. Kajian teori
1) Bed Occupation Rate (BOR)
Menurut Depkes RI (2015), BOR adalah prosentase
pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator
ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
dari tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter dari BOR ini
idealnya antara 60-85%

Jumlah hari perawatan rumah sakit


Rumus : x 100
Jmlh TT x jml hari alam satu satuan waktu

Keuntungan pemakaian rumus BOR :


a.) Manfaat penghitungan BOR yaitu untuk mengetahui tingkat
penggunaan Tempat Tidur suatu rumah sakit. Angka BOR
yang rendah kurangnya penggunaan fasilitas perawatan rumah
sakit oleh masyarakat.
b.) Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan Tempat Tidur
dari suatu unit dari waktu ke waktu dalam periode tertentu.
c.) Memonitor perkembangan pencapaian target efisiensi
penggunaan Tempat Tidur yang telah ditentukan dalam suatu
periode tertentu.
d.) Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan Tempat Tidur
antar unit dalam periode tertentu memantau dampak dari suatu
penerapan kebijakan terhadap efisiensi penggunaan Tempat
Tidur.
e.) Mengecek kebenaran laporan hasil perhitungan empat
parameter efisiensi penggunaan Tempat Tidur.
2) Average Leght Of Stay (Av LOS)
Menurut Depkes RI (2015), Av LOS yaitu rata-rata lama
rawatan seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi juga dapat memberikan gambaran
mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu yang
dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut).

118
Keuntungan pemakaian rumus LOS:
a.) Memberikan gambaran tingkat efisiensi pelayanan lama rawat
pasien
b.) Dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu 
3) Bed Turn Over (BTO)
Menurut Depkes RI (2015), BTO yaitu frekuensi pemakaian
tempat tidur, berapa kali dalam satu satuan waktu tertentu
(biasanya 1 tahun) tempat tidur rumah sakit dipakai. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi dari pada pemakaian
tempat tidur. Idealnya selama satu tahun, 1 tempat tidur rata-rata
dipakai 40-50 kali.

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)


Rumus :
Jumlah tempat tidur

4) Turn Over Interval (TOI)


Yaitu rata-rata hari, tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi
ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran
tingkat efisiensi dari pada penggunaan tempat tidur. Idealnya
tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 - 3 hari.

Rumus : (Jumlah TT x hari) - hari perawatan rumah sakit x 100


Jmlah pasien keluar (hidup + mati)

Keuntungan pemakaian rumus TOI:


b.) Memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-
3 hari.

b. Kajian data
Tabel 49
Efisiensi Ruang Arjuna RSUD Banyumas
Bulan Agustus-Oktober 2019

119
No Bulan BOR LOSS TOI BTO
1 Agustus 2019 39,07% 6 hari 8 hari 2x

2 September 2019 45,37% 7 hari 7 hari 3x

3 Oktober 2019 36,74% 6 hari 7 hari 3x

Jumlah 121,18% 19 hari 22 hari 8x

Rata-rata 40,39% 6 hari 7 hari 3x

Standart 60-85% 6-9 hari 1-3 hari 20-25x

Sumber : Data Rekam Medik Arjuna RSUD Banyumas Tahun 2019

Analisa :
1.) BOR di ruangan Arjuna RSUD Banyumas pada bulan Agustus-
Oktober 2019 adalah 40,39%. Nilai BOR tersebut belum sesuai
dengan standart ideal dari Depkes RI (2015) bahwa BOR ideal
adalah 60-85%. Angka BOR yang rendah berarti kurangnya
pemanfaatan jumlah tempat tidur oleh rumah sakit.
2.) LOS di ruangan Arjuna RSUD Banyumas pada bulan Agustus-
Oktober 2019 adalah 6 hari. Nilai LOS tersebut sudah sesuai
dengan standart ideal nilai LOS yaitu 6-9 hari
3.) TOI (waktu rata-rata satu tempat tidur kosong) di ruangan Arjuna
RSUD Banyumas pada bulan Agustus-Oktober 2019 adalah 7 hari
sehingga hasil nilai tersebut sudah standart sesuai dengan teori
dan nilai TOI yang didapatkan termasuk dalam kategori sangat
baik.
4.) BTO (Bed Turn Over) atau frekuensi pemakaian tempat tidur di
ruang Arjuna sebanyak 3x sehingga belum memenuhi standart
ketentuan BTO

120
121

Anda mungkin juga menyukai