Anda di halaman 1dari 11

1

2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI YANG MENGALAMI
HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN MASALAH
KETIDAKSEIMBANGAN SUHU TUBUH

Ega Gisela Giovanni, Maria Magdalena Setyaningsih, Wisoedhanie Widi Anugrahanti


Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang
Email : egagisela.5758@gmail.com

ABSTRAK

Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir merupakan sebuah keadaan dimana kadar bilirubin serum total di
dalam jaringan ekstravaskuler meningkat lebih dari 10mg%. Keadaan ini mengakibatkan mukosa, kulit
dan sklera berwarna kuning pada minggu pertama. Penatalaksanaan Hiperbilirubinemia salah satunya
adalah dilakukan tindakan fototerapi yang dapat menimbulkan rsiko atau ketidakseimbangan suhu tubuh.
Penelitian ini untuk melaksanakan Asuhan keperawatan pada bayi yang mengalami Hiperbilirubinemia
dengan masalah Ketidakseimbangan suhu tubuh. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2019 dengan
desain penelitian studi kasus pada dua bayi Hiperbilirubinemia dengan masalah ketidakseimbangan suhu
tubuh. Hasil dari penelitian ini adalah masalah ketidakseimbangan suhu tubuh teratasi pada hari ke tiga.
Hal ini ditandai dengan suhu tubuh bayi dalam kisaran normal (36-37oC). Melalui Memonitoring TTV
dan memenuhi kebutuhan intake bayi diharapkan dapat mengurangi Ketidakseimbangan suhu tubuh.

Kata kunci : Bayi , Hiperbilirubinemia, Ketidakseimbangan suhu tubuh

ABSTRACT

Hyperbilirubinemia in newborns is a condition where total serum bilirubin levels in extravascular tissue
increase by more than 10 mg%. This situation causes the mucosa, skin and sclera to turn yellow in the
first week. Management of hyperbilirubinemia one of which is carried out a phototherapy action that can
cause risk or imbalance in body temperature. This research is to carry out nursing care in infants who
have hyperbilirubinemia with the problem of body temperature imbalance. This research was conducted
in March 2019 with a case study research design in two infants with hyperbilirubinemia with an
imbalance in body temperature. The results of this study are the problem of imbalance in body
temperature resolved on the third day. This is indicated by the baby's body temperature in the normal
range (36-37oC). Through TTV monitoring and meeting the needs of the baby's intake is expected to
reduce body temperature imbalance.

Keywords : Infants, Hyperbilirubinemia, Body temperature imbalance.

3
PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur
menyatakan bahwa pada tahun 2014 bayi
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir
baru lahir yang mengalami ikterus sebanyak
merupakan sebuah keadaan dimana kadar
(26,75%) atau 268/1000 kelahiran (Dinkes
bilirubin serum total di dalam jaringan
Jatim, 2014). Kota Malang memiliki
ekstravaskuler meningkat lebih dari 10mg%.
persentase kejadian hiperbilirubinemia
Keadaan ini mengakibatkan mukosa, kulit
adalah sebesar 3,23% pada tahun 2014
dan sklera berwarna kuning pada minggu
(Dinkes Kota Malang, 2014). Data bayi
pertama. (Dewi, 2013).
dengan hiperbilirubinemia di Rumah Sakit
Panti Waluya Malang tidak jauh berbeda,
Survey Demografi Kesehatan Indonesia
yaitu pada tahun 2017 sebanyak 17 pasien
(SDKI) meyatakan bahwa angka kematian
bayi dengan masalah hiperbilirubinemia
bayi di Indonesia pada tahun 2012 sebesar
yang terdiri dari 9 laki-laki dan 8 perempuan
32 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian
(RM RSPW, 2018).
terebut diakibatkan oleh asfiksia (37%),
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
Hiperbilirubinemia memiliki tanda dan
prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi
gejala seperti hipotermia, lemas dan malas
(7%), ikterus neonatorum (6%), postmatur
minum. Tanda dan gejala lain adalah
(3%), dan kelainan kongenital (1%) per
perubahan dari hasil lab yang ditandai oleh
1.000 kelahiran hidup. Hasil penelitian pada
peningkatan pada kadar bilirubin melebihi
tahun 2018 meunjukkankan bahwa kejadian
10 mg%. Peningkatan tersebut merupakan
ikterus neonatorum di Indonesia mencapai
hal yang sering terjadi BBL, tetapi jika pada
50% bayi cukup bulan. Kejadian ikterus
hari ke 5 tidak terjadi penuruan maka
neonatorum pada bayi kurang bulan
menjadi permasalahan bagi tubuh bayi,
(premature) mencapai 58% dan kejadian
peningkatan bilirubin diatas 10 mg% biasa
ikterus neonatorum pada bayi cukup bulan
disertai ikterik pada mata dan kulit (Putri,
sebanyak 85% yang mana memiliki kadar
2010).
bilirubin di atas 5 mg/dl dan 23,80%
memiliki kadar bilirubin di atas 13 mg/dl
Penanganan Hiperbilirubinemia antara lain
(Prasita, 2018). Kejadian bayi dengan
pemberian obat, transfusi tukar dan
ikterus di Jawa Timur juga cukup besar.
4
fototerapi tetapi tindakan yang sering bilirubin total 13mg%, lalu dilakukan
dilakukan pada bayi yang mengalami tindakan keperawatan berupa sinar
Hiperbilirubinemia adalah fototerapi. Pada fototerapi selama 2 seri atau 2 x 24
saat fototerapi semua pakaian yang jam.Selama dilakukan tindakan fototerapi
dikenakan bayi dilepas dan bayi diletakkan sampai post fototerapi bayi sangat beresiko
di dalam tempat yang telah diberi sinar biru terkena ketidakseimbangan suhu, karena
sehingga bayi tidak beresiko terkena disebabkan oleh paparan sinar fototerapi
hipotermia, bila bayi terlalu lama terpapar dalam kurun waktu yang lama, ini di tandai
sinar terapi bayi akan beresiko mengalami dengan bayi harus di ukur suhu setiap 2 jam.
hipertermia oleh karena itu bayi harus selalu
di observasi secara rutin (Potter & Perry, Keadaan hiperbilirubinemia jika tidak
2010). ditangani dengan cepat, maka bilirubin tetap
tinggi maka hal ini dapat menyebabkanbayi
Fenomena bayi dengan hiperbilirubinemia tidak mau menghisap, leher kaku, dan tonus
didapatkan oleh penulis saat praktik klinik otot meningkat. Kernicterusakan terjadi
diruang PICU/NICU Rumah Sakit Panti apabila hiperbilirubinemia tidak segera
Waluya Malang. Pada bulan Januari 2018 ditangani. Kernicterus ditandai dengan
seorang Ibu pasien datang ke poli Rumah adanya kerusakan otak berupa mata
Sakit Panti Waluya Malang dengan keluhan berputar, letargi, kejang, tonus otot
bahwa bayinya tampak kuning selama 2 hari meningkat, leher kaku, epistotonus, dan
karena dengan alasan bayi tidak sianosis, serta dapat juga diikuti dengan
mendapatkan sinar matahari yang cukup dan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi
bayi malas untuk minum ASI. Riwayat mental di kemudian hari.Selain itu dapat
persalinan bayi yaitu normal partum, dan juga terjadi infeksi atau sepsis, peritonitis
usia kehamilan 40-41 minggu dengan nilai dan pneumonia (Dewi, 2010).
APGAR (A: 2, P: 2, G: 2, A: 1, R: 2). Tidak
didapati masalah saat persalinan dan setelah Sebagai perawat, pertolongan yang dapat
dilakukan pemeriksaan didapati hasil suhu diberikan adalah memberikan asuhan
bayi di bawah normal 35,6ᵒC dan bayi keperawatan kepada klien dengan
tampak kuning pada kulitnya dan sklera. pendekatan preventif, rehabilitatif dan
Setelah dicek darah lengkap didapati hasil kolaboratif.
5
hasil bilirubin diatas normal. Dokter
METODE menegakkan hasil akhir diagnosa medis
Penelitian ini menggunakan metode studi hiperbilirubinemia dan dokter
kasus pada bayi Bayi yang mengalami menyarankan bayi untuk dilakukan sinar
Masalah ketidakseimbangan suhu tubuh. fototerapi di RS. Panti Waluya Sawahan
Pengambilan data pada bayi 1 pada tanggal Malang. Saat dilakukan pengkajian
25-27 Maret 2019, sedangkan bayi 2 pada tanggal 25/03/19 pukul 14.00 bayi sudah
tanggal 13- 16 juni 2019. Penulis menjalani sinar fototerapi selama 1 jam,
mengumpulkan data dengan melakukan Keadaan umum bayi lemas N : 136
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik x/menit, S:37,3°C, RR: 38 x/menit, Kadar
dan dokumentasi meliputi pengkajian, bilirubin derajad 3 ( kepala sampai atas
analisa data, rencana keperawatan, lutut, kadar bilirubin 11,4 mg/dl )
implementasi dan evaluasi keperawatan.
Ayah mengatakan jika bayi di lahirkan di
HASIL RS. Hermina Malang tanggal 09-06-2019
1. Pengkajian pukul 15.00 dan berjenis kelamin
Ibu bayi mengatakan melahirkan tanggal perempuan. Keadaan bayi saat di bawa
23/03/19 pukul 02.00 dan berjenis pulang sudah sedikit kuning, dan
kelamin perempuan. Keadaan bayi saat memutuskan bayi untuk di jemur saja
pulang normal dan tidak mengalami setiap pagi di rumah agar kuning pada
gangguan kesehatan. Bayi menangis kuat bayi menghilang, tetapi setelah 3 hari
dan pergerakan bayi aktif. Ibu bayi rutin di jemur kuning pada bayi tidak
mengatakan sejak tanggal 24/03/19bayi kunjung hilang malah lebih kuning dari
terlihat kuning. Kemudian tanggal sebelumnya, akirnya pada tanggal 13-06-
25/03/19 pukul 10:21 Ibu membawa bayi 2019 pada pukul 18.00 bayi di bawa ke
ke POLI RS. Panti Waluya Sawahan RS. Panti Waluya Sawahan Malang.
Malang. Dokter tidak melakukan Dokter melakukan pemeriksaan dan
pemeriksaan lab karena tubuh bayi sudah menegakan diagnosa medis
terlihat jelas berwarna kuning, dokter Hoperbilirubinemia. Dokter menyarankan
mengatakan kalau bayi sudah berada di agar bayi dilakukan tindakan fototerapi di
derajad kuning 3 yang artinya >10 mg/dl RS. Panti Waluya Sawahan Malang. Pada
6
saat itu juga bayi langsung dilakukan 1. Pengkajian
tindakan fototerapi, Keadaan umum bayi Pada kedua bayi menunjukkan keluhan
lemas, N : 140 x/menit, S : 37,2 °C, RR : berupa perubahan warna kulit, bibir dan
34x/menit Kadar bilirubin 12,83 mg/dl. sklera mata menjadi kuning. Selain itu
2. Diagnosa Keperawatan juga ditemukan penurunan berat badan
Berdasarkan hasil pengkajian kedua bayi pada bayi 2 dari 2965 gr menjadi 3800 gr.
dapat ditegakkan diagnosa keperawatan Data subjektif dan objektif pada bayi 1
yaitu, Ketidakseimbangan suhu tubuh : dan 2 sesuai dengan teori untuk dilakukan
Hipertermia b/d perubahan laju asuhan keperawatan ketidakseimbangan
metabolisme suhu tubuh
3. Intervensi keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kedua bayi telah disusun intervensi
Bayi 1 dan 2 ditetapkannya diagnosa
sesuai tinjauan teori yaitu intervensi no 1
keperawatan yang sama, yaitu
sampai dengan 4 mengukur suhu tubuh
ketidakseimbangan suhu tubuh :
bayi setiap 2 jam, mempertahankan
Hipertermia. didukung dengan data bayi
kebutuhan nutrisi bayi, memonitor
1 dan 2 kadar bilirubin >10mg/dl.
adanya tanda-tanda hipertermi,
Hiperbilirubinemia merupakan suatu
menghentikan fototerapi jika suhu tubuh
keadaan pada bayi baru lahir dimana
bayi diatas 37oC
kadar bilirubin serum total di dalam
4. Impelmentasi Keperawatan
jaringan ekstravaskuler meningkat lebih
Pada bayi 1 dan 2 telah dilakukan
dari 10mg% sehingga mukosa, kulit dan
tindakan keperawatan sesuai dengan
sklera berwarna kuning pada minggu
intervensi keperawatan yang telah
pertama. Keadaan ini terjadi pada bayi
disusun.
baru lahir yang sering disebut sebagai
5. Evaluasi Keperawatan
ikterus neonatus atau yang lebih sering
Setelah diberikan asuhan keperawatan
disebut hiperbilirubinemia (Usman Ali,
selama 3 hari, ke 2 bayi didapatkan hasil
2013).
masalah teratasi dari derajat 3 sampai
Menurut Klaus 2010, Tindakan yang
derajat 1.
dilakukan pada bayi hiperbilirubinemia
PEMBAHASAN yaitu sinar fototerapi. Sinar yang

7
digunakan pada fototerapi adalah suatu Setelah diberikan asuhan keperawatan
sinar tampak yang merupakan suatu selama 3 hari, bayi 1 dan 2 didapatkan
gelombang elektromagnetik. Sifat hasil masalah teratasi sebagian dengan
gelombang elektromagnetik bervariasi mencapai sesuai kriteria hasil yang telah
menurut frekuensi dan panjang ditetapkanAdapun kriteria hasil menurut
gelombang, yang menghasilkan spektrum Ackley (2016) yang menyatakan bahwa
elektromagnetik. Spektrum dari sinar diagnosaketidakseimbangan suhu tubuh
tampak ini terdiri dari sinar merah, memiliki kriteria hasil berupa
oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu. mempertahankan suhu tubuh axilla
Masing masing dari sinar memiliki dalam kisaran normal (36 ᵒC – 37 ᵒC)
panjang gelombang yang berbeda beda. tidak mengalami dehidrasi.
Panjang gelombang sinar yang paling
KESIMPULAN
efektif untuk menurunkan kadar bilirubin.
Asuhan keperawatan penyakit
Pada bayi yang dilakukan terapisinar
Hiperbilirubinemia dengan masalah
fototerapi akan sangat rentan terjadi
ketidakseimbangan suhu tubuh di RS
hipotermia maupun hipertermia(Jurnal
Panti Waluya Sawahan Malang dapat
Kesehatan Andalas, 2014).
dilaksanakan pada bayi 1 dan 2 selama 3
3. Intervensi Keperawatan
hari selama bayi di rawat inap di rumah
Pada klien 1 dan 2 telah disusun
sakit. Pada bayi 1 dan 2 diberikan
intervensi sesuai dengan teori, terdapat 12
intervensi sesuai dengan teori dan fakta di
intervensi yang akan dilakukan secara
lapangan disesuaikan dengan kondisi bayi
mandiri maupun kolaboratif sesuai
selama masa perawatan. Setelah
dengan kondisi atau keadaan klien
dilakukan tindakan yang telah
4. Implementasi Keperawatan
direncanakan tersebut, kondisi kedua bayi
Pada bayi 1 dan 2 implementasi sesuai
menjadi lebih baik seperti kulit, bibir dan
dengan intervensi keperawatan yang
sklera mata bayi sudah kembali normal
sudah direncanakan. Intervensi yang
berwarna putih dan masalah tidak terjadi.
terdiri dari 4 rencana tindakan tersebut
dapat dilakukan seluruhnya pada bayi DAFTAR PUSTAKA
1dan bayi 2.
5. Evaluasi Keperawatan
8
Ackley; Betty J; Ladwig& Gail B. Wawan & Dewi. 2010. Teori dan
2010.Nursing Diagnosis Handbook. Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Mosby: Elsevier. Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Potter, Perry.2010. Fundamental Of
Wahid .I. 2011. Promosi Kesehatan Untuk
Nursing: Consep, Proses and Kebidanan. Jakarta: Salemba
Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : Medika.
EGC.
Saputra. 2015. Konsep Bayi Baru Lahir.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Jakarta: EGC.
Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Betz; Linda A& Gowden. 2009. Buku Saku


Keperawatan Pediatrik,ed.5. Jakarta :
EGC.
Kumalasari; Intan. 2015. Perawatan Bayi
Baru Lahir dan Kontrasepsi. Jakarta:
Salemba Medika.
Guyton, A.C. 2012.Fisiologi Manusia dan
Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.

Hidayat A.A. 2009. Ilmu Kesehatan Anak.


Jakarta: Salemba Medika.
Potter, Perry.2010. Fundamental Of
Nursing: Consep, Proses and
Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta :
EGC.
Nurarif .A.H. & Kusuma.H.2015. APLIKASI
Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Jogjakarta: MediAction.

Usman Ali. 2012. Buku ajar Neonatologi.


Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia.

Sudarti & Fauzan Afroh. 2010. Buku Ajar


Dokumentasi Kebidanan.Yogyakarta :
Nuha Medika.

9
Lembar Konsultasi Pembimbing 1

10
Lembar Konsultasi Pembimbing 2

11

Anda mungkin juga menyukai