Anda di halaman 1dari 4

A.

Masa Disintegrasi

Disintegrasi merupakan suatu keadaan yang terpecah belah dari kesatuan yang utuh menjadi terpisah-
pisah. Semenjak pemerintahan Harun ar-Rasyid. Dikatakan pada saat itu terjadinya masa keemasan bani
Abbasiyah. Tetapi pada waktu inilah terjadi benih-benih disintegrasi tepatnya pada saat penurunan
tahta. Harun Ar-rasyid telah mewariskan tahta kekhalifaan pada putra tertuanya yaitu Al-Amin

B. Penyebab Terjadinya Disintegrasi

a. Dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad

Faktor–faktor yang menyebabkan kemunduran bani Abbas, sehingga daerah banyak yang
memerdekakan diri;

1. Luasnya wilayah kekuasan Bani Abbasiyah

2. Dengan profesionalisasi angkatan senjata, ketergantungan khalifah sangat tinggi

3. Keuangan negara sangat sulit karena untuk biaya tentara sangat besar.[4]

b. Perebutan Kekuasaan Di Pusat Pemerintahan

Faktor lain yang menyebabkan peran politik bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat
pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam
sebelumnya.Pada pemerintahan bani Abbas, perebutan kekuasaan seperti itu juga terjadi, terutama di
awal berdirinya. Akan tetapi pada masa-masa berikutnya, seperti terlihat pada periode kedua dan
seterusnya, meskipun khalifah tidak berdaya, tidak ada usaha untuk merebut jabatan khilafah dari
tangan Bani Abbas. Yang ada hanyalah usaha merebut kekuasaanya dalam mendirikan dinasti-dinasti
kecil yang merdeka dengan membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas karena jabatan
Khalifah tidak bisa di ganggu gugat lagi Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tersebut. Ditangan
mereka khalifah bagaikan boneka yang tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan
menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan politik mereka.Kekuasaan bani Buwaih akhirnya jatuh ke
tangan Saljuk. Pergantian kekuasaan ini juga menandakan awal periode keempat khalifah Abbasiyah.
Dinasti Saljuk berasal dari kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan.

Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Saljuk berkuasa, paling tidak kewibawaannya
dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama dirampas orang-orang Syi’ah. Dinasti Saljuk
diakui sebagai dinasti yang sukses dalam membangun masyarakat ketika itu. Diantara jasa-jasanya
antara lain:

1. Memperluas Masjidi al-Haram dan Masjid Nabawi

2. Pembangunan rumah sakit di Naisabur

3. Pembangunan gedung peneropong bintang


4. Pembangunan sarana pendidikan.

Di bawah pemerintahan Malik Syah (1072-1092) kekuasaan Saljuk mencapai puncaknya, wilayah
kekuasaan terbentang luas dari kasygar, sebuah kota kecil di wilayah paling ujung Turki, setelah
kematian Malik syah, sejumlah perang antara putera-puteranya ditambah berbagi kerusauhan telah
melemahkan otoritas Saljuk dan mengakibatkan hancurnya pemerintahan.[5]

c. Perang Salib

Sebagaimana telah disebutkan, peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp
Arselan adalah peristiwa Manzikart, tahun 464 H (1071 M). Tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan
15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasi1 mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000
orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Peristiwa besar ini
menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang
kemudian mencetuskan Perang Salib. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Seljuk dapat merebut
Bait al-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir.
Penguasa Seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana.
Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah
ke tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa
supaya melakukan perang suci. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi
dalam tiga periode. Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara
Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya
dengan demikian hal ini mengakibatkan kekuatan umat Islam menjadi lemah dan terpecah belah.
Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.[6]

d. Sebab-sebab Kemunduran Bani Abbasiyah

Beberapa faktor lain yang menyebabkan kemunduran dinasti Abbasiyah:

1. Persaingan antar bangsa

Khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan
dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Ummayah berkuasa.
Keduanya sama-sama tertindas. Budak-budak bangsa Turki dan Persia dijadikan pegawai dan tentara.
Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas mereka dianggap sebagai hamba.
Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Kekuasaan berada di
tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode
ketiga dan selanjutnya beralih kepada dinasti Saljuk pada periode keempat.

2. Kemerosotan ekonomi

Khalifah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi bersama kemunduran di bidang
politik. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan makin menyempitnya wilayah kekuasaan,
banyak terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingankannya pajak dan banyak
dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi bayar upeti. Sedangkan, pengeluaran
membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis
pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan korupsi.

3. Konflik keagamaan

Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik anatara muslim dan zindiq atau
ahlus sunnah dengan syi’ah saja, tetapi juga antara aliran dalam Islam. Mu’tazilah yang cenderung
rasional dituduh sebagai pembuat bid’ah oleh golongan salaf. Aliran mu’tazilah bangkit kembali pada
masa dinasti Buwaih. Dengan didukung penguasa aliran asy’ariyah tumbuh subur dan berjaya.

4. Ancaman dari luar

Faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kahlifah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Pertama,
perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode yang menelan banyak korban. Kedua,
serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam sebagaimana telah disebutkan, orang-orang
Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus II.

Nama : Winda Paramudhita

Nim : 862312019082

Prodi : Mpi4

Anda mungkin juga menyukai