PERDARAHAN SUBARAKNOID
Oleh:
Pembimbing:
PADANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
dengan judul “Perdarahan Subaraknoid”. Case ini merupakan salah satu syarat
membantu menyusun referat ini, khusunya kepada Prof. DR. dr. H. Darwin Amir,
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk
perbaikan referat ini. Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat bagi kita
Esha Almara
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Metode Penulisan 2
BAB 4. DISKUSI 27
BAB 5. KESIMPULAN 29
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
hemorrhage (SAH) adalah suatu sindroma klinis yang muncul akibat dari
ruang subarachnoid, yang dibatasi oleh arachnoid dan piamater, yang disebabkan
yang tidak diketahui.2 Kejadian PSA 7-15% dari seluruh kasus Gangguan
Peredaran Darah Otak (GPDO) dan paling banyak disebabkan oleh rupturnya
intrakranial menyumbang sekitar 80% dari kasus dan memiliki tingkat kematian
penduduk. Bahkan 10-15% meninggal sebelum mencapai rumah sakit, dan orang-
orang yang bertahan hidup, sering memiliki gangguan neurologis atau kognitif.2
Perdarahan subaraknoid sering dijumpai pada usia dekade kelima atau keenam,
dengan puncak insiden pada usia sekitar 55 tahun untuk laki-laki dan 60 tahun
untuk perempuan namun lebih sering dijumpai pada perempuan dengan rasio 3:2.6
1
kelumpuhan sebagian atau total. Hanya15% saja yang dapat sembuh total dari
beberapa literatur.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
hemorrhage (SAH) adalah suatu sindroma klinis yang muncul akibat dari
ruang subarachnoid, yang dibatasi oleh arachnoid dan piamater, yang disebabkan
2.2 Epidemiologi
berkisar 21.000 sampai dengan 33.000 penduduk per tahun.5 Angka kematian
mencapai rumah sakit, dan orang-orang yang bertahan hidup, sering memiliki
usia dekade kelima atau keenam, dengan puncak insiden pada usia sekitar 55
tahun untuk laki-laki dan 60 tahun untuk perempuan namun lebih sering dijumpai
pada perempuan dengan rasio 3:2.6 Jika dibedakan berdasarkan usia, insidennya
3
Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan
kelumpuhan sebagian atau total. Hanya15% saja yang dapat sembuh total dari
sekitar 70% hingga 80%, dan malformasi arteriovenosa sebesar 10% dan sisanya
sebesar 20% tidak diketahui.1 Risiko pecahnya aneurisma tergantung pada lokasi,
posterior dari sistem vertebral dan basilar account hanya 12% dari aneurisma
serebral anterior memiliki risiko pecah terendah, sedangkan risiko lebih tinggi
terjadi pada aneurisma di sirkulasi serebral posterior dan akan meningkat sesuai
sehingga dapat pecah kapanpun secara tiba-tiba. Pecahnya aneurisma sangat fatal
darah di otak.4,6
4
Malformasi arteriovenosa (MAV) adalah anomali vaskuler yang terdiri
dari jaringan pleksiform abnormal tempat arteri dan vena terhubungkan oleh satu
atau lebih fistula. Daerah tersebut tidak mempunyai tipe kapiler spesifik yang
merupakan celah antara arteriola dan venula, mempunyai dinding lebih tipis
2.5 Diagnosis
pemeriksaan penunjang. PSA harus selalu dicurigai pada pasien dengan presentasi
yang khas, yang meliputi tiba-tiba mengalami sakit kepala berat (sering
digambarkan sebagai "terburuk yang pernah ada atau yang tidak pernah dirasakan
selama ini"), dengan mual, muntah, sakit leher, fotofobia, dan kehilangan
kesadaran.4 Penurunan kesadaran berupa somnolen atau koma dapat berlanjut dari
beberapa jam sampai hari karena adanya peningkatan tekanan intrakranial atau
defek medan penglihatan, disfungsi endokrin, atau nyeri kepala di daerah frontal. 3
Hasil pemeriksaan fisik penderita PSA bergantung pada bagian dan lokasi
antara arteri komunikans posterior dan arteri karotis interna dapat menyebabkan
paresis N. III, yaitu gerak bola mata terbatas, dilatasi pupil, dan/atau deviasi
5
Beberapa parameter kuantitatif untuk memprediksi outcome dapat
keparahan SAH secara klinis dinilai dan dinilai baik menggunakan klasifikasi
Hunt dan Hess atau Skala Federasi Dunia Ahli bedah saraf (WFNS). Keuntungan
prognostik satu skala atas yang lain tidak pasti, skala ini memiliki keterbatasan
karena intraobserver dan interobserver variabilitas.5 Nilai tinggi pada skala Hunt
Selain skala Hunt and Huss diatas, Skala Fisher juga biasa digunakan
radiologik.7 Pasien dengan skor Skala Fisher 3 atau 4 mempunyai risiko luaran
1. Pencitraan
pertana, tetapi akan turun 50% pada 1 minggu setelah serangan.10 Apabila
yang secara klinis dicurigai PSA maka tindakan pungsi lumbal untuk
2. Pungsi Lumbal
banding. Pada lumbal punksi terdapat tekanan yang meningkat dan cairan
7
kuning yang memperlihatkan adanya degradasi produk eritrosit, terutama
3. Angiografi
2.7 Penatalaksanaan
1. Manajemen umum
Tatalaksana pasien PSA derajat I atau II berdasarkan Hunt & Hess (H&H) :
kesadaran).
timbul
8
Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protokol pasien
ulang.
Tindakan operasi
2.8 Komplikasi
1. Vasospasme
2. Perdarahan ulang
3. Hidrosefalus
4. Hiponatremia
5. Hiperglikemia
6. Epilepsi6
9
2.9 Prognosis
mortalitas pada tahun pertama 60%. Apabila tidak ada komplikasi dalam 5 tahun
70%. Penyebab utama kematian penderita yang bertahan hidup selama 6 bulan
10
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. EH
Umur : 61 tahun
No. MR : 960171
Pekerjaan : Wiraswasta
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran
11
Pasien memiliki riwayat stroke 3 bulan yang lalu dengan kelemahan
anggota gerak kanan. Saat itu pasien tidak dirawat.
Riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dengan tekanan darah paling
tinggi 180 mmHg. Pasien kontrol tidak terartur.
Riwayat penyakit jantung dan diabetes tidak ada.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan
pasien.
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat hipertensi, DM, stroke,
dan penyakit jantung lainnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Umum
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,7oC
12
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Torak
Paru
Perkusi : sonor
Jantung
Abdomen
Perkusi : timpani
Korpus vertebrae
13
Status neurologikus
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
N. II (Optikus)
Funduskopi Funduskopi K
14
Kanan Kiri
Bola mata Bulat Bulat
Ptosis - -
Gerakan bulbus
Strabismus - -
Nistagmus -
Ekso/endotalmus - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Refleks cahaya + +
Refleks akomodasi
Refleks konvergensi
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Doll Eye Movement Doll Eye Movement
bergerak bergerak
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Doll Eye Movement Doll Eye Movement
bergerak bergerak
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Sensorik
-Divisi Oftlamika
15
Refleks Kornea Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
-Divisi Maksila
Refleks Masseter
Sensibilitas Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
-Divisi Mandibula
Sensibilitas Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Plica nasolabialis kanan lebih datar
Sekresi air mata Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Sensasi lidah 2/3 depan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Kanan Kiri
Suara berbisik Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
16
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi Lidah 1/3 belakang Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Refleks muntah (gag refleks) (+) (+)
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Tidak dapat dinilai
Uvula Tidak dapat dinilai
Menelan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Artikulasi Tidak dapat dinilai
Suara Tidak dapat dinilai
Nadi Teratur
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh kekanan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Menoleh kekiri Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Mengangkat bahu kanan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Mengangkat bahu kiri Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Simetris
Kedudukan lidah dijulurkan Tidak dapat dinilai
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Atropi (-) (-)
17
dinilai dinilai
7. Pemeriksaan sensibilitas
8. Sistem refleks
18
Laring KPR (++) (++)
Masseter APR (++) (++)
Dinding Perut Bulbokavernosa
Atas Creamaster
Tengah Sfingter
Bawah
B. Patologis Kana Kiri Kana Kiri
n n
Lengan Tungkai
9. Fungsi otonom
Pemeriksaan Laboratorium
Ht 48%
Trombosit 315.000/mm3
Na/K/Cl 146/5,9/113
EKG
19
Brain CT Scan
Babinski (+)
Working Diagnosis :
Perdarahan Subaraknoid
Pemeriksaan Penunjang :
20
1. Brain CT-scan tanpa kontras: tampak lesi hiperdens yang mengisi ruang
Diagnosis :
21
Stress Ulcer
Terapi :
Umum
Prognosis :
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad sanam : Dubia ad malam
Quo ad fungsionam : Dubia ad malam
FOLLOW UP
27-10-2016
O/ KU Kes TD Nd Nf T
22
Berat Soporos 190/100 mmHg 142x/i’ 46x/i’ 370C
Status Neurologi:
Hipertensi Emergency
Stress Ulcer
P/ Umum :
Umum
23
Cefoperazon 2x1 gr (i.v)
Lansoprazole 2x30 mg (i.v)
28-10-2016 07.00
S/ Penurunan kesadaran, lemah anggota gerak kanan, demam (+), Batuk (+)
O/ KU Kes TD Nd Nfs T
Status Neurologi:
Hipertensi Emergency
Stress Ulcer
P/
Umum
24
NGT: Dialirkan
Folley Catheter : Monitor balance cairan
Khusus
Manitol 20%
Inj As Traneksamat 4x1 gr
Flumucil 2x1
Paracetamol 4x750 mg (po)
Cefoperazon 2x1 gr (i.v)
Lansoprazole 2x30 mg (i.v)
28-10-2016 20.00
O/ KU Kes TD Nd Nfs T
Status Neurologi:
Sepsis ec bronkopneumonia
25
Syok sepsis
P/ Umum
29-10-2016 07.15
O/ KU Kes TD Nd Nfs T
A/ Cardiac Arrest
P/ Begging 12 x/i
EKG Flat
26
BAB 4
DISKUSI
keadaan tidak sadarkan diri, pasien tidak menyahut dan membuka mata saat
dipanggil keluarga. Nyeri kepala saat onset tidak diketahui, pasien muntah
(E2M2V2), tekanan darah 190/100 mmHg (Hipertensi stage II), status internus paru
kaku kuduk positif, dan terdapat pupil anisokor dengan diameter 3mm/4mm.
nyeri kepala (-), dan reflek babinsky (+), sehingga didapatkan kesan stroke
hemoragik. Berdasarkan Siriraj Stroke Score diperoleh nilai 2 yang juga memberi
27
Pengobatan pada pasien ini adalah asam traneksamat diberikan sebagai
dan lansoprazole termasuk obat Proton Pump Inhibitor yang mengatasi gangguan
28
BAB 5
KESIMPULAN
hemorrhage (SAH) adalah suatu sindroma klinis yang muncul akibat dari
ruang subarachnoid, yang dibatasi oleh arachnoid dan piamater, yang disebabkan
penunjang. Skala Hunt dan Hess dapat digunakan sebagai parameter kuantitatif
radiologik. Pasien dengan skor Skala Fisher 3 atau 4 mempunyai risiko luaran
hidrosefalus,hiponatremia,hiperglikemi,epilepsi.
29
0
DAFTAR PUSTAKA
0
2. Ostbye T, Levy AR, Mayo NE. Hospitalization and case fatality rates for
subarachnoid hemorrhage in Canada from 1982 through 1991. The Canadian
Collaborative Study Group of Stroke Hospitalizations. Stroke. 1997;28:793-8.
3. Suarez JI, Tarr RW, Selman WR. Aneurysmal subarachnoid hemorrhage. N
Engl J Med. 2006;354:387-96.
4. Broderick JP, Viscoli CM, Brott T, Kernan WN, Brass LM, Feldmann E, et al.
Major risk factors for aneurysmal subarachnoid hemorrhage in the young are
modifi able. Stroke. 2003;34:1375- 81.
5. Anderson C, Ni Mhurchu C, Scott D, Bennett D, Jamrozik K, Hankey G.
Triggers of subarachnoid hemorrhage: Role of physical exertion, smoking, and
alcohol in the Australasian Cooperative Research on Subarachnoid Hemorrhage
Study (ACROSS). Stroke. 2003;34:1771-6.
6. Rinkel GJ. Intracranial aneurysm screening: Indications and advice for practice.
Lancet Neurol. 2005;4:122-8.
7. Cavanagh SJ, Gordon VL. Grading scales used in the management of
aneurysmal subarachnoid hemorrhage: A critical review. J Neurosci Nurs.
2002;34:288-95.
8. Tofteland ND, Salyers WJ. Subarachnoid hemorrhage. Hosp Phys. 2007;31-41