Anda di halaman 1dari 113

SKRIPSI

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN UMUR OBLIGASI

TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA

PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

NUR WAHIDA
14179060

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN NITRO

MAKASSAR

2018
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN UMUR OBLIGASI

TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA

PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat dalam Penyelesaian Studi pada Jenjang


Program Strata Satu (S1) Program Studi Manajemen pada Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen (STIM) Nitro Makassar

Nur Wahida

14179060

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN NITRO

MAKASSAR

2018
MOTTO

“Aku tidak peduli atas keadaan susah atau senangku karena aku tidak
tau manakah diantara keduanya yang lebih baik bagiku”
“Umar Ibnu Khattab R.A”

Mungkin kesalahan yang paling disesali diakhir nanti adalah kita


mengira kita punya banyak waktu, yang ternyata kenyataannya
tidak. Percayalah dan tidak akan pernah ada yang sia-sia.”
(Tian Yurel)

Skripsi ini Penulis Persembahkan Kepada:


 Ibunda tercinta (Jumarni)
 Kakak-kakakku tersayang (hajrah & fia)
 Keponakanku Faiz dan Arsi yang telah menjadi penghiburku
 Paman dan bibiku (Alm. Zainuddin Karia & Sitti hanawiah)
 Keluarga Besar atas do’a dan dukungannya kepada penulis selama ini
 Semua Teman-teman atas do’a dan dukungannya
ABSTRAK

Nur Wahida, 2018. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Umur


Obligasi Terhadap Peringkat Obligasi pada Perusahaan Sektor
Keuangan di Bursa Efek Indonesia. (Pembimbing: M. Ridwan
Hasanuddin).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran


perusahaan terhadap peringkat obligasi, pengaruh umur obligasi terhadap
peringkat obligasi dan pengaruh ukuran perusahaan dan umur obligasi
secara simultan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan sektor
keuangan yang di Bursa Efek Indonesia.

Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan


analisis regresi linear berganda, uji asumsi klasik uji hipotesis dan uji
determinan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 24.0.

Hasil analisis menunjukkan bahwa: ukuran perusahaan


berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi, umur
obligasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap peringkat obligasi,
ukuran perusahaan dan umur obligasi secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan sektor keuangan
di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci: Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, Umur Obligasi

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, kata inilah yang pantas diucapkan sebagai

ungkapan rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT.

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi Manajemen Keuangan pada

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Nitro Makassar dengan judul

skripsi “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Umur Obligasi Terhadap

Peringkat Obligasi pada Perusahaan Sektor Keuangan di Bursa Efek

Indonesia”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, terkadang

penulis dihadapkan oleh berbagai hambatan dan tantangan. Namun,

berkat kesabaran, ketekunan, kerja keras serta bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini dengan segala kerendahan

dan ketulusan yang dimiliki, penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada kedua orang tua penulis. Sembah sujud sebagai

penghormatan, terima kasih atas penghargaan yang tidak bisa diukur oleh

apapun terkhusus kepada ibunda Jumarni tercinta yang telah mendidik

penulis dengan penuh cinta, kasih sayang, kesabaran, serta selalu

memberikan doa, dukungan dan motivasi yang tiada henti kepada penulis,

serta rasa hormat dan bangga untuk kedua saudara penulis tercinta Fia

dan Hajrah terima kasih karena telah memberi dukungan, doa untuk

penulis dan memotivasi tentang mimpi-mimpi yang kalian berikan. Penulis

juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai

iii
pihak yang telah membantu selama penulisan ini, antara lain:

1. Bapak Prof. H. Marsuki, DEA.,Ph.D selaku ketua STIM NITRO

Makassar.

2. Bapak Panus Pasae, S.E.,M.M selaku Ketua Jurusan Prodi Strata Satu

(S1) Stim Nitro Makassar atas segala ilmu dan masukan yang

berharga bagi penulis.

3. Bapak M. Ridwan Hasanuddin, S.E.,M.Si.,Ak.,CA selaku dosen

pembimbing skripsi penulis yang telah memberikan bantuan yang

sangat luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya

serta mendapatkan ilmu yang sangat banyak dan bermanfaat.

4. Bapak Dr. Rachman Suwandaru, S.E.,M.Si selaku Penasehat

Akademik yang telah memberikan arahan dan masukan selama proses

perkuliahan penulis.

5. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staf Stim Nitro Makassar yang telah

memberikan bantuan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Untuk keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan doa dan

motivasi untuk keberhasilan penulis.

7. Untuk sahabat dan orang terkasih yang telah menjadi saudara

sekaligus teman meski tak sedarah (Ria, Najmi, Ivana, Emilia, Masni,

Jannah, Mintang, Iva) terima kasih telah banyak berbagi suka dan

duka hidup selama ini. Semoga tali silaturahmi yang terjalin tetap

terikat dengan erat dan tak akan putus hingga waktu yang pupus.

8. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,

iv
terima kasih telah menjadi bagian dan berperan dalam panggung

cerita kehidupan penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak terdapat kekurangan yang disebabkan keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.

Makassar, 08 April 2018

Nur Wahida

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

ABSTRAK ........................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 7

A. Landasan Teori ......................................................................... 7

B. Kerangka Pikir ........................................................................... 27

C. Hipotesis ................................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 29

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 29

B. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 29

C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 30

D. Populasi dan Sampel ................................................................ 30

E. Definisi Operasional Penelitian ................................................. 32

F. Analisis Data ............................................................................. 34

G. Sistematika Penulisan ............................................................... 38

vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 39

A. Gambaran Umum Unit Penelitian .............................................. 39

B. Hasil Penelitian ......................................................................... 58

C. Pembahasan ............................................................................. 69

BAB V PENUTUP ................................................................................ 71

A. Kesimpulan ............................................................................... 71

B. Saran......................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 73

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Peringkat Obligasi PT.PEFINDO.......................................... 24

Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian ..................................................... 31

Tabel 3.2 Hasil Konversi Rating ........................................................... 33

Tabel 4.1 Peringkat Obligasi Tahun 2014-2016 ................................... 58

Tabel 4.2 Ukuran Perusahaan Tahun 2014-2016 ................................ 59

Tabel 4.3 Umur Obligasi Tahun 2014-2016 ......................................... 60

Tabel 4.4 Uji Multikolienaritas .............................................................. 63

Tabel 4.5 Uji AutokorelasI .................................................................. 64

Tabel 4.6 Analsis Linear Berganda ...................................................... 66

Tabel 4.7 Uji F…………….. ................................................................ … 68

Tabel 4.8 Uji Determinan (R2) ............................................................ … 69

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir .................................................................. 27

Gambar 4.1 Histogram ......................................................................... 62

Gambar 4.2 Normal Probability Plot .................................................... 62

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot .............................................................

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Sampel Penelitian

Lampiran 2: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 24.0

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, pasar modal

memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar

modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi

keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena

pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua

kepentingan yaitu pihak yang memilki kelebihan dana (investor) dan

pihak yang memerlukan dana (issuer), dengan memperjualbelikan

sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti

saham dan obligasi (Tandelilin, 2010:26). Pasar modal dikatakan

memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan

kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi

pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih

(Darmadji dan Fakhruddin, 2008).

Di dalam pasar modal Indonesia ada berbagai macam sekuritas,

investor diberi kesempatan untuk memilih di antara berbagai sekuritas

tersebut. Salah satu sekuritas yang diperdagangkan dipasar modal

adalah obligasi .Obligasi merupakan salah satu jenis aset finansial dan

instrumen modal (hutang) yang tergolong surat berharga pasar modal

dengan pendapatan tetap (fixed-income) yang diperjualbelikan dalam

pasar modal. Bursa Efek Indonesia (2017), mengartikan obligasi

1
2

sebagai surat hutang jangka menengah-panjang yang dapat

dipindahtangankan, yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan

untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan

melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada

pihak pembeli obligasi tersebut.

Investasi digolongkan menjadi 2 jenis yaitu investasi dalam surat

kepemilikan (saham) dan investasi dalam surat hutang (obligasi).

Ikhsan, et al (2012:115) menyatakan bahwa investor lebih memilih

berinvestasi pada obligasi dibanding saham karena 2 alasan, yaitu :

volatilitas saham lebih tinggi dibanding obligasi sehingga mengurangi

daya tarik investasi pada saham, dan obligasi menawarkan tingkat

pengembalian yang positif dengan pendapatan tetap (fixed income),

sehingga obligasi lebih memberikan jaminan dibanding saham.

Seorang investor yang tertarik pada obligasi sudah seharusnya

memperhatikan peringkat obligasi yang diberikan oleh suatu

lembaga atau agen pemeringkat. Peringkat obligasi ini menunjukkan

skala risiko dan tingkat keamanan suatu obligasi yang diterbitkan

serta memberikan pernyataaan yang informative dan memberikan

sinyal tentang probabilitas kegagalan hutang suatu perusahaan.

Keamanan suatu obligasi ini dapat ditunjukkan oleh kemampuan

suatu perusahaan dalam membayar bunga dan melunasi pokok

pinjaman sehingga pemodal mendapatkan informasi mengenai

peringkat obligasi dengan menggunakan jasa agen pemeringkat

(Fauziah, 2014).
3

Obligasi yang diperingkat oleh lembaga pemeringkat bertujuan

untuk menilai kinerja perusahaan dan menyatakan layak atau

tidaknya obligasi tersebut diinvestasikan. Lembaga pemeringkat

obligasi adalah lembaga independen yang memberikan informasi

pemeringkatan skala risiko, dimana salah satunya adalah sekuritas

obligasi sebagai petunjuk sejauh mana keamanan suatu obligasi bagi

investor.

Di Indonesia sendiri ada dua lembaga pemeringkat obligasi

yaitu, PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Moody‟s

Indonesia. Penelitian ini sendiri menggunakan peringkat obligasi yang

diterbitkan oleh PT. PEFINDO karena lembaga ini mempublikasikan

peringkat obligasi setiap bulan dan jumlah perusahaan yang

menggunakan jasa pemeringkat ini jauh lebih banyak dibandingkan

dengan lembaga pemeringkat lainnya. Dengan memperhatikan rating

yang dikeluarkan lembaga-lembaga tersebut, investor bisa

menentukan kualitas dari obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

penerbit.

Kamstra (2001) dalam Sari (2016) menyatakan bahwa terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi baik dari faktor

keuangan maupun non keuangan. Faktor keuangan meliputi rasio

likuiditas, profitabilitas, leverage, growth, size, dan produktivitas.

Sedangkan faktor non keuangan seperti umur obligasi, jaminan,

reputasi auditor dan kepemilikan manajerial.

Faktor pertama yang dapat mempengaruhi peringkat obligasi


4

adalah ukuran perusahaan, dimana ukuran perusahaan tercermin dari

total aset, penjualan, ataupun ekuitas yang dimiliki oleh suatu

perusahaan. Dengan ukuran perusahaan, investor dapat mengetahui

kemampuan perusahaan untuk membayarkan bunga obligasi secara

periodik dan dapat melunasi pokok pinjaman yang dapat meningkatkan

peringkat obligasi perusahaan (Arvian, 2012). Ukuran perusahaan

yang memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan

tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini

arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiiki prospek yang

baik dalam jangka waktu yang relatif lama (Indah, 2014). Menurut

penelitian Yuliana (2011) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Sedangkan menurut Almilia

dan Devi (2007) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki

pengaruh terhadap peringkat obligasi.

Selain dari ukuran perusahaan , faktor yang mempengaruhi

peringkat obligasi adalah umur obligasi diamana umur obligasi

merupakan tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan

nilai nominal dari obligasi yang dimilikinya. Obligasi dengan umur

obligasi yang lebih pendek dapat memberikan sinyal positif karena

memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan obligasi yang memiliki

umur obligasi yang lebih lama sehingga dapat menaikkan peringkat

obligasi perusahaan Menurut penelitian Adrian (2011) menyatakan

bahwa umur obligasi berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Sedangkan pada penelitian Yuliana (2011) yang menyatakan bahwa


5

umur obligasi tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Beragamnya hasil penelitian diatas, menjadi latar belakang

untuk dilakukanya penelitian kembali mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Penelitian ini menggunakan

beberapa variabel yang memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi

yaitu ukuran perusahaan dan umur obligasi. Penulis menggunakan

variabel-variabel tersebut karena penelitian terdahulu hasilnya masih

research gap. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Peneliti memilih perusahaan sektor keuangan karena

memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan

ekonomi di pasar modal Indonesia.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan

dan Umur Obligasi Terhadap Peringkat Obligasi pada Perusahaan

Sektor Keuangan di Bursa Efek Indonesia”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan fokus permasalahan penelitian adalah :

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap peringkat

obligasi pada perusahaan sektor keuangan di Bursa Efek

Indonesia?

2. Apakah umur obligasi berpengaruh terhadap peringkat obligasi

pada perusahaan sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia?


6

3. Apakah ukuran perusahaan dan umur obligasi berpengaruh secara

simultan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan sektor

keuangan di Bursa Efek Indonesia?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka peneliti

mengambil tujuan sebagai berikut :

a. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap

peringkat obligasi pada perusahaan sektor keuangan di Bursa

Efek Indonesia.

b. Untuk menganalisis pengaruh umur obligasi terhadap Peringkat

obligasi pada perusahaan sektor keuangan di Bursa Efek

Indonesia.

c. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan dan umur

obligasi terhadap peringkat obligasi pada perusahaan sektor

keuangan di Bursa Efek Indonesia

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Perusahaan, diharapkan dapat memberikan informasi

bagi perusahaan penerbit obligasi mengenai faktor yang

berpotensi mempengaruhi peringkat obligasi

b. Bagi Investor, diharapkan dapat memberikan informasi kepada

para investor dalam pengambilan keputusan saat berinvestasi.

c. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan bahan referensi

untuk pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Pasar Modal

a. Pengertian Pasar Modal

Bursa Efek Indonesia (2017), mendefinisikan pasar

modal (capital market) sebagai pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat

utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrumen

derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan

sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain

(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan

berinvestasi. Pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan

prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang

Pasar Modal mendefiniskan pasar modal sebagai kegiatan yang

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,

perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan efek. Pasar modal mempunyai peran yang strategis

dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber

pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi

masyarakat.

7
8

Manurut Husnan (2011:3), pasar modal (Capital Market)

dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen

keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa

diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal

sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

maupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal

merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan

(financial market). Dalam pasar modal, diperdagangkan semua

bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek

maupun jangka panjang, baik negotiable ataupun tidak.

Berdasarkan beberapa definisi pasar modal di atas,

dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar untuk

memperjualbelikan instrumen keuangan baik dalam bentuk

hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh

pemerintah maupun perusahaan swasta. Pasar modal

merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan dalam

mempertahankan maupun meningkatkan kinerja perusahaan

dan sarana investasi bagi investor yang memiliki kelebihan

dana.

b. Lembaga Penunjang Pasar Modal

Menurut Tandelilin (2010:71), terdapat lima lembaga

penunjang pasar modal yaitu:

1) Biro Administrasi efek (Securities Administration Bureau)

Biro administrasi efek adalah pihak yang berdasarkan


9

kontrakdengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan

efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek.

2) Kustodian (custodian)

Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa

penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan

efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga,

dan hak lain menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili

pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

3) Wali Amanat (trustee)

Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan

pemegang efek bersifat utang.

4) Penasihat Investasi (investment advisor)

Penasihat investasi adalah pihak yang memberi

nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan atau

pembelian efek.

5) Pemeringkat Efek (efek rating agencies)

Perusahaan pemeringkat merupakan lembaga yang

dapat menjembatani kesenjangan informasi antara emiten

dan investor dengan menyediakan informasi standar atas

tingkat risiko kredit suatu perusahaan.

c. Instrumen yang Diperdagangkan di Pasar Modal

Menurut Bursa Efek Indonesia (2017), instrumen yang

diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka

panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) yang meliputi:


10

1) Saham

Tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

(badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan

terbatas. Saham

merupakan salah satu instrumen pasar modal yang

paling diminati investor. Menerbitkan saham merupakan

salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk

pendanaan perusahaan. Saham merupakan instrumen yang

banyak dipilih oleh investor karena mampu memberikan

tingkat keuntungan yang menarik. Namun, keuntungan yang

diperoleh dari investasi saham sangat fluktuatif dan tidak

pasti.

2) Obligasi

Surat utang jangka panjang yang dapat

diperjualbelikan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan

untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode

tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah

ditentukan (jatuh tempo) kepada pihak pembeli obligasi.

Waktu jatuh tempo obligasi rata-rata lebih dari 5 tahun.

3) Waran

Hak untuk membeli saham atau obligasi dari satu

perusahaan dengan harga yang telah ditentukan

sebelumnya oleh penerbit waran/perusahaan emiten. Waran

umumnya dapat diperdagangkan juga di bursa, sehingga


11

pemilik waran dapat juga mendapatkan keuntungan jika

menjual waran dengan harga yang lebih tinggi dari harga

beli.

4) Right

Efek yang memberikan hak kepada pemegang saham

lama untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan

oleh emiten pada proporsi dan harga tertentu.

5) Reksa Dana

Salah satu alternatif investasi bagi masyarakat

pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak

memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko

atas investasi yang dilakukan. Reksa dana dirancang

sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat

yang memiliki modal, keinginan untuk melakukan investasi,

namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan terbatas.

Selain itu, reksa dana juga diharapkan dapat meningkatkan

peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal.

6) Instrumen Derivatif

Efek turunan dan efek utama baik yang bersifat

penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti

turunan langsung dari efek utama maupun turunan

selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian

yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan

kinerja aset lain. Aset lain disebut sebagai underlying asset.


12

2. Teori Sinyal (Signaling Theory)

Menurut Brigham dan Houston (2013), menyatakan bahwa

sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen

perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang

bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.

Menurut Tearney (2000) dalam Estiyanti dan Yasa (2011)

teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara

manajemen perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan

dengan informasi tertentu. Asimetri informasi adalah suatu kondisi

dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak

lain. Asimetri informasi terjadi karena manajemen perusahaan

mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan

prospek yang akan datang daripada pihak eksternal. Kurangnya

informasi pihak eksternal menyebabkan mereka kesulitan untuk

menilai prospek perusahaan (Kodrat dan Herdinata, 2009:16).

Teori sinyal dalam penelitian ini menjelaskan bahwa

manajemen perusahaan sebagai pihak yang memberikan sinyal

berupa laporan keuangan perusahaan dan informasi non keuangan

kepada lembaga pemeringkat. Lembaga pemeringkat obligasi ini

melakukan proses pemeringkatan sehingga dapat menerbitkan

peringkat obligasi bagi perusahaan penerbit obligasi ini. Peringkat

obligasi ini memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan

pembayaran utang sebuah perusahaan ( Sartono,1996 dalam

Thamida dan Lukman, 2013).


13

3. Obligasi

a. Pengertian Obligasi

Menurut Bursa Efek Indonesia (2017), obligasi dapat

didefinisikan sebagai surat utang jangka panjang menengah

yang dapat diperjualbelikan yang berisi janji dari pihak yang

menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada

periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang

telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi. waktu jatuh

tempo obligasi rata-rata lebih dari 5 tahun.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:12), obligasi

merupakan salah satu sumber pendanaan bagi pemerintah dan

perusahaan yang dapat diperoleh dipasar modal. Secara

sederhana obligasi (bond) adalah surat berharga yang

menunjukan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana

kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar

bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi pokok hutang

pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak obligasi

tersebut.

Menurut Fahmi (2015:160), obligasi merupakan surat

berharga yang dijual kepada publik, dimana di sana

dicantumkan berbagai ketentuan yang menjelaskan berbagai

hal seperti nilai nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu,

nama penerbit dan beberapa ketentuan lainnya yang terjelaskan

dalam undang-undang yang disahkan oleh lembaga terkait.


14

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

obligasi adalah surat utang jangka panjang yang dapat

diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan yang berisi

janji antara pihak penerbit dan investor yang memberikan

pendapatan tetap dengan memberikan keuntungan kepada

investor berupa bunga (kupon) maupun selisih antara harga beli

dan harga pari. Pada tanggal jatuh tempo yang sudah

ditentukan, pihak penerbit obligasi wajib mengembalikan pokok

utang kepada investor.

b. Karakteristik Obligasi

Secara umum, obligasi merupakan produk

pengembangan dari surat utang jangka panjang. Prinsip utang

jangka panjang dapat dicerminkan dari karakteristik atau

struktur yang melekat pada sebuah obligasi. Menurut

Latumaerissa (2011:367) obligasi memiliki beberapa

karakteristik antara lain sebagai berikut:

1) Nilai nominal (face value), nilai pokok dari suatu obligasi

yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat

obligasi tersebut jatuh tempo.

2) Kupon (interest rate), nilai bunga yang diterima pemegang

obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon

obligasi adalah setiap tiga atau enam bulanan).

3) Jatuh tempo (maturity), tanggal dimana pemegang obligasi

akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai


15

nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo

obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas

5 tahun.

4) Penerbit/emiten (issuer), dengan mengetahui dan mengenal

penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam

melakukan investasi obligasi retail. Mengukur resiko atau

kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan

pembayaran kupon atau pokok obligasi tepat waktu (default

risk) dapat dilihat dari peringkat atau rating obligasi yang

dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat dalam hal ini

lembaga pemeringkatan PT PEFINDO.

c. Jenis-Jenis Obligasi
Menurut Bursa Efek Indonesia 2017, jenis-jenis obligasi

memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:

1) Berdasarkan Penerbit Obligasi/Issuer

a) Corporate Bonds

Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik

yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN) atau

badan usaha swasta.

b) Government Bonds

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat

dengan tujuan untuk kepentingan pemerintah atau skala

nasional. Jaminan yang diberikan berupa alokasi

pendapatan yang didapatkan dari pajak atau penerimaan


16

negara lainnya.

c) Multicipal Bond

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah

untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan

kepentingan publik (public utility). Dana yang diperoleh

dari hasil obligasi tersebut dapat digunakan untuk

kepentingan umum atau proyek swasta yang digunakan

untuk kepentingan umum.

2) Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga

a) Zero Coupon Bonds

Obligasi yang tidak melakukan pembayaran

bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok

dibayarkan sekaligus saat jatuh tempo.

b) Coupon Bonds

Obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan

secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.

c) Fixed Coupon Bonds

Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah

ditetapkan sebelum masa penawaran perdana dan akan

dibayarkan secara periodik.

d) Floating Coupon Bond

Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang

ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan

suatu acuan (brenchmark) tertentu seperti average time


17

deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku

bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.

3) Berdasarkan Hak Penukaran/Opsi

a) Convertible Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada

pemegang obligasi untuk mengkoversikan obligasi

tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.

a) Exchangeable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada

pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke

dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik

penerbitnya.

b) Collable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada

emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga

tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

c) Putable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada investor

yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali

obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi itu.

4) Berdasarkan Jaminan atau Kolateralnya

a) Secured Bonds

Obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari

penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga.


18

b) Unsecured Bonds

Obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan

tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya

secara umum.

5) Berdasarkan Nilai Nominal

a) Conventional Bonds

Obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu

nominal Rp.1 miliar per satu lot.

b) Retail Bond

Obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai

nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun

government bonds.

6) Berdasarkan Perhitungan Imbal Hasil

a) Obligasi Konvensional

Obligasi yang diperhitungkan dengan

menggunakan sistem kupon bunga.

b) Obligasi Syariah

Obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan

menggunakan bagi hasil.

d. Risiko Investasi Obligasi

Sama seperti investasi pada instrumen pasar modal

lainnya, investasi obligasi juga memiliki risiko. Besar kecilnya

risiko tergantung pada jenis dan issuer obligasi. Menurut Zubir

(2012: 53), mengemukakan bahwa ada beberapa potensi risiko


19

yang dihadapi investor dalam investasi obligasi adalah sebagai

berikut:

1) Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk)

Harga obligasi berbanding terbalik dengan tingkat

bunga pasar. Apabila tingkat bunga pasar naik, maka harga

obligasi akan turun. Investor yang menjual obligasi ketika

tingkat bunga pasar naik, maka akan mengalami kerugian.

Obligasi yang memiliki jangka waktu jatuh tempo lama lebih

besar potensi risiko tingkat bunga yang dihadapi investor.

Untuk meminimumkan risiko tingkat bunga, sebaiknya

investor tetap memegang obligasi sampai jatuh tempo.

2) Risiko Gagal Bayar (Default Risk)

Risiko dimana issuer tidak dapat membayar pinjaman

pokok pada saat jatuh tempo. Obligasi pemerintah tidak

akan mengalami risiko gagal bayar karena dijamin oleh

alokasi pendapatan negara. Obligasi yang mungkin terjadi

default risk adalah obligasi perusahaan. Risiko gagal bayar

obligasi perusahaan bergantung pada kesehatan keuangan

perusahaan yang tercermin pada neraca dan laporan laba

ruginya. Untuk melindungi investor dari risiko gagal bayar,

maka diterbitkan peringkat obligasi (rating bonds). Peringkat

obligasi diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang

independen. Peringkat obligasi mencerminkan keamanan

obligasi atau kemampuan perusahaan dalam membayar


20

kewajibannya. Obligasi dengan peringkat tertinggi memiliki

tingkat keamanan yang paling tinggi.

3) Call Risk

Risiko yang timbul karena obligasi dibeli kembali oleh

issuer pada harga tertentu sebelum jatuh tempo dan

menguntungan issuer. Issuer akan membeli kembali obligasi

apabila tingkat bunga pasar berada di bawah coupon rate.

4) Purchasing Risk

Risiko yang disebabkan oleh inflasi yang akan

menggerus return obligasi tersebut. Kupon yang diterima

investor adalah tetap, sementara daya belinya akan turun

dengan adanya inflasi. Untuk menghadapi inflasi tersebut,

investor akan memilih obligasi yang memberikan return yang

lebih tinggi dari tingkat obligasi.

5) Reinvestment Risk

Risiko atas return investasi kupon obligasi. Semua

obligasi memiliki risiko reinvestasi tersebut. Kupon yang

diterima investor diinvestasikan kembali pada tingkat bunga

yang lebih rendah dari coupon rate. Obligasi yang tidak

memiliki risiko reinvestasi adalah zero coupon bond.

6) Liquidity Risk

Risiko yang dihadapi investor karena obligasi tidak

diperdagangkan secara aktif di bursa dan tidak ada harga

yang jelas. Untuk meminimalisir terjadi risiko tersebut,


21

investor sebaiknya mencari obligasi yang aktif

diperdagangkan di bursa.

4. Ukuran Perusahaan

Menurut Machfoeds (1994) dalam Ibrahim (2008),

menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah skala dimana dapat

diklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan menurut berbagai

cara, antara lain: total aktiva, log size ,nilai pasar saham dan lain-

lain. Sedangkan menurut Ryanto (2008:313), ukuran perusahaan

merupakan penggambaran besar kecilnya perusahaan yang di

tunjukkan pada total aset, jumlah rata-rata penjualan dan total

ekuitas yang dimiliki perusahaan.

Menurut Elton dan Grubber (1995) dalam Rukmana (2016),

menyatakan bahwa perusahaaan yang besar memiliki tingkat resiko

yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.

Semakin besar perusahaan, potensi mendiversifikasikan risiko non-

sistematik semakin besar, sehingga membuat risiko obligasi

perusahaan tersebut menurun. Semakin kecil risiko obligasi

perusahaan, maka semakin tinggi pula peringkat obligasi yang

diperoleh perusahaan tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar

kecilnya suatu perusahaan yang diukur dengan total aset,

penjualan dan ekuitas, dimana perusahaan yang besar memiliki

jumlah aset, penjualan dan ekuitas yang besar pula. Sehingga


22

perusahaan tersebut memiliki risiko kebangkrutan atau kegagalan

yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perusahaan kecil.

5. Umur Obligasi

Umur obligasi adalah tanggal dimana pemegang obligasi

akan menerima uang pokok pinjaman yang jumlahnya sebesar nilai

nominalnya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365

hari sampai dengan 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam

waktu satu sampai lima tahun akan lebih mudah untuk diprediksi,

sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan

obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu yang lebih

panjang. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu

obligasi, semakin tinggi kupon atau bunganya (Tandelilin 2010:42).

Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur

yang lebih panjang karena memiliki resiko yang lebih besar. Umur

obligasi yang pendek ternyata menunjukkan peringkat obligasi

investment grade (Magreta dan Nurmayanti, 2009).

6. Peringkat Obligasi

a. Pengertian Peringkat Obligasi

Menurut Foster (1986) dalam Susilowati dan Sumarto

(2010: 165), rating atau peringkat merupakan sebuah

pernyataan tentang keadaan penghutang dan kemungkinan

apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan

hutang yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa rating

mencoba mengukur resiko default, yaitu peluang emiten atau


23

peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi

kewajiban keuangannya.

Menurut Hartono (2015:230) , peringkat obligasi (bond

rating) adalah symbol-simbol atau karakter yang diberikan oleh

agen pemeringkat untuk menunjukkan risiko dari obligasi yang di

terbitkan.

Menurut Sitorus, (2015:103), peringkat utang atau surat

utang adalah penilaian terhadap kelayakan kredit, kemampuan

membayar kembali utang dan kemungkinan gagal bayar

(probability of default).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan peringkat obligasi

adalah sebuah pernyataan tentang keadaan penghutang dan

kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubung

dengan hutang yang dimilikinya. Dimana peringkat mencoba

mengukur risiko kegagalan , yaitu peluang emiten atau peminjam

akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban

keuangan.

b. Manfaat Peringkat Obligasi

Adapun manfaat dari pemeringkatan obligasi bagi

investor menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:44) yaitu:

1) memberikan informasi atas risiko suatu investasi yang

dilakukan investor untuk investasi atas surat berharga

utang.
24

2) Sebagai referensi dalam menentukan tingkat kembalian

yang wajar.

3) Penghemat biaya dalam mendapatkan informasi risiko suatu

investasi.

4) Perspektif pilihan investasi yang beragam sesuai risiko yang

melekat.Secara umum, bond rating merupakan suatu tingkat

pengukuran kualitas dan keamanan dari sebuah bond yang

didasarkan oleh kondisi finansial dari bond issuer.

c. Arti Peringkat Obligasi

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

13/31/DPNP tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga

Pemeringkat dan Pemeringkat yang diakui Bank Indonesia,

terdapat tiga lembaga pemeringkat yaitu PT. PEFINDO, PT.

Fitch Ratings Indonesia dan PT. ICRA Indonesia. PT. PEFINDO

merupakan lembaga pemeringkat tertua di Indonesia, yakni

berdiri sejak tahun 1993. Sedangkan PT. Fitch Ratings Indonesia

dan PT. ICRA baru diakui di Indonesia tahun 2008 dan 2010. Di

antara ketiga lembaga pemeringkat obligasi tersebut, PT.

PEFINDO adalah yang paling banyak digunakan jasanya oleh

perusahaan. Selain ketiga lembaga tersebut, lembaga

pemeringkat yang digunakan jasanya oleh perusahaan di

Indonesia adalah Standard & Poor’s Corporation dan Moody’s

Investor Service.

Setiap lembaga pemeringkatan mempunyai karakteristik


25

simbol peringkat yang berbeda-beda tetapi mempunyai

pengertian yang sama. Peringkat obligasi yang dikeluarkan

oleh PT. PEFINDO menggunakan awalan “id” menunjukkan

bahwa peringkat obligasi disesuaikan dengan kondisi Indonesia.

Berikut ini merupakan arti dari peringkat obligasi yang

digunakan oleh lembaga pemeringkat. Arti peringkat obligasi

yang digunakan oleh PT. PEFINDO disajikan dalam tabel 2.1

Tabel 2.1
Arti Peringkat Obligasi PT. PEFINDO
Peringkat Arti
IdAAA
Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan
berisiko paling rendah yang didukung oleh obligor
yang superior relatif dibanding entitas Indonesia
lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka
panjangnya sesuai dengan perjanjian
IdAA Efek utang yang memiliki kualitas kredit sedikit
dibawah peringkat tertinggi, didukung oleh
kemampuan obligor yang sangat kuat untuk
memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya
sesuai dengan perjanjian, relatif dibandingkan
dengan entitas Indonesia lainnya dan tidak mudah
dipengaruhi oleh perubahan keadaan
IdA
Efek utang yang berisiko investasi rendah dan
memiliki kemampuan dukungan obligor yang kuat
dibanding entitas Indonesia lainnya untuk
memenuhi kewajiban financial sesuai dengan
perjanjanjian namun kemampuan tersebut dapat
diperlemah oleh keadaan bisnis dan perekonomian
yang merugikan
IdBBB Efek utang yang berisiko investasi rendah dan
memiliki kemampuan dukungan obligor yang cukup
dibanding entitas Indonesia lainnya untuk
memenuhi kewajiban financial sesuai dengan
perjanjanjian namun kemampuan tersebut dapat
diperlemah oleh keadaan bisnis dan perekonomian
yang merugikan
26

Lanjutan tabel 2.1


Peringkat Arti
IdBB Efek utang yang menunjukkan dukungan
kemampuan obligor yang agak lemah relatif
dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya
untuk memenuhi kewajiban financial jangka
panjangnya sesuai dengan perjanjian serta peka
terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang
tidak menentu dan merugikan
IdB
Efek utang yang menunjukkan parameter
perlindungan yang sangat lemah. Walaupun obligor
masih memiliki kemampuan untuk memenuhi
keawajiban financial jangka panjangnya, namun
adanya perubahan keadaan bisnis dan
perekonomian yang merugikan akan memperburuk
kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajiban
financial perusahaan
Efek utang yang tidak lagi mampu memenuhi
IdCCC kewajiban financial serta hanya bergantung kepada
perbaikan keadaan eksternal
Efek utang macet atau emitennya sudah berhenti
IdD
berusaha
Sumber : PT. Pefindo

Catatan :

Tanda tambah (+) atau kurang (-) dapat dicantumkan

dengan peringkat mulai dari AAA hingga CCC. Tanda tambah (+)

menunjukan bahwa suatu kategori peringkat lebih mendekati

kategori peringkat yang diatasnya. Tanda kurang (-) berarti

bahwa suatu kategori peringkat tetap lebih baik dari kategori

peringkat dibawahnya, walaupun makin mendekati.

7. Penelitian Terdahulu

a. Yuliana (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi prediksi peringkat obligasi pada perusahaan


27

keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel

independen yang digunakan antara lain size, leverage,

profitabilitas, produktivitas, market value ratio, jaminan, dan

reputasi auditor. Variabel dependennya adalah prediksi

peringkat obligasi. Penelitian ini menggunakan regresi linear

berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa size,

profitabilitas, jaminan, dan reputasi auditor memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi.

Sedangkan leverage, produktivitas, market value ratio tidak

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap prediksi

peringkat obligasi.

b. Vina (2017) meneliti tentang Analisis pengaruh reputasi auditor,

umur obligasi, likuiditas ,dan produktivitas perusahaan terhadap

peringkat obligasi pada perusahaan Go Public di Bursa Efek

Indonesia. Variabel independennya antara lain, reputasi auditor,

umur obligasi, likuiditas ,dan produktivitas perusahaan. Variabel

dependennya adalah prediksi peringkat obligasi. Hasil penelitian

menunjukan bahwa umur obligasi dan reputasi auditor

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap prediksi peringkat

obligasi. Sedangkan likuiditas dan produktivitas perusahaan

tidak berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi.

c. Aries (2015), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen dari penelitian ini


28

Probabilitas, likuiditas, ukuran peusahaan, leverage dan umur

obligasi. Variabel dependennya adalah peringkat obligasi.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa probabilitas, likuiditas, ukuran

peusahaan, leverage dan umur obligasi secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

B. KERANGKA PIKIR

Gambar 2.1
Kerangka Pikir
PERUSAHAAN SEKTOR
KEUANGAN DI BURSA EFEK
INDONESIA

UKURAN PERUSAHAAN UMUR OBLIGASI

PERINGKAT OBLIGASI

KESIMPULAN DAN SARAN

Keterangan :

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan

sektor keuangan, didalam penelitian ini penulis menggunakan ukuran

perusahaan dan umur obligasi untuk mengetahui pengaruhnya

terhadap peringkat obligasi. Kemudian berdasarkan hasil penelitian


29

akan dapat diperoleh kesimpulan serta dapat memberikan saran dan

rekomendasi kepada investor dalam mempertimbangkan untuk

melakukan investasi yang nantinya akan dikembalikan kepada

perusahaan sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia.

C. HIPOTESIS

Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka

pikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dibuat hipotesis yaitu:

1. Ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap peringkat obligasi pada perusahaan sektor keuangan di

Bursa Efek Indonesia.

2. Umur obligasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

peringkat obligasi pada perusahaan sektor keuangan di Bursa Efek

Indonesia.

3. Ukuran perusahaan dan umur obligasi secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi pada

perusahaan sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan pada Galeri Investasi STIM Nitro

Makassar yang berlokasi di Jl. Prof. Abdurrahman Basalamah No.101

Makassar. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini

selama 1 (satu) bulan.

B. JENIS DAN SUMBER DATA

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Kuantitatif yaitu data berupa laporan keuangan

perusahaan antara lain neraca.

b. Data Kualitatif yaitu data yang berupa tulisan yang diperoleh

dari berbagai sumber seperti studi pustaka, literatur, dan jurnal

yang berkaitan dengan penelitian.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan mengumpulkan

dokumen sumber lainya yang tertulis, berupa laporan keuangan

perusahaan yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek

Indonesia (www.idx.co.id) dan data peringkat obligasi perusahaan

yang diperoleh dari website resmi PT. PEFINDO (www.pefido.co.id)

30
31

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

maka penulis menggunakan prosedur pengumpulan data sebagai

berikut

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan ini digunakan dengan cara peneliti

mengumpulkan data dan informasi serta mempelajari beberapa

referensi, buku-buku literatur, dan karya ilmiah yang berkaitan

dengan topik yang diangkat oleh peneliti.

2. Dokumentasi (Documentation Research)

Penelitian dokumentasi (Documentation Research), yaitu

pengumpulan data yang diperoleh secara langsung oleh penulis

pada Bursa Efek Indonesai (BEI) melalui Galeri Investasi STIM

Nitro Makassar.

D. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek atau subjek yang memiliki kualitas atau karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiono, 2012:115). Adapun dalam penelitian ini yang

dijadikan populasi adalah seluruh perusahaan sektor keuangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2014

sampai dengan 2016 yang berjumlah 82 perusahaan.


32

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang terdiri atas

sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sugiono, 2012:116).

Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode purposive sampling. Purposive Sampling adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan dan berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu (Sugiono, 2012:122).

Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada periode penelitian, yaitu tahun 2014 - 2016.

b. Perusahaan sektor keuangan yang memiliki peringkat obligasi

yang diterbitkan oleh PT. PEFINDO pada periode penelitian,

yaitu 2014 - 2016.

c. Perusahaan sektor keuangan yang menerbitkan dan

mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit

selama periode penelitian tahun 2014-2016.

Berdasarkan pada kriteria diatas, terdapat 13 perusahaan

sektor keuangan yang memenuhi syarat tersebut, yaitu

Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia yang Menjadi Sampel Penelitian

No. Kode saham Nama Perusahaan

1 BBKP PT Bank Bukopin, Tbk


2 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
3 BBTN PT Bank Tabungan Negara Tbk.
4 BDMN PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
33

Lanjutan Tabel 3.1

No. Kode saham Nama Perusahaan

5 BJBR PT Bank Jabar Banten Tbk.


6 BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
7 BNLI PT Bank Permata Tbk.
8 BVIC PT Bank Victoria Internasional Tbk.
9 NISP PT Bank NISP OCBC Tbk.
10 PNBN PT Bank Pan Indonesia Tbk.
11 MAYA PT Bank Mayapada International Tbk.
12 ADMF PT Adira Dinamika Multifinance Tbk.
13 BPFI PT Batavia Prosperindo Tbk.
Sumber : Data diolah penulis

E. DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN

DefInisi operasional dari penelitian ini adalah:

1. Peringkat Obligasi (Bond Rating)

Peringkat obligasi dalam penelitian ini didefinisiskan

sebagai penaksiran kelayakan kredit penghutang terhadap

kewajiban tertentunya. Variabel peringkat obligasi dikelompokkan

menjadi dua kategori yaitu:

a. Investment Grade untuk perusahaan yang resiko defaultnya

rendah. Kategori ini dinyatakan dalam peringkat AAA, AA,A,BBB.

b. Non Investment Grade untuk perusahaan yang resiko defaultnya

tinggi. Kategori ini dinyatakan dalam peringkat BB, B, CCC,D.

Pengukuran variabel ini dilakukan dengan memberikan

pada masing-masing peringkat dengan mengacu pada penelitian


34

terdahulu serta disesuaikan dengan kategori peringkat obligasi

yang dilakukan oleh PT. PEFINDO. Berikut adalah hasil konversi

rating untuk sampel yang digunakan dalam penelitian ini dari rating

yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO dan diakui oleh Bank

Indonesia.

Tabel 3.2
Hasil Konversi Rating
AAA+ 18 BBB+ 9

AAA 17 BBB 8

AAA- 16 BBB- 7

AA+ 15 BB+ 6

AA 14 BB 5

AA- 13 BB- 4

A+ 12 B+ 3

A 11 B 2

A- 10 B- 1

Sumber: Bank Indonesia, 2013

2. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan (Firm Size) dalam penelitian ini dapat di

definisikan sebagai sebagai pengukur yang menunjukkan besar

kecilnya suatu perusahaan yang diukur dengan menggunakan

aset, penjualan dan jumlah ekuitas perusahaan. Ukuran

perusahaan ini di proksikan dengan menggunakan logaritma

natural sebagai berikut:

Ukuran perusahaan (Size) = Ln Total Aset


35

3. Umur Obligasi

Umur obligasi dalam penelitian ini didefinisiskan sebagai

jangka waktu sejak diterbitkannya obligasi sampai dengan tanggal

jatuh tempo obligasi. Skala pengukuran umur obligasi

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aditianto dan

Manurung 2013, maka umur obligasi dalam penelitian ini di

proksikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Umur Obligasi = Jangka Waktu Jatuh Tempo

F. ANALISIS DATA

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model

regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan

repsesentatif. Ada empat pengujian dalam uji asumsi klasik yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal (Ghozali, 2013:160). Pengujian normalitas yang

digunakan dalam model regeresi ini adalah uji statistik dengan.

analisis grafik histogram dan normal probability plots.

Uji normalitas dengan menggunakan analisis histogram

atau grafik ini dapat dilakukan dengan melihat pada grafik

distribusi normal. Data dikatakan normal jika bentuk kurva

memiliki kemiringan yang cukup imbang, bail dari sisi kiri


36

maupun sisi kanan dan kurva menyerupai berbentuk lonceng

yang hamper sempurna. Sedangkan uji normalitas dengan

menggunakan probability plots bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel dependen dan independen

memiliki distribusi normal atau tidak.

Dasar pengambilan keputusan dalam deteksi normalitas:

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak

mengikuti arah garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali,

2013:105). Dalam penelitian ini nilai tolerance dan VIF digunakan

untuk mendeteksi adanya masalah multikolinieritas. Kedua

ukuran tersebut menunjukan setiap variabel independen

manakah yang dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (VIF =

1/tolerance). Apabila suatu model regresi memiliki nilai tolerance

≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.maka telah terjadi

multikolinieritas. Sebaliknya, apabila suatu model regresi

memiliki nilai tolerance ≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10


37

maka tidak terjadi multikolinieritas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

tahun periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya) (Ghozali, 2013:110). Untuk mendeteksi

autokorelasi dapat dilakukan Uji autokorelasi menggunakan uji

Durbin-watson test (DW). keputusan ada tidaknya autokorelasi

dilihat dari nilai DW terletak diantara nilai du dan 4-du

(du<DW<4-du). Berarti tidak ada autokorelasi. Autokorelasi

muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lainnya.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,

2013:139). Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas

dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu

pada grafik scatterplot atau nilai prediksi variabel dependen

(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar analisis sebagai

berikut:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titk-titik yang ada membentuk

pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.


38

2) Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis linear berganda adalah analisis untuk melihat

langsung pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel

terikat (Kuncoro, 2009:235). Pada penelitian ini, analisis regresi

berganda digunakan dengan bantuan SPSS versi 21 untuk

mengetahui pengaruh ukuran perusahaan dan umur obligasi

terhadap peringkat obligasi Adapun persamaan regresi berganda

adalah sebagai berikut (Gujarati dan Porter, 2010:245)

Y = β0+β1 X1+β2 X2 +е

Keterangan:

Y = Peringkat Obligasi

β0 = Konstanta

X1 = Ukuran Perusahaan

X2 = Umur Obligasi

β1 = β 2 = Koefisien Variabel

e = Residual

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

hipotesis t (parsial) dan uji hipotesis F (simultan)

a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan pengaruh


39

variabel independen secara individual terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2013:98). Uji statistik t dapat dilakukan

dengan melihat probability value. Apabila probability value <

0,05, maka Ho ditolak atau Ha diterima (terdapat pengaruh

secara parsial) dan apabila probability value > 0,05, maka Ho

diterima atau Ha ditolak (tidak terdapat pengaruh secara

parsial).

b. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)

Menurut Sugiyono (2012:192) uji F digunakan untuk

mengetahui apakah secara simultan koefisien variabel bebas

mempunyai pengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat.

Untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat secara

bersama-sama dengan α= 0,05. Maka cara yang dilakukan

yaitu

1) Bila (P-Value) < 0,05 artinya variabel independen secara

simultan mempengaruhi variabel dependen.

2) Bila (P-Value) > 0,05 artinya variabel independen secara

simultan tidak mempengaruhi variabel dependen.

c. Uji Detererminan (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghozali,2013:97). Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang


40

mendekati nol berati kemampuan variasi variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM UNIT PENELITIAN

1. PT Bank Bukopin Tbk.

Bank Bukopin adalah bank swasta nasional di Indonesia

yang pelanggannya adalah perorangan, perusahaan swasta, badan

usaha milik negara (BUMN dan institusi pemerintah). Perusahaan

membagi segmen usahanya menjadi bisnis ritel (usaha mikro, kecil

dan menengah/konsumen) dan komersial

Perusahaan ini telah mengalami pertumbuhan aset yang

signifikan dari Rp 65,7 triliun pada 31 Desember 2012 menjadi

Rp69,5 triliun pada 31 Desember 2013, mencapai Rp 79,1 triliun

pada 31 Desember 2014. Pada periode yang sama, kredit yang

diberikan ke ritel dan bisnis komersial Rp 45,5 triliun pada 31

Desember 2012, meningkat menjadi Rp 485 triliun pada 31

Desember 2013 dan Rp 55,3 triliun pada 31 Desember 2014.

Jumlah simpanan nasabah meningkat dari Rp 54,0 triliun

pada 31 Desember 2012 menjadi Rp 55,8. triliun pada 31

Desember 2013 dan mencapai Rp 65,4 triliun pada 31 Desember

2014. Pada saat bersamaan, proporsi penghematan biaya rendah

meningkat dari Rp13,8 triliun pada 31 Desember 2012 menjadi

Rp14,3 triliun pada 31 Desember 2013 dan Rp 15,4 triliun pada 3

Desember 2014 atau meningkat dari 25,4%, pada 31 Desember

41
42

pada 31 Desember 2013 dan 23,6% pada tanggal 31 Desember

2014.

Perusahaan ini sekarang akan memfokuskan kegiatan

usahanya pada pendanaan, pinjaman, dan pendapatan berbasis

biaya melalui basis pelanggan dan strategi kualitas, serta strategi

fokus transaksional. Strategi tersebut diterapkan dengan berfokus

pada empat area prioritas segmen pelanggan, pengembangan

produk, distribusi saluran dan proses bisnis.

2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (“BRI”,“Bank”,

atau “Perseroan”) dimulai sejak 16 Desember 1895 di Purwokerto,

Jawa Tengah dengan nama “Hulp en Spaarbank der Inlandsche

Bestuurs Ambtenaren” yang setelah beberapa kali mengalami

perubahan nama kemudian resmi ditetapkan menjadi Bank Rakyat

Indonesia sejak 16 Desember 1968 berdasarkan UU No.21 tahun

1968. Sejak tahun 1992, status BRI berubah menjadi Perseroan

Terbatas dengan 100% kepemilikan BRI ditangan pemerintah

Republik Indonesia yang kemudian pada tahun 2003, BRI

melakukan Initial Public Offering (IPO) sehingga komposisi

kepemilikan saham pemerintah di BRI menjadi 56.75%, sementara

sisanya sebesar 43,25% dimiliki oleh pemegang saham publik.

Sebagai bank komersial tertua, BRI konsisten memberikan

pelayanan kepada segmen usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM) dan hingga saat ini BRI tetap mampu menjaga komitmen
43

tersebut di tengah kompetisi industry perbankan Indonesia. Dengan

dukungan pengalaman dan kemampuan yang matang dalam

memberikan layanan perbankan, terutama pada segmen UMKM,

BRI mampu mencatat prestasi selama 10 tahun berturutturut

sebagai bank dengan laba terbesar. Keberhasilan ini adalah hasil

kerja keras segenap insan BRI, yang secara terus menerus

menambah kompetensi, berinovasi dan mengembangkan produk

dan jasa perbankan bagi semua segmen bisnis.

BRI terus berupaya menyelaraskan pengembangan

bisnisnya dengan perkembangan demografi masyarakat dengan

senantiasa mengembangkan layanannya,sesuai dengan kebutuhan

masyarakat Indonesia. Selain fokus pada segmen UMKM, BRI juga

terus mengembangkan berbagai produk consumer banking dan

layanan institusional bagi masyarakat perkotaan. Untuk mendukung

upaya tersebut, BRI terus mengembangkan jaringan kerja sehingga

kini tercatat sebagai bank terbesar dalam hal jumlah unit kerja di

Indonesia, yaitu berjumlah 10.396 unit kerja termasuk 3 kantor

cabang yang berada di luar negeri, yang seluruhnya terhubung

secara real time online.

3. PT Bank Tabungan Negara Tbk.

Bank BTN adalah penyedia hipotek terbesar di Indonesia

dengan 27,5% pangsa pasar dalam hipotek. Sampai saat ini, kami

telah membiayai sekitar3,5 juta rumah. Kami telah secara konsisten

fokus pada pembiayaan perumahan, sejak kami memelopori kpr


44

pertama di Indonesia pada 10 Desember 1976. Bank BTN

menawarkan dua jenis KPR. Pertama, program hipotek pemerintah

yang merupakan program hipotek didukung oleh pemerintah untuk

membantu masyarakat berpenghasilan rendah untuk membeli

rumah, dan kedua adalah hipotek komersial. Kami mendominasi

pangsa pasar program hipotek pemerintah dengan pangsa pasar

95%. Kami juga merupakan pelopor sekuritisasi KPR di Indonesia.

Setelah proses administrasi yang ketat dan memenuhi persyaratan

legal dan peraturan sekuritisasi KPR, kami berhasil meluncurkan

sekuritisasi hipotek pertama di tahun 2009. Sampai dengan tahun

2014, kami telah melakukan sekuritisasi sekuritisasi selama 7

(tujuh) kali dengan rating idAAA.

Pemerintah Indonesia adalah pemegang saham terbesar

kami dengan kepemilikan 60,13%. Bank BTN merupakan bank

kesembilan terbesar yang terdiri dari 119 bank di Indonesia dalam

hal aset dan bank dengan jumlah ketujuh dari 119 bank dalam hal

pinjaman. Kami telah secara aktif terlibat dalam program inklusi

keuangan. Pada tahun 2010, Bank Tabungan Bank Dunia (wsB),

bekerja sama dengan Bill & Melinda Gates Foundation, memberi

Bank BTN untuk berpartisipasi dalam program tabungan dua kali

lipat WSBI untuk memperbaiki akses keuangan terhadap

masyarakat miskin. Bank BTN tercatat di Bursa Efek Indonesia

pada tanggal 17 Desember 2009. Menjadi perusahaan publik

memungkinkan kami untuk meningkatkan kualitas tata kelola


45

dan transparansi. Kami berkomitmen untuk mempertahankan

aktivitas bisnis kami dengan menerapkan prinsip-prinsip Tata

Kelola Perusahaan yang Baik sebagai panduan.

4. PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

Bank Danamon Indonesia Tbk. (Dana mon) didirikan pada

tahun 1956 dan pada 30 Juni 2014 mengoperasikan jaringan lebih

dari 2.400, termasuk antara lain cabang konvensional, unit

Danamon Simpan pinjam (DSP) dan Syariah serta cabang-

cabangnya, di samping lebih dari 1400 ATM dan mesin cash

deposit.

Danamon fokus melayani segmen mass market, khususnya

sektor usaha mikro melalui DSP. Danamon juga memiliki kehadiran

yang signifikan di usaha kecil dan menengah (UKM) dan

menyediakan produk dan layanan untuk segmen komersial,

korporasi, syariah, dan ritel.

Selain produk dan layanan perbankan, Danamon juga

menyediakan pembiayaan dan asuransi melalui tiga anak

usahanya. PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance),

perusahaan pembiayaan otomotif terkemuka di Indonesia PT

Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance), perusahaan asuransi

umum dan kesehatan, dan PT Adira Quantum Multifinance (Adira

Kredit), perusahaan pembiayaan barang tahan lama.

Danamon baru-baru ini menduduki peringkat kedua dalam

Annual Report Award 2012 yang diselenggarakan oleh Otoritas


46

Jasa Keuangan (OJK dan Bank Indonesia (BD dalam kategori

Private Financial Listed. Danamon juga dianugerahi 10 Perusahaan

Publik Terdaftar dengan Tata Kelola Perusahaan Terbaik (GCG)

ASEAN Scorecard oleh Institute for Corporate Directorship (ICD).

Secara internasional, Danamon termasuk dalam Forbes Global

2000 2013, yang merupakan daftar perusahaan publik terbesar di

dunia yang disusun oleh Majalah Forbes.

5. PT Bank Jawa Barat dan Banten Tbk.

Bank BJB adalah pelopor di antara bank pembangunan

daerah sebagai bank pertama yang melakukan IPO, di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada 8 Juli 2010. bank BJB menawarkan kepada

publik 2.424.072.500 saham Seri B, (termasuk EMSA) dengan

harga penawaran dari Rp600 per saham dengan total dana hasil

IPO sekitar Rp1,4 triliun. Saham yang ditawarkan kepada publik

setara dengan 25% dari total saham yang ditempatkan dan disetor

penuh. Dana dari Penawaran digunakan oleh bank bjb untuk

memperkuat modal Perusahaan untuk mendukung ekspansi kredit,

terutama di sektor UKM, perluasan jaringan dan pengembangan

teknologi informasi. Rencana bjb bank masa depan termasuk

memusatkan pertumbuhan di sektor UKM dengan dukungan sektor

konsumen yang ada. Penawaran umum perdana bank bjb

memperoleh minat yang relatif besar baik dari investor dalam

maupun luar negeri.

Seiring waktu, bank bib terus berkembang sesuai dengan


47

tujuan bisnis yang direncanakan Tidak diragukan lagi ada banyak

tantangan yang harus dihadapi. Namun satu hal yang pasti, bank

bjb berdiri komitmen untuk selalu meningkatkan kualitas di semua

bidang agar memberikan nilai lebih bagi pelanggan. Itulah landasan

bisnis bank bjb. Bahkan di tengah dinamika lingkungan bisnis

sepanjang 2013, bank bjb tetap fokus pada peningkatan kualitas,

baik dari aspek kinerja, layanan dan sumber daya manusia. bank

bjb yakin, melalui peningkatan kualitas, bank bjb akan dapat

berkembang secara berkelanjutan lebih cepat melalui pemanfaatan

yang optimal dari semua sumber daya yang tersedia. Dengan

demikian, Perseroan terus dapat menciptakan nilai tambah yang

lebih besar bagi semua pemangku kepentingan

6. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Bank Mandiri (BMRI) didirikan pad tanggal 02 Oktober 1998

sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan pemerintah

Indonesia. Bank Mandiri adalah bank terbesar di Indonesia.

Berbagai solusi keuangan Bank Mandiri yang komprehensif untuk

perusahaan swasta besar dan menengah, usaha kecil dan mikro

serta konsumen ritel Di tengah berbagai tantangan eksternal,

Mandiri Group berhasil mencapai sejumlah tonggak penting pada

tahun 2014. Aset konsolidasi berhasil menembus tingkat psikologis

Rp800 triliun untuk mencapai triliun, sementara laba bersih tumbuh

9,2% secara tahunan. Nilai-nilai pemegang saham sebagaimana

tercermin dalam kapitalisasi pasar, naik menjadi triliun pada akhir


48

2014, bahkan sempat menyentuh tingkat tertinggi yang pernah ada,

Rp291,1 triliun pada Maret 2014.

Sehubungan dengan berbagai perbaikan proses bisnis,

Mandiri Group melakukan pengawasan yang disiplin terhadap

mikro-parameter keuangan dan makro-eksternal sehingga

berfungsi sebagai sistem peringatan dini. Proses pengawasan

dilakukan secara proaktif berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik dan berfokus pada penguatan fondasi untuk

mencapai tujuan kami di tiga (3) area fokus bisnis kami (transaksi

grosir, deposito dan pembayaran ritel, dan pembiayaan ritel) serta

pengendalian internal, peningkatan manajemen risiko, dan

peningkatan infrastruktur dan sumber daya manusia,

Sejalan dengan pengembangan produk dan meningkatnya

kompleksitas transaksi, Manajemen juga telah mengambil langkah-

langkah untuk mengoptimalkan fungsi Audit Internal, baik dalam hal

jaminan dan pemberian nasihat, dengan meningkatkan kapasitas

auditor, kapasitas tersebut tidak hanya terbatas pada pengetahuan

dan keterampilan audit, tetapi juga meluas ke pengetahuan tentang

produk dan operasi perbankan. Dengan pengetahuan yang lebih

luas tentang produk perbankan dan operasi perbankan, auditor

dapat memberikan solusi untuk masalah yang terkait dengan

pengendalian internal dan manajemen risiko di setiap unit.

Peningkatan kompetensi auditor juga membantu meningkatkan

koordinasi dengan organisasi pengawas di Kantor Wilayah,


49

terutama dalam hal pencegahan kecurangan dalam bisnis

perbankan mikro.

Komitmen Bank Mandiri dalam penerapan GCG sebagai

upaya untuk tumbuh secara berkelanjutan, mendapat apresiasi dari

masyarakat luas, Pada tahun 2014, Bank Mandiri menerima status

Perusahaan Indonesia Paling Tepercaya di Good Corporate

Governance dari The Indonesian Institute for Corporate

Governance; yang telah diterima Bank Mandiri selama 8 tahun

berturut-turut. Selain itu, Bank Mandiri dianugerahi predikat tertinggi

sebagai "Lembaga Keuangan Terbaik" dalam penerapan GCG dari

sekitar perusahaan publik dengan kapitalisasi pasar terbesar di

Bursa Efek Indonesia, sebagaimana yang dinilai oleh ICG. Terkait

dengan keberhasilan Perusahaan untuk menjaga sistem tata kelola

yang baik, Perusahaan terus berupaya menerapkan GCG dalam 5

(lima) tahap utama: Komitmen Tata Kelola; Struktur pemerintahan;

Mekanisme Pemerintahan; Diseminasi dan Evaluasi.

Bank Mandiri juga tumbuh melalui aliansi strategis dengan

beberapa anak perusahaan besar. Pada tahun 2014, lima anak

perusahaan utama Bank Mandiri, yaitu, Bank Syariah Mandiri,

Mandiri Sekuritas, Layanan Keuangan AXA Mandiri, Mandiri di-

Kesehatan, dan Mandiri Tunas Finance mengalami pertumbuhan

yang signifikan. Total laba dari lima anak perusahaan utama

mencapai Rp1,85 triliun, atau sekitar 9,3% dari laba konsolidasi

Bank Mandiri.
50

7. PT Bank PermataTbk.

Bank Permata didirikan melalui penggabungan dari 5 bank

dibawah pengawasan BPPN (Badan Penyehatan Perbankan

Indonesia, yaitu PT Bank Bali Tbk., PT Bank Universal Tbk., PT

Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot

pada tahun 2002.

Pada tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra

International Tbk. Mengambil alih Permata Bank dan memulai

transformasi besar dari organisasi tersebut.Selanjutnya, sebagai

wujud komitmen mereka kepada Permata Bank, pemegang saham

utama ini meningkatkan kepemilikan bersama mereka menjadi

89,01% pada tahun 2006 dan terus mendukung Bank Permata. PT

Astra International Tbk adalah perusahaan Indonesia terkemuka

dengan pengalaman yang luas di pasar domestik, sementara

Standard Chartered Bank merupakan bank internasional yang

dihormati dengan keahlian dan pengalaman global yang terkemuka

di pasar. Kombinasi unik dari pemegang saham strategis kami telah

menciptakan sinergi dengan menjadi salah satu kekuatan inti kami,

yang unik di industri perbankan Indonesia.

Pada tahun 2014, Bank Permata memberikan kinerja

operasional yang baik dan mempertahankan neraca yang kuat

meskipun angin kencang ketatnya likuiditas dan tingginya suku

bunga di industri perbankan. Dalam mengelola risiko eksternal,

Permata bank terus memantau secara ketat lingkungan ekonomi


51

makro dan menyesuaikan strateginya sesuai untuk memastikan

pertumbuhan berkelanjutan jangka panjang.

Saat ini, Bank Permata telah tumbuh sebagai bank swasta

terkemuka yang menawarkan produk dan layanan yang inovatif dan

komprehensif. Bank Permata yakin dalam memenuhi komitmennya

untuk menawarkan solusi perbankan paling inovatif yang didukung

dengan kualitas layanan terbaik yang paling memenuhi kebutuhan

semua pelanggan Bank Permata.

8. PT Bank Victoria Internasional Tbk.

PT Bank Victoria International Tbk. yang selanjutnya

disingkat Bank Victoria atau Bank komersial didirikan di Jakarta

pada tanggal 5 oktober 1992 sebagai bank umum swasta. Hingga

30 Juni 2015, sebagian besar saham (39,37%) dipegang oleh PT

Victoria Investama Tbk. Pengoperasian Bank dimulai dengan

mengembangkan misi utamanya untuk memberikan layanan terbaik

bagi para astomernya sambil tetap menjaga prinsip kehati-hatian

Sejalan dengan upaya terus-menerus untuk memperbaiki

manajemen risiko dan kinerja keuangannya, Bank Dunia

berinvestasi dalam mengembangkan sumber daya manusianya

untuk menjadi aset yang setia dan signifikan bagi perusahaan

memperbarui teknologi intomasi dan netwark kantornya. serta

merangkul prinsip dan dedikasi untuk mendukung peningkatan

kemampuan individu untuk menjunjung dan menerapkan

prinsipnya.
52

Pada tahun 1999, Bank mencatatkan sahamnya di Bursa

Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Sejak itu, Bank telah

melakukan tindakan aktif korporasi, seperti penawaran umum

terbatas dan penerbitan obligasi. Pada tahun 2007, Bank

menerbitkan Obligasi dan Obligasi subordinasi masing-masing

memiliki nilai Rp200 miliar. Pada tahun 2008, Bank telah

melakukan Penawaran Umum Terbatas (Penawaran Umum

Terbatas) sejumlah Rp11675 miliar bersamaan dengan penerbitan

waran seri V sebesar Rp63,04 miliar. Pada tahun 2011. Bank

menambahkan modal tersebut melalui penawaran umum terbatas

tanpa hak memesan efek terlebih dahulu senilai Rp58 miliar. lssue

sebesar Rp195 miliar, Exercise Wamant sebesar Rp8 miliar. Pada

tahun 2013, jumlah saham Bank adalah 6.630.268.273 saham

sedangkan pada tahun 2014 jumlah saham tercatat 7139, 166.980

saham.

Sampai dengan bulan Juni 2015, Bank memiliki 102 jaringan

operasional, terdiri dari 1 kantor pusat, 6 kantor cabang, 63 Kantor

cabang pembantu dan 32 kantor kas yang tersebar di seluruh

wilayah Jakarta, Depok Tangerang, Bogor, Bekasi, Bandung dan

Surabaya. Dengan sinergi antara manajemen dan karyawannya

sekitar 1.261 orang, Bank telah memperluas usahanya melalui

berbagai layanan keuangan terpadu.

9. PT Bank Mayapada Internasional Tbk

Bank Mayapada mulai beroperasi sejak tahun 1990. Pada


53

tahun 1993 Bank Mayapada memperoleh izin dari Bank Indonesia

sebagai bank devisa dan pada tahun 1997 mengadakan

penawaran Umum Perdana (IPO).

Bank Mayapada memfokuskan ekspansi bisnisnya di bidang

perdagangan dan perdagangan, baik perusahaan maupun UKM

(Perbankan UKM dan Perbankan Mikro). Sejak tahun 2007 Bank

Mayapada mulai mengucurkan kredit mikro dengan memperluas

jaringan kantornya yang disebut Mayapada Mitra Usaha (MMU di

pasar tradetallet. Bank Mayapada terus memperluas bisnisnya

dengan perhatian yang tinggi terhadap prinsip kehati-hatian dan

praktik Tata Kelola Perusahaan yang Baik.

Pada usia 25 tahun ini, Bank Mayapada telah memiliki 191

kantor di lebih dari 65 kota di 22 provinsi di Indonesia, memiliki 113

unit ATM sendiri dan kerjasama dengan ATM Prima, Prima Debit

dan ATM Bersama , sehingga klien kami dapat melakukan

transaksi mereka di lebih dari 325.000 jaringan ATM dan EDC di

seluruh Indonesia. Pada tahun 2015 Bank Mayapada berencana

untuk membuka 23 baru kantor di lokasi strategis mendukung

ekspansi bisnis.

Bank Mayapada memiliki komitmen yang kuat untuk bisnis

jangka panjang di perbankan. Hingga tahun 2014 telah dilakukan

tujuh kali Rights lssue dan tiga kali penawaran umum Obligasi

subordinasi untuk memperkuat modal dan mendukung ekspansi

bisnis. Rights Issue VIll direncanakan pada kuartal ketiga 2015.


54

Bank Mayapada berencana untuk mencapai BUKU III pada tahun

2017 Bank Mayapada juga memperoleh piagam Penghargaan dari

Majalah Info bank untuk "SANGAT BAGUS kinerja keuangan pada

tahun 2014 dan Platinum Trophy untuk" SANGAT BAGUS kinerja

keuangan pada 2004-2013, sepuluh tahun berturut-turut. Majalah

Investor juga menempatkan Bank Mayapada sebagai yang terbaik

ke-3 untuk bank-bank dalam kategori aset Rp. 25 Triliun Rp 100

Triliun di Majalah Investor Terbaik 2015 Award Majalah.

10. PT Bank NISP OCBC Tbk.

Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal sebagai Bank NISP)

merupakan bank keempat tertua di Indonesia. yang didirikan pada

tanggal 4 April 1941. Bank OCBC NISP kemudian tumbuh menjadi

bank menengah dan stabil, terutama dalam memberikan pelayanan

bagi segmen usaha kecil.

Bank ocBC NISP berhasil melewati krisis moneter Asia dan

jatuhnya industri perbankan tanpa adanya bantuan rekapitalisasi

pemerintah dari pemerintah pada tahun 1998. Dengan menerapkan

prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang disiplin,

Bank OCBC NISP menjadi salah satu dari beberapa bank pertama

yang melanjutkan pemberian pinjaman selama krisis selama dua

dasawarsa sejak IPO, total aset bank tumbuh secara signifikan dari

Rp66 miliar dibulan Juni 1994 saat pertama kali menjadi perusahaa

publik, mencapai Rp103 triliun di akhir tahun 2014

Bank OCBC NISP memiliki reputasi baik dengan mapan. dan


55

franchise pertumbuhan yang menjanjikan telah menarik perhatian

International Finance Corporation (FC, bagian dari Kelompok Bank

Dunia) Bank OCBC NISP adalah bank pertama di Indonesia yang

menerima fasilitas pinjaman dari IFC pada tahun 1997, yang

kemudian menjadi pemegang saham pada tahun 2001- 2010

OCBC Singapore, yang mengakuisisi 22,5% OCBC NISP pada

pertengahan tahun 2004. kemudian menjadi pemegang saham

mayoritas Bank OCBC NISP mulai tahun 2005, setelah melakukan

melalui beberapa akuisisi dan penawaran tender. OCBC Singapore

Bank saat ini memegang 85,196 saham di OCBC NISP.

Bank OCBC NISP saat ini mempekerjakan 6.847 karyawan

yang berdedikasi tinggi untuk melayani nasabah di 60 kota di

seluruh Indonesia melalui 337 kantor dan 759 ATM, saat ini bank

terus fokus dalam mengembangkan jaringannya dengan

meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan, produktivitas

dan efektivitas, sambil mengembangkan keamanan, namun internet

banking dan mobile banking ramah pengguna ing layanan

11. PT Bank Pan Indonesia Tbk.

Bank Pan Indonesia Didirikan pada tanggal 17 Agustus

1971. PT Bank Panin melakukan serangkaian transformasi bisnis

sejalan dengan perkembangan bisnis ekonomi nasional, panin

Bank adalah bank pertama yang go public pada tahun 1982. Saat

ini, 46 sahamnya dimiliki oleh PT Panin Financial Tbk, 38,82% oleh

Votraint No 1103 Pty Ltd, dan sisanya oleh investor dan pemegang
56

saham publik.

Total aset per akhir tahun 2013 sebesar Rp164,1 triliun,

merupakan salah satu dari 10 bank nasional terbesar, portofolio

pinjaman sebesar Rp103 triliun dana pihak ketiga Rp120,3

triliun sedangkan ekuitas Rp 20 triliun Panin Bank

mengoperasikan 510 cabang-cabang yang tersebar dari Aceh

hingga Papua, dari timur paling labil ke barat Indonesia,

Visi Panin Bank berupaya menjadi salah satu Bank Tier

Pertama di Indonesia, melanjutkan keterlibatannya untuk

mendukung pengembangan industri perbankan nasional. Hal ini

akan dicapai melalui produk distribusif yang inovatif, dan

pengetahuan pasar yang mendalam, serta mengoptimalkan fungsi

intermediasinya dari pendanaan untuk membiayai konsumen,

komersial dan korporasi. Sebagai Bank yang telah beroperasi lebih

dari 42 tahun, PaninBank memiliki reputasi yang solid dan terus

memperkuat struktur permodalannya Bank memberikan produk dan

layanan inovatif kepada basis pelanggan yang berkembang,

termasuk produk dan layanan Syariah melalui anak

perusahaannya, PT Bank Panin Bank Syariah Tbk yang pertama

mulai go public pada bulan Januari 2014.

Dengan sejarah panjang Panin Bank menawarkan

pengalaman profesional untuk memenuhi kebutuhan perbankan

perbankan dengan solusi nilai tambah dan terpadu.

Untuk mendukung visi dan misinya, Panin Bank terus


57

meningkatkan dan mengembangkan Teknologi Informasi,

Manajemen Risiko, dan penerapan best practices Good Corporate

Governance

12. PT Adira Dinamika Multifinance Tbk.

PT Adira Dinamika Multifinance Tbk. didirikan pada tahun

1990 dan memperoleh izin usaha dari

Kementerian Keuangan untuk beroperasi di leasing, anjak piutang,

pembiayaan konsumen dan kartu kredit. Perusahaan terutama

bergerak dalam pembiayaan konsumen dan penyewaan untuk

berbagai merek sepeda motor dan mobil, baik baru maupun bekas.

Pada tahun 2004, Adira Finance mencatatkan sahamnya di

Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) dimana PT

Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon mengambil alih

sebagian besar saham Perusahaan) Pada tahun 2009, Bank

Danamon melaksanakan opsi pembelian untuk mengakuisisi 20%

saham di Adira Finance dari nilai Mega Profits Limited, sehingga

kepemilikan Bank Danamon meningkat dari 75% menjadi 95%,

pemegang saham utama Bank Danamon adalah Temasek Holdings

Pte, Ltd., perusahaan investasi yang sepenuhnya dimiliki oleh

Pemerintah Singapura.

Adira Finance terus berupaya mengembangkan layanan

bisnisnya dengan memperluas dan mengoptimalkan jaringan bisnis

yang menjadi salah satu keunggulan kompetitifnya.Untuk saat ini,

Perusahaan mengoperasikan 617 jaringan bisnis yang terdiri


58

dari cabang, kantor perwakilan, kios dan gerai dealer yang tersebar

di seluruh Indonesia , dengan lebih dari 34 ribu karyawan.

Dalam menjalankan bisnisnya, strategi Perusahaan, antara

lain fokus pada portofolio imbal hasil yang tinggi, manajemen risiko

yang bijaksana, komitmen untuk menjalin hubungan yang kuat

dan erat dengan konsumen dan mitra bisnis, perluasan

pengembanganlayanan bisnis sinergi teknologi informasi dan

sumber daya manusia, Induk Perusahaan, PT ank Danamon

Indonesia Tbk.

13. PT Batavia Prosperindo Tbk.

PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPF atau

Perusahaan), didirikan pada tahun 1994, adalah perusahaan

multifinance yang memegang lisensi operasi untuk leasing

keuangan, anjak piutang, kartu kredit dan pembiayaan cosumer.

Perusahaan ini awalnya bergerak dalam bisnis pembiayaan

konsumen untuk kendaraan penumpang dan komersial yang

digunakan.

Pada awal 2012, BPF memperluas cakupan bisnisnya

menjadi penyewaan keuangan peralatan berat, termasuk peralatan

baru dan bekas terutama di sektor pertambangan, infrastruktur,

perkebunan dan penyewaan.

BPF bersama dengan perusahaan induknya, mengakuisisi

perusahaan asuransi, yang kemudian bernama PT Malacca Trust

Wuwungan Insurance, pada tahun 2011.


59

Perusahaan telah mengadakan penawaran umum perdana

dan PT Batavia Prosperindo Finance Tbk. telah resmi terdaftar

sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia sejak Juni

2009, di mana saham perusahaan diperdagangkan sebagai BPFI.

Pada pertengahan 2013, dan untuk pertama kalinya,

Perusahaan menerbitkan obligasi perusahaan bernama Obligasi

Batavia Prosperindo Finance I. dengan Peringkat BBB, yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 4 Juli 2013. Obligasi

tingkat suku bunga tetap ini menempatkan total Rp300 miliar di

seluruh tranches. BPF saat ini memiliki 49 cabang dan kantor

perwakilan Indonesia, dikelompokkan menjadi 6 wilayah, yaitu

Jawa Barat dan Kalimantan Barat Jawa Timur, Bali dan Nusa

Tenggara Barat Sumatera Utara.

B. HASIL PENELITIAN

1. Deskritif Variabel Penelitian

a. Peringkat obligasi

Peringkat obligasi merupakan skala resiko dari semua

obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa

aman suatu obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan

dari kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan

pelunasan pokok pinjaman. Rating obligasi membantu investor

dalam penilaian hutang dan resiko kegagalan (default risk) dari

obligasi. Peringkat obligasi mencoba mengukur adanya resiko


60

kegagalan berupa ketidakmampuan emiten sebagai

penghutang dalam membayar bunga selama umur obligasi dan

pelunasanya pada saat jatuh temponya. Data peringkat obligasi

diperoleh dari Indonesia Bond Market Deirectory dan lembaga

pemeringkatan efek Indonesia PT. PEFINDO, berikut data

peringkat obligasi PT. PEFINDO pada tahun 2014-2016

disajikan pada tabel 4.1

Tabel 4.1
Peringkat Obligasi Tahun 2014-2016
Kode
No 2014 2015 2016
Saham
1 BBKP A+ 12 A+ 12 A+ 12
2 BBRI AAA 17 AAA 17 AAA 17
3 BBTN AA 14 AA 14 AA 14
4 BDMN AAA 17 AAA 17 AAA 17
5 BJBR AA- 13 AA- 13 AA- 13
6 BMRI AAA 17 AAA 17 AAA 17
7 BNLI AAA 17 AAA 17 AAA 17
8 BVIC A- 10 A- 10 A- 10
9 NISP AAA 17 AAA 17 AAA 17
10 PNBN AA 14 AA 14 AA 14
11 MAYA A- 10 A- 10 A- 10
12 ADMF AAA 17 AAA 17 AAA 17
13 BPFI BBB+ 9 BBB+ 9 BBB+ 9
Sumber : Data diolah penulis, 2018

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai peringkat

dari seluruh perusahaan selama periode penelitian memiliki

peringkat yang tetap setiap tahunya contohnya pada

perusahaan yang memiliki peringkat tertinggi seperti

BBRI,BDMN,BMRI,BNLI,NISP dan ADMF (AAA), sedangkan

peringkat terendah terdapat pada perusahaan BPFI (BBB+).


61

b. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan skala untuk mengukur

besar kecilnya suatu perusahaan, dimana ukuran perusahaan

ini dapat dilihat melalui total aset dengan cara menglogaritma

naturalkan total asetnya (Ln Total Aset) pada perusahaan

sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2014-2016. Berikut data ukuran perusahaan pada tabel 4.2

Tabel 4.2
Ukuran Perusahaan Tahun 2014-2016

No Kode Saham 2014 2015 2016

1 BBKP 18,19 18,36 18,47


2 BBRI 20,50 20,59 20,73
3 BBTN 18,79 18,96 19,18
4 BDMN 19,09 19,05 18,98
5 BJBR 18,14 18,30 18,44
6 BMRI 20,57 20,63 20,76
7 BNLI 19,04 19,02 18,92
8 BVIC 16,88 16,96 17,07
9 NISP 18,45 18,61 18,74
10 PNBN 18,97 19,03 19,11
11 MAYA 17,40 17,67 17,92
12 ADMF 17,21 17,14 17,13
13 BPFI 12,98 13,80 13,85
Rata-rata 18,17 18,32 18,41
Sumber : Data diolah penulis, 2018

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai dari

ukuran perusahaan berfluktuasi selama periode penelitian.

Nilai tertinggi ukuran perusahaan terlihat pada perusahaan

BMRI pada tahun 2016 sebesar 20,76 yang menunjukkan

bahwa Bank Mandiri (BMRI) nilai kekayaanya paling tinggi atau


62

tergolog perusahaan besar dan nilai terendah terlihat pada

perusahaan BPFI pada tahun 2014 sebesar 12,98 yang artinya

kekayaan sangat rendah dibandingkan dengan perusahaan

sektor keuangan lainya.

c. Umur Obligasi
Data umur obligasi diperoleh dari Indonesia Bond Market

Deirectory yang merupakan jangka waktu sejak diterbitkannya

obligasi sampai dengan tanggal jatuh tempo obligasi yang

diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Tabel 4.3 menyajikan

ringkasan data umur obligasi pada tahun 2014-2016.

Tabel 4.3
Umur Obligasi Tahun 2014-2016

No Kode Saham 2014 2015 2016

1 BBKP 7 6 5
2 BBRI 5 4 3
3 BBTN 9 8 7
4 BDMN 5 4 3
5 BJBR 7 6 5
6 BMRI 3 2 1
7 BNLI 3 2 1
8 BVIC 5 4 3
9 NISP 3 2 1
10 PNBN 7 6 5
11 MAYA 7 6 5
12 ADMF 5 4 3
13 BPFI 3 2 1
Sumber : Data diolah penulis, 2018

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat data umur obligasi

perusahaan salama periode penelitian, yang setiap tahun

umurnya semakin sedikit saat mendekati waktu jatuh tempo.


63

2. Hasil Analisis

Dalam penelitian ini, menggunakan analisis regresi berganda

dan yang menjadi objek penelitian adalah peringkat obligasi (Y)

sebagai variabel terikat (dependen), sementara ukuran

perusahaan (X1) dan umur obligasi (X2) sebagai variabel bebas

(independen).

a. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik digunakan sebelum melakukan

pengujian regresi yang dilakukan untuk menguji hipotesis.

Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah uji

normalitas multikolienaritas, autokorelasi dan

heteroskedastisitas. Berdasarkan pengujian data terhadap

asumsi klasik, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1) Uji Normalitas

Pengujian normalitas digunakan untuk menguji apakah

dalam model statistik variabel-variabel penelitian

berdistribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang

baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati

normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau

tidak, maka dapat dilakukan dengan cara melihat grafik

Normal P-Plot. Adapun dasar pengambilan keputusan:

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi


64

memenuhi asumsi normal.

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/ atau

tidak mengikuti arah garis diagonal dan grafik

histrogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal

maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Pada Normal P-Plot prinsipnya normalitas dapat

dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu

diagonal grafik atau dengan histogram dari residualnya

sebagaimana pada gambar 4.1 dan gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.1
Grafik Normal Probability Plot

Sumber: Data diolah dengan IBM SPSS 24.0


65

Berdasarkan gambar 4.1 normal probability plot,

menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai dalam

penelitian ini karena pada grafik normal plot terlihat titik-titik

menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebaranya

mengikuti arah garis diagonal dan data yang dimiliki terlihat

merata dan cukup baik. Artinya model tersebut memenuhi

asumsi normalitas yang berarti bahwa data terdistribusi

secara normal.

Gambar 4.2
Grafik Histogram

Sumber: Data diolah dengan IBM SPSS 24.0

Dari analisis gambar 4.2 dilihat bahwa data menyebar

disekitar diagram dan mengikuti model regresi sehingga

dapat disimpulkan bahwa data yang diolah merupakan data


66

yang terdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi

yang dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut.

2) Uji Multikolienaritas

Uji multikolienaritas digunakan untuk menguji apakah

didalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar

dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas. Multikolienaritas dapat dilhat dengan

membandingkan nilai tolerance dan variance inflation factor

(VIF). Multikolienaritas terjadi jika nilai tolerance<0,10 atau

nilai VIF > 10.

Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta Tolerance VIF


1(Constant) -9.394 3.238

Ukuran 1.402 .186 .831 .885 1.130

Umur -.417 .164 -.281 .885 1.130

a. Dependent Variable: rating


Sumber: Data diolah dengan IBM SPSS 24.0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai ukuran

perusahaan dan umur obligasi menunjukkan nilai tolerance >

0,10 dan nilai VIF< 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa variabel independen yang digunakan dalam model


67

regresi penelitian ini tidak terjadi multikolienaritas atau dapat

dipercaya dan objektif.

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model

regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan

pengganggu pada tahun periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1. Berdasarkan output SPSS

24,0 maka uji autokorelasi pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Durbin-Watson
Square Estimate
1 .782a .611 .590 2.01365488 2.207

a. Predictors: (Constant), umur,ukuran


b. Dependent Variable: rating
Sumber: Data diolah dengan IBM SPSS 24.0

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.5,

Durbin-Watson diatas menunjukkan bahwa tidak terjadi

autokorelasi dalam penelitian. Dari regresi diperoleh angka

DW sebesar 2,207. Kriteria pengujian menurut Ghozali

(2001) dalam Utomo (2011):

a) Jika < 1.550 : Ada Autokorelasi

b) Jika 1.550-1.669 : Tanpa Kesimpulan

c) Jika 1.669-2.331 : Tidak ada Autokorelasi

d) Jika 2.331-2.450 : Tanpa Kesimpulan

e) Jika > 2.450 : Ada Autokorelasi


68

Dari hasil uji autokorelasi diatas dapat disimpulkan

bahwa model persamaan regresi tidak terdapat autokorelasi.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui

ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual pada

model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model

regresi adalah tidak adanya heteroskedastisitas.

Gambar 4.3
Hasil Uji Heterosketastisitas
Grafik Scatterplot
Dependent Variable: rating

Sumber: Data diolah dengan IBM SPSS 24.0

Berdasarkan grafik Scatterplot pada gambar 4.3

menunjukkan bahwa pada gambar titik-titik menyebar secara

acak serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0

pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa model

regresi yang ada tidak terjadi heteroskedastisitas.


69

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Metode ini digunakan untuk menganalisis besarnya

hubungan dan pengaruh variabel independen yaitu ukuran

perusahaan (X1), dan umur obligasi (X2) terhadap variabel

dependen yaitu peringkat obligasi (Y). Analisis ini diperlukan

untuk mencari persamaan regresi berganda yaitu:

Y=α+ + +e

Maka diperoleh hasil dengan menggunakan bantuan

program spss sebagai berikut:

Tabel 4.6
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) -9.394 3.238 -2.901 .006
ukuran 1.402 .186 .831 7.523 .000
Umur -.417 .164 -.281 -2.548 .015
a. Dependent Variable: rating
Sumber: Data diolah dengan IBM SPSS 24.0

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh nilai konstanta sebesar

-9,394, koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar 1,402

berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi sedangkan

ikoefisien umur obligasi sebesar -0,417 yang berarti bahwa

umur obligasi berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi .

berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disusun formulasi

persamaan regresi sebagai berikut:

Y = -9,394 + 1,402X1 -0,417X2 + e


70

Adapun makna dari persamaan regresi linier berganda

tersebut adalah:

1) Konstanta -9,394 berarti bahwa apabila tidak terdapat

variabel ukuran perusahaan dan umur obligasi, maka nilai

peringkat obligasi akan tetap sebesar -9,394.

2) Koefisien regresi untuk ukuran perusahaan sebesar 1,402

dan bertanda positif, hal ini berarti setiap perubahan satu

satuan pada ukuran perusahaan dengan asumsi variabel

lainnya tetap, maka peringkat obligasi akan mengalami

perubahan sebesar 1,402 dengan arah yang sama.

3) Koefisien regresi untuk ukuran perusahaan sebesar -0,417

dan bertanda negatif, hal ini berarti setiap perubahan satu

satuan pada ukuran perusahaan dengan asumsi variabel

lainnya tetap, maka peringkat obligasi akan mengalami

perubahan sebesar -0,417 dengan arah yang berlawanan.

c. Hasil Pengujian Hipotesis

1) Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat. Jika nilai

signifikansi t hitung lebih kecil α (0,05) maka dapat dikatakan

bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan hasil

pengujian hipotesis secara parsial yaitu sebagai berikut:


71

a) Ukuran perusahaan (X1) menunjukkan nilai thitung

sebesar 7,523 dan mempunyai tingkat signifikan 0,000

lebih kecil dari α (0,05), hal ini berarti variabel ukuran

perusahaan signifikan pada level 5% dengan arah

koefisisen positif sehingga penelitian ini berhasil

menolak H0. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif

signifikan terhadap peringkat obligasi.

b) Umur obligasi (X2) menunjukkan nilai thitung sebesar -

2,548 dan mempunyai tingkat signifikan sebesar 0,015

lebih kecil dari α (0,05), hal ini berarti variabel umur

obligasi berpengaruh signifikan pada level 5% dengan

arah koefisien negatif sehingga penelitian ini berhasil

menolak H0. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa umur obligasi berpengaruh negatif signifikan

terhadap peringkat obligasi.

2) Uji F Simultan

Pengujian signifikan simultan dilakukan untuk

mengetahui apakah secara simultan koefisien variabel bebas

mempunyai pengaruh nyata atau tidak terhadap variabel

terikat. Untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat

secara bersama-sama dengan α= 0,05. Maka cara yang

dilakukan yaitu, bila (P-Value) < 0,05 artinya variabel


72

independen secara simultan mempengaruhi variabel

dependen sedangkan bila (P-Value) > 0,05 artinya variabel

independen secara simultan tidak mempengaruhi variabel

dependen.

Tabel 4.7
Hasil Uji F
ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


b
1 Regression 212.146 2 106.073 28.301 .000
Residual 134.931 36 3.748
Total 347.077 38
a. Dependent Variable: rating
b. Predictors: (Constant), umur, ukuran
Sumber: Data diolah dengan IBM SPSS 24.0

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa nilai Sig.

yakni 0.000 lebih kecil dari α (0,05), hal ini berarti bahwa

ukuran perusahaan dan umur obligasi secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Dengan

demikian maka H3 yang disertakan dalam penelitian ini,

dimana ukuran perusahaan dan umur obligasi secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi

pada perusahaan sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia

diterima.

D. Uji Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi merupakan suatu besaran

yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi

seluruh variabel bebas (independen) dapat menerangkan


73

variabel tidak bebas (dependen). Koefisien determinasi

berkisar diantara angka 0 sampai angka 1. Makin kecil nilai

koefisien determinasi maka akan kecil kemampuan variabel

bebas untuk menjelaskan variabel terikat.

2001).
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Durbin-Watson
Square Estimate

1 .782a .611 .590 2.01365488 2.207

a. Predictors: (Constant), umur,ukuran

b. Dependent Variable: rating

Dari tabel 4.8 diperoleh hasil perhitungan nilai

koefisien determinasi sebesar 0,590. Hal ini menunjukkan

bahwa besar pengaruh variabel ukuran perusahaan dan

umur obligasi yang dapat diterangkan oleh model

persamaan ini adalah sebesar 59% dan sisanya sebesar

41% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini seperti faktor rasio keuangan, jaminan, reputasi

auditor dan lainya.

C. PEMBAHASAN

Pembahasan dalam penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pengaruh ukuran perusahaan dan umur obligasi


74

terhadap peringkat obligasi pada perusahaan sektor keuangan

yang terdaftar di BEI dengan periode pengamatan tahun 2014- 2016.

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi

Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai

koefisien regresi ukuran perusahaan yang diukur dengan Ln total

aset adalah positif yaitu 1,402 dengan signifikansi sebesar 0,000.

Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel likuiditas

adalah 0,000 < 0,05 artinya hipotesis satu (H 1) diterima. Dengan

demikian probabilitas ukuran perusahaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap peringkat obligasi. Pengujian hipotesis ini dapat

diartikan bahwa semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan

diharapkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban

dimasa depan akan semakin baik yang menyebabkan resiko

kegagalan yang dihadapi akan semakin rendah, sehingga memiliki

kecenderungan untuk mempengaruhi kenaikan peringkat dari suatu

obligasi.

Berdasarkan konsep penjamin aktiva, perusahaan besar

memiliki peringkat obligasi yang lebih baik daripada perusahaan

kecil, karena mempunyai kemampuan menjaminkan aktivanya,

sehingga berdampak pada rendahnya resiko yang dihadapi

perusahan (Tandelilin, 2010:247). Perusahaan-perusahaan yang

memiliki aset besar lebih cenderung memiliki kemampuan resiko

bersaing yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang

memiliki aset kecil.


75

Hasil penelitian ini dipertegas oleh peneliti sebelumnya yang

dilakukan oleh Yuliana (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi prediksi peringkat obligasi pada perusahaan

keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang

menemukan bukti yang mendukung bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi.

2. Pengaruh Umur Obligasi terhadap Peringkat Obligasi

Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai

koefisien regresi umur obligasi adalah negatif yaitu -0,417 dengan

signifikansi sebesar 0,015. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel likuiditas adalah 0,015 < 0,05 artinya hipotesis

satu (H2) diterima. Dengan demikian probabilitas umur obligasi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap peringkat obligasi.

Pengujian hipotesis ini dapat diartikan bahwa panjang atau pendek

umur obligasi akan berpengaruh terhadap peringkat obligasi yang

diberikan oleh perusahaan pemeringkat.

Berdasarkan penjelasan menurut Raharjo (2003) bahwa

suatu obligasi yang mempunyai masa jatuh tempo yang lama akan

mening risiko investasi, sehingga menyebabkan kinerja perusahaan

menurun. Oleh karena itu obligasi dengan umur jatuh tempo yang

lebih pendek mempunyai peringkat yang lebih baik dibandingkan

dengan obligasi dengan umur jatuh tempo yang lama. Investor

cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih

panjang karena risiko yang akan didapat juga akan semakin besar,
76

sehingga umur obligasi yang semakin pendek akan memperoleh

peringkat obligasi yang semakin baik.

Hasil penelitian ini dipertegas oleh peneliti sebelumnya yang

dilakukan oleh Vina (2017) yang meneliti tentang pengaruh

reputasi auditor, umur obligasi, likuiditas, dan produktivitas

perusahaan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan go public

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menemukan bukti

yang mendukung bahwa umur obligasi memiliki pengaruh terhadap

kenaikan peringkat obligasi perusahaan.

3. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Umur Obligasi Secara

Simultan Terhadap Peringkat Obligasi

Dari hasil perhitungan uji secara secara simultan dapat

diketahui bahwa variabel independen yaitu ukuran perusahaan dan

umur obligasi secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan

terhadap peringkat obligasi pada perusahaan sektor keuangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai

Fhitung sebesar 7,523 < F tabel 2,028 dengan signifikansi 0,000< 0,05.

Dengan demikian, hipotesis ketiga (H3) diterima. Hasil penelirian ini

menunjukkan terdapat kemungkinan/probabilitas pengaruh secara

signifikan antara ukuran perusahaan dan umur obligasi terhadap

peringkat obligasi.

Hasil penelitian ini dipertegas oleh peneliti sebelumnya yang

dilakukan oleh Aries (2015) yang meneliti tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan


77

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. yang

menemukan bukti yang mendukung bahwa ukuran perusahaan dan

umur obligasi secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan

terhadap kenaikan peringkat obligasi perusahaan.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh ukuran

perusahaan dan umur obligasi terhadap peringkat obligasi pada

perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dari tahun 2014-2016. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

yang telah dilakukan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

peringkat obligasi pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi

ukuran perusahaan sebesar 1,402 yang berarti jika ukuran

perusahaan meningkat maka perubahan peringkat obligasi akan

meningkat dan mempunyai nilai signifikansi di bawah 5% yaitu

0,000

2. Umur obligasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

peringkat obligasi pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi

ukuran perusahaan sebesar -0,417 yang berarti jika umur obligasi

semakin panjang maka perubahan peringkat obligasi akan

menurun dan mempunyai nilai signifikansi dibawa 5% yaitu 0,015

3. Ukuran perusahaan dan umur obligasi berpengaruh secara

simultan terhadap peringkat obligasi khususnya pada perusahaan

78
79

sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini

dapat dilihat dari hasil uji F yang menunjukkan nilai signikansi

dibawah 5% yaitu 0,000.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan maka

dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya, dengan penelitian ini diharapkan peneliti

selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut berkaitan

dengan peringkat obligasi perusahaan. Dengan menambah periode

penelitian, mengganti proksi yang digunakan, dan menambah

variabel penelitian seperti rasio keuangan, pertumbuhan

perusahaan dan faktor lainnya.

2. Bagi investor, sebaiknya investor yang berminat membeli obligasi

yang memiliki peringkat investment grade karena memiliki tingkat

keamanan yang tinggi. Untuk menentukan pilihan obligasi yang

lebih tepat diantara obligasi yang memiliki peringkat investment

grade, sebaiknya investor memperhatikan ukuran perusahaan

penerbit obligasi, sebab berdasarkan hasil penelitian ini ukuran

perusahaan memiliki pengaruh besar terhadap perubahan

peringkat.

3. Bagi perusahaan yang melakukan pemeringkatan di PT. PEFINDO

diharapkan untuk memperhatikan ukuran perusahaan, karena

ukuran perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.


80

Dengan peringkat obligasi yang baik maka perusahaan dinilai

mampu memenuhi kewajibannya dan resiko gagal bayar dapat

terhindari, sehingga hal ini dapat mendorong investor untuk

melakukan investasi terhadap obligasi tersebut


DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Nicko. 2010, Analisis Faktor-faktro yang Mempengaruhi


Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Semarang:
Universitas Diponegoro.

Almilia, Luciana Spica dan Vieka Devi. 2007. “Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Seminar
Nasional Manajemen SMART : 1-23

Aries Veronica. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat


Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Manajemen dan
Bisnis Sriwijaya, Vol.13, No.2, Juni 2015.

Brigham, Eugene F, dan Joel F. Houston. 2013.”Dasar-dasar


Manajemen keuangan”. edisi kesepuluh, Jakarta: Salemba
Empat

Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendry M. 2011. Dasar-Dasar


Manajemen Keuangan. Edisi ketiga, Jakarta: Salemba Empat

Estiyanti N. M dan G. W, Yasa. 2011. Pengaruh Faktor Keuangan dan


Non Keuangan pada Peringkat Obligasi di Bursa Efek
Indonesia. Simponsium Nasional Akuntansi XII. Purwokerto.

Fahmi, Irham. 2015. Manajemen Investasi Teori dan Soal Jawab, Edisi
Kedua, Jakarta: Salemba empat

Ghozali, Imam. 2013. ”Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program


IBM SPSS 19”. edisi kelima. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damonar N & Porter, Dawn C, 2010. Dasar-dasar


ekonometrika. Jakarta: Salaemba Empat.

Hartono,Jogiyanto. 2015. Teori Fortofolio dan Analisis Investasi.


Yogyakarta: BPFE.

Husnan, Suad. 2011. Dasar-Dasar Teori Fortofolio dan Analisis


Sekuritas. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

81
82

Ibrahim, Hadiasman. 2008. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat


Obligasi, Ukuran Perusahaan Dan DER Terhadap Yield To
Maturity Obligasi Korporasi Di Bursa Efek Indonesia. Tesis.
Universitas Diponegoro Semarang.

Indah. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi,


Jurnal Ilmiah dan Riset Akuntansi, Vol.3 No.3

Kodrat, David Sukardi dan Christian Herdinata. 2009. Manajemen


Keuangan Bases On Empirical Research. Surabaya:Graha
Ilmu.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi:


Bagaimana Menelitai dan Menulis Tesis?. Jogjakarta: Erlangga.

Latumaerissa, Julius R, 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.


Jakarta: Salemba Empat.

Linandarini, Ermi. 2010. “Kemampuan Rasio Keuangan dalam


Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Indonesia”.
Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi. UNDIP.

Magreta dan Poppy Nurmayanti. 2009. Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau dari
Faktor Akuntansi dan Non-Akuntansi, Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol 11, No 3 hlm 143-154.

Priyatno. 2010. Tekhnik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data


Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian. Yogyakarta:
Gaya Media.

Raharjo, Sapto. 2003. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Ryanto, Bambang. 2008. Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta:BPFE

Rukmana,N.L. 2016. Pengaruh Rasio Keuangan dan Ukuran


Perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Pendidikan dan Ekonomi, Vol. 5 No. 6 Hal. 485-494.

Sari, N.M.S.K.Badjira, I.B. 2016. Pengaruh Likuiditas, Ukuran


Perusahaan, Leverage,dan Jaminan Terhadap Peringkat
83

Obligasi pada Sektor Keuangan. E-Journal Manajemen


Universitas Udayana, Volume 5 No. 8, Hal. 5041-5069.

Sitorus, Tarmiden. 2015. Pasar Obligasi Indonesia. Jakarta: PT.


Rajagrafindo Persada,.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Susilowati dan Sumarto. 2010. Memprediksi Peringkat Obligasi


Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI. Jurnal Mitra
Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 1, No. 2, hal. 163-175.

Tandelilin, Eduardus. 2010. “Fortofolio dan Investasi”. edisi pertama.


Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Thamida, N dan H. Lukman. 2013. Analisis Faktor–Faktor yang


Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Industri Perbankan
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008–2012. Jurnal
Akuntansi17(2): 198–211

Vina. 2017. Analisis pengaruh reputasi auditor, umur obligasi,


likuiditas ,dan produktivitas perusahaan terhadap peringkat
obligasi pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol.XV No. 30.Maret 2017.

Yuliana, Rika. 2011. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Prediksi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Keuangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Simponsium
Nasional Akuntansi XIV Aceh.

Zubir, Zalmi. 2013. Manajemen Portofolio (Penerapannya dalam


Investasi Saham) . edisi pertama. Jakarta : Salemba empat.

Indonesia Bond Directory

Undang-Undang No. 8 Tahun1998 Tentang Pasar Modal.

http://www.idx.co.id (Diakses pada tanggal 22 Januari 2018)

http://www.pefindo.co.id (Diakses pada tanggal 28 Januari 2018)


LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Laporan Keuangan perusahaan Sektor Keuangan di Bursa Efek indonesia
Lampiran 2
Hasil data dari SPSS 24.0
Regression
Notes
Output Created 13-APR-2018 07:46:43
Comments
Input Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 39
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on
cases with no missing
values for any variable used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF
OUTS BCOV R ANOVA
COLLIN TOL CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05)
POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT rating
/METHOD=ENTER ukuran
umur

/SCATTERPLOT=(*ZRESID
,*ZPRED)
/RESIDUALS DURBIN
HISTOGRAM(ZRESID)
NORMPROB(ZRESID)
/SAVE RESID.
Resources Processor Time 00:00:08.66
Elapsed Time 00:00:15.50
Memory Required 1644 bytes
Additional Memory Required for 904 bytes
Residual Plots
Variables Created or Modified RES_1 Unstandardized Residual
[DataSet1]

a
Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
b
1 umur, ukuran . Enter
a. Dependent Variable: rating
b. All requested variables entered.

Descriptive Statistics

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Ukuran 39 12.98 20.76 18.9521 1.73151
Umur 39 1.00 10.00 5.0000 2.03909
rating 39 9.00 17.00 14.1538 3.02219
Valid N (listwise) 39

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .782 .611 .590 2.01365488 2.207
a. Predictors: (Constant), umur,ukuran
b. Dependent Variable: rating

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 212.146 2 106.073 28.301 .000b

Residual 134.931 36 3.748


Total 347.077 38
a. Dependent Variable: rating

b. Predictors: (Constant), umur, ukuran


Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF
1 (Constant) -9.394 3.238 -2.901 .006

ukuran 1.402 .186 .831 7.523 .000 .885 1.130


umur -.417 .164 -.281 -2.548 .015 .885 1.130
a. Dependent Variable: rating

Coefficient Correlationsa
Model umur ukuran
1 Correlations umur 1.000 -.339

ukuran -.339 1.000


Covariances umur .027 -.010
ukuran -.010 .035
a. Dependent Variable: rating

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions
Model Dimension Eigenvalue Condition Index (Constant) ukuran umur
1 1 2.906 1.000 .00 .00 .01

2 .090 5.695 .02 .01 .93


3 .004 25.719 .98 .99 .06
a. Dependent Variable: rating

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N


Predicted Value 8.98 18.80 14.15 2.363 39

Residual -3.190 4.644 .000 1.884 39

Std. Predicted Value -2.188 1.966 .000 1.000 39

Std. Residual -1.648 2.399 .000 .973 39

a. Dependent Variable: rating


Scatterplot
Dependent Variable: rating

Anda mungkin juga menyukai