Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah penyebab kematian nomor satu di dunia, di susul

merokok lalu dislipidemia. Hipertensi juga merupakan faktor resiko

independen, sebab terlibat dalam proses terjadinya mortalitas dan morbidilitas

dari kejadian penyakit kardiovaskuler (PKV). Jadi hipertensi bukanlah suatu

penanda risiko (riks marker) tapi memang betul-betul suatu faktor resiko yang

independen.(Setiati,2017). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah

peningkaatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebh dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu

lima menit dengan keadaan cukup istirahat atau tenang (Kementerian

Kesehatan RI, 2014).

Hipertensi sering di sebut sebagai “Sillent killer”, karna sering kali pasien

hipertensi bertahun-tahun tanpa merasakan suatu gangguan atau gejala.

Tanpa di sadari pasien mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti

jantung,otak ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti

pusing,gangguan penglihatan, dan sakit kepala,sering kali terjadi pada saat

hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu

yang bermakna (Triyanto,2014).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukan sekitar

1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di

dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat

setiap tahunnya di prediksi pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang

1
terkena hipertensi dan di perkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal

akibat hipertensi dan komplikasi.

Hipertensi di indonesia berdasar hasil pengukuran pada usia lebih 18

tahun sebesar 34,1%, tertinggi di kalimantan selatan (44,1%), sedangkan

terendah di papua(22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44

tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).

(Riskesdas,2018).

Hipertensi atau darah tinggi juga masih menjadi ancaman serius yang

berdampak pada produktivitas hidup seseorang di NTB, prevalensi hipertensi

pada umur 18 tahun di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yakni mencapai

34,1.(RISKESDEAS,2018)

Menurut Dinas Kesehatan Lombok Barat tahun 2018, jumlah penderita

hipertensi berusia ≥ 18 tahun berdaskan jenis kelamin laki-laki dan

perempuan sebanyak 25,851 jiwa dan yang mendapatkan pelayanan hanya

sebanyak 3,094 penderita. Puskesmas Gunung Sari merupakan salah satu

Puskesmas yang menduduki pringkat kedua pasien hipertensi terbanyak yaitu

2,025 jiwa dan yang sudah mendapatkan pelayanan sebanyak 223 jiwa.

(Profil Dinas Kesehatan Lombok Barat,2018).

Ada beberapa faktor penyebab hipertensi yang tidak bisa di ubah seperti

riwayat keluarga,umur,jenis kelamin,dan etnis,akan tetapi, fakta yang sering

terjadi justru faktor-faktor di luar itulah yang menjadi pemicu terbesar terjadi

hipertensi dengan komplikasi strok dan serangan jantung,seperti

stres,obesitas dan nutrisi. Di samping faktor yang tidak bisa dimodifikasi

seperti usia,jenis kelamin,dan genetik, faktor lingkungan juga menjadi faktor

resiko yang masih bisa di upayakan untuk meminimalisir dampaknya, yaitu

2
stres,berat badan,pengunaan kontrasepsi oral pada perempuan,kebiasaan

merokok,asupan garam berlebih. Ada begitu banyak faktor yang menjadi

faktor resiko hipertensi. Akan tetapi banyak pula mengabaikannya. Meskipun

sadar akan faktor resiko terjadinya stroke di kemudian hari akibat hipertensi,

tapi banyak juga yang tidak menghindari faktor-faktor pencetus hipertensi dan

mangkir minum obat. Ada kemungkinan mereka masih ragu dan gamang

tentang hubungan penurunan tekanan darah dengan pencegahan terjadinya

serangan stroke sehingga maju mundur dan sering absen dalam terapi

hipertensi. (Nurrahmi & kurniadi,2015)

Modifikasi gaya hidup sehat bagi stiap orang sangat penting dalam

penanganan hipertensi. Semua pasien hipertensi harus melakukan

perubahan gaya hidup . di samping menurunkan tekanan darah pada pasien-

pasien dengan hipertensi, modifikasi gaaya hidup juga dapat mengurangi

berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dangan tekanan

darah hipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting adalah mengurangi

berat badan untuk individu yng obesitas , mengadopsi pola makan DASH

(Dietary Approach to Stop Hipertension) yang kaya akan kalium , diet rendah

natrium, aktifitas fisik , dan mengonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah

pasien dengan pengobatan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu

obat hipertensi, mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan

pasien dari mengunakan obat. (triyanto,2014)

Pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan strategi

utama dalam pencegahan tahap primer. Tujuan pendidikan kesehatan dan

promosi kesehatan dimaksud untuk perubahan prilaku pengetahuan, seorang

dalam mencegah terjadinya kesakitan. (Noto atmojo) mengungkapkan bahwa

3
pengetahun,sikap dan prilaku pencegahan penyakit yang di lakukan selama

satu tahun dengan pendekatan model peer group di dapatkan ada perbedaan

yang bermakna terkait pengetahuan,sikap dan prilaku sebelum dan sesudah

perlakuan pendidikan kesehatan. Hasil penelitian Triyanto, Iskandar dan

Saryono.(2012) mengambarkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh

terhadap pilihan dan perubahan prilaku.

Bedasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audio

visual tentang gaya hidup pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Gunung Sari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu : “apakah ada pengaruh pendidikan

kesehatan dengan metode audio visual tentang gaya hidup penderita

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Gunung Sari?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audiovisual

tentang gaya hidup penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Gunung Sari.

2. Tujuan khusus

4
a. Mengetahui karateristik responden yang akan di teliti yakni: usia, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

b. Mengidentifikasi gaya hidup penderita hipertensi sebelum di berikan

pendidikan kesehatan melalui media audiovisual

c. Mengidentifikasi gaya hidup penderita hipertensi setelah di berikan

pendidikan kesehatan melalui media audiovisual

d. Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audio

visual tentang gaya hidup penderita hipertensi

D. Hipotesis Penelitian

Berdasakan landasan teori diatas, maka di rumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Ho : tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode

audiovisual tentang gaya hidup penderita hipertensi

2. Ha : ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang dengan metode

audiovisual tentang gaya hidup penderita hipertensi

E. Manfaat penelitian

1. Manfaat Tioritis

Penelitian ini dapat menambah pegetahuan, wawasan, dan bahan

untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

meningkatkan mutu asuhan keperawatan kusus kesehatan pada

penderita hipertensi

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarkat

Masyarakat khusus dengan penderita hipertensi dapat mengetahui

tentang penatalaksanaan dan pencegahan serta mandiri dalam

5
pemeliharaan kesehatan diri an mampu mendukun penatalaksanaan

hipertensi dengan gaya hidup yang baik dan benar.

b. Bagi Institusi Puskesmas Gunung Sari

Dapat memberikan implementasi pelayanan kesehatan khusus pada

penderita hipertensi dengan memberikan pendidikan kesehatan dengan

metode audio visual untuk meningkatkan pengetahuan terhadap

hipertensi.

c. Bagi Peneliti Lain dan Mahasiswa

Penelitian ini aka dapat di jadikan sebagai kerangka acuan untuj

penelitian selanjutnya serta memberikan informasi awal bagi

pengembnagan penelitiian serupa terkait pendidikan kesehatan melalui

media audio visual untuk pengetahuan hipertensi pada pederita

hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai