Anda di halaman 1dari 17

PERCOBAAN 6

UJI FLAVONOID, FENOLIK DAN SAPONIN

1. Jelaskan tentang senyawa fenolik, flavonoid, dan saponin ?

Jawab :

Fenolik

Senyawa fenolik merupakan metabolit sekunder tanaman serta


komponen penting dalam kualitas sensoris dan nutrisi buah, sayuran, dan
tanaman lainnya (Tomas-Barberan et al., 2000; Lapornik et al., 2005).
Senyawa ini memiliki cincin aromatik yang membawa satu atau lebih gugus
hidroksil dan strukturnya bervariasi mulai dari molekul fenolik sederhana
hingga polimer kompleks dengan massa molekul relatif yang tinggi
(Balasundram et al., 2006).

Dalam keadaan murni, senyawa fenol berupa zat padat yang


tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi akan berubah menjadi gelap. Kelarutan
fenol dalam air akan bertambah, jika gugus hidroksil makin banyak.

Senyawa fenolik memiliki aktivitas biologik yang beraneka ragam,


dan banyak digunakan dalam reaksi enzimatik oksidasi kopling sebagai
substrat donor H. Reaksi oksidasi kopling, selain membutuhkan suatu
oksidator juga memerlukan adanya suatu senyawa yang dapat mendonorkan
H. Senyawa fenolik merupakan contoh ideal dari senyawa yang mudah
mendonorkan atom H.

Kalsifiaksi senyawa fenolik :


a. Senyawa fenol sederhana
b. Lignan, neolignan, lignin
c. Stilbena
d. Naftokinon
e. Antrakinon
f. Flavonoid
g. Antosian
h. Tannin
i.   Kumarin
j. Kromon dan xanton

Struktur fenolik
Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu memiliki
satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin
aromatik benzena. Ribuan senyawa fenolik di alam telah diketahui
strukturnya, antara lain fenolik sederhana, fenil propanoid, lignan, asam
ferulat, dan etil ferulat.
A. Fenolik Sederhana
Golongan senyawa-senyawa yang termasuk fenolik sederhana
antara lain meliputi guaiakol, vanilli dan kresol.

1) Fenil Propanoid
Fenil propanoid merupakan senyawa fenol di alam yang
mempunyai cincin aromatik dengan rantai samping terdiri dari
3 atom karbon. Golongan fenil propanoid yang paling tersebar
luas adalah asam hidroksi sinamat, yaitu suatu senyawa yang
merupakan bangunan dasar lignin . Empat macam asam
hidroksi sinamat banyak terdapat dalam tumbuhan. Keempat
senyawa tersebut yaitu asam ferulat, sinapat, kafeat dan p-
kumarat.

2) Etil Ferulat
Etil ferulat tergolong ke dalam turunan senyawa asam hidroksi
sinamat, yang merupakan turunan dari asam ferulat dalam
bentuk ester. Senyawa fenolik ini terdistribusi secara luas pada
berbagai jenis tanaman yang dapat dikonsumsi oleh makhluk
hidup. Senyawa tersebut terdapat dalam tanaman, terutama
pada benih padi dan gandum, tetapi dalam jumlah kecil. Oleh
karena itu, senyawa ini biasanya disintesis dari prekursor asam
ferulat. Bentuk fisik etil ferulat berupa kristal berwarna putih
dan memiliki aktifitas sebagai antioksidan yang sangat baik
dibandingkan asam bebasnya. Etil ferulat digunakan sebagai
bahan aktif dalam pengobatan terapi untuk antihipertensi.
Adapun rumus bangun etil ferulat adalah sebagai:

Flavonoid

Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol alam dan suatu


golongan metabolilt sekunder yang tersebar merata di dalam tumbuhan.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar yang terdiri dari 15 atom C, 2 cincin
benzene ( C6) terikat pada suatu rantai propan (C3) yang dapat atau tidak dapat
membentuk cincin ketiga, sehingga membentuk suatu konfigurasi C 6-C3-C6,
susunan dari senyawa tersebut dapat menghasilkan 3 jenis struktur, yaitu:

a. 1,3 – diarilpropan (Flavonoid)


b. 1,2 – diarilpropan (isoflavonoid)
c. 1,1 – diarilpropan (neoflavonoid)
Senyawa flavonoid mempunyai kerangka 2 – fenil kroman. Posisi orto
dari cincin A dan atom karbon yang terikat dari cincin B dari 1,3 –
diarilpropan dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk suatu
cincin heterosiklik yang baru (cincin C).
Klasifikasi flavonoid
a. Flavonoid O – glikosida
Flavonoid biasanya terdapat dalam bentuk O –
glikosida, dimana satu gugus hidroksil flavonoid atau lebih
berikatan dengan gugus karboksil dari gula dengan ikatan
hemiasetal yang tidak tahan asam.
Gula yang paling umum ditemukan pada flavonoid O –
glikosida adalah glukosa, galaktosa, ramnosa, xilosa dan
arabinosa.
b. Flavonoid C – glikosida
Flavonoid C – glikosida merupakan flavonoid dengan
struktur yang khas, dimana ikatan gula dengan aglikonnya
adalah ikatan karbon-karbon (C-C), yang umum dijumpai
adalah flavon-C-glikosida. Jenis gula yang terikat antara lain
adalah glukosa, galaktosa, ramnosa, xilosa dan arabinosa.

Saponin

Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang


mempunyai massa dan molekul sangat besar, dengan kegunaan nya yang luas.
Saponin memiliki rasa pahit yang menusuk dan menyebabkan bersin dan
iritasi pada selaput lendir.

Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau


hemolisis pada darah. Saponin memiliki sifat racun bagi hewan berdarah
dingin atau predator dan saponin banyak digunakan sebagai racun ikan.
Saponin yang bersifat keras atau racun, biasa disebut sebagai Sapotoksin.
Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metode ekstraksi.

Sifat-Sifat Saponin
i. Mempunyai rasa yang pahit.
ii. Dalam larutan air membentuk buih stabil.
iii. Menghemolisa eritrosit.
iv. Merupakan racun yang sangat kuat untuk ikan, amfibi dan
hewan predator.
v. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan
hidroksiteroid lainya.
vi. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi.
vii. Berat molekul relatif tinggi dan analisi hanya menghasilkan
formula empiris yang mendekati.

Jenis Jenis Saponin

Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua bagian


yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid.

 Saponin Steroid
Saponin steroid tersusun dari inti steroid (C27) dengan molekul
karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis dengan menghasilkan satu aglikon
yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek anti jamur.
Efek pada binatang dapat menunjukan penghambatan aktifitas pada otot
polos.

Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam


glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis dari
obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di
peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan.

Berikut adalah contoh dari saponin streoid adalah : Avenocosides


(Avena sativa), Asparagosides (Asparagus officinalis) dan Disogenin
(Dioscorea floribunda dan Trigonella foenum graceum).

 Saponin Triterpenoid

Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul


karbohidrat. Dihidrolisis supaya menghasilkan suatu aglikon yang disebut
sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat
asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipesaponin ini adalah turunan  β-
amyirine.

Berikut adalah contoh senyawa triterpen steroid adalah :


Asiaticoside (Centella asiatica), Bacoside (Bacopa monneira), Cyclamin
(Cyclamen persicum).
2. Apa saja reagen yang digunakan untuk uji fenolik, flavonoid, dan saponin yang
lain (minimal 3 reagen) dan jelaskan ?

Jawab :

FENOLIK

 FeCl3
Sebanyak 1 mL ekstrak metanol sampel bunga Soyogik dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 – 3 tetes besi (III) klorida
(FeCl3) 5%. Ekstrak positif mengandung fenol apabila menghasilkan warna
biru kehitaman.
 Folin-Ciocalteu
Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah reaksi oksidasi dan reduksi
kolorimetrik untuk mengukur semua senyawa fenolik dalam sampel uji.
Pereaksi Folin-Ciocalteu merupakan larutan kompleks ion polimerik yang
dibentuk dari asam fosfomolibdat dan asam heteropolifosfotungstat. Pereaksi
ini terbuat dari air, natrium tungstat, natrium molibdat, asam fosfat, asam
klorida, litium sulfat, dan bromin (Folin dan Ciocalteu, 1944). Pada
kenyataannya reagen ini mengandung rangkaian polimerik yang memiliki
bentukan umum dengan pusat unit tetrahedral fosfat (PO4)3- yang dikelilingi
oleh beberapa unit oktahedral asam-oksi molibdenum. Struktur tungsten dapat
dengan bebas bersubstitusi dengan molibdenum.Prinsip metode Folin-
Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik hidroksil. Pereaksi ini mengoksidasi
fenolat (garam alkali), mereduksi asam heteropoli menjadi suatu kompleks
molibdenum-tungsten (Mo-W). Fenolat hanya terdapat pada larutan basa,
tetapi pereaksi Folin-Ciocalteu dan produknya tidak stabil pada kondisi basa.
Selama reaksi belangsung, gugus fenolik-hidroksil bereaksi dengan pereaksi
Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna
biru dengan struktur yang belum diketahui dan dapat dideteksi dengan
spektrofotometer. Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat setara
dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, artinya semakin besar
konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan
mereduksi asam heteropoli sehingga warna biru yang dihasilkan semakin
pekat
 Asam Sulfat
Anilin-asam sulfat dapat digunakan untuk mendeteksi senyawa atsiri
(terpenoid, fenol dan turunannya serta fenilpropan) dengan mekanisme
abstraksi H+ sehingga terbentuk senyawa ikatan rangkap terkonjugasi,
peristiwa ini tidak terjadi sekaligus tetapi satu persatu secara berurutan yang
menyebabkan warnanya semakin lama semakin tidak stabil, dapat juga untuk
mendeteksi senyawa saponin yang ditunjukkan dengan adanya bercak
berwarna biru, violet biru atau terkadang berwarna kekuningn bila diamati
pada sinar biasa.
 Pereaksi Semprot FeCl3 
Fungsi dari pereaksi semprot FeCl3 adalah untuk mendeteksi adanya
gugus fenol pada tanin atau polifenolat, reaksi positif adanya senyawa ini
adalah dengan terbentuknya kompleks berwarna biru, merah ungu, hijau, atau
hitam kuat; pereaksi semprot dragendorf digunakan untuk mendeteksi
komponen alkaloid, reaksi positif dari uji ini adalah dengan ditunjukkan
warna coklat atau jingga-coklat dan merah-jingga dengan latar belakang
kuning sampai kelabu; pereaksi semprot sitroborat digunakan untuk
mendeteksi keberadaan senyawa golongan flavonoid dari glikosida saponin
reaksi positif ditunjukkan dengan berpendar di bawah sinar UV 366nm.

FLAVONOID

 Shinoda
Uji dengan tes Shinoda yaitu dengan membuat larutan zat dalam
etanol kemudian ditambah dengan 3 mg logam Mg dan beberapa tetes HCl
pekat. Kemudian akan menghasilkan hasil positif apabila berwarna orange.
Warna orange ini dihasilkan karena adanya ikatan dari Mg yang berlebih
dengan senyawa Flavonoid membentuk suatu kompleks yang berwarna.
 FeCl3
Uji dengan tes FeCl3 dilakukan dengan membuat larutan zat dalam
etanol kemudian ditambah dengan beberapa tetes FeCl3 10%, kemudian akan
memberikan hasil positif apabila berwarna biru hijau.
 NaOH
Uji dengan penambahan NaOH dilakukan dengan membuat larutan zat
dalam air kemudian dipanaskan, disaring, lalu ditambah dengan NaOH encer
10%, nanti akan memberikan warna kuning, ditambah dengan HCl encer, jika
memberikan hasil positif maka warna kuningnya akan berubah menjadi tidak
berwarna.
 Tes Natrium Hidroksida
Sekitar 5 mg senyawa larut dalam air, dihangatkan dan disaring.
Natrium hidroksida berair 10% ditambahkan ke dalam 2 ml larutan ini. Ini
menghasilkan warna kuning. Perubahan warna dari kuning menjadi tidak
berwarna pada penambahan asam klorida encer adalah indikasi adanya
flavonoid.
 uji p-Dimethylaminocinnamaldehyde
Uji kolorimetri berdasarkan reaksi cincin-A dengan kromogen p-
dimetilaminokinnamaldehida (DMACA) telah dikembangkan untuk flavanoid
dalam bir yang dapat dibandingkan dengan prosedur vanilin.

SAPONIN

 HCl

Sebanyak 1 mL ekstrak metanol sampel bunga Soyogik dimasukkan


ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5 mL air panas dan
ditambahkan 2 tetes HCl 2 N dan dikocok kuat. Setelah itu, dilihat apakah
terbentuk buih setelah didiamkan selama 10 menit. Sampel positif
mengandung saponin bila terdapat buih dengan intensitas yang banyak dan
konsisten selama 10 menit.

 Identifikasi Saponin : Uji Busa


Uji saponin ini sebaiknya digunakan sampel yang telah dikeringkan,
karena test yang digunakan adalah test pembentukan busa. Bila sampel yang
basah dididihkan dengan air suling, kemungkinan cairan sel akan membentuk
busa bila dikocok.Caranya : sampel kering dirajang halus, dimasukan kedalam
tabung reaksi dan ditambahkan air suling, didihkan selama 2-3 menit.
Dinginkan, setelah dingin dikocok dengan kuat. Adanya busa yang stabil
selama 5 menit berarti sampel mengandung saponin.
 Salkowski
Uji Salkowski Untuk Kolesterol. Larutan kolesterol dalam kloroform
sebanyak 3 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
asam sulfat pekat sebanyak 3 ml. Selanjutnya, larutan dikocok dan dibiarkan
sampai lapisan terpisah. Setelah itu, diamati warna yang terjadi. Bila berwarna
merah, berarti bahan uji mengandung kolesterol.
 Lieberman Buchard
Uji Lieberman Buchard Untuk Kolesterol. Larutan kolesterol dalam
kloroform sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 3 tetes asam asetat pekat. Selanjutnya, ditambahkan asam sulfat
pekat tetes demi tetes sampai larutan berwarna hijau (dihitung berapa tetes).
Setelah itu, dikocok dan dibiarkan beberapa menit.
 KOH ALKOHOLIS
KOH ALKOHOLIS Larutan alkoholis adalah larutan yang digunakan
untuk melarutkan lemak agar mudah berikatan dengan basa alkali
seperti KOH dan NaOH yang akan mengakibatkan terjadinya hidrolisis lemak
menjadi gliserol dan sabun
 Iod Hubl
Warna merah muda hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam
lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi Iod Hubl. Sementara itu, uji
akrolein merupakan uji pada gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat
pada lemak dan minyak bila mengalami dehidrasi akan membentuk aldehid
aksilat atau disebut juga dengan akrolein.

3. Bagaimanakah cara melakukan identifikasi fenolik, flavonoid, dan saponin ?

Identifikasi fenolik

Menggunakan metode Folin-Ciocalteau (Conde et al., 1997).

Dengan cara :

 Timbang sebanyak 1 mg/L dan 0,5 mg/L masukkan ke dalam tabung reaksi
 Tambahkan 0,1 reagen Folin-Ciocalteau 50%.
 Kemudian vortex selama 3 menit
 Tambahkan 2 mL larutan Na2CO3 2% lalu divorteks kembali.
 Selanjutnya campuran diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang.
Absorbansi ekstrak dibaca pada spektrofotometer UV-Vis dengan λ = 750 nm.
 Kandungan total fenolik dinyatakan sebagai mg ekivalen asam galat mg/mL
ekstrak.

Identifikasi flavonoid

 Ekstrak rimpang kencur diambil 1 mg dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi


diuapkan sampai kering.
 Kemudian dilarutkan dalam 1-2 mL metanol panas 50 %.
 Setelah itu ditambah logam Mg dan 4-5 tetes HCl pekat. Hasil positif jika
terbentuk larutan berwarna merah atau jingga yang terbentuk menunjukkan
adanya flavonoid.

Identifikasi saponin

 Ekstrak rimpang kencur diambil 1 mg, dimasukkan dalam tabung reaksi.


 Tambah air (1:1) dan sambil dikocok selama 1 menit.
 Apabila menimbulkan busa ditambahkan HCl 1 N, bila busa yang terbentuk
dapat bertahan selama 10 menit dengan ketinggian 1-3 cm, maka ekstrak
positif mengandung saponin.
4. Jelaskan mekanisme reaksi yang terjadi sampai terjadi perubahan warna pada
fenolik, flavonoid, dan saponin!

Jawab :

a. Mekanisme reaksi pada fenolik

Uji pendahuluan senyawa fenolik bertujuan untuk mengetahui


keberadaan senyawa fenolik pada ekstrak etanol buah buni. Uji kualitatif ini
menggunakan reagen Folin-Ciocalteu yang terdiri dari asam fosfomolibdat
dan asam fosfo tungstad. Prinsip uji kualitatif ini adalah reaksi oksidasi-
reduksi dalam suasana basa menggunakan reagen Folin-ciocalteu dan natrium
karbonat. Senyawa fenolik akan berubah menjadi ion fenolat dalam suasana
basa. Ion fenolat yang terbentuk akan mereduksi asam fosfomolibdat-
fosfotungstat dalam reagen Folin-Ciocalteu selama proses oksidasi fenol
menjadi senyawa kompleks molybdenum-tungsten berwarna biru. Perubahan
menjadi warna biru inilah yang digunakan sebagai indikator keberadaan
senyawa fenolik dalam sampel.

Uji pendahuluan senyawa fenolik menggunakan kontrol positif dan


kontrol negatif. Kontrol positif yang digunakan yaitu reagen Folin-Ciocalteu
yang direaksikan dengan asam galat dan natrium karbonat untuk menunjukkan
warna larutan jika . hasilnya positif,Kontrol negatif yang digunakan yaitu
reagen Folin-Ciocalteu, metanol : air (1:1) dan natrium karbonat untuk
menunjukkan jika hasilnya negatif.

Hasil dari uji kualitatif ekstrak etanol menunjukkan perubahan warna


menjadi biru, sama seperti kontrol positif. Hal ini berarti dalam ekstrak etanol
mengandung senyawa – senyawa fenolik. Warna yang dihasilkan oleh sampel
yang direaksikan dengan pereaksi Folin dan natrium karbonat tidak sepekat
pada kontrol positif karena kandungan fenolik dalam sampel rendah. Semakin
tinggi kandungan fenolik dalam sampel maka intensitas warna biru juga
semakin meningkat. Asam galat digunakan sebagai senyawa pembanding
karena merupakan salah satu asam fenolik yang banyak terdapat dalam
tanaman, dan sering digunakan untuk mendeterminasi kandungan fenol dalam
tanaman melalui uji Folin-Ciocalteu.

b. Mekanisme reaksi pada flavonoid

Untuk mengetahui kandungan flavonoid pada ekstrak uji digunakan uji


Shinoda test, yaitu menggunakan larutan HCl pekat dan serbuk Mg yang
menghasilkan warna kuning, oranye, atau merah jika dinyatakan positif.

Mg(s) + 2HCl(l) -> MgCl2(aq) + H2(g)

MgCl2(aq) + 6ArOH(s) -> [Mg(OAr)6] -4 (aq) + 6H+ + 2Cl-

Reaksi flavonoid pada ekstrak etanol berdasarkan uji Shinoda

Ekstrak etanol mengandung senyawa flavonoid. Hasil penelitian yang


dilakukan sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu timbul warna merah
pada ekstrak etanol buah buni yang direaksikan dengan HCl dan Mg, hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak positif mengandung flavonoid.

c. Mekanisme reaksi pada saponin

Uji saponin dilakukan dengan menggocok kuat ekstrak dengan


akuades selama 30 detik hingga terbentuk buih setinggi 10 cm. Buih yang
terbentuk ini akan tahan dalam jangka waktu yang lama, tidak akan hilang
selama 30 detik. Saponin pada umumnya berada dalam bentuk glikosida,
sehingga mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air . Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan yang dapat menimbulkan busa jika
dikocok dengan air. Hal ini karena saponin memiliki gugus polar dan non
polar yang akan membentuk misel. Apabila misel terbentuk maka gugus polar
akan menghadap keluar yang akan berikatan dengan air dan gugus non polar
akan menghadap kedalam menjauhi air yang tampak seperti busa, akibatnya
terjadi penurunan tegangan permukaan air yang dapat menimbulkan buih.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan yaitu
ekstrak etanol tidak mengandung saponin karena tidak terbentuk buih pada
saat pengocokan.

5. Dari topic 2 yang lalu apkah tumbuhan yang kalian pilih mengandung fenolik,
flavonoid, dan saponin ?

Jawab :

Beluntas (Pluchea indica Less) adalah tanaman herba yang umumnya


digunakan sebagai obat tradisional dan pangan (lalapan). Daun beluntas mempunyai
beberapa aktivitas biologi karena mengandung berbagai senyawa fenolik.
Konsentrasi fenol dalam daun beluntas sangat bergantung pada ruas daun, kondisi
tanah, tingkat kesuburan dan stress lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk
menentukan aktivitas antioksidan dari ketiga kelompok dari ruas daun beluntas yang
meliputi : 1-3, 4-6 dan >6. Daun beluntas yang sudah dipetik dari pekarangan,
dikeringkan pada suhu 27 oC selama 7 hari, dimaserasi dengan petroleum eter (1:4
b/v) pada suhu kamar selama 24 jam dan diekstraksi soxhlet denga metanol (1:15 b/v)
pada suhu 65oC selama 3 jam.Hasil menunjukkan bahwa ekstrak mengandung
senyawa fitokimia seperti : tanin, sterol, fenol hidrokuinon dan flavonoid. Ekstrak ini
mempunyai aktivitas antioksidan menangkap radikal bebas DPPH (2,2-phenyl-1-
picrylhydrazyl). Ekstrak dari ruas daun beluntas 1-3 yang paling berpotensi sebagai
sumber antioksidan dari ruas daun 4-6 dan >6, sebab ekstrak tersebut mempunyai
nilai IC50 (konsentrasi penghambatan) paling kecil dan kadar fenol total dan
flavonoid total tertinggi. Nilai IC50, total fenol dan Evaluasi Aktivitas Antioksidatif ..
(Paini Sri W, C. Hanny W, Peni Suprapti H, Dondin Sajuthi) 2 total flavonoid dari
ekstrak ruas daun beluntas 1-3 masing-masing sebesar 3.71 mg/L, 234.65 mg GAE
(gallic acid equivalent)/100 g berat sampel kering dan 2163.59 mg QE (Quercetin
equivalent)/100 g berat sampel kering.

Beluntas (Pluchea indica) merupakan salah satu tumbuhan yang belum


dimanfaatkan. Beluntas merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki kandungan
senyawa bioaktif metabolit sekunder, senyawa tersebut antara lain tannin, alkanoid,
flavonoid dan saponin. Senyawa metabolit sekunder dapat memberikan efek toksik
terhadap hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan besar
konsentrasi ekstrak daun beluntas terhadap mortalitas dan perkembangan S. litura F.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi dan leaf
dipping. Parameter yang diamati adalah mortalitas dan pembentukan pupa. Ekstrak
daun beluntas berpotensi sebagai insektisida nabati terhadap hama S. litura F.
Konsentrasi ekstrak kontrol, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, dan 90%
pada perlakuan 24 jam mampu memperoleh nilai LC50 sebesar 28%. Sehingga dapat
mempengaruhi perkembangan dengan menghambat pembentukan pupa.

6. Dari topic 4, 5 dan 6 Jelaskan perbedaan uji steroid dan uji terpenoid dengan uji
fenolik, flavonoid, dan saponin?

Jawab :

a. uji steroid

 Reagen yang digunakan, : Larutan Pereaksi Liebermann-Burchard, Larutan


Pereaksi Asam Sulfat 50%, Larutan Pereaksi Amoniaencer, Larutan Pereaksi
Carr-Price
 Hasil : Jika timbulnya warna bewarna biru sampai unggu steroid
 Mekanisme : Mekanisme reaksi yang terjadi yaitu mula mula membentuk
turunan asetil terlebih dahulu yaitu dengan proses penguapan, kemudian
ditambah kloroform untuk melarutkan steroid, lalu tambahkan H2SO4 pekat
untuk menghidrolisis air yang nantinya akan bereaksi dengan turunan asetil
membentuk cincin merah coklat atau ungu dan larutan atas berwarna hijau,
perubahan warna yang terjadi pada percobaan ini karena adanya reaksi antara
air yang dihidrolisis dengan turunan asetil.

b. Uji Terpenoid

 Reagen yang digunakan : Larutanpereaksi Liebermann-Burchard, Larutan


pereaksi asam sulfat 50 %,Larutan pereaksi ammonia encer, Larutan Pereaksi
Carr-Price, Kloroform, Brieskorn dan Biner
 Hasil : Timbulnya warna merah jingga atau ungu menandakan uji positif
terhadap triterpenoid,
 Mekanisme : Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya
kandungan steroid atau terpenoid dalam sampel dapat dilakukan dengan cara
10 mL ekstrak cair diuapkan dengan menambahkan asam asetat anhidrat yang
bertujuan untuk membentuk turunan asetil lalu ditambahkan kloroform yang
bertujuan untuk melarutkan steroid karena kloroform dan steroid memiliki
kepolaran yang sama sehingga steroid akan larut dalam kloroform lalu
dilanjutkan dengan penambahan H2SO4 pekat yang bertujuan untuk
menghidrolisis air yang akan bereaksi dengan turunan asetil membentuk
cincin merah coklat atau ungu artinya positif triterpenoid dan larutan atas
berwarna hijau yang menunjukkan pada sampel mengandung steroid. Warna
hijau tersebut sebanding dengan konsentrasi steroid.

c. Uji Fenolik

 Reagen yang digunakan : Folin-Ciocalteu


 Hasil : Terjadinya perubahan warna menjadi biru
 Mekanisme : Senyawa fenolik akan berubah menjadi ion fenolat dalam
suasana basa. Ion fenolat yang terbentuk akan mereduksi asam fosfomolibdat-
fosfotungstat dalam reagen Folin-Ciocalteu selama proses oksidasi fenol
menjadi senyawa kompleks molybdenum-tungsten berwarna biru. Perubahan
menjadi warna biru inilah yang digunakan sebagai indikator keberadaan
senyawa fenolik dalam sampel.

d. Uji flavonoid

 Reagen yang digunakan : larutan HCl pekat dan serbuk Mg


 Hasil : menghasilkan warna kuning, oranye, atau merah jika dinyatakan
positif.
 Mekanisme : Mg(s) + 2HCl(l) -> MgCl2(aq) + H2(g)

MgCl2(aq) + 6ArOH(s) -> [Mg(OAr)6] -4 (aq) + 6H+ + 2Cl-

Reaksi flavonoid pada ekstrak etanol berdasarkan uji Shinoda

e. Uji saponin

 Reagen yang digunakan : akuades


 Hasil : Buih yang terbentuk ini akan tahan dalam jangka waktu yang lama,
tidak akan hilang selama 30 detik
 Mekanisme : Saponin pada umumnya berada dalam bentuk glikosida,
sehingga mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air . Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan yang dapat menimbulkan busa jika
dikocok dengan air. Hal ini karena saponin memiliki gugus polar dan non
polar yang akan membentuk misel. Apabila misel terbentuk maka gugus polar
akan menghadap keluar yang akan berikatan dengan air dan gugus non polar
akan menghadap kedalam menjauhi air yang tampak seperti busa, akibatnya
terjadi penurunan tegangan permukaan air yang dapat menimbulkan buih.

Anda mungkin juga menyukai