Anda di halaman 1dari 17
TUGAS MATA KULIAH PERAN ‘AN PABRIK II “PERANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT” Oleh: 1. Elwin 105100213111010 2. Dalas Gumelar 105 100200111006 3. Aninatul Fuadah 10510020011 1030 4. Annisaa Ira Wahdini 105100200111002 5. Ferys Ika Oktavia 10510020111 1018 Ser JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA. 2013 Artikel Perancangan Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Pada era globalisasi, berkebun kelapa sawit sangat digemari oleh masyarakat Indonesia seiring dengan bertahannya harga komoditas kelapa sawit Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh kelapa sawit (minyaknya) karena kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis, sebab minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga dari minyak goreng tersebut (ini penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan pokok kebutuhan masyarakat sehinga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masarakat), sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non migas (komoditi ini mempunyai prospek yang baik sebagai sumber dalam perolehan devisa maupun pajak) dan dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelapa Sawit Super Mini (PKS SM-500) merupakan salah satu teknologi altematif pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 0,5 - 1 ton Tandan Buah Segar (TBS)/jam yang dirancang khusus untuk perkebunan kelapa sawit dengan luas area 160-200 Ha. PKS SM-500 sangat mudah dioperasikan, hanya memeriukan tenaga kerja sebanyak 6orang/ shift, menggunakan limbah sawit sebagai bahan bakar, dan hanya memerlukan lahan seluas 300 m2. PKS SM-500 terdiri dari delapan unit peralatan pengolahan, yaitu satu unit boiler yang mampu menghasilkan 600 kg uap/jam dengan tekanan 3 kg/cm, dua unit steriliser, satu unit threser dengan kapasitas 500 kg TBS/jam, satu unit double screw press mini, satu unit tangki klarifikasi dengan kapasitas 1200 liter, satu unit tangki penampung minyak, satu unit deperikarper dengan kapasitas 200 kg biji+serat/jam, satu unit nut cracker dengan kapasitas 500 kg biji/jam Dengan biaya investasi PKS SM-500 sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), biaya pengolahan TBS menjadi Crude Palm Oil (CPO) adalah Rp 53,49/kg TBS dengan asumsi harga CPO Rp 2000 /kg, inti Rp 1500/kg dan harga beli TBS Rp 331/kg. PKS SM-500 secara ekonomis layak untuk diusahakan dengan parameter ekonomi sebagai berikut IRR= 23,8% BIC= 1,27 NPV= Rp 528,302,891 payback period= 50 bulan BEP= 5 ton TBS hari Sasaran pengembangan PKS SM-500 adalah kelompok Pekebun Kecil Kelapa Sawit Swadana (PKKSS), Usaha Perkebunan Besar Skala Kecil (UPBSK) dan Usaha Perkebunan Skala Menengah (UPBSM) yang ongkos angkut TBS ke PKS lebih dari Rp 75/kg TBS. Manfaat yang diperoleh petani kelapa sawit dengan adanya PKS SM-500 tersebut adalah petani lebih mudah melakukan pemasaran TBS, harga TBS yang dihasilkan oleh petani menjadi bersaing, sehingga pendapatan petani bertambah. Selain itu, tandang kosong sawit (TKS) yang merupakan limbah padat dari PKS tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik, Secara detail proses pengolahan kelapa sawit dan limbahnya yakni: A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit, yakni meliputi: 1, Jembatan Timbang Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan timbang berhenti (1 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang ditrima dipabrik. 2. Penyortiran Pemilihan kualitas buah berdasarkan tingkat kematangannya, Setelah disortir TBS tersebut dimasukkan ketempat penimbunan sementara ( Loding ramp ) dan selanjutnya diteruskan ke stasiun perebusan (Sterilizer). 3. Perebusan (Sterilizer) Bertujuan untuk mengurangi peningkatan asam lemak bebas, mempermudah proses pembrodolan pada threser, menurunkan kadar air, dan melunakkan daging buah agar mudah lepas dari bij Proses Penebah ( Thereser Process) Terdapat 2 bagian yakni a. Hoisting Crane (untuk mengangkat loridan menuangkan isi lori ke hoper) b. Thereser (untuk memisahkan buah darijanjangannya dengan mengangkat Dn membantingnya serta mendorong janjang Kosong ke empty bunch conveyor), Proses Pengempaan (pressing process) Terdapat dua bagian yakni: a. Digester (untuk melumatkan daging buah, memisahkan daging buah dengan biji, mempersiapkan Feeding Press, mempermudah proses di Press, menaikkan temperatur) ». Screw press (untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar) Pemumian Minyak Dalam pemumian minyak terdapat 6 unit pengolahan yakni a. Sand Trap Tank (untuk menampung pasir). b. Vibro Separator/vibrating screen (untuk menyaring Crude Oil dari serabut — serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak) ¢. Vertical Clarifier Tank (untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (NOS) secara gravitasi). 4. Oil Tank (untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh Purifier) . Oil Purifier (untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara sentrifugal) f. Vacuum Dryer (untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi) g. Sludge Tank (tempat sementara sludge ( bagian dari minyak kasar yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge separator) h, Sand Cyclone (untuk menangkap pasir yang terkandung dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya) i. Brush Strainer/saringan berputar (untuk mengurangi serabut yang terdapat pada sludge sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator) j. Sludge Separator (untuk mengambil minyak yang masih terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal) k. Storage Tank (untuk penyimpanan sementara minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim) 8. Klasifikasi Limbah pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit Penyortiran : limbah padat berupa tandan kelapa sawit. 2. Perebusan/sterilization : limbah cair berupa air kondensat dan minyak 3. Pressing process : pada bagian screw press yaitu limbah padat berupa biji dan ampas. 4, Pemumian minyak a, Sand trap tank : imbah padat berupa pasir. b. Vibro separatior : limbah padat berupa serabut, ¢. Vertical clanfier tank : limbah cair ( air ) dan limbah padat ( kotoran dan sludge). 4. Oil tank: limbah cair berupa air. Oil purifier : limba cair berupa air. Vacuum dryer : limbah cair berupa air. Sludge tank : limbah cair ( air ) dan limbah padat ( sludge ). Sand cyclone : limbah padat berupa pasir Brush strainer: limbah padat berupa serabut. j. Sludge separator : limbah padat berupa pasir. > 9 ze ¢. Perancangan Unit Pengolahan Limbah Pada pengolahan limbah kelapa sawit,digunakan perancangan tipe batch dan tipe kontinyu dengan penangan aerobik dan anaerobik. Limbah yang berada pada tiap unti pengolahan kelapa sawit ditampung dalam bak penampung. Perancangan bak penampung disesuaikan dengan limbah yang di produksi. Pada pengolahan limbah padat, limbah dimasukkan ke dalam bak recycle untuk diolah menjadi bahan bakar dan pupuk, sedangkan minyak yang masih tersisa dalam ampas diambil dan diolah sebagai minyak untuk menambah nilai guna. Pada pengolahan limbah cair, limbah dialirkan pada bak penampung sementara di tiap-tiap unit, Limbah pada bak-bak penampung pada tiap unit setiap harinya akan dialirkan pada bak penampung pengolahan limbah umum (Bak Equalisasi). Hal ini bertujuan untuk mencegah over load pada bak penampung sementara serta mencegah timbulnya bau tidak sedap pada bak penampung sementara akibat terlambatnya penanganan limbah. Secara umum perancangan unit pengolahan limbah kelapa sawit yakni Limbah Cair Industri Kelapa Sawit Bak Equalisasi Aerated Grid Chamber Skiming Tank Kolam Anaerobik Kolam Aerobik Tricking Filter Clarifier Selesai oo 7 (si a (sen | 1. Bak Equalisasi Limbah cair yang dihasilkan dari industri pertanian seperti kelapa sawit berfluktuasi setiap waktunya. Untuk produksi di pagi hari jumlah limbah cair yang dihasikan lebih banyak dibandingkan di siang hari. Hal ini dikarenakan pada waktu pagi hari terdapat kegiatan sanitasi_ sebelum proses produksi di mulai. Dimana proses sanitasi ini membersihkan semua kotoran yang tersisa dari proses produksi sebelumnya, Untuk itu pada proses pengolahan limbah cair kelapa sawit ini, pada tahap awal limbah ditampung pada bak equalisasi yang fungsinya agar limbah yang diolah nantinya dapat seragam baik dari volume maupun dari kandungan BODnya. Bak equlisasi berbentuk silinder, karena pada bak ini limbah cair akan di aduk untuk menseragamkan BOD yang dikandungnya a, Menghitung Volume > Tinggi (t) = 20 m > Limbah cair yang keluar = 0,35 m°/detik = 0,35 m°/detik * 3600 = 1260 m/jam * 24 jam = 30240 m*/hari Volume = 30240 m? (volume minimal bak equalisasi), agar desain lebih aman maka volume ditambah untuk antisipasi volume limbah berlebih sehingga volume menjadi = 30500 m* > Luas lingkaran (A) = 11 x > untuk volume silindernya (V)=1xP?xt 30500 m? = (3,14) xr x 20m 30500 m*= 62,8m x7 7? = 30500 m?/ 62,8 m = 485,6 m? 1 =22m Sehingga jari-jari untuk tangki bak equalisasi adalah sebesar 22 m > Dari perhitungan di atas terlihat bahwa jari-jari 22 m sangat besar dan sulit untuk merealisasikan alat pengaduk pada bak equalisasi, Maka untuk memperkecil jari-jarinya, bak equlisasi yang dirancang sebanyak 3 bak. “Sehingga V = 30500 m%/3 = 10166,7 m? (Vat xP xt 10166,7 m°= (3,14) x FP x 20m 10166,7 m°= 62,8 m x1? ? = 19166,7 m°/ 62,8 m = 161,9 m? r =127m=13m 2. Aerated Grid Chamber Limbah cair kelapa sawit dalam mengandung partikel padat seperti serat dari buah sawit, kulit dari batok sawit, dan partikel pasir dan tanah yang terikut pada proses produksi pada industri kelapa sawit. Partikel padat seperti ini akan memperlambat proses treatment BOD yang dikandungnya Maka dari itu sebelum proses treatment BOD, dibutuhkan proses untuk menghilangkan padatan ini, Pada rancangan ini digunakan Aerated Grid Chamber. a. Perhitungan dimensi Karena bak equalisasi dibuat tiga bak, maka proses berikutnya juga mengikuti yaitu dibuat menjadi 3 juga. Asumsi : Debit rata-rata yang mengalir dari bak equalisasi ke bak Grid Chamber adalah 0,35 m/s. > Waktu Detensi = 4 menit > Peak Factor (Faktor Puncak) diasumsikan = 2,75 > Debit maksimum = 0, 35 m/s * 2, 75 = 0.96 m/s > Volume Grid Chamber = 4 * 60 * 0.96 m*/s = 230.4 m* > Panjang = 15m PLebar =5 m »230.4m>=PxLxT 230,4 m= 15m «5m xT T=3,07m > Aerasi = 0,3 m*/menit/panjang. >Volume limbah yang diolah pada Grid Chamber! 4 menit = 230,4 m? = 57,6 mi menit > Volume limbah yang dialirkan dari bak equlisasi ke bak Aerated Grid Chamber (kapasitas/ hari) = 10166,7 m° *Sehingga lama pengolahan = 10166,7 m*/ (57, 6 m*/ menit) = 176, 5 menit »Kebutuhan Aerasi (Okseigen) = 0,3 m*Ymenit/panjang*(176.5 menit)*(15 m) » Kebutuhan Aerasi (Oksigen) = 794, 25 m? (Karena terdapat 3 bak aerated Grid Chamber maka kebutuhan oksigen=794, 25 m°* 3 = 2382,75 m’). 3. Skiming Tank Limbah cair kelapa sawit mengandung minyak. Untuk menghilangkan minyak, maka limbah cair akan ditreatment menggunakan bak penangkap lemak atau skiming tank. Skimming tank berupa bak yang diberi sekat Karena perbedaan massa jenis, maka minyak akan berpindah kebagian atas dari limbah cair. Sekat pada skiming tank akan menjebak minyak tetapi tetap mengalirkan air limbah untuk proses pengolahan selanjutnya Perhitungan dimensi > Rerata Debit yang mengalir dari bak Grid Chamber ke skiming tank=0,35 mils, > Waktu Detensi = 6 menit > Peak Faktor (Faktor Puncak) diasumsikan = 3 > Debit maksimum = 0, 35 m/s *3. = 1,05 m’/s > Volume Grid Chamber = 6 * 60 * 1,05 m*/s = 378 m° > Panjang = 10 m PLebar =8 m »378 m= PxL*T 378 m°= 10m x 8m xT T=472m=5m 4, Kolam Anaerobik UASB Setelah_mengalami proses penghilangan kandunga minyak pada skiming tank, selanjutnya limbah cair kelapa sawit mulai diolah untuk mengurangi kandungan BODnya. Proses pertama yang dilakukan adalah pengolahan menggunakan kolam Anaerobik UASB. Kolam anaerobik yang digunakan memiliki kedalaman 10 m supaya kondisi yang terjadi adalah kondisi tanpa oksigen (anaerob) Berikut ini desain dimensi kolam anaerobik yang digunakan >Cin= 1200 mg/L (Didapat data BOD limbah kelapa sawit ketentuan dari soal) >» Q = 0,35 m/s x 3600 s x 24 jam = 30240 m‘/ hari (debit limbah yang keluar dari skiming tank menuju bak UASB adalah 0,35 m°/s) POLR = Cn/Q= 1200 mg/L + 30240 m’/ hari = 0,04 kg BOD / m’/ hari PVR = (Cinx QV OLR = (1200 mg/L. x 30240 m* hari ) / 0,0396 kg BOD / m*/ hari = 916363636 m* >Vreakter = 1200 mg/L + 0,0396 kg BOD / m*/ hari = 30303 m? PV=PxLxT > 30303 m= Ax 10m A= 3030,3 m* »3030,3 m?= P x 40m P=75,7m=76 > Pembentukan Sludge = 5 -15% dari total karbon (C). Asumsi: Total karbon yang terkandung dalam limbah adalah 60 %. “Sehingga : Total karbon (C) = 60% * 1600 mg/L. = 960 mg/L Total Sludge yang terbentuk = 15% * 960 mg/L = 144 mg/L. Menurut Winarto ( 1986 ), dengan metode UASB mampu mengurangi BOD 50-90%, kami menggunakan prosentase yang terkecil yaitu 50 %. Jadi BOD rata-rata setelah melalui pengolahan secara anaerobik adalah sebagai berikut: 1200 mg/L — (( 50/100 ) *1200 mg/L) = 600 mg/L . Kolam Aerobik Proses pengolahan limbah cair dalam rangka mengurangi kandungan BODnya tidak bisa dilakukan hanya dengan satu proses pengolahan saja Hal ini dikarenakan terdapat kapasitas maksimal pengurangan BOD dari proses pengolahan yang dilakukan. Untuk mengurangi kandungan BOD sesuai dengan yang diharapkan, maka dilakukan treatment lanjut yaitu dengan menggunakan kolam aerobik. Ketentuan pengolahan dengan kolam aerobil adalah, kedalaman kolam maksimal 3 m dari dasar kolam Hal ini untuk mencegah terjadinya kondisi tanpa udara. Jika lebih dari 3 meter maka kemungkinan proses yang terjadi tidak aerobik melainkan anaerobik. Pemberian aerasi juga dapat dilakukan pada pengolahan ini: Cin = 600 mg/L (Didapat dari rata-rata BOD dari pengolahan kolam anaerobik) > Q = 0,35 ms x 3600 s 24 jam = 30240 m’/ hari (debit limbah yang keluar dari bak UASB ke bak Aerobik adalah 0,35 m’s) POLR = Cn/Q=600 mg/L + 30240 mY hari = 0,019 kg BOD / m°/ hari > Veeaktor = 600 mg/L + 0,019 kg BOD / m*/ hari = 31578 m> PV=PxL xT > 31578 m°>=Ax 1.5m A= 21052 m? > 21052 m?= P x 40m P = 526,3m Asumsi: Aerasi = 0,3 m*/ m* limbah cair > Volume limbah yang diolah pada kolam aerobik/hari = 31578 m? > Kebutuhan Aerasi (Okseigen) = 0,3 m°/ m® limbah * 31578 m? > Kebutuhan Aerasi (Oksigen) = 9473,4 m°Y hari Asumsi: Kapasitas aerator! hari = 100 m°/ hari > Jumlah aerator yang dibutuhkan = (9473,4 m*/ hari)/ (100 m*/ hari) = 94,7 = 95 Unit > Pembentukan Sludge minimal = 25 % dari total karbon (C). Asumsi: total karbon yang terkandung dalam limbah adalah 60 %. Sehingga : Total karbon (C) = 60% * 600 mg/L = 360 mg/L Total Sludge yang terbentuk = 25% * 360 mg/L = 90 mg/L. Menurut (Mukti, 2010) pengolahan limbah cair secara aerobik mampu menghilangkan BOD 60%-90%. Disini akan diambil 60% yaitu kisaran paling kecil, sehingga kadar BOD pada limbah kelapa sawit setelah pengolahan dengan kolam aerobik adalah 600 mg/L -(( 60/100 ) *600 mg/L) = 240 mg/L 6. Trickling Filter Setelah diolah dengan kolam aerobik, limbah di olah dengan menggunakan trickling filter. Trickiling filter menggunakan media plastik karena memiliki beban ringan sehingga dapat dirancang dengan ketinggian mencapai 16 meter. Prinsip kerja dari trickling filter ini adalah menumbuhkan biofilm pada permukaan plastik yang nantinya akan berfungsi sebagai penyerap BOD dari limbah cair yang melaluinya. Berikut perhitungan dimensi trickling filter yang direncanakan > Kedalaman (t) = 10m > Jari-jari (r) = 10. m > Luas Area Trickling Filter (A) = 1 x 1? = (3,14) (10?) = 314 m? > Volume = A x t = 314 m?* 10 m= 3140 m* > OSLR = Q( m*/hari ) x BOD (g/m? ) / 314 m? = 30240 m/hari x 240 gim?/ 314 m? = 23113,4 g BOD/m*/hari > Pembentukan Sludge minimal = 25 % dari total karbon (C). ‘Asumsi: total karbon yang terkandung dalam limbah adalah 60%. *Sehingga : Total karbon (C) = 60% * 240 mg/L = 144 mg/L Total Sludge yang terbentuk = 25% * 144 mg/L = 36 mg/L Asumsi: Aerasi = 0,3 m°/ m* limbah cair >Volume limbah yang diolah pada proses trickling filter = 31578 m°hari (dari proses sebelumnya) > Kebutuhan Aerasi (Okseigen) = 0,3 m*/ m? limbah * 31578 m? > Kebutuhan Aerasi (Oksigen) = 9473,4 m’/ hari Asumsi: Kapasitas aerator! hari = 100 m°/ hari > Jumlah aerator yang dibutuhkan = (9473,4 m% hari)/(100 m*/ hari) = 94,7 = 95 Unit Menurut (Widiatmono, 2013 ), pengolahan limbah menggunakan trickling filter dapat mengurangi kandungan BOD maksimal 35 %. Maka 240 g/m?— ((35/100)*640 g/m?) = 156 mg/L 7. Pengolahan dengan kolam lumpur aktif (Activated Sludge) >Cin = 156 mg/L (Didapat dari rata-rata BOD dari pengolahan dengan trickling filter) >» Q = 0,35 m/s x 3600 s x 24 jam = 30240 m‘/ hari (debit limbah yang keluar dari proses trickling filter adalah ke kolam lumpur aktif adalah 0,35 m%/s) POLR = Cin/ Q= 156 mg/L + 30240 m7 hari = 0,005 kg BOD / m’ hari P Veeaktor = 156 mg/L + 0,005 kg BOD / m* hari = 31200 m* PVEPXLxT 31200 m°= Ax 6m A= 5200 m* > 5200 m?= P x 40m P= 130m Asumsi: Aerasi = 0,3 m*/ m° limbah cair > Volume limbah yang diolah pada kolam aerobik/hari = 31200 m? > Kebutuhan Aerasi (Okseigen) = 0,3 m*/ m° limbah * 31200 m? Kebutuhan Aerasi (Oksigen) = 9360 m° hari Asumsi: Kapasitas aerator! hari = 100 m°/ hari > Jumlah aerator yang dibutuhkan = (9360 m*/ hari)/ (100 m*/ hari) = 93,6 = 94 Unit Sludge yang terbentuk pada proses pengolahan kolam lumpur aktif adalah berasal dari mikroorganisme yang terbentuk. Jumlah lumpur yang terbentuk ditentukan oleh jumlah mikroorganisme awal (lumpur aktif) yang ditambahkan pada kolam pengolahan Asumsi > Jumlah mikroorganisme awal yang ditambahkan = 20 mg ( XO) > Jumlah mikroorganimse pada waktu 30 menit = 45 mg ( X 0,5 jam) > Waktu pengolahan = 12 jam Maka jumlah lumpur yang terbentuk adalah Xt=X0. X (0,5) = 20 mg *e# 9 45 mg = 20 mg * e# 5) 2.25 = eS) p= 1,622 X (12) = 20 mg * e622 X (12) = 20 mg * ( 283862351,3) X (12) = 5677247023 mg Menurut (Mukti, 2010) pengolahan limbah cair menggunakan lumpur aktif mampu menghilangkan BOD sampai dengan 60%. Sehingga kadar BOD limbah cair industri kelapa sawit setelah dari kolam lumpur aktif adalah : 156 mg/L — (( 60 100 ) “156. mg/L) = 62,4 mg/L. DAFTAR PUSTAKA. Mukti,, 2010, Pengolahan Aerob dan Anaerob, www.airlimbah.com. Diunduh pada 18 Juni 2013 Vegantara, D. 2009. Pengolahan Limbah Cair Tapioka Menggunakan Kotoran Sapi Perah Dengan Sistem Anaerobik. Bogor : Instutut Pertanian Bogor Widiatmono, R.B, 2013 Bahan Ajar Teknik Pengolahan Limbah, Malang : FTP UB Winarto, 1986. Analisa Metode Pengolahan Limbah Terhadap Penurunan COD dan BOD. Bogor : Institut Pertanian Bogor Perencanaan Proses Pengolahan limbah di Industri Minyak Kelapa Sawit Limbah cair Industri Kelapa Sawit Bak Ekualisasi Kolam Acrobik Acrated Grid Chamber a Activated Sludge Limbah cair dapat dibuang ke sungai L Desain alat Pengolahan lim lustri Minyak Kelapa Sawit ‘Tampak Kanan Atas Tampak atas Tampak Depan

Anda mungkin juga menyukai