Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Kimia farmasi II

Nama : Lusiana surya ningsih

Nim : 18.9.3.062

Kelas : Farmasi 2B

PROGRAM STUDI DIII FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN
MATARAM TAHUN AJARAN 2019/2020

DAFTAR ISI

BAB I : Pendahuluan

1.1.Latar Belakang ……………..

1.2.Tujuan dan Manfaat ……………..

BAB II : Tijauan Pustaka

2.1.Landasan Teori ……………..

BAB III : Pembahasan

3.1.Struktur Kimia Obat …………......

3.2.Aktivitas Obat ……………..

3.3.Inkompatibilitas Obat ……………..

3.4.Eso Obat ……………..


3.5.Metode Analisis Kandungan Obat Secara Komvensional ……………..

3.6.Metode Analisis Kandungan Obat Secara Instrumental ……………..

BAB IV : Penutup

4.1. Kesimpulan ……………..

Daftar Pustaka

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di zaman sekarang ini semakin tidak menentunya cuaca atau iklim di negara Indonesia maupun
di negara-negara lain merupakan akibat dari tingkah laku dan perbuatan manusia. Mulai dari
penebangan hutan yang merajalela sampai pola hidup yang tidak baik. Seiring dengan musim
yang berjalan dengan tidak menentu sehingga menyebabkan seseorang mudah sakit. Di era
sekarang obat- obatan banyak dijual bebas di apotik dan toko obat, sehingga banyak dari kita
sering menggunakan obat-obatan tanpa pengawasan dokter. Penggunaan obat yang tidak
sesuai dengan aturan atau petunjuk dokter sangat berbahaya bagi tubuh akibat atau efeknya
bisa langsung kelihatan dan bahkan mungkin baru beberapa tahun ke depan.

Setiap orang tentunya pernah merasakan rasa nyeri. Mulai dari nyeri ringan seperti sakit kepala,
nyeri punggung, nyeri haid, reumatik dan lain-lain seperti nyeri yang berat. Obat nyeri itu
dinamakan obat analgesik. Analgesik yang sering digunakan salah satunya adalah parasetamol.
Selain sebagai analgesik, parasetamol juga dapat digunakan untuk obat antipirek (demam).
Parasetamol banyak digunakan karena disamping harganya murah, parasetamol adalah anti
nyeri yang aman untuk swamedikasi (pengobatan mandiri.

Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi
parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang menstruasi, dan
diindikasikan juga untuk demam. Parasetamol itu aman terhadap lambung juga merupakan
Analgesik pilihan untuk ibu hamil maupun menyusui. Tapi bukan berarti parasetamol tidak
mempunyai efek samping. Efek samping parasetamol berdampak ke liver atau hati. Parasetamol
bersifat toksik di hati jika digunakan dalam dosis besar.

Parasetamol (Asetaminofen) merupakan senyawa organik yang banyak digunakan dalam obat
sakit kepala karena bersifat analgesik (menghilangkan sakit), sengal-sengal, sakit ringan, dan
demam. Parasetamol digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu.
Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang parasetamol, kita akan membahas mengenai apa
pengertian parasetamol, apa saja kegunaan atau manfaat dari parasetamol serta dampak atau
efek samping parasetamol yang tidak sesuai dengan dosis.

1.2. Tujuan dan manfaat


 Mengetahui kegunaan parasetamol di bidang kesehatan
 Mengetahui dampak atau efek samping parasetamol
 Manfaat Penulisan makalah ini di harapkan dapat memberi manfaat untuk menambah
pengetahuan dan dapat mengetahui cara identifikasi yang dilakukan terhadap senyawa
parasetamol.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Nama kimia parasetamol adalah 4’-Hidroksiasetanilida, dengan rumus molekul C8H9NO2 serta berat
molekulnya 151,16. Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat (Depkes RI, 1995). Struktur Parasetamol dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Gambar 2.1 struktur parasetamol (Depkes RI, 1995)

Pemerian parasetamol adalah serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit. Larut dalam air
mendidih, dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol. Parasetamol adalah senyawa
dimana kelarutannya cenderung tetap dengan perubahan pH (1-8) yaitu sekitar 20,3 mg/mL (Shaw,
et al., 2005). Penetapan kadar parasetamol dalam tablet menggunakan Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT), dimana fase gerak yang digunakan adalah campuran air- metanol (3:1) sedangkan fase
diam yang digunakan adalah oktadesil silana dengan
diameter 5μm atau 10μm (L1) (Depkes RI, 1995).

Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat
sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) . Parasetamol digunakan secara luas di
berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi
dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana
Darsono 2002)

Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak
tahun 1893 (Wilmana, 1995).

Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya
kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung (Sartono,1993).

Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada
tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak
bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mialgia,
nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011)
Obat ini diklasifikasikan dalam obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) dan menurut sumber lain juga
tidak diklasifikasikan dalam obat golongan NSAID. Paracetamol (C8H9NO2) juga disebut
asetaminofen adalah 4’-hidroksiasetanilida dan merupakan turunan aniline. Obat ini tersedia dalam
formulasi yang berbeda- beda dan digunakan secara luas untuk meningkatkan efisiensi dan toleransi,
menurunkan efek yang kurang baik dan toksisitas dari substansi obat lain.

3.2. Aktivitas Parasetamol

Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan digunakan
untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta demam. Digunakan dalam
sebagian besar resep obat analgesik selesma dan flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena
mudah didapat, overdosis obat baik sengaja ataupun tidak sering terjadi.

3.3. Inkompatibilitas Parasetamol


Inkompatibilitas adalah suatu perubahan yang tidak diinginkan padasaat mencampurkan bahan obat
dengan bahan obat lainnya. Seperti intraksi obat tidak bercampur dengan semyawa yang memiliki
ikatan hidrogen dan beberapa antasida.

3.4. Efek Samping Obat (ESO)


Reaksi alergi terhadap derivate para-aminofenol jarang terjadi. Manifestasinya berupa eritem atau
urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa.

Fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian kronik. Anemia
hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimmune, defisiensi enzim G6PD dan adanya
metabolit yang abnormal.

Methemoglobinemia dan Sulfhemoglobinemia jarng menimbulkan masalah pada dosis terapi,


karena hanya kira-kira 1-3% Hb diubah menjadi met-Hb. Methemoglobinemia baru merupakan
masalah pada takar lajak.

Insidens nefropati analgesik berbanding lurus dengan penggunaan Fenasetin. Tetapi karena
Fenasetin jarang digunakan sebagai obat tunggal, hubungan sebab akibat sukar disimpulkan.
Eksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa gangguan ginjal lebih mudah terjadi akibat
Asetosal daripada Fenasetin. Penggunaan semua jenis analgesik dosis besar secara menahun
terutama dalam kombinasi dapat menyebabkan nefropati analgetik.

3.5. Metode Analisis Komvensional


Analisis Konvensional adalah suatu teknik analisa menggunakan alat-alat konvensional, misalnya
pada salah satu contoh metode analisis titrimetri yang menggunakan peralatan gelas kaca. (Setiono,
1994). Analisis Konvensional adalah suatu teknik analisa menggunakan alat-alat konvensional,
misalnya pada contoh metode analisis titrimetri (volumetric) yang menggunakan peralatan gelas
kaca dan analisis gravimeter. Analisis Kimia Konvensional diantaranya :

1. Gavimeri
Analisis Gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot, adalah proses isolasiserta
penimbangan suatu unsur atau senyawa tertentu dari unsur tersebut, dalam bentuk yang semurni
mungkin. Unsur atau senyawa itu dipisahkan dari suatu porsi zatyang sedang diselidiki, yang telah
ditimbang (Day, 1994).
• Gravimetri carapenguapan , misalnya untuk menentukan kadar air, (air kristal atauair yang ada
dalam suatu spesies).
• Gravimetri elektrolisa, zat yang dianalisa di tempatkan di dalam sel elektrolisa.sehingga logam yang
mengendap pada katoda dapat ditimbang.
• .Gravimetri metode pengendapan menggunakan pereaksi yang akan menghasilkan endapan
dengan zat yang dianalisa sehingga mudah di pisahkan dengan cara penyaringan.
2. Volumetri
3. Analisis volumetri merupakan teknik penetapan jumblah sempel melalui perhitungan volume.
Dalam analisis titrimetri (hingga kini sering dinamai analisis Volumetri), zat yang akan ditetapkan
dibiarkan bereaksi dengan suatu reagensia yang cocok yang ditambahkan sebagai larutan baku,
dan volume larutan yang diperlukan untuk mengakhiri reaksi ditetapkan (Stiono, 1994). Tipe
reaksi yang biasa digunakan dalam titrimetri adalah Titras. Berdasarkan jenis reaksinya, maka
titrasi dikelompokkan menjadi empat macam titrasiyaitu :

a. Titrasi asam basa


tia yaitu suatu proses titrasi yang tidak mengakibatkan terjadinya baik perubahan valensi maupun
terbentuknya endapan dan atau terjadinya suatu senyawa kompleks dari zat-zat yang saling
bereaksi. Asam atau pun basa yang mengalami disosiasi sempurna merupakan asam atau basa kuat,
misalnya HCl, HNO3, NaOH dan KOH. Sebaliknya bila asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian
maka disebut asam atau basa lemah, misalnya asam asetat, H2S dan amonium hidroksida

b. Titrasi pengendapan
Merupakan titrasi yang mengakibatkan adanya endapan. Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah
titrasi Argentometri. Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-,
Br -, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (Argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan
membentuk endapan perak halide (AgX).

c. Titrasi kompleksometri
Merupakan semua jenis titrasi yang mengakibatkan terjadinya senyawa kompleks.Banyak ion logam
dapat ditentukan dengan titrasi menggunakan suatu pereaksi(sebagai titran) yang dapat membentuk
kompleks dengan logam tersebut.

Contoh : Titrasi Cl- dengan larutan standar Hg(NO3)2

2Cl-(aq) + Hg2(aq)àHgCl2 (kompleks)

d. Titrasi oksidasi reduksi


Titrasi redoks adalah titrasi yang melibatkan proses oksidasi dan reduksi. Kedua proses ini selalu
terjadi secaraan, bersama dan merupakan bagian yang sangat pentingdi dalam ilmu kimia (Cairns,
2004).
e. Larutan standar = Oksidator
f. Larutan sampel = Redukto
Menentukan kadar kafein dan parasetamol dalam sediaan obat sakit kepala.

Parasetamol merupakan zat aktif pada obat yang banyak digunakan dan dimanfaatkan sebagai
analgesik dan antipiretik. Parasetamol dimetabolisir oleh hati dan dikeluarkan melalui ginjal.
Parasetamol tidak merangsang selaput lendir lambung atau menimbulkan pendarahan pada saluran
cerna. Diduga mekanisme kerjanya adalah menghambat pembentukan prostaglandin. Obat ini
digunakan untuk melenyapkan atau meredakan rasa nyeri dan menurunkan panas tubuh. Analisis
parasetamol dilakukan untuk memastikan bahwa tablet parasetamol sesuai dengan kriteria yang
tertera pada Farmakope Indonesia dan memastikan bahwa parasetamol dapat memberikan efek
farmakologi yang diharapkan pada pasien (Ansel, 1989).
Acetamiopen (pct)
Nama lain : N-acetyl-p-aminophenol / 4’-hidroksiasetanilida
Rumus Molekul : C8H9NO2
Berat Molekul : 151,16

Kandungan : 98%<n<101%
Pemerian : Serbuk hablur putih tidak berbau dengan rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih, Larut dalam natrium hidroksida
1N, mudah larut dalam etanol.
Derajat Keasaman : pH = 6 dan pKa = 9,51
Jarak Lebur : Antara 168-172
Sisa Pemijaran : Tidak lebih dari 0,1%

Penetapan Kadar Parsetamol

Serbuk sampel parasetamol ditimbang seksama sebanyak 250 mg, dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250 ml, ditambahkan 30 ml HCl 4 M, lalu direfluks selama 35 menit. Kemudian didinginkan dan
ditambahkan 10 ml aqua dan 10 ml HCl pekat, dikocok dan didinginkan sampai suhu kurang dari
15°C, dititrasi dengan natrium nitrit 0,1 M. Titik akhir titrasi ditetapkan dengan menggunakan pasta
kanji iodida yeng telah dioleskan pada porselen. Titik akhir tercapai apabila terbentuk warna biru
seketika ketika pertama kali digoreskan dan didiamkan selama 2 menit, dan digoreskan lagi akan
memberikan warna biru.
. Hal ini bertujuan untuk menghidrolisis parasetamol sehingga dihasilkan amin aromatis primer yang
kemudian dapat bereaksi dengan asam nitrit sehingga terbentuk garam diazonium. Seharusnya
proses refluks dilakukan selama 90 menit, namun dalam percobaan hanya dilakukan selama 35
menit. Hasil proses refluks, larutan berubah menjadi kuning kecoklatan. Kemudian larutan sampel
didinginkan dan ditambahkan 10 ml aqua dan 10 ml HCl pekat untuk membuat larutan dalam
keadaan asam berlebih dan membantu pembentukan asam nitrit yaitu agar tejadinya reaksi HCl
dengan NaNO2 pada saat penambahan NaNO2.. Setelah itu, larutan analit dikocok dan didinginkan
sampai suhu kurang dari 15°C sehingga digunakan penangas es.
Selanjutnya, dititrasi dengan natrium nitrit 0,1 M tetap pada suhu dibawah 15o C. Reaksi yang terjadi
antara HCl dan NaNO2 adalah sebagai berikut :

NaNO2 + HCl → NaCl + HNO2


Ar- NH2 + HNO2 + HCl → Ar-N2Cl + H2O

Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang terbentuk mudah
tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu
dibawah 15oC. Reaksi dilakukan dibawah 15 oC, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium
akan terurai menjadi fenol dan nitrogen.

Titik akhir titrasi ditetapkan dengan menggunakan pasta kanji iodida yang telah dioleskan pada
porselen. Titrasi dihentikan apabila warnanya telah berubah dari ungu menjadi biru kehijauan atau
apabila setetes larutan akan segera memberikan warna biru pada kertas kanji iodida. Titik akhir
tercapai apabila terbentuk warna biru seketika ketika pertama kali digoreskan dan didiamkan selama
2 menit, dan digoreskan lagi akan memberikan warna biru.
Titik ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warrna dari pasta kanji iodide
sebagai indicator luar. Kelebihan asam nitrit terjadi karena senyawa fenil sudah bereaksi seluruhnya,
kelebihan ini dapat berekasi dengan iodida yang ada dalam pasta kanji. Reaksi ini akan mengubah
iodida menjadi iodine diikuti dengan perubahan warna menjadi biru. Kejadian ini dapat ditunjukkan
setelah larutan didiamkan selama beberapa menit. Reaksi perubahan warna yang dijadikan indikator
dalam titrasi ini adalah :

KI +HCl → KCl + HI
2 HI + 2 HONO → I2 + 2 NO + H2O
I2 + Kanji → yod (biru)

3.6 metode analisis instrumental

Analisis Instrumental adalah suatu teknik analisa menggunakan peralatan canggih dan modern
misalnya spektrofotometri yang menggunakan alat spektrofotometer ataupun titrimetri secara
konduktometris ataupun potensiometris.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda
yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri (Basset,1994).
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube
( Underwood,2001). Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorbsi.

 Pembuatan lariutan deret standar (Paracetamol)


 Disiapkan alat dan bahan
 Ditimbang 50 mg paracetamol dilarutkan ke dalam labu ukur 50 ml dengan pelarut etanol
absolute untuk mendapatkan pengenceran 1000 ppm
 Dipipet larutan tersebut sebanyak 1 ml ke dalam labu ukur 10 ml dan di ad hingga tanda
meniscus dengan etanol (diperoleh 100 ppm)
 Dipipet lagi larutan tersebut 5 ml ke dalam labu ukur 50 ml dan di ad dengan etanol hingga
tanda meniskus sehingga diperoleh nilai ppm 10 ppm.
 Dibuat deret standar dengan konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, dan 6 ppm
dengan menggunakan etanol absolut masing-masing 3 replikasi.
 Diukur absorbansi deret standar pada alat spektrofotometer
Pembuatan larutan sampel dan pengukuran
 Disiapkan alat dan bahan
 Dipipet 4 ml dari larutan 10 ppm. Dicukupkan volumenya hingga 10 ml dengan etanol. Dibuat tga
replikasi
 Dimasukkan larutan sampel 4 ppm dimasukkan dalam kuvet dengan di ukur menggunakan
spektrofotometri uv-vis
 Dilakukan pengamatan nilai absorbansi pada spektrofotometer dari = 237 nm (studi pustaka
untuk sampel PCT)

 Hasil pengamatan

Konsesntrasi (ppm) Absorban (A)


10 0,618
9 0,554
8 0,485
7 0,409
6 0,342
Perhitungan

y = 0,0697x – 0,076
R2 = 0,9993
Y = 0,0697x – 0,076
0,295 = 0,0697x – 0,076
0,295 + 0,076 = 0,0697x
0,371 = 0,697x
X =
= 5,322 ppm
5,322 ppm x pengenceran
= 5,322 ppm x 50
= 266,140 ppm
Kadar paracetamol dalam 50 mg sampel

Dalam percobaan ini, dilakukan penentuan kadar sampel paracetamol .Sampel tersebut akan
ditentukan kadarnya dengan melarutkannya pada pelarut yang cocok, dengan konsentrasi
tertentu, yang kemudian akan diukur transmitannya dengan alat spektrofotometer berdasarkan
besar transmittan yang terbaca pada alat yang berasal dari proses penyinaran sumber cahaya,
monokromator yang melalui senyawa tersebut menuju detektor dan diperkuat oleh amplifier
sehingga dapat terbaca pada recorder sebagai angka absorban.

Terlebih dahulu dibuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu 10,9,8,7,dan 6 ppm.
Setelah itu diukur absorban masing-masing larutan pada spektrofotometer pada panjang
gelombang maksimal. Dari larutan standar ini diperoleh kurva baku. Kurva baku yaitu kurva yang
diperoleh dengan memplotkan nilai absorban dengan konsentrasi larutan standar yang
bervariasi menggunakan panjang gelombang maksimum.

Alasan kenapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal adalah


pada panjang gelombang maksimal memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan
absorbansi yang paling besar dan pada panjang gelombang maksimal bentuk kurva absorbansi
memenuhi hukum Lambert-Beer.

Untuk sampel paracetamol mula-mula dibuat dulu pengencerannya yaitu ditimbang 50 mg


paracetamol dalam 50 ml larutan etanol absolut, diperoleh nilai ppm 1000 ppm, lalu dipipet 1 ml
kedalam labu tentukur 10 ml dan diperoleh nilai ppm 100 ppm, lalu dipipet lagi 5 ml kedalam
labu tentukur 50 ml dan diperoleh nilai ppm 10 ppm, lalu masing-masing dipipet 3 ml, 4 ml, 5ml,
dan 3 ml dan masing-masing di tambah larutan etanol absolut 10 ml kemudian dimasukkan
kedalam botol vial dan dibuat masing-masing 3 replikasi karena agar mendapatkan nilai
absorbansi yang akurat. Setelah itu, larutan diukur absorbannya dengan alat spektrofotometer.

Dari hasil percobaan, diperoleh nilai absorban (A) dengan panjang gelombang maksimum 237
nm. Pada konsentrasi 4 ppm nilai absorbannya 0,243175, pada konsentrasi 5 ppm nilai
absorbannya adalah 0,397123 dan pada konsentrasi 6 ppm nilai absorbannya adalah 0,42104
dan absorbansi sampel yang diambil dan sesuai adalah 0,45567.
Penetapan kadar sampel paracetamol 4 ppm diketahui % kadar sebesar 163,94 %, sedangkan
dalam farmakope III, kadar PCT seharusnya mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih
dari 101,0 %. Jadi sampel paracetamol tidak memenuhi persyaratan kadar.
Adapun faktor-faktor yang mengurangi ketelitian hasil yang diperoleh adalah ketidaktelitian
praktikan dalam menimbang sampel atau cara kerja praktikan yang kurang baik, kurang
bersihnya alat-alat yang digunakan, atau mungkin juga karena adanya zat-zat pengotor dalam
sampel.

BAB III
Penutup
4.1. Kesimpulan
Parasetamol (asetaminofen) merupakan salah satu obat analgesik-antipiretik yang sangat
populer. Parasetamol dapat tersedia dalam berbagai macam sediaan seperti tablet, kapsul,
tetes, eliksir, suspensi, dan supositoria. Parasetamol pada umumnya diberikan dalam bentuk
tablet yang mengandung 500 mg bahan aktif.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV.

Acetaminophen atau paracetamol adalah obat untuk penurun demam dan pereda nyeri,
seperti nyeri haid dan sakit gigi. Paracetamol tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan 600
mg, sirup, drop, suppositoria, dan infus.

BAB IV

Daftar Pustaka

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. 448, 515, 771, 1000.

Day.R.A dan underwood A.L 2001 analisis kimia kuantitas. jakarta.erlangga

Underwood, A.L., Day, R.A., (1994), Analisa Kimia Kuantitatif, edisi ke-4, Erlangga, Jakarta
.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal.1033.

Lusiana, Darsono. (2002) Diagnosis dan terapi intoksikasi salisilat dan parasetamol .
Bandung universitas kristen maranatha.

Wilmana P.F, 1995, Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi Non Steroid dan Obat
Pirai : Farmakologi dan Terapi. Edisi ke 4, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, hh. : 217- 218.

Sartono, 1993, Pengaruh Pemberian Dosis Tunggal Parasetamol Terhadap Komposisi


Metabolit Parasetamol Dalam Urin Tikus Jantan Malnutrisi. Dalam: Darsono, I., 2002,
Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol. Diakses tanggal 20 April 2015,
http://cls.maranatha.edu.

Katzung, B.G. 2011. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/jap/article/download/825/pdf

Anda mungkin juga menyukai