Idealnya, volume air ketuban pada usia kehamilan 12 minggu adalah sekitar 60 milliliter (mL).
Seiring dengan perkembangan janin, volume air ketuban juga akan terus meningkat sampai usia
kehamilan mencapai 34-38 minggu. Setelah itu, jumlahnya akan menurun.
Tidak semua ibu hamil memiliki volume air ketuban yang normal selama kehamilannya. Ada
beberapa ibu hamil yang jumlah air ketubannya terlalu sedikit atau disebut juga oligohidramnion.
Kondisi ini paling sering terjadi pada trimester akhir kehamilan, tetapi tidak menutup
kemungkinan kurangnya jumlah air ketuban terjadi pada usia kehamilan yang lebih awal.
Air ketuban mengandung nutrisi, hormon, dan sel pembentuk sistem kekebalan tubuh yang
dihasilkan oleh ibu. Namun pada usia kehamilan 20 minggu, komposisi air ketuban akan lebih
didominasi oleh urine janin. Oleh karena itu, kelainan pada sistem saluran kemih janin juga dapat
memengaruhi volume air ketuban.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan volume air ketuban menjadi sedikit:
Salah satu penyebab air ketuban sedikit adalah sistem kemih janin tidak berkembang sempurna.
Jika sistem kemih dan ginjalnya gagal berkembang, maka janin hanya akan menghasilkan sedikit
urine. Padahal, urine merupakan komponen utama air ketuban saat usia kehamilan memasuki
trimester kedua.
2. Gangguan plasenta
Gangguan plasenta, seperti solusio plasenta, menyebabkan aliran darah dan asupan nutrisi untuk
janin menjadi terhambat. Hal ini membuat produksi urine janin terganggu, sehingga jumlah air
ketuban menjadi sedikit.
Robekan kecil pada kantung ketuban bisa menyebabkan cairan ketuban merembes keluar dari
rahim. Jika ketuban pecah dini dibiarkan, maka volume air ketuban akan berkurang atau bahkan
habis sama sekali, hingga menyebabkan gangguan pada janin.
Air ketuban sedikit juga dapat terjadi bila ibu hamil mengandung lebih dari satu janin di dalam
rahimnya. Pasalnya, pada kehamilan kembar identik, ibu hamil berisiko mengalami komplikasi
twin to twin transfusion syndrome (TTTS). Komplikasi ini membuat janin kembar saling berbagi
plasenta yang memungkinkan salah satunya harus menerima sedikit air ketuban.
Ibu hamil yang sedang mengonsumsi golongan obat darah tinggi golongan angiotensin-
converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor) juga dapat menyebabkan volume air ketuban
menjadi sedikit. Obat yang termasuk ke dalam golongan ACE inhibitor antara lain ramipril,
captopril, dan lisinopril.
Selain faktor di atas, penyakit-penyakit tertentu yang diderita oleh ibu hamil, seperti hipertensi,
diabetes, atau lupus, juga bisa meningkatkan risiko ibu hamil memiliki jumlah air ketuban yang
sedikit.
Penanganan Air Ketuban Sedikit
Penanganan air ketuban sedikit (oligohidramnion) biasanya akan dilakukan sesuai usia
kehamilan. Namun sebelum memberikan penanganan, dokter akan melakukan serangkaian
pemeriksaan, termasuk USG kehamilan, untuk mengetahui kondisi janin dalam kandungan.
Apabila air ketuban sedikit terjadi di akhir kehamilan, biasanya dokter akan mengusulkan agar
bayi segera dilahirkan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah komplikasi pada bayi.
Sedangkan jika air ketuban sedikit terjadi di pertengahan kehamilan, maka dokter akan
menyarankan beberapa perawatan berikut ini:
Jika tidak ditangani segera, air ketuban sedikit dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius,
antara lain kelahiran prematur, keguguran, dan bayi lahir dengan berat badan rendah.
Untuk meminimalkan risiko terjadinya air ketuban sedikit selama kehamilan, Anda perlu
memperbanyak asupan cairan selama hamil, menjaga pola makan, dan tidak merokok. Selain itu,
Anda juga perlu melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter kandungan untuk memantau
kondisi kandungan dan janin.
Berbagai penyebab ketuban pecah dini yang
harus diwaspadai Bumil!
Bacaan 4 menit
•••
Ketuban pecah dini sangat berisiko bagi ibu hamil dan bayi, karena bisa mengakibatkan
persalinan prematur, atau bayi keracunan aspirasi mekonium. Ada beberapa penyebab ketuban
pecah dini yang perlu diketahui dan diwaspadai setiap ibu hamil.
Apa sajakah penyebab ketuban pecah dini yang perlu diwaspadai? Berikut informasi
selengkapnya.
Ketuban pecah dini atau yang kerap disebut pula dengan KPD adalah kondisi dimana kantung
ketuban pecah sebelum hari perkiraan lahir atau HPL datang.
Seperti yang kita ketahui, ketuban merupakan cairan yang melindungi janin selama berada di
dalam rahim. Cairan ini pada umumnya akan pecah dalam waktu 24 jam sebelum HPL.
Bila cairan ini pecah sebelum HPL maka dikatakan sebagai ketuban pecah dini. Dalam dunia
medis, setidaknya da dua jenis ketuban pecah dini:
a. Premature rupture of membranes (PROM): Ketuban yang pecah setelah usia kandungan
memasuki 37 minggu.
b. Preterm premature rupture of membranes (PPROM): Ketuban yang pecah sebelum usia
kandungan memasuki 37 minggu.
Ketuban pecah dini dapat menyebabkan komplikasi yang cukup serius, seperti:
Ketika ketuban pecah, kuman dapat masuk ke dalam kantung ketuban sehingga menyebabkan
infeksi di dalam vagina. Biasanya kondisi ini akan menunjukkan gejala seperti suhu tubuh yang
naik, keputihan yang tidak biasa, bau yang tidak sedap, denyut nadi yang cepat, nyeri perut
dibagian bawah, dan detak jantung janin yang lebih cepat dari biasanya.
Saat ibu hamil mengalami ketuban pecah dini, dokter biasanya akan merekomendasikan ibu
hamil untuk melakukan proses persalinan meskipun masih jauh dari HPL. Hal inilah yang
menyebabkan bayi lahir prematur.
3. Retensi plasenta
Ketuban pecah dini memungkinkan ibu mengalami retensi plasenta. Dimana sebagian atau
semua plasenta tertinggal di dalam rahim.
Kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan postpartum, yakni pendarahan yang terjadi lewat
vagina dalam waktu 24 jam hingga 6 minggu setelah melahirkan.
4. Oligohidramnion
Oligohidramnion atau penurunan cairan ketuban (amnion) dapat terjadi bila ketuban pecah dini
terjadi pada kehamilan usia muda. Bila ketuban berkurang, maka tali pusat dapat terjepit diantara
janin dan dinding rahim. Akibatnya, janin bisa cedera otak bahkan meninggal dunia.
5. Kematian
Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan memasuki 23 minggu maka paru-paru
janin mungkin tidak akan berkembang dengan baik. Akibatnya, janin tidak dapat bertahan hidup.
Bila janin tetap dapat bertahan hidup, maka kemungkinan dia akan mengalami cacat fisik atau
mental ketika dilahirkan. Bayi juga berisiko mengalami masalah paru-paru kronis, celebral palsy,
dan gangguan perkembangan lainnya.
Ciri-ciri ketuban pecah dini
Beberapa ibu hamil mungkin akan mengalami gejala ketuban pecah dini yang berbeda-beda.
Namun beberapa gejala yang umumnya terjadi ialah:
Air yang keluar dari vagina, kadang sedikit dan kadang banyak
Basah konstan dalam pakaian dalam
Bila mengalami dua hal tersebut, sebaiknya segera lakukan konsultasi pada dokter secepat
mungkin.