Anda di halaman 1dari 16

Nama : Poppy Nur S

NIM : AK118133

Kelas : 2c (kecil 2k)

PREEKLAMSI

1. PENGERTIAN
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin
dan nifas yang terdiri dari hiertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih.Selain itu mendefinisikan
bahwa preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minngu atau setelah persalinan.
preeklampsia adalah toksemia ada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,
edema, dan proteinuria. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa preeklmpsia (toksemia gravidarum) adalah sekumpulan gejala yang timbul ada
wanita hamil, bersalin dan nifas yag terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang
muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.

2. ETIOLOGI
Faktor pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat
preeklampsia, kita juga berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih kehamilan, yang
kedua adalah adanya kelainan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah bisa
mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital seperti ginjal dan hati jadi
berkurang.Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Penyebab pasti 
preeklamsia hingga saat ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena kondisi plasenta
yang tidak tertanam dengan baik, kekurangan oksigen atau ada gangguan pada pembuluh
darah si ibu. 
Faktor makanan diduga juga bisa menyebabkan preeklamsia pada kehamilan.
Kekurangan kalsium pada tubuh ibu hamil yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah yang berujung pada preeklamsia. Kalsium dapat membantu menjaga pembuluh
darah dan menjaga tekanan darah tetap normal. Demikian pula, kekurangan protein,
protein yang berlebihan, minyak ikan, vitamin D dan faktor makanan lainnya juga
berperan sebagai penyebab preeklamsiaa.
Obesitas juga disebut-sebut sebagai penyebab lain preeklamsia. Indeks masa
tubuh yang tinggi berkaitan dengan diabetes, tekanan darah tinggi serta resistensi insulin,
dapat mempengaruhi sistem inflamsi

3. PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan
sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan
kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu
timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation.
Preeklamsia berat dihubungkan dengan kerusakan endotelial vaskuler yang
disebabkan oleh vasospasme dan vasokontriksi arteriolar. Sirlulasi arteri terganggu
olehadanya area konstriksi dan dilatasi yang bergantian. Kerusakan endoterial
menyebabkan kebocoran plasma kedalam ruang ekstravaskuler dan memungkinkan
terjadinya agregasi trombosit. Tekanan osmotik koloid menurun saat protein masuk
keruang ekstravaskuler, dan wanita beresiko mengalami hipovolemia dan perubahan
perfusi dan oksigenasi jaringan. Edema paru dapat terjadi paru non kardiogenik atau
kardiogenik. Edema paru non kardiogenik terjadi karena kapiler pulmonari menjadi lebih
permeabel dan rentang terhadap kebocoran cairan. Edema paru kardiogenik terjadi karena
peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler pulmonari, peningkatan ini terjadi karena
penumpukan cairan dalam bantalan pulmonari.
Vasospasmen arteri dan kerusakan endotelial juga mengurangi perfusi keginjal.
Penurunan perfusi keginjal menyebabkan penurunan GFR dan oliguria. Kerusakan
endotelial kapiler glomerulus memungkinkan protein menembus membran kapiler dan
masuk kedalam urine, yang menyebabkan proteinuria, peningkatan nitrogen urea darah
dan peningkatan kreatinin serum. Hati juga terpengaruh oleh vasospasme multisistem dan
kerusakan endotelial. Penurunan perfusi kehati menyebabkan iskemik dan nekrosis.

4. MANIFESTASI KLINIS
a. TD sebesar 160/110 mmHg pada dua kesempatan terpisah sedikitnya 6 jam, yang
didapat pada saat ibu dalam keadaan berbaring.
b. Proteinuri
c. Oliguria (haluaran urine <400 ml/24 jam
d. Kepala pusing
e. Penglihatan kabur, skotoma, dan edema selaput mata pada funduskopi (retina terlihat
basah dan berkilau)
f. Edema paru-paru
g. Refleks berlebihan

5. KOMPLIKASI
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:
1. Pada Ibu
a. Eklampsia
b. Solusio plasenta
c. Pendarahan subkapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah ( DIC ), Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated,
liver,enzymes dan low platelet count )
e. Ablasio retina
f. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2. Pada Janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

6. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah :
a. Untuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsia.
b. Hendaknya janin lahir hidup.
c. Trauma pada janin seminimal mungkin.
1. Preeklamsi
a. Medis
1) Pre-eklamsi ringan dan sedang
a) Pantau tekanan darah, proteinuria, reflex dan kondisi janin.
b) Lebih banyak istirahat.
c) Diet biasa.
d) Tidak perlu diberi obat-obatan.
e) Jika rawat jalan tidak mungkin, segera rawat di rumah sakit :
1. Diet biasa.
2. Pantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1x sehari.
3. Tidak perlu obat-obatan.
4. Tidak perlu diuretic,kecuali jika terdapat edema paru,dekompensasi
kordisatau gagal ginjal akut.
5. Jika tekanan diastolic turun sampai normal pasien dapat dipulangkan
:
a. Berikan nasehat untuk istirahat, tidak terlalu banyak beraktifitas
dan perhatikan tanda-tanda preeclampsia berat.
b. Kontrol 2x seminggu.
c. jika tekanan diastolic naik lagi  rawat kembali.
6. jika tidak ada tanda-tanda perbaikan  tetap dirawat.
7. jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin
terhambat,pertimbangkan terminasi kehamilan. Pengobatan hanya
bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat
dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering,
8. jika proteinuria meningkat, tangani sebagai pre eklampsia berat.
9. misalnya 2 kali seminggu, penanganan pada penderita rawat jalan
atau rawat inap adalah dengan :
a. istirahat ditempat,
b. diit rendah garam, dan
c. berikan obat-obatan seperti

valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg


dengan dosis 3 kali 1 sehari.

Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini


tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-
eklampsi berat.

a. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap.


b. Monitor keadaan janin : kadar estriol urin, lakukan aminoskopi,
dan ultrasografi, dan sebagainya.
c. Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada
usia kehamilan minggu 37 ke atas.

2) Pre-eklamsia berat
Pre-eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu.
Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan
uji kocok dan rasio L/S, maka penanganannya adalah sebagai berikut :
a) Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr
intramusuler kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr
intramuskuler setiap (selama tidak ada kontraindikasi).
b) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas
magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai
criteria pre-eklamsi ringan (kecuali ada kontraindikasi).
c) Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor,
serta berat badan ditimbang seperti pada pre-eklamsi ringan,
sambil mengawasi timbulnya lagi gejala.
d) Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan
terminasi kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain
tergantung keadaan.
e) Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan
paru janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada
kehamilan diatas 37  minggu.

Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu

Penanganan umum

a) Jika tekananan diastolic >110 mmHg,berikan anti


hipertensi,sampai tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg.
b) Pasang infus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >)
c) Ukur keseimbangan cairan,jangan sampai terjadi overload
d) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
e) Jika jumlah urin <30 ml/jam:
a. Infus cairan dipertahankan 8 jam
b. Pantau kemungkinan edema paru
f) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
g) Observasi TTV,refleks,dan DJJ setiap jam
h) Auskulatasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.
Krepitasi merupakan tanda edema paru.jika ada edema paru,stop
pemberian cairan,dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg
IV
i) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika
pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit,kemungkinan terdapat
koagulopati.
j) Anti hipertensi obat pilihan adalah
a. hidralazin,yang diberikan 5mg IV pelan-pelan selama 5menit
sampai tekanan darah menurun
b. Jika perlu pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam,atau
12,5mg IM setipa 2jam
c. jika hidralazin tidak tersedia,dapat diberikan:

Nifedipine 5mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10


menit,beri tambahan 5mg sublingual

Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10


menit,diberikan lagi labetolol 20 mg IV.

k) Anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat


pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada pre eklampsia
dan eklampsia.
Dosis awal
a. MgSO4 4g I.V. sebagai larutan 40% selama 5 menit
b. Segera dilanjutkan dengan pemberian 10g larutan MgSO4
50%, masing-masing 5g dibokong kanan dan kiri secara IM.
Ditambah 1 ml lignokain 2% pada semprit yang sama. Pasien
akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4.
c. Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 2g
(larutn 40%) IV selama 5 menit.
Dosis pemeliharaan
1. MgSO4 (50%) 5g + lignokain 2% 1ml IM setiap 4 jam.
2. Lanjutkan sampai 2 jam pasca persalinan atau kejang terakhir.
3. Sebelum pemberian MgSO4, periksa :
a. Frekuensi perafasan minimal 16/menit
b. Refleks pattela (+)
c. Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.
4. Stop pemberian MgSO4, jika :
a. Frekuensi pernafasan <16/menit
b. Refleks pattela (-)
c. Urin < 30 ml/jam
5. Siapkan anti dotum :
a. Jika terjadi henti nafas : bantu dengan ventilator, beri
kalsium glukonat 2g (20 ml dalam larutan 10%) IV
perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.
b. Alternatif lain adalah diazepam, dengan resiko terjadinya
depresi neonatal.

Pemberian IV

a. Dosis awal

a. Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit


b. jika kejang berulang, ulangi dosis awal
b. Dosis pemeliharaan
Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infus
a. Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis >30
mg/jam
b. Jangan berikan >100 mg/24 jam
Pemberian melalui rektum:
a) Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per
rektal, dengan dosis awal 20 mg dalam samprit 10 ml
b) Jika masih terjadi kejang, beri tambahan 10 mg/jam
c) Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukkan
kedalam rektum.
b. Keperawatan
1) Preeklamsia ringan dan sedang
a) Bisa rawat jalan dengan anjuran untuk banyak istirahat/ tirah
baring.
b) Diet rendah garam dan tinggi protein.
c) Pasien preeklamsia ringan yang dilakukan rawat inap, bila
penyakit membaik dapat dilakukan rawat jalan; sedangkan jika
penyakit menetap atau memburuk, kehamilan dapat diakhiri pada
usia kehamilan 37 minggu.
2) Preeklamsia Berat (PEB)
a) Perawatan konservatif (usia kehamilan <36 minggu) :
a. Tirah baring.
b. Diet rendah garam dan tinggi protein (diet preeklamsia)
c. Pasang kateter tetap (bila perlu).
b) Perawatan aktif (terminasi kehamilan), yaitu pada keadaan-
keadaan di bawah ini :
a. Umur kehamilan >36 minggu.
b. Terdapat tanda-tanda impending eklamsia atau eklamsia
c. Gawat janin.
d. Sindroma HELLP.
e. Kegagalan perawatan konservatif, yakni setelah 6 jam
perawatan tidak terlihat tanda-tanda perbaikan penyakit.
3) Eklamsi
Secara prinsip kehamilan dengan eklamsia harus segera
dilakukan terminasi (diakhiri), sedangkan perawatan/pengobatan yang
dilakukan adalab untuk stabilisasi kondisi pasien dalam rangka
terminasi kehamilan tersebut.

7. PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor
predisposisi pada ibu dan wanita usia produktif terhadap faktor risiko terjadinya
keracunan kehamilan. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan menjaga berat badan
ibu hamil agar tetap ideal, mengatur pola makan sehat dan menghindari stress serta
istirahat yang cukup.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya awal sebelum seseorang menderita
penyakit atau upaya untuk mempertahankan orang sehat agar tetap sehat. Dilakukan
a. Istirahat, diet rendah garam, lemak serta karbohidrat dan tinggi protein, juga
menjaga kenaikan berat badan.
b. Waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsia dan eklampsia bila
ada faktor prediposisi.
c. Pemeriksaan antenatal care secara teratur yaitu minimal 4 kali kunjungan yaitu
masing-masing 1 kali pada trimester I dan II , serta 2 kali pada trimester III.25
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya mencegah orang yang telah sakit
agar tidak menjadi parah, dengan menghambat progresifitas penyakit dan
menghindarkan komplikasi. Dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara
dini serta mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Upaya pencegahan ini
dilakukan dengan :
a. Pemeriksaan antenatal yang teratur, bermutu dan teliti mangenali tanda-tanda
sedini mungkin, lalu diberikan pengobatan yang sesuai agar penyakit tidak
menjadi berat.
b. Terapi preeklampsia ringan di rumah yaitu istirahat ditempat tidur, berbaring
pada sisi kiri dan bergantian ke sisi kanan bila perlu, dengan istirahat biasanya
edema dan hipertensi bisa berkurang.
c. Memberikan suntikan sulfamagnesium 8 gr intramuskuler untuk mencegah
kejang.
d. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya 37 minggu ke atas, apabila setelah
dirawat inap tanda-tanda preeklampsia berat tidak berkurang.
4. Pencegahan Tersier
a. Pencegahan tersier merupakan upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat atau membatasi kecacatan yang terjadi serta melakukan tindakan
rehabilitasi. Pencegahan dapat dilakukan dengan :
b. Pemeriksaan tekanan darah setelah melahirkan setiap 4 jam selama 48 jam.
c. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum.
Melakukan pemantauan jumlah urine.
NARASI KASUS
NY. U usia 20 tahun, datang ke IGD diantar oleh suaminya untuk dengan keluhan nyeri
kepala hebat dan penglihatan kabur. Hasil anamnesa perawat didapatkan data Ny U
G1P0A0. Hasil pemeriksaan obstetri TFU 30 cm,DJJ bayi dlm batas normal, kenaikan
BB 1 kg/minggu, pitting udema (+) pada kedua ekstremitas bawah dan wajah serta
oliguria serta reflek patela (+). Pemeriksaan TTV didapatkan TD 160/110 mmHg pada 2x
pemeriksaan, HR 98 x/mnt, RR 22x/mnt. Hasil laboratorium menunjukkan adanya
proteinuria +5 pada urin midstream. Penatalaksaan Bed rest, diet rendah garam dan tinggi
protein, pemberian MgSo4 8 gr im.

ASUHAN KEPERAWATAN METERNITAS PADA IBU HAMIL


(PREEKLAMSIA)

NY.N USIA 20 TAHUN G1P0A0 DENGAN GANGGUAN


PREEKLAMSIA
DI IGD
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Ny. U
Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Diagnose medis : Preeklamsia

2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan utama
Nyeri kepala hebat
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke IGD di antar oleh suaminya dengan keluhan nyeri kepala hebat dan
penglihatan kabur,terdapat edema pada wajah, kenaikan 1kg/minggu terdapat piting
udema (+) pada kedua ekstermitas bawah dan wajah serta oliguria,reflek patella (+)
C. Riwat Kesehatan Dahulu
-
D. Riwayat Kesehatan Kelurga
-

E. Riwayat Menstruasi

a. Menarche :-
b. Sirklus haid :-
c. Banyak haid :-
d. Lama haid :-
e. Warna haid :-
f. Disminore :-

F. Riwayat Kehamilan Sekarang

a. Hamil ke : 1 (satua)
b. HPHT :-
c. HTP :-
d. UK :-
e. ANC :-
f. TT :-
g. Obat yang pernah di konsumsi : -

G. Riwayat obstertri yang lalu

G1P0A0

3. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda tanda vital :
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 98x/mnt
Respirasi : 22x/mnt
TFU : 30cm
DJJ : dalam batas normal
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : pitting edema (+)
b. Abdomen
- TFU : 30cm
- DJJ : Nornal
- Hasil UDG : Ostium uteri internum
c. Ekstermitas
- Pitting Edema (+)
- Reflek Patela (+)

5. Pemeriksaan Penunjang

1. Urinalisi : Proteinuria +5 pada urin midstream

THERAPY

1. bedrest, diet rendah garam dan tinggi protein


2. pemberian MgSo4

B. ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1 DS : Aliran darah berkurang Gangguan perfusi
Klien mengatakan nyeri jaringan
kepala hebat dan penglihatan CO2 menurun
kabur
DO: gangguan perfusi jaringan
Hasil pemeriksaan
Tanda tanda vital :
TD : 160/110mmHg pada 2x
pemeriksaan
P : 98x/mnt
RR : 22x/mnt
2 DS : permeabilitas kapiler Keleihan volume cairan
Klien mengatakan bengkak meningkat
pada kedua ekstermitas atas
dan bawah serta wajah perpindahan cairan dari
DO: intravascular ke intra seluler
- pitingg edema (+)
- oliguria
- reflek patella (+) edema umum

keleihan volume cairan

C. DIGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan b.d Hipertensi
2. Kelebihan volume cairan b/d peningkatan retensi urine dan edema

D. PERENCANAAN

N Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional


O
1 Gangguan perfusi jaringan - monitor tanda tanda vital - untuk mengetahu
b.d Hipertensi - dorong latihan fisk kaki keadaan umum pasien
dan tangan aktif/pasif - agar klien tidak
- pantau pernfasan mengalami imbilisasi
- untuk mrngetahu
apakah nafas klien
normal/tidak

2 Toleransi aktivitas b.d - jaga intake/asupan yang - untuk menjaga


peningkatan retensi urine akurat dan catat output keseimbangan cairan
dan edema - kaji lokasi dan luas edema - untuk mengetahui
- monitor hasil laboratorium kedaan edema pasien
yang relevan dengan rentesi - untuk memantau
cairan ( pantau kadar perkembangan hasil
protein dalam urine ) laboratorium
DAFTAR PUSTAKA

Pawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono.2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sumapraja, Sudraji.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta

Mansjoer.arif,DKK.1999.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1,edisi 3.Jakarta :Media Aesculapsois


Fakultas kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai