Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“WAWASAN KEBANGSAAN”

MATA KULIAH: KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH:

RISKY IRVAN WAHYUDI

NIM: 2103171071

DOSEN PENGAMPU : SRI JUMARNI, S.IP,M.H

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS

BENGKALIS-RIAU

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt karena dengan rahmat dan

nikmat kesehatan yang telah Allah berikan sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini dengan baik. Pada makalah ini kami akan membahas tentang

“Wawasan Kebangsaan”.

Semoga dengan adanya makalah yang kami buat ini dapat menambah

wawasan kita tentang hal-hal yang belum kita ketahui dan sebenarnya sudah ada

melekat pada diri kita masing-maing. Dalam proses pendalaman materi ini

tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, masukan, dan saran. Oleh karena

itu kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Sri Jumarni S.Ip,. MH. selaku

dosen pengampu beserta teman-teman mahasiswa.

Demikianlah makalah ini kami buat semoga dengan adanya makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Bengkalis, 31 Maret 2020

PENULIS
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk


menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan perilaku yang
patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana yaitu dengan saling tolong
menolong, menciptakan kerukunan beragama dan toleransi dalam
menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing, saling menghormati
dengan sesama dan menjaga keamanan lingkungan. 1

B. Rumusan Masalah

A. Apa pengertian dari Wawasan Kebangsaan?


B. Apa tujuan dan sasaran Wawasan Kebangsaan ?
C. Apa saja Makna Nilai-nilai Wawasan Kebangsaan ?
D. Apa Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara dalamPersatuan
dan Kesatuan ?

C. Tujuan

A. Untuk mengetahui pengertian wawasan kebangsaan

B. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran wawasan kebangsaan

C. Untuk mengetahui makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam

wawasan kebangsaan

D. Untuk Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara dalamPersatuan dan

Kesatuan.

1
Ibid
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu
“Wawasan” dan “Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002) dinyatakan bahwa secara etimologis istilah “wawasan” berarti : 2
(1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga berarti
(2) konsepsi cara pandang.
Sementara itu “Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) berarti kelompok
masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya,
serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan “kebangsaan” mengandung arti
(1) ciri-ciri yang menandai golongan bangsa,
(2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa,
(3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara.
Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai
konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga
dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI,
meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan
persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural
dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan ideologi,
kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, dan kesatuan
pertahanan dan keamanan.
Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan
kondisi geografis negara, sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik serta
pertahanan keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan
nasional. Wawasan kebangsaan menentukan bangsa menempatkan diri
dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan

2
Wiyono Suko, 2012, Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
Malang: Universitas Wisnuwardhana Malang Press.hal 56-57
dengan bangsa lain di dunia internasional. Wawasan kebangsaan
mengandung komitmen dan semangat persatuan untuk menjamin
keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan menghendaki
pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan masa
mendatang serta berbagai potensi bangsa.
Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut
pandang/cara memandang yang mengandung kemampuan seseorang atau
kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai suatu
bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah
hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
Dengan demikian dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan
didefinisikan sebagai cara kita sebagai bangsa Indonesia di dalam
memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang
mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik,
sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan berpedoman
pada falsafah Pancasila dan UUD 1945.

B. Tujuan dan Sasaran Wawasan Kebangsaan


Wawasan kebangsaan akan luntur dan bahkan hancur jika anggota
atau warga bangsa tidak peduli dan membiarkannya berkembang tanpa
arah dan pegangan. Seperti yang diungkapkan oleh Paul Kennedy (dalam
Wantanas, 2018) dalam bukunya yang berjudul Preparing for the Twenty-
First Century (Bersiap untuk Abad ke-21), justru akibat globalisasi,
masing-masing negara-bangsa berusaha untuk menunjukkan jati dirinya.

Bagi negara-bangsa Indonesia, memperkokoh wawasan


kebangsaan dalam menyikapi gerakan globalisasi secara tepat dan
menguntungkan bagi perkembangan negara-bangsa, ditujukan untuk
membentuk warga negara yang: Sadar bahwa dirinya adalah warga negara
dari suatu negara-bangsa yang memiliki hak dan kewajiban sesuai UUD
NRI Tahun 1945 yang bedasarkan Pancasila, serta mampu
mengimplementasikannya dalam berbagai segi kehidupan sehari-hari
dalam, terutama dalam membina kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara yang demokratis dan menjunjung tinggi nilai-nilai Hak
Asasi Manusia.3
Wawasan kebangsaan tidak akan terwujud dengan sendirinya,
tetapi harus dengan usaha oleh seluruh warga negara di atas usaha negara
dan pemerintah semata agar setiap warga negara sadar bahwa dirinya
adalah merupakan bagian dari suatu negara-bangsa yang kelahirannya
diperjuangkan dengan hebat, di mana keberadaan negara-bangsanya
tersebut harus diinsafi, disyukuri, dan dicintainya dengan kesiapan
berkorban demi negara-bangsanya. Hanya dengan cara demikian maka
wawasan kebangsaan akan menjadi kokoh dan mampu mengantisipasi
segala AGHT yang dihadapi oleh Negara-bangsa.

C. Makna dan Nilai-nilai Wawasan Kebangsaan.


a. Makna Wawasan Kebangsaan bagi Bangsa Indonesia
Makna Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki
makna:4
1) Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa
agar menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan.
2) Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia
sedemikian rupa sehingga asas Bhinneka Tunggal Ika
dipertahankan.
3) Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme
yang licik.

3
ibid
4
Budiardjo, Miriam, 2002, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama hal 44
4) Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan
hidup Pancasila, bangsa Indonesia telah berhasil merintis jalan
menjalani misinya di tengah-tengah tata kehidupan di dunia.
5) NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
bertekad untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta
sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju.
b. Nilai-nilai Dasar Wawasan Kebangsaan
Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan
dan kesatuan bangsa memiliki enam dimensi yang bersifat
mendasar dan fundamental, yaitu:5
1) Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
2) Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas,
merkeka, dan besatu
3) Cinta akan tanah air dan bangsa
4) Demokrasi atau kedaulatan rakya
5) Kesetiakawanan sosial
6) Masyarakat adil-makmur

D. Aktualisasi wawasan kebangsaan dan Konsensus 4 Konsensus dasar

A. Pancasila
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno mengatakan
Pancasila sebagai philosofische groundslag-nya Indonesia merdeka, atau
yang disebut dengan falsafah bagi Negara Republik Indonesia. Secara
garis besar Pancasila mempunyai 4 (empat) kedudukan dan fungsi, antara
lain sebagai dasar negara republik Indonesia, ideologi nasional, pandangan
hidup bangsa Indonesia, dan pemersatu bangsa.

5
ibid
a. Pancasila sebagai dasar NKRI
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia menjadi
penyaring bangsa Indonesia dari paham-paham yang bertentangan dengan
nilai dasarnya. Secara historis, kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
dapat kita runut dari beberapa peristiwa yang dipandang penting sebagai
fakta sejarah berdirinya NKRI.

b. Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pancasila sebagai ideologi negara merupakan hasil kristalisasi dari
nilai-nilai budaya, adat-istiadat, serta agama dan keyakinan yang dimiliki
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan seperangkat prinsip dasar yang
menjadi pegangan dalam menentukan arah dan tujuan guna
melangsungkan dan mengembangkan hidup dan kehidupan nasional. Oleh
karena itu, sebagai ideologi negara Pancasila mampu mengakomodir
seluruh aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.6
Pancasila sebagai ideologi nasional mempunyai tiga dimensi nilai
(Oesman & Alfian, 1991 dalam Wantanas, 2018), antara lain:
1) Dimensi realitas, mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila bersumber dari nilai-nilai objektif yang hidup
dalam masyarakat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila harus dijabarkan dalam
kehidupan nyata sehari-hari dalam kaitannya dengan kehidupan
bermasyarakat maupun dalam segala aspek penyelenggaraan negara.
2) Dimensi idealitas, mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Nilai-nilai dasar Pancasila mengandung adanya tujuan yang dicapai
sehingga menimbulkan harapan dan optimisme serta mampu menggugah
motivasi untuk mewujudkan cita-cita.

6
Noor Syam. Mohammad, 2000, Penjabaran Filsafat Pancasila dalam Filsafat Hukum, Cet. II,
Malang: Universitas Negeri Malang, hal. 45
3) Dimensi fleksibilitas, mengandung relevansi atau kekuatan yang
merangsang masyarakat untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru
tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
c. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.7
Pokok-pokok ajaran moralitas Pancasila ebagai panduan kehidupan
berbangsa dan bernegara:
Pertama, nilai-nilai agama sebagai sumber etika dan spiritualitas
(bersifat vertikal-transendental) dianggap penting sebagai fundamen etik
kehidupan bernegara.
Kedua, di dalam Pancasila, nilai-nilai kemanusiaan universal yang
bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam, dan sifat-sifat sosial manusia
(yang ersifat horizontal) dianggap penting sebagai fundamen etika politik
kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia.
Ketiga, di dalam Pancasila, aktualisasi nilai-nilai etis kemanusiaan
terlebih dahulu harus mengakar kuat alam lingkungan pergaulan
kebangsaan sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh.
Melalui nilai-nilai persaudaraan kemanusiaan tersebut,Indonesia menjadi
negara persatuan kebangsaan yang zengatasi paham golongan dan
perseorangan.
Keempat, dalam Pancasila, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan,
dan nilai serta cita-cita kebangsaan itu dalam aktualisasinya harus
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam semangat permusyawaratan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.
Kelima, dalam Pancasila, nilai ketuhanan, nilai kemanusian, nilai
dan cita kebangsaan, serta demokrasi permusyawaratan itu memperoleh
kepenuhan artinya sejauh dapat mewujudkan keadilan sosial.
B. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 19458

7
ibid
8
Sekretariat Jendral MPR, 2003, Panduan dalam Memasyarakatkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta
Ajaran filsafat bernegara bangsa Indonesia yang dibingkai dalam
sebuah ideologi negara yang disebut Pancasila merupakan landasan utama
semua sistem penyelenggaraan negara Indonesia. Hukum sebagai produk
negara tidak dapat dilepas dari falsafah negaranya. Dalam pandangan
seperti ini, maka filsafat hukum pun tidak dapat dilepaskan dari pemikiran
filsafati dari negaranya.

C. Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila-UUD 1945


Bentuk Negara Kesatuan adalah bentuk negara yang terdiri dari
satu negara saja betapapun besar maupun kecil, dan ke dalam maupun ke
luar merupakan kesatuan. Bila suatu negara tidak terjadi karena adanya
beberapa negara yang bergabung dan oleh karenanya kedaulatan negara
secara utuh dan bulat ada pada tangan pusat, maka bentuk negara ini
disebut negara kesatuan .
Adapun ciri-ciri Negara Kesatuan antara lain adalah:
Pertama, Mewujudkan kebulatan tunggal, mewujudkan kesatuan
unity, negara tunggal yang monosentris (berpusat satu). Dalam negara
kesatuan tidak ada negara dalam negara, dan tidak terdiri dari daerah-
daerah yang berstatus negara bagian
Kedua, Hanya mempunyai satu negara serta hanya mempunyai
satu pemerintahan, satu kepala negara, satu badan legislatur bagi seluruh
daerah negara.
Ketiga, Hanya ada satu pusat kekuasaan yang memutar seluruh
mesin pemerintahan dari pusat sampai ke pelosok-pelosok, hingga segala
sesuatunya dapat diatur secara sentral, seragam dan senyawa dalam
keseluruhannya.
Keempat, Pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk
menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah berdasarkan hak
otonomi. 9

9
Strong CF, 2002, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, Kajian tentang Sejarah dan Bentuk-
Bentuk Konstitusi Dunia, Jakarta: Nusa Media
D. Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika dijadikan sebagai semboyan untuk


menyatukan seluruh aspek yang terkait dengan kehidupan bangsa
Indonesia, yang mana diantara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu
kesatuan dan tentu saja tidak hanya berkait dengan semangat toleransi
kehidupan antar umat beragama.
Prinsip Indonesia sebagai negara “Bhinneka Tunggal Ika”
mencerminkan bahwa meskipun bangsa Indonesia dalam realitanya
memiliki sifat yang sangat hiterogen, baik dari aspek suku bangsa, etnik,
kebudayaan, adat istiadat, bahasa serta agama yang dipeluk oleh
masyarakat dan hidup dalam negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau,
tetapi tetap terintegrasi dalam kemanunggalan, kesatuan.
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda
Pancasila, kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa
jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Garuda Pancasila memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang
mewujudkan lambang tenaga pembangunan. Garuda Pancasila memiliki
sayap yang masing-masing berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor
berbulu 19, dan leher berbulu 45.
Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang
melukiskan katulistiwa. Pada perisai terdapat lima buah ruang yang
mewujudkan dasar Pancasila sebagai berikut:
a. dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di
bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima
b. dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan
tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai
c. dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di
bagian kiri atas perisai
d. Dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala
banteng di bagian kanan atas perisa
e. dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan bawah
perisai.
Lambang Negara Garuda Pancasila menggunakan warna pokok
yang terdiri atas:
a. warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai;
b. warna putih di bagian kiri atas dan kanan bawah perisai;
c. warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda;
d. warna hitam di tengah-tengah perisai yang berbentuk jantung
e. warna alam untuk seluruh gambar lambang

E. Aktualisasi Wawasan Kebangsaan


a) Mengembangkan Sikap Mental Perssatuaan dan Kesatuan
b) Menumbuhkembangkan Keikhlasan dan Kejujuran dalam Kehidupan
Bermasyarakat dan Bernegara
c) Bangga Menjadi Warga Negara

BAB III
KESIMPULAN

Wawasan kebangsaan dapat dimulai dari diri sendiri, kemudian keluarga,


komunitas, desa, hingga skala yang lebih besar seperti Negara, empat konsensus
dasar merupakan aspek penting yang harus ditanamkan mulai dari diri sendiri.
nilai-nilai dalam empat konsensus dasar mencakup Pancasila, Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945, NKRI, dan semboyan Bhineka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrwa. Dalam semboyan itu, ia menekankan pada aspek persatuan
dalam setiap perbedaan yang ada. “Setiap agama, aliran, dan pemikiran tertentu
selalu memiliki makna dan tujuan yang sama, sebabnya persatuan merupakan hal
yang mutlak dalam keberagaman yang ada.

Selain itu, pada pelaksanaanya, Pancasila sebagai dasar negara mempunyai


peranan penting dalam segala aspek kehidupan. Kemudian, hal tersebut diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang di dalamnya memuat
tujuan pembangunan berbangsa dan bernegara. Konsensus dasar tersebut,
kemudian menjadi empat konsensus dasar seutuhnya dan berlaku untuk seluruh
Warga Negara Indonesia (WNI) dalam cakupan NKRI.

DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie. Jimly, 2002, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Ke
empat, Pusat Studi Hukum Tata Negara, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas
Indonesia
Asshiddiqie. Jimly, 2006, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta:
Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI
Budiardjo, Miriam, 2002, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Noor Syam. Mohammad, 2000, Penjabaran Filsafat Pancasila dalam Filsafat
Hukum, Cet. II, Malang: Universitas Negeri Malang
Sekretariat Jendral MPR, 2003, Panduan dalam Memasyarakatkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta
Strong CF, 2002, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, Kajian tentang Sejarah
dan Bentuk-Bentuk Konstitusi Dunia, Jakarta: Nusa Media

Anda mungkin juga menyukai