Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN LUAR

NEGERI INDONESIA TIGA TAHUN


TERAKHIR

Disusun umtuk memenuhi

Salah satu tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia

Disusun oleh

Eka Puspita Ningsih

NPM. A10060167

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI EKUITAS

BANDUNG

2008/2009
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI INDONESIA
TIGA TAHUN TERAKHIR

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia selama
tahun 2006 untuk pertama kalinya menembus angka di atas USD 100 miliar, yaitu tepatnya
sebesar USD 100,7 miliar, atau naik sebesar 17,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kenaikan ekspor ini didorong oleh ekspor migas yang meningkat sebesar 10,2 persen
menjadi USD 21,2 miliar, dan nonmigas yang meningkat 19,7 persen menjadi USD 79,5
miliar.

Meningkatnya penerimaan ekspor migas didorong oleh tingginya harga ekspor


minyak mentah Indonesia di pasar internasional yang mencapai USD 63,5 per barel selama
tahun 2006, atau 18,9 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2005.

Penerimaan ekspor nonmigas tahun 2006 didorong oleh nilai ekspor hasil pertanian
yang meningkat sebesar 18,2 persen menjadi USD 3,4 miliar, hasil pertambangan yang naik
sebesar 40,9 persen menjadi USD 11,2 miliar, dan hasil industri yang meningkat sebesar 16,7
persen menjadi USD 64,9 miliar. Peningkatan ekspor nonmigas selain didorong oleh
peningkatan volume juga disebabkan oleh kenaikan harga di pasar internasional terutama
untuk ekspor hasil pertanian dan pertambangan.

Di tahun 2007, Kinerja ekspor non-migas Indonesia menunjukkan peningkatan


dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor non-migas Indonesia di tahun 2007 (Jan-Sep)
mencapai 67.531,4 juta US$, meningkat 17,27 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Ekspor ditujukan ke berbagai negara dan sebagian besar ke Jepang, Amerika Serikat dan
Singapura, yang mana masing-masing memiliki pangsa 15,19%, 12,41% dan 10,08% dari
total ekspor non-migas Indonesia. Selain ketiga negara tersebut, negara lainnya yang pangsa
ekspornya cukup besar adalah Cina (7,09%), Malaysia (4,91%), Korea (4,23%) dan India
(4,74%).

Melemahnya perekonomian Amerika Serikat diprediksi akan berdampak pada kinerja


ekspor Indonesia khususnya produk elektronik, garmen, tekstil dan alas kaki yang pasarnya
sebagian besar ke Amerika Serikat dan Uni Eropa. Oleh karena itu, berbagai alternatif
terobosan pasar baru perlu dilakukan khususnya ke negara yang impornya terhadap produk
Indonesia tinggi seperti Korea, India, Cina dan negara kawasan Timur Tengah. Namun
demikian untuk memasuki pasar tersebut khususnya Timur Tengah diperlukan kerja keras
mengingat pasar negara-negara di kawasan tersebut sudah banyak dimasuki produk Cina
yang memiliki daya saing tinggi (harga murah).

Keberhasilan peningkatan ekspor tersebut didukung oleh berbagai faktor dan yang
paling utama adalah kenaikan harga sampai ke titik puncak atas beberapa komoditas di pasar
internasional.

Sektor industri merupakan sektor yang paling besar peranannya dalam menyumbang
nilai ekspor non-migas dibandingkan sektor pertambangan dan pertanian. Data tahun 2007
menunjukkan bahwa pangsa sektor industri sebesar 82,51% terhadap total ekspor non migas,
sektor pertambangan 13,59% dan sektor pertanian terkecil yaitu 3,89%. Kecilnya sumbangan
sektor pertanian tersebut sangat disayangkan mengingat sektor pertanian sampai sekarang
menyerap tenaga kerja terbesar dibandingkan sektor lainnya. Berdasarkan data BPS (Feb
2007) sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbesar yaitu sekitar 44% dan merupakan
sumber penghidupan 25 juta petani.

Di sektor industri, komoditi yang nilai ekspornya menonjol adalah pakaian jadi,
minyak kelapa sawit, alat listrik, crumb-rubber dan industri lainnya memiliki pangsa berkisar
5 sampai 8% dari total ekspor sektor industri. Dari sejumlah komoditi tersebut, kelapa sawit
dan kelompok industri lainnya memiliki perkembangan ekspor paling tinggi yaitu masing-
masing 42,22% dan 34,82%. Khusus kelapa sawit, meningkatnya ekspor komoditi tersebut
disebabkan selain adanya peningkatan harga di pasar internasional, juga disebabkan oleh
meningkatnya permintaan kelapa sawit dunia.

Komoditi industri lainnya yang memiliki pangsa ekspor dibawah 2 sampai 5% adalah
kertas dan barang kertas, audio visual, tekstil, besi baja, tembaga, komputer dan bagiannya
serta alas kaki. Dari sejumlah komoditi tersebut, yang memiliki potensi perkembangan ekspor
cukup besar adalah tembaga, besi/baja dan kertas. Ekspor tembaga, besi/baja dan kertas di
tahun 2007 masing-masing meningkat sebesar 65,30%, 34,75% dan 14,43%.

Untuk sektor pertambangan, nilai ekspor yang paling tinggi didominasi oleh dua
komoditi yaitu batu bara dan tembaga. Peran ekspor batu bara 52,22% dan biji tembaga
38,45% dari total ekspor sektor pertambangan. Komoditi pertambangan lainnya memiliki
peran dibawah lima persen dari total ekspor industri Indonesia, kecuali biji nikel yang
memiliki pangsa 5,22%.

Di sektor pertanian, kelompok komoditi perikanan dan perkebunan memiliki nilai


ekspor paling tinggi, kemudian disusul kelompok komoditi hortikultura. Peran komoditi
perikanan (udang, ikan dan kerang kerangan) mencapai 41,88% dari total ekspor komoditi
pertanian, sementara itu peran kelompok komoditi perkebunan (biji coklat, kopi, pala, teh dan
lada) sebesar 39,63% dan yang 18,69% termasuk kelompok hortikultura dan lainnya.

Sementara itu beberapa komoditi yang memiliki potensi perkembangan ekspor cukup
tinggi adalah lada dan teh yang masing-masing ekspornya di tahun 2007 meningkat sebesar
88,89% dan 28,12%. Meningkatnya ekspor kedua komoditi tersebut terutama disebabkan
oleh tingginya harga di pasar internasional sehingga merangsang eksportir untuk
meningkatkan ekspornya. Khusus untuk teh, ketidakmampuan Kenya (sebagai salah satu
produsen utama teh) memenuhi pasar teh dunia, berpengaruh pada kinerja ekspor teh
Indonesia.

Untuk tahun 2008, kinerja ekspor Indonesia tidak sebaik kinerja ekspor tahun 2007.
Hal ini disebabkan oleh hambatan faktor internal (dalam negeri) dan faktor eksternal yang
menyangkut adanya perlambatan ekonomi dunia, khususnya Amerika Serikat, yang notabene
sebagai salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia, disamping masih tergantungnya
kinerja ekspor Indonesia terhadap harga komoditas ekspor. Target pemerintah untuk
pertumbuhan ekspor tahun 2008 sebesar 14,5%, atau sama dengan target tahun 2007.
Penentuan target ekspor tersebut selain didasarkan pada adanya perlambatan perekonomian
dunia, juga adanya kecenderungan penurunan harga beberapa komoditas di tahun 2008,
meningkatnya kompetisi dengan negara pesaing seperti Cina, Vietnam maupun Bangladesh
serta kinerja ekspor Indonesia tahun sebelumnya.

Upaya Pemerintah

Upaya-upaya pemerintah untuk meningkatkan ekspor Indonesia diperlukan koordinasi


lintas sektoral baik antar Departemen teknis di tingkat pusat, Pemerintah Pusat dan Daerah
mapun dengan pihak swasta. Koordinasi terkait dengan peningkatan ekspor antara lain :

• diperlukan dalam hal perbaikan infrastruktur

• perbaikan penilaian debitur

• fasilitas perdagangan (Percepatan Nasional Single Window)


• insentif fiskal untuk memperkuat industri hilir dan hulu

• perbaikan iklim usaha

• pengurangan bea masuk dan sebagainya.

Dalam hal infrastruktur, prioritas perbaikan akses jalan ke pelabuhan, peningkatan


sarana pelabuhan, jaminan pasokan energi di sentra produksi khususnya di Jabodetabek, Jawa
Timur, Sumatera Utara dan Riau sebagai propinsi penyumbang sekitar 66% pangsa ekspor
nasional perlu segera dilakukan. Selain infrastruktur, masalah di dalam negeri yang
mempengaruhi kinerja ekspor adalah semakin naiknya bahan bakar dan listrik yang
berdampak pada meningkatnya biaya produksi.

Selain itu, dalam jangka pendek perlu dibuat roadmap yang komprehensif di sektor
agribisnis. Beberapa upaya yang perlu dilakukan antara lain mengurangi penyakit,
kontaminasi bahan kimia, diplomasi kerjasama mengatasi transhipment (udang), peningkatan
mutu produk, penyuluhan, perlengkapan sarana produksi dan uji mutu beberapa produk
pertanian, dan penjaminan kredit modal kerja melalui resi gudang beberapa produk pertanian
(kakao, kopi dan karet). Khusus dibidang manufaktur, upaya yang perlu dilakukan antara lain
perbaikan pengaturan ketenagakerjaan, mengatasi kurangnya permodalan, bahan baku dan
peningkatan mutu (TPT, alas kaki dan elektronik), kerjasama mengatasi transhipment (TPT,
alas kaki), stabilisasi pasokan energi gas dan listrik (TPT, alas kaki, elektronik, furniture dan
komponen kendaraan bermotor), peningkatan disain (TPT, alas kaki, furnitur) dan lembaga
sertifikasi (elektronik dan komponen kendaraan bermotor).

Selain program lintas sektoral, Departemen Perdagangan telah menyusun sejumlah


program baik jangka pendek menengah maupun panjang terkait dengan pengembangan
ekspor nasional yaitu :

Program Jangka Pendek antara lain :

Mendirikan Unit Pelayanan di bidang Perdagangan antara lain mempercepat proses perijinan,
kepastian waktu dan biaya pengurusan serta mengintregasikan penerbitan ijin perdagangan.
Persiapan ASEAN Single Window dengan pengoperasian National Single Window guna
meningkatkan kelancaran arus dokumen dan barang, serta mengurangi penyelundupan.
Program Jangka Menengah dan Panjang antara lain :

Pembentukan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia untuk membuka peluang Indonesia


memberikan kredit ekspor, memberikan penjaminan dan asuransi bagi pembiayaan ekspor
dan impor.Membangun Indonesia Design Power (2006-2010) bertujuan membangun daya
saing dengan mengkombinasikan kekuatan design, packaging dan branding. Mengefektifkan
diplomasi perdagangan internasional dan promosi melalui peningkatan kinerja atase
perdagangan dan kantor ITPC (International Trade Promotion Centre). Mengefektifkan
fungsi Trading House khususnya untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) melalui optimalisasi
BUMN Niaga PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (PT.PPI) dan PT. Sarinah.
Pemanfaatan jaringan peritel global sebagai salah satu jalan memasarkan produk ekspor
Indonesia. Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang sebagai upaya meningkatkan akses dunia
usaha (UKM dan petani) ke lembaga pembiayaan. Dokumen Resi Gudang sebagai surat
berharga dapat diperjual belikan dan dapat dijadikan jaminan utang tanpa dipersyaratkan
adanya agunan lain. Negosiasi bilateral dan diplomasi perdagangan internasional dilakukan
sebagai upaya mengefektifkan diplomasi dan negosiasi perdagangan internasional baik di
tingkat bilateral, regional maupun multilateral. Program Tourism, Trade, and Invesment
(TTI) untuk meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional.

Anda mungkin juga menyukai