Anda di halaman 1dari 4

BAB 3

Industri tahu UD. Sugih Waras merupakan industri rumahan yang industrinya berada di Desa
Atu-Atu Kecamatan Palaihari. Proses industri ini masih menggunakan proses pengolahan tahu
pada umumnya, masih sederhana sebagaimana industri tahu rumahan lainnya.

Penerapan produksi bersih perlu disosialisasikan pada industri tahu karena dapat membantu
pencegahan dan menurunkan dampak lingkungan melaui siklus hidup produk. Siklus hidup
produk dimulai dari penyediaan bahan baku hingga menjadi produk dan sampai pada
pembuangan akhir. Strategi produksi bersih yang dapat diterapkan pada inidustri ini meliputi
strategi dengan melihat proses dan melihat produk akhir. Strategi dengan melihat proses berupa
pencegahan kerusakan pada bahan baku, meminimumkan penggunaan energi, menghilangkan
penggunaan bahan baku yang berbahaya dan beracun serta mengurangi kadar racun yang
terkandung di emisi dan limbah sebelum meinggalkan proses. Strategi pada produk akhir
dilakukan dengan mengurangi dampak lingkungan sepanjang daur hidup produk mulai dari
pembuatan produk hingga pembuangan akhir. Tujuh faktor kunci dalam produksi bersih, yaitu:
 Mengurangi jumlah penggunaan bahan
 Mengurangi jumlah penggunaan energI
 Mengurangi pencemaran
 Memperbesar daur ulang bahan
 Memaksimalkan penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui
 Meningkatkan intensitas pelayanan

3.1 Umum
Penerapan produksi bersih untuk efisiensi energi dan sumberdaya lain pada klaster industri kecil
tahu di industri tahu UD. Sugih Waras Desa ATU-atu Kecamatan Palaihari dimulai dengan
melakukan pelatihan kepada masyarakat industri untuk memperkenalkan cara-cara melakukan
efisiensi energi dan bahan baku pada proses produksi. Pelatihan penerapan program produksi
bersih dilengkapi dengan studi lapangan. Metoda yang digunakan pada pelatihan ini adalah
diskusi partisipatif, yang melibatkan semua peserta untuk mendapatkan masukan tentang kondisi
saat ini, kendala yang ada, penanganan yang sudah ada dan yang akan dilakukan untuk
penyelesaian masalah.
Setiap tahapan dalam memproduksi tahu terdapat peluang penghematan. Kata kunci
penghematan atau efisiensi, lebih ditonjolkan didalam diskusi produksi dibandingkan dengan
aspek pencemaran lingkungan, hal ini dikarenakan para perajin tahu merasa bahwa proses
produksi yang dilakukan sudah efisien, seperti yang biasa dikerjakan oleh orang tuanya. Adanya
korelasi antara pencemaran lingkungan dan ketidakefisienan proses yang dilakukan menjadikan
konsep produksi bersih, merupakan solusi terhadap permasalahan lingkungan sekaligus
peningkatan efisiensinya. Selain itu, kepada peserta ditunjukkan peluang lain yang dapat
dilakukan seperti efisiensi penggunaan kayu bakar dengan modifikasi alat pemasak dengan
pemanfaatan panas, penghematan air, penyaringan tahu yang lebih aman.
Untuk membiasakan perajin memecahkan persoalannya secara bersama maka peserta dibagi
dalam kelompok kerja dan dibagikan persoalan yang harus dipecahkan. Dalam diskusi ini, setiap
kelompok didampingi oleh seorang fasilitator untuk mengarahkan jalannya diskusi. Hasil diskusi
tersebut dipresentasikan dihadapan kelompok lain, tim pelaksana, kepala desa maupun aparat
desa. Pembelajaran yang dapat diambil dalam pelatihan adalah terbukanya wawasan peserta
tentang cara-cara melakukan efisiensi bahan baku dan energi dalam proses produksi mereka,
dengan melakukan diskusi-diskusi dan informasi pengalaman narasumber (pelatih) dapat
dijadikan acuan dalam menggali perbaikan dalam proses produksinya.
Diskusi yang dilakukan dalam kelompok maupun pleno antar kelompok peserta, memberikan
pemahaman konsep penerapan produksi bersih di industri tahu yang dapat diterapkan pada
masing-masing industri. Pertemuan-pertemuan seperti ini merupakan ajang tukar pengalaman
untuk menuju proses yang lebih baik. Dalam pelatihan, dilakukan juga kajian lapangan untuk
melakukan praktek bersama untuk menemukan pilihan efisiensi, baik energi maupun bahan baku
yang dapat diterapkan, serta tukar pengalaman dengan tim pelaksana program dalam penerapan
produksi bersih. Setelah ditemukan potensi penghematan, selanjutnya dilakukan penghitungan
dan hasilnya dipresentasikan dalam diskusi kelompok, Tindak lanjut dari pelatihan adalah
pendampingan dalam implementasi pilihan penghematan yang telah ditemukan, monitoring dan
evaluasi kegiatan.
3.2 Limbah
3.2.1 Limbah Padat Industri Tahu
Upaya Produksi Bersih dalam kaitannya dengan limbah harus fokus pada pengurangan beban
polutan limbah. Volume limbah yang dihasilkan juga merupakan masalah penting. Peluang
untuk mengurangi beban polutan limbah yang dihasilkan oleh industri tahu meliputi, ampas tahu
yang diperoleh dari hasil pemisahan bubur kedelai. Ampas tahu masih mengandung protein yang
cukup tinggi sehingga masih dapat dimanfaatkan kembali. Ampas tahu masih mengandung
protein 27 gr, karbohidrat 41,3 gr, maka dimungkinkan untuk dimanfaatkan kembali menjadi
kecap, taoco, tepung yang dapat digunakan dalam pembuatan berbagai makanan (kue kering,
cake, lauk pauk, kerupuk, dll). Pada pembuatan kue dan aneka makanan, pemakaian tepung tahu
tersebut dapat disubstitusikan ke dalam gandum. Pemakaian tepung ampas tahu sebagai bahan
substitusi gandum mempunyai manfaat antara lain dihasilkannya suatu produk yang masih
mempunyai nilai gizi dan nilai ekonomi serta lingkungan menjadi bersih.
Selain itu, ampas tahu kebanyakan oleh masyarakat digunakan sebagai bahan pembuat tempe
gembus. Hal ini dilakukan karena proses pembuatan tempe gembus yang mudah (tidak perlu
keterampilan khusus) dan biayanya cukup murah. Selain tempe gembus, ampas tahu juga diolah
untuk dijadikan pakan ternak. Proses pembuatannya yaitu campuran ampas tahu dan kulit kedelai
yang sudah tidak digunakan dicampur dengan air, bekatul, tepung ikan dan hijauan, lalu diaduk
hingga tercampur rata, kemudian siap diberikan ke hewan ternak. Beberapa produk makanan dan
aneka kue yang dibuat dengan penambahan tepung serat ampas tahu adalah lidah kucing,
chocolate cookie, cake (roti bolu), dan kerupuk ampas tahu. Karena ampas tahu kita ketahui
memiliki banyak kelebihan seperti mengandung protein yang tinggi, banyak mengandung serat,
serta murah dan mudah didapat, maka dapat dikembangkan suatu bentuk usaha baru yang
memanfaatkan ampas tahu sebagai bahan dasarnya dengan tujuan selain sebagai salah satu upaya
mengurangi pencemaran dari limbah atau ampas tahu khususnya di daerah perairan, tapi juga
mampu memberikan alternatif gizi sebagai sumber protein yang bermanfaat bagi tubuh manusia.
Limbah padat juga dihasilkan dari sisa kayu bakar untuk perebusan. Abu sisa dari kayu bakar
juga masih bisa dimanfaatkan sebagai abu gosok dan masih bisa dijual. Meskipun harganya yang
tidak terlalu tinggi namun hal tersebut dapat mengatasi berkurangnya limbah padat yang
dihasilkan.
3.2.2 Limbah Cair Industri Tahu
Limbah cair industri tahu ini di dapatkan dari air pembuangan pada proses perebusan,
penyaringan, dan pengepresan. Limbah cair dari produksi tahu ini dapat dimanfaatkan sebagai
biogas, dimana biogas ini dapat digunakan sebagai enegi pengganti lisrik dan bahan baku proses
produksi. Produksi bersih pada limbah cair tahu sebagai biogas diutamakan pada Strategi 3R
(Reuce, reduce, recycle). Adapun strategi 3R limbah tahu cair sebagai biomassa adalah sebagai
berikut:
1) Reduce (upaya pengurangan). Selain itu, upaya Reduce yang lainnya dapat dilakukan
dengan memanfaatkan mikroalga dapat mengatasi limbah pabrik tahu. Teknologi
pembiakan Chlorella sp. dapat dikembangkan sehingga secara terus-menerus dapat
mengubah limbah cair tahu menjadi biomassa. Dengan memanfaatkan mikroalga
Chlorella sp. Ini dapat juga menurunkan nilai kandungan BOD dan COD dari limbah cair
pabrik tahu yang dihasilkan.
2) Upaya Reuse (penggunaan kembali) dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah padat
ampas tahu sebagai pakan ternak. Keberadaan ampas tahu di tanah air cukup melimpah,
murah dan mudah didapat. Produk sampingan pabrik tahu ini apabila telah mengalami
fermentasi dapat meningkatkan kualitas pakan dan memacu pertumbuhan ayam pedaging.
Produk sampingan pabrik ampas tahu ini telah digunakan sebagai pakan babi, sapi
bahkan ayam pedaging. Namun karena kandungan air dan serat kasarnya yang tinggi,
maka penggunaannya menjadi terbatas dan belum memberikan hasil yang baik. Guna
mengatasi tingginya kadar air dan serat kasar pada ampas tahu maka dilakukan
fermentasi. Fakta menunjukkan bahwa penggunaan ampas tahu sebagai pakan ternak ini
menunjukkan pertumbuhan yang positif pada ternak.
3) Reclye (mendaur ulang kembali) adalah upaya yang ketiga yang dapat dilakukan dalam
pengelolaan limbah yang mengacu pada prinsip 3R. Upaya- upaya yang dapat dilakukan
adalah mendaur ulang ampas tahu ini menjadi kecap ampas tahu, oncom, pupuk cair, dan
bahan bakar biogas. Limbah cair pembuatan tahu bisa disulap menjadi pupuk organik cair
yang kaya manfaat. Selain harganya murah hasil pertaniannya juga bisa lebihbaik.
Sebagai pengganti pupuk urea, pupuk cair dari limbah tahu sangat dibutuhkan tanaman.
Sistem biogas merupakan gabungan antara Up-flow anaerob dengan anaerob biofilter, sistem ini
sangat tepat untuk industri tahu rumah tangga, karena pemakaian biofilter bisa mengurangi
volume IPAL, sehingga lokasi yang digunakan untuk IPAL tidak terlalu memakan tempat,
disamping itu hasil biogas bisa langsung digunakan untuk memasak dan penerangan rumah
tangga.

Anda mungkin juga menyukai