TUGAS MATA KULIAH PERAN
‘AN PABRIK II
“PERANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT”
Oleh:
1. Elwin 105100213111010
2. Dalas Gumelar 105 100200111006
3. Aninatul Fuadah 10510020011 1030
4. Annisaa Ira Wahdini 105100200111002
5. Ferys Ika Oktavia 10510020111 1018
Ser
JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA.
2013Artikel Perancangan Pengolahan Limbah Kelapa Sawit
Pada era globalisasi, berkebun kelapa sawit sangat digemari oleh
masyarakat Indonesia seiring dengan bertahannya harga komoditas kelapa sawit
Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh kelapa sawit (minyaknya) karena
kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis, sebab minyak sawit
merupakan bahan baku utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinyu
ikut menjaga kestabilan harga dari minyak goreng tersebut (ini penting sebab
minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan pokok kebutuhan masyarakat
sehinga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masarakat), sebagai
salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non migas (komoditi ini
mempunyai prospek yang baik sebagai sumber dalam perolehan devisa maupun
pajak) dan dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan
kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelapa Sawit Super Mini (PKS SM-500) merupakan salah satu teknologi
altematif pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 0,5 - 1 ton Tandan Buah
Segar (TBS)/jam yang dirancang khusus untuk perkebunan kelapa sawit dengan
luas area 160-200 Ha. PKS SM-500 sangat mudah dioperasikan, hanya
memeriukan tenaga kerja sebanyak 6orang/ shift, menggunakan limbah sawit
sebagai bahan bakar, dan hanya memerlukan lahan seluas 300 m2. PKS SM-500
terdiri dari delapan unit peralatan pengolahan, yaitu satu unit boiler yang mampu
menghasilkan 600 kg uap/jam dengan tekanan 3 kg/cm, dua unit steriliser, satu
unit threser dengan kapasitas 500 kg TBS/jam, satu unit double screw press mini,
satu unit tangki klarifikasi dengan kapasitas 1200 liter, satu unit tangki penampungminyak, satu unit deperikarper dengan kapasitas 200 kg biji+serat/jam, satu unit
nut cracker dengan kapasitas 500 kg biji/jam
Dengan biaya investasi PKS SM-500 sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah), biaya pengolahan TBS menjadi Crude Palm Oil (CPO) adalah Rp
53,49/kg TBS dengan asumsi harga CPO Rp 2000 /kg, inti Rp 1500/kg dan harga
beli TBS Rp 331/kg. PKS SM-500 secara ekonomis layak untuk diusahakan
dengan parameter ekonomi sebagai berikut
IRR= 23,8%
BIC= 1,27
NPV= Rp 528,302,891
payback period= 50 bulan
BEP= 5 ton TBS hari
Sasaran pengembangan PKS SM-500 adalah kelompok Pekebun Kecil Kelapa
Sawit Swadana (PKKSS), Usaha Perkebunan Besar Skala Kecil (UPBSK) dan
Usaha Perkebunan Skala Menengah (UPBSM) yang ongkos angkut TBS ke PKS
lebih dari Rp 75/kg TBS. Manfaat yang diperoleh petani kelapa sawit dengan
adanya PKS SM-500 tersebut adalah petani lebih mudah melakukan pemasaran
TBS, harga TBS yang dihasilkan oleh petani menjadi bersaing, sehingga
pendapatan petani bertambah. Selain itu, tandang kosong sawit (TKS) yang
merupakan limbah padat dari PKS tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan
organik, Secara detail proses pengolahan kelapa sawit dan limbahnya yakni:
A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit, yakni meliputi:
1, Jembatan Timbang
Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan
timbang berhenti (1 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS
dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang,
selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang ditrima dipabrik.
2. Penyortiran
Pemilihan kualitas buah berdasarkan tingkat kematangannya, Setelah
disortir TBS tersebut dimasukkan ketempat penimbunan sementara (
Loding ramp ) dan selanjutnya diteruskan ke stasiun perebusan (Sterilizer).
3. Perebusan (Sterilizer)Bertujuan untuk mengurangi peningkatan asam lemak bebas,
mempermudah proses pembrodolan pada threser, menurunkan kadar air,
dan melunakkan daging buah agar mudah lepas dari bij
Proses Penebah ( Thereser Process)
Terdapat 2 bagian yakni
a. Hoisting Crane (untuk mengangkat loridan menuangkan isi lori ke
hoper)
b. Thereser (untuk memisahkan buah darijanjangannya dengan
mengangkat Dn membantingnya serta mendorong janjang Kosong ke
empty bunch conveyor),
Proses Pengempaan (pressing process)
Terdapat dua bagian yakni:
a. Digester (untuk melumatkan daging buah, memisahkan daging buah
dengan biji, mempersiapkan Feeding Press, mempermudah proses di
Press, menaikkan temperatur)
». Screw press (untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat
dari digester untuk mendapatkan minyak kasar)
Pemumian Minyak
Dalam pemumian minyak terdapat 6 unit pengolahan yakni
a. Sand Trap Tank (untuk menampung pasir).
b. Vibro Separator/vibrating screen (untuk menyaring Crude Oil dari
serabut — serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak)
¢. Vertical Clarifier Tank (untuk memisahkan minyak, air dan kotoran
(NOS) secara gravitasi).
4. Oil Tank (untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh Purifier)
. Oil Purifier (untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara
sentrifugal)
f. Vacuum Dryer (untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi)
g. Sludge Tank (tempat sementara sludge ( bagian dari minyak kasar yang
terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge separator)
h, Sand Cyclone (untuk menangkap pasir yang terkandung dalam sludge
dan untuk memudahkan proses selanjutnya)i. Brush Strainer/saringan berputar (untuk mengurangi serabut yang
terdapat pada sludge sehingga tidak mengganggu kerja Sludge
Seperator)
j. Sludge Separator (untuk mengambil minyak yang masih terkandung
dalam sludge dengan cara sentrifugal)
k. Storage Tank (untuk penyimpanan sementara minyak produksi yang
dihasilkan sebelum dikirim)
8. Klasifikasi Limbah pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit
Penyortiran : limbah padat berupa tandan kelapa sawit.
2. Perebusan/sterilization : limbah cair berupa air kondensat dan minyak
3. Pressing process : pada bagian screw press yaitu limbah padat berupa biji
dan ampas.
4, Pemumian minyak
a, Sand trap tank : imbah padat berupa pasir.
b. Vibro separatior : limbah padat berupa serabut,
¢. Vertical clanfier tank : limbah cair ( air ) dan limbah padat ( kotoran dan
sludge).
4. Oil tank: limbah cair berupa air.
Oil purifier : limba cair berupa air.
Vacuum dryer : limbah cair berupa air.
Sludge tank : limbah cair ( air ) dan limbah padat ( sludge ).
Sand cyclone : limbah padat berupa pasir
Brush strainer: limbah padat berupa serabut.
j. Sludge separator : limbah padat berupa pasir.
> 9
ze
¢. Perancangan Unit Pengolahan Limbah
Pada pengolahan limbah kelapa sawit,digunakan perancangan tipe batch
dan tipe kontinyu dengan penangan aerobik dan anaerobik. Limbah yang
berada pada tiap unti pengolahan kelapa sawit ditampung dalam bak
penampung. Perancangan bak penampung disesuaikan dengan limbah yangdi produksi. Pada pengolahan limbah padat, limbah dimasukkan ke dalam bak
recycle untuk diolah menjadi bahan bakar dan pupuk, sedangkan minyak yang
masih tersisa dalam ampas diambil dan diolah sebagai minyak untuk
menambah nilai guna. Pada pengolahan limbah cair, limbah dialirkan pada bak
penampung sementara di tiap-tiap unit, Limbah pada bak-bak penampung
pada tiap unit setiap harinya akan dialirkan pada bak penampung pengolahan
limbah umum (Bak Equalisasi). Hal ini bertujuan untuk mencegah over load
pada bak penampung sementara serta mencegah timbulnya bau tidak sedap
pada bak penampung sementara akibat terlambatnya penanganan limbah.
Secara umum perancangan unit pengolahan limbah kelapa sawit yakni
Limbah Cair Industri Kelapa Sawit
Bak Equalisasi
Aerated Grid Chamber
Skiming Tank
Kolam Anaerobik
Kolam Aerobik
Tricking Filter
Clarifier
Selesai
oo
7
(si
a
(sen |
1. Bak Equalisasi
Limbah cair yang dihasilkan dari industri pertanian seperti kelapa sawit
berfluktuasi setiap waktunya. Untuk produksi di pagi hari jumlah limbah cair
yang dihasikan lebih banyak dibandingkan di siang hari. Hal ini
dikarenakan pada waktu pagi hari terdapat kegiatan sanitasi_ sebelum
proses produksi di mulai. Dimana proses sanitasi ini membersihkan semua
kotoran yang tersisa dari proses produksi sebelumnya, Untuk itu padaproses pengolahan limbah cair kelapa sawit ini, pada tahap awal limbah
ditampung pada bak equalisasi yang fungsinya agar limbah yang diolah
nantinya dapat seragam baik dari volume maupun dari kandungan
BODnya. Bak equlisasi berbentuk silinder, karena pada bak ini limbah cair
akan di aduk untuk menseragamkan BOD yang dikandungnya
a, Menghitung Volume
> Tinggi (t) = 20 m
> Limbah cair yang keluar = 0,35 m°/detik = 0,35 m°/detik * 3600 = 1260
m/jam * 24 jam = 30240 m*/hari
Volume = 30240 m? (volume minimal bak equalisasi), agar desain
lebih aman maka volume ditambah untuk antisipasi volume limbah
berlebih sehingga volume menjadi = 30500 m*
> Luas lingkaran (A) = 11 x >
untuk volume silindernya (V)=1xP?xt
30500 m? = (3,14) xr x 20m
30500 m*= 62,8m x7
7? = 30500 m?/ 62,8 m = 485,6 m?
1 =22m
Sehingga jari-jari untuk tangki bak equalisasi adalah sebesar 22 m
> Dari perhitungan di atas terlihat bahwa jari-jari 22 m sangat besar dan
sulit untuk merealisasikan alat pengaduk pada bak equalisasi, Maka
untuk memperkecil jari-jarinya, bak equlisasi yang dirancang sebanyak
3 bak.
“Sehingga
V = 30500 m%/3 = 10166,7 m?
(Vat xP xt
10166,7 m°= (3,14) x FP x 20m
10166,7 m°= 62,8 m x1?
? = 19166,7 m°/ 62,8 m = 161,9 m?
r =127m=13m
2. Aerated Grid Chamber
Limbah cair kelapa sawit dalam mengandung partikel padat seperti
serat dari buah sawit, kulit dari batok sawit, dan partikel pasir dan tanahyang terikut pada proses produksi pada industri kelapa sawit. Partikel padat
seperti ini akan memperlambat proses treatment BOD yang dikandungnya
Maka dari itu sebelum proses treatment BOD, dibutuhkan proses untuk
menghilangkan padatan ini, Pada rancangan ini digunakan Aerated Grid
Chamber.
a. Perhitungan dimensi
Karena bak equalisasi dibuat tiga bak, maka proses berikutnya juga
mengikuti yaitu dibuat menjadi 3 juga.
Asumsi : Debit rata-rata yang mengalir dari bak equalisasi ke bak Grid
Chamber adalah 0,35 m/s.
> Waktu Detensi = 4 menit
> Peak Factor (Faktor Puncak) diasumsikan = 2,75
> Debit maksimum = 0, 35 m/s * 2, 75 = 0.96 m/s
> Volume Grid Chamber = 4 * 60 * 0.96 m*/s = 230.4 m*
> Panjang = 15m
PLebar =5 m
»230.4m>=PxLxT
230,4 m= 15m «5m xT
T=3,07m
> Aerasi = 0,3 m*/menit/panjang.
>Volume limbah yang diolah pada Grid Chamber! 4 menit = 230,4 m?
= 57,6 mi
menit
> Volume limbah yang dialirkan dari bak equlisasi ke bak Aerated Grid
Chamber (kapasitas/ hari) = 10166,7 m°
*Sehingga lama pengolahan = 10166,7 m*/ (57, 6 m*/ menit)
= 176, 5 menit
»Kebutuhan Aerasi (Okseigen) = 0,3 m*Ymenit/panjang*(176.5
menit)*(15 m)
» Kebutuhan Aerasi (Oksigen) = 794, 25 m?
(Karena terdapat 3 bak aerated Grid Chamber maka kebutuhan
oksigen=794, 25 m°* 3 = 2382,75 m’).3. Skiming Tank
Limbah cair kelapa sawit mengandung minyak. Untuk menghilangkan
minyak, maka limbah cair akan ditreatment menggunakan bak penangkap
lemak atau skiming tank. Skimming tank berupa bak yang diberi sekat
Karena perbedaan massa jenis, maka minyak akan berpindah kebagian
atas dari limbah cair. Sekat pada skiming tank akan menjebak minyak
tetapi tetap mengalirkan air limbah untuk proses pengolahan selanjutnya
Perhitungan dimensi
> Rerata Debit yang mengalir dari bak Grid Chamber ke skiming tank=0,35
mils,
> Waktu Detensi = 6 menit
> Peak Faktor (Faktor Puncak) diasumsikan = 3
> Debit maksimum = 0, 35 m/s *3. = 1,05 m’/s
> Volume Grid Chamber = 6 * 60 * 1,05 m*/s = 378 m°
> Panjang = 10 m
PLebar =8 m
»378 m= PxL*T
378 m°= 10m x 8m xT
T=472m=5m
4, Kolam Anaerobik UASB
Setelah_mengalami proses penghilangan kandunga minyak pada
skiming tank, selanjutnya limbah cair kelapa sawit mulai diolah untuk
mengurangi kandungan BODnya. Proses pertama yang dilakukan adalah
pengolahan menggunakan kolam Anaerobik UASB. Kolam anaerobik yang
digunakan memiliki kedalaman 10 m supaya kondisi yang terjadi adalah
kondisi tanpa oksigen (anaerob)Berikut ini desain dimensi kolam anaerobik yang digunakan
>Cin= 1200 mg/L (Didapat data BOD limbah kelapa sawit ketentuan dari
soal)
>» Q = 0,35 m/s x 3600 s x 24 jam = 30240 m‘/ hari (debit limbah yang
keluar dari skiming tank menuju bak UASB adalah 0,35 m°/s)
POLR = Cn/Q= 1200 mg/L + 30240 m’/ hari = 0,04 kg BOD / m’/
hari
PVR = (Cinx QV OLR
= (1200 mg/L. x 30240 m* hari ) / 0,0396 kg BOD / m*/ hari
= 916363636 m*
>Vreakter = 1200 mg/L + 0,0396 kg BOD / m*/ hari = 30303 m?
PV=PxLxT
> 30303 m= Ax 10m
A= 3030,3 m*
»3030,3 m?= P x 40m
P=75,7m=76
> Pembentukan Sludge = 5 -15% dari total karbon (C).
Asumsi: Total karbon yang terkandung dalam limbah adalah 60 %.
“Sehingga : Total karbon (C) = 60% * 1600 mg/L. = 960 mg/L
Total Sludge yang terbentuk = 15% * 960 mg/L = 144 mg/L.
Menurut Winarto ( 1986 ), dengan metode UASB mampu mengurangi
BOD 50-90%, kami menggunakan prosentase yang terkecil yaitu 50 %.
Jadi BOD rata-rata setelah melalui pengolahan secara anaerobik adalah
sebagai berikut:
1200 mg/L — (( 50/100 ) *1200 mg/L) = 600 mg/L
. Kolam Aerobik
Proses pengolahan limbah cair dalam rangka mengurangi kandungan
BODnya tidak bisa dilakukan hanya dengan satu proses pengolahan saja
Hal ini dikarenakan terdapat kapasitas maksimal pengurangan BOD dari
proses pengolahan yang dilakukan. Untuk mengurangi kandungan BOD
sesuai dengan yang diharapkan, maka dilakukan treatment lanjut yaitu
dengan menggunakan kolam aerobik. Ketentuan pengolahan dengankolam aerobil adalah, kedalaman kolam maksimal 3 m dari dasar kolam
Hal ini untuk mencegah terjadinya kondisi tanpa udara. Jika lebih dari 3
meter maka kemungkinan proses yang terjadi tidak aerobik melainkan
anaerobik. Pemberian aerasi juga dapat dilakukan pada pengolahan ini:
Cin = 600 mg/L (Didapat dari rata-rata BOD dari pengolahan kolam
anaerobik)
> Q = 0,35 ms x 3600 s 24 jam = 30240 m’/ hari (debit limbah yang
keluar dari bak UASB ke bak Aerobik adalah 0,35 m’s)
POLR = Cn/Q=600 mg/L + 30240 mY hari = 0,019 kg BOD / m°/ hari
> Veeaktor = 600 mg/L + 0,019 kg BOD / m*/ hari = 31578 m>
PV=PxL xT
> 31578 m°>=Ax 1.5m
A= 21052 m?
> 21052 m?= P x 40m
P = 526,3m
Asumsi: Aerasi = 0,3 m*/ m* limbah cair
> Volume limbah yang diolah pada kolam aerobik/hari = 31578 m?
> Kebutuhan Aerasi (Okseigen) = 0,3 m°/ m® limbah * 31578 m?
> Kebutuhan Aerasi (Oksigen) = 9473,4 m°Y hari
Asumsi: Kapasitas aerator! hari = 100 m°/ hari
> Jumlah aerator yang dibutuhkan = (9473,4 m*/ hari)/ (100 m*/ hari)
= 94,7 = 95 Unit
> Pembentukan Sludge minimal = 25 % dari total karbon (C).
Asumsi: total karbon yang terkandung dalam limbah adalah 60 %.
Sehingga : Total karbon (C) = 60% * 600 mg/L = 360 mg/L
Total Sludge yang terbentuk = 25% * 360 mg/L = 90 mg/L.
Menurut (Mukti, 2010) pengolahan limbah cair secara aerobik mampu
menghilangkan BOD 60%-90%. Disini akan diambil 60% yaitu kisaran
paling kecil, sehingga kadar BOD pada limbah kelapa sawit setelah
pengolahan dengan kolam aerobik adalah
600 mg/L -(( 60/100 ) *600 mg/L) = 240 mg/L6. Trickling Filter
Setelah diolah dengan kolam aerobik, limbah di olah dengan
menggunakan trickling filter. Trickiling filter menggunakan media plastik
karena memiliki beban ringan sehingga dapat dirancang dengan ketinggian
mencapai 16 meter. Prinsip kerja dari trickling filter ini adalah
menumbuhkan biofilm pada permukaan plastik yang nantinya akan
berfungsi sebagai penyerap BOD dari limbah cair yang melaluinya. Berikut
perhitungan dimensi trickling filter yang direncanakan
> Kedalaman (t) = 10m
> Jari-jari (r) = 10. m
> Luas Area Trickling Filter (A) = 1 x 1? = (3,14) (10?) = 314 m?
> Volume = A x t = 314 m?* 10 m= 3140 m*
> OSLR = Q( m*/hari ) x BOD (g/m? ) / 314 m?
= 30240 m/hari x 240 gim?/ 314 m?
= 23113,4 g BOD/m*/hari
> Pembentukan Sludge minimal = 25 % dari total karbon (C).
‘Asumsi: total karbon yang terkandung dalam limbah adalah 60%.
*Sehingga : Total karbon (C) = 60% * 240 mg/L = 144 mg/L
Total Sludge yang terbentuk = 25% * 144 mg/L = 36 mg/L
Asumsi: Aerasi = 0,3 m°/ m* limbah cair
>Volume limbah yang diolah pada proses trickling filter = 31578 m°hari
(dari proses sebelumnya)
> Kebutuhan Aerasi (Okseigen) = 0,3 m*/ m? limbah * 31578 m?
> Kebutuhan Aerasi (Oksigen) = 9473,4 m’/ hari
Asumsi: Kapasitas aerator! hari = 100 m°/ hari
> Jumlah aerator yang dibutuhkan = (9473,4 m% hari)/(100 m*/ hari)
= 94,7 = 95 Unit
Menurut (Widiatmono, 2013 ), pengolahan limbah menggunakan trickling
filter dapat mengurangi kandungan BOD maksimal 35 %. Maka
240 g/m?— ((35/100)*640 g/m?) = 156 mg/L7. Pengolahan dengan kolam lumpur aktif (Activated Sludge)
>Cin = 156 mg/L (Didapat dari rata-rata BOD dari pengolahan dengan
trickling filter)
>» Q = 0,35 m/s x 3600 s x 24 jam = 30240 m‘/ hari (debit limbah yang
keluar dari proses trickling filter adalah ke kolam lumpur aktif adalah
0,35 m%/s)
POLR = Cin/ Q= 156 mg/L + 30240 m7 hari = 0,005 kg BOD / m’ hari
P Veeaktor = 156 mg/L + 0,005 kg BOD / m* hari = 31200 m*
PVEPXLxT
31200 m°= Ax 6m
A= 5200 m*
> 5200 m?= P x 40m
P= 130m
Asumsi: Aerasi = 0,3 m*/ m° limbah cair
> Volume limbah yang diolah pada kolam aerobik/hari = 31200 m?
> Kebutuhan Aerasi (Okseigen) = 0,3 m*/ m° limbah * 31200 m?
Kebutuhan Aerasi (Oksigen) = 9360 m° hari
Asumsi: Kapasitas aerator! hari = 100 m°/ hari
> Jumlah aerator yang dibutuhkan = (9360 m*/ hari)/ (100 m*/ hari)
= 93,6 = 94 Unit
Sludge yang terbentuk pada proses pengolahan kolam lumpur aktif
adalah berasal dari mikroorganisme yang terbentuk. Jumlah lumpur yang
terbentuk ditentukan oleh jumlah mikroorganisme awal (lumpur aktif) yang
ditambahkan pada kolam pengolahan
Asumsi
> Jumlah mikroorganisme awal yang ditambahkan = 20 mg ( XO)
> Jumlah mikroorganimse pada waktu 30 menit = 45 mg ( X 0,5 jam)
> Waktu pengolahan = 12 jam
Maka jumlah lumpur yang terbentuk adalah
Xt=X0.
X (0,5) = 20 mg *e# 9
45 mg = 20 mg * e# 5)
2.25 = eS)p= 1,622
X (12) = 20 mg * e622
X (12) = 20 mg * ( 283862351,3)
X (12) = 5677247023 mg
Menurut (Mukti, 2010) pengolahan limbah cair menggunakan lumpur
aktif mampu menghilangkan BOD sampai dengan 60%. Sehingga kadar
BOD limbah cair industri kelapa sawit setelah dari kolam lumpur aktif
adalah :
156 mg/L — (( 60 100 ) “156. mg/L) = 62,4 mg/L.DAFTAR PUSTAKA.
Mukti,, 2010, Pengolahan Aerob dan Anaerob, www.airlimbah.com. Diunduh pada 18 Juni
2013
Vegantara, D. 2009. Pengolahan Limbah Cair Tapioka Menggunakan Kotoran Sapi Perah
Dengan Sistem Anaerobik. Bogor : Instutut Pertanian Bogor
Widiatmono, R.B, 2013 Bahan Ajar Teknik Pengolahan Limbah, Malang : FTP UB
Winarto, 1986. Analisa Metode Pengolahan Limbah Terhadap Penurunan COD dan BOD.
Bogor : Institut Pertanian BogorPerencanaan Proses Pengolahan limbah di Industri Minyak Kelapa Sawit
Limbah cair
Industri Kelapa
Sawit
Bak Ekualisasi
Kolam Acrobik
Acrated Grid Chamber
a
Activated Sludge
Limbah cair dapat
dibuang ke sungaiL
Desain alat Pengolahan lim
lustri Minyak Kelapa Sawit
‘Tampak Kanan Atas
Tampak atas
Tampak Depan