Anda di halaman 1dari 15

Universitas Pamulang S1 Akuntansi

PERTEMUAN 8
AUDIT TERHADAP SIKLUS PRODUKSI : PENGUJIAN SUBTANTIF
TERHADAP SALDO SEDIAAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai deskripsi mengenai
persediaan, tujuan dan program pemeriksaan pengujian subtantif saldo
sediaan. Diharapkan Anda harus mampu:
1.1 Mengetahui deskripsi mengenai persediaan
1.2 Mengetahui tujuan pengujian subtantif saldo sediaan
1.3 Mengetahui program pengujian subtantif saldo sediaan

B. URAIAN MATERI

Tujuan Pembelajaran 1.1:


Mengetahui deskripsi mengenai persediaan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.14, hal 14.1 s/d


14.2 & 14.9 – IAI, 2002, persediaan adalah aktiva:
1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
3. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk
digunakan dalam proses atau pemberian jasa.

Sediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan tujuan untuk


dijual dalam kegiatan bisnis yang normal atau barang-barang yang akan
dikonsumsi dalam pengolahan produk yang akan dijual. Sediaan umumnya
mendapat perhatian yang lebih besar dari auditor didalam auditnya karena
berbagai alasan berikut ini :
1. Umumnya sediaan merupakan komponen aktiva lancar yang
jumlahnya cukup material dan merupakan objek manipulasi serta
tempat terjadinya kesalahan-kesalahan besar.
2. Penentuan besarnya nilai sediaan secara langsung
mempengaruhi kos barang yang dijual (cost of good sold)
sehingga berpengaruh pula terhadap perhitungan laba tahun yang
bersangkutan.
3. Verifikasi kuantitas, kondisi, dan nilai sediaan merupakan tugas
yang lebih kompleks dan sulit dibanding dengan verifikasi
sebagian besar unsur laporan keuangan yang lain.
4. Seringkali sediaan disimpan diberbagai tempat sehingga
meyulitkan pengawasan dan penghitungan fisiknya.
5. Adanya berbagai macam sediaan menimbulkan kesulitan bagi
auditor dalam melaksanakan auditnya.

Persediaan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

Auditing II 85
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

 biasanya merupakan aktiva lancar (current assets) karena masa


perputarannya biasanya kurang atau sama dengan satu tahun.
 merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan
industri.
 mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan laba
rugi, karena kesalahan dalam menentukan persediaan pada akhir periode
akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aktiva lancar dan total
aktiva, harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak
penghasilan, pembagian dividen dan laba rugi ditahan, kesalahan
tersebut akan terbawa ke laporan keuangan periode berikutnya.

Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai persediaan


adalah:

 Bahan baku {raw materials)


 Barang dalam proses (work in process)
 Barang jadi (finished goods)
 Suku cadang (spare-parts)
 Bahan pembantu: olie, bensin, solar
 Barang dalam perjalanan (goods in transit), yaitu barang yang sudah
dikirim oleh Supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan.
 Barang konsinyasi: consignment out (barang perusahaan yang dititip
jual pada perusahaan lain). Sedangkan consignment in (barang
perusahaan lain yang dititip jual di perusahaan) tidak boleh
dilaporkan/dicatat sebagai persediaan perusahaan.

PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN SEDIAAN


DALAM NERACA
1. Laporan keuangan harus menjelaskan bahwa sediaan dinilai dengan
lower of cost or market dan harus menyebutkan metode yang
digunakan dalam menentukan kos sediaan.
2. Jika sediaan dinyatakan pada kosnya, nilai pasarnya pada tanggal
neraca harus dicantumkan dalam tanda kurung, dan jika sediaan
diturunkan nilainya pada harga pasarnya, kosnya harus dicantumkan
dalam tanda kurung. Kos pengganti kini (current replacement cost)
harus dicantumkan dalam laporan keuangan untuk sediaan yang
kosnya ditentukan berdasarkan metode masuk terakhir, keluar
pertama.
3. Akibat perubahan metode penilaian sediaan terhadap perhitungan
laba rugi tahun yang diaudit harus dijelaskan dalam laporan keuangan
dan auditor harus menyatakan perkecualian mengenai konsistensi
penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam laporan audit.
4. Penjelasan yang lengkap harus dibuat dalam laporan keuangan jika
sediaan digadaikan sebagai jaminan utang yang ditarik oleh klien.

Auditing II 86
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

5. Jika jumlahnya material, sediaan dalam perusahaan manufaktur harus


dikelompokkan menurut kelompok utama berikut ini: sediaan produk
jadi, sediaan produk dalam proses, dan sediaan bahan baku.
Penyajian kelompok sediaan tersebut dalam neraca berdasarkan
urutan likuiditasnya.
6. Perjanjian pembelian harus dijelaskan dalam laporan keuangan, jika
jumlahnya material atau bersifat luar biasa.
7. Cadangan untuk menghadapi kemungkinan turunnya harga sediaan
setelah tanggal neraca harus dibentuk dengan menyisihkan sebagai
laba yang ditahan. Cadangan ini tidak boleh dikurangkan dari
sediaan, namun harus disajikan sebagai pengurang akun laba
ditahan.

Ada beberapa metode penghitungan fisik persediaan, antara lain :


1) penghitungan fisik secara menyeluruh yang dilaksanakan setahun
sekali pada tanggal neraca atau pada tanggal tertentu yang dihadiri
auditor.
2) penghitungan yang kontinue yang dilakukan atas seluruh persediaan
sekurang-kurangnya sekali dalam setahun
3) penghitungan ulang atas semua seksi yang terbesar dengan
menghitung sekurang-kurangnya sekali dalam setahun untuk seksi-
seksi lainnya.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 331 mengenai


“Sediaan” mengatur mengenai penghitungan fisik persediaan yang
dilakukan oleh auditor. Dalam paragraf 3 diatur bahwa jika kuantitas
sediaan hanya ditentukan melalui penghitungan fisik, dan semua
penghitungan dilakukan pada tanggal neraca atau pada suatu tanggal
dalam periode yang tepat, baik sebelum maupun sesudah tanggal
neraca, maka perlu bagi auditor untuk hadir pada saat penghitungan fisik
sediaan dan, melalui pengamatan, pengujian dan permintaan keterangan
memadai, untuk meyakinkan dirinya tentang efektivitas metode
penghitungan fisik sediaan dan mengukur keandalan yang dapat
diletakkan atas representasi klien tentang kuantitas dan kondisi fisik
sediaan.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan auditor dalam
penghitungan fisik persediaan, diantaranya adalah :
1) selama penghitungan fisik persediaan, auditor harus memastikan
bahwa pengendalian atas prosedur pemasukan dan pengeluaran
barang atau pergerakan intern barang selama penghitungan
berlangsung telah diikuti sebagaimana mestinya, untuk menilai
kecermatan pisah batas (cut-off) yang telah dilakukan. Jika
memungkinkan, sebaiknya proses produksi dihentikan sementara
selama berlangsungnya penghitungan fisik persediaan ataupun

Auditing II 87
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

penghitungan fisik dilakukan pada saat tidak adanya kegiatan


penerimaan maupun pengeluaran barang di gudang.
2) auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya barang
konsinyasi (titipan) yang bukan menjadi milik perusahaan, barang
jaminan dan lainnya
3) kemungkinan adanya persediaan yang tidak berada dalam
pengawasan perusahaan, misalnya barang yang berada di lokasi
gudang umum, barang yang dipegang oleh penjual, barang
konsinyasi dan lainnya. Untuk jenis persediaan ini, prosedur audit
yang harus dilakukan adalah dengan melakukan konfirmasi langsung
secara tertulis ataupun dengan penghitungan fisik.
4) auditor harus memastikan bahwa persediaan dalam perjalanan benar-
benar belum diterima sampai pada saat penghitungan fisik persediaan
berlangsung. Jika penghitungan fisik persediaan dilakukan setelah
tanggal neraca, auditor harus melakukan tarik mundur (draw back)
hasil penghitungan fisik persediaan ke saldo tanggal neraca. Prosedur
ini terutama diperlukan untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
pencatatan saldo persediaan pada tanggal neraca telah sesuai
dengan fisik persediaan yang ada di gudang.

Pengujian atas Penentuan Harga Pokok Persediaan


Harga pokok persediaan umumnya ditentukan dengan metode rata-rata,
FIFO ataupun LIFO. Dalam meakukan pemeriksaan atas akun persediaan,
auditor harus melakukan pengujian untuk memperoleh keyakinan memadai
bahwa metode yang digunakan dalam menilai persediaan telah sesuai dengan
kebijakan akuntansi perusahaan.

Kuesioner Pengendalian Intern Persediaan


Kuesioner berkaitan dengan pengendalian intern persediaan di gudang
yang biasanya ditanyakan oleh auditor selama berlangsungnya pemeriksaan
diantaranya adalah :
 apakah persediaan dipisahkan secara memadai antara bahan baku,
barang dalam proses, bahan pembantu maupun barang jadi
 apakah terdapat pengamanan yang cukup terhadap pencurian,
kerusakan, kebakaran, banjir maupun risiko lainnya
 apakah persediaan berada di bawah pengawasan penjaga gudang
 apakah gudang tempat penyimpanan barang hanya dapat dimasuki oleh
petugas gudang
 apakah barang dalam gudang hanya boleh dikeluarkan berdasarkan bukti
permintaan dan bukti pengeluaran barang yang telah disetujui oleh
pejabat berwenang
 apakah ada prosedur/pengawasan barang masuk atau keluar gudang,
sepertipenjaga pintu, pengecekan ulang antara barang di truk dengan
dokumen bersangkutan dan lainnya jika perusahaan menggunakan sistim
persediaan perpetual,

Auditing II 88
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

 apakah pencatatan di kartu persediaan dibuat terpisah untuk masing-


masing kelompok persediaan
 apakah orang yang melaksanan pencatatan pada kartu persediaan bukan
orang yang berfungsi sebagai penjaga gudang
 apakah secara periodik, jumah barang yang ada di kartu persediaan
dicocokkan dengan buku besar
 apakah saldo persediaan dihitung secara fisik sekurang-kurangnya
setahun sekali dan dicocokkan dengan kartu persediaan

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Mengetahui tujuan pengujian subtantif terhadap sediaan

Tujuan audit terhadap sediaan adalah:


1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan sediaan.
2. Membuktikan asersi keberadaan sediaan yang dicantumkan dineraca dan
keterjadian transaksi yang berkaitan dengan sediaan.
3. Membuktikan asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan dengan
sediaan yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo
sediaan yang disajikan dineraca.
4. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas sediaan yang
dicantumkan dineraca.
5. Membuktikan asersi penilaian sediaan yang dicantumkan dineraca.
6. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan sediaan dineraca.

Fungsi-Fungsi yang Membentuk Siklus Persediaan dan Pergudangan


1. Menyimpan BB (bahan baku). Barang disimpan hingga saatnya
dibutuhkan, dikeluarkan dari gudang apabila ada permintaan yang
diberi wewenang, perintah kerja, dokumen yang menyebutkan jenis
dan jumlah barang yang diminta.

2. Memproses pesanan pembelian. Permintaan pembelian digunakan


untuk meminta departemen pembelian untuk memesan barang
persediaan. Pengendalian atas permintaan pembelian dan pesanan
pembelian yang terkait harus dievaluasi dan diuji sebagai bagian
dari siklus penjualan dan pembelian.

3. Memproses barang. Jumlah barang yang diproduksi tergantung


pesanan customer, prediksi penjualan, tingkat persediaan barang jadi,
keekonomisan dari proses produksi. departemen produksi membuat
laporan produksi dan barang rusak sehingga catatanakuntansi
dapat mencerminkan pergerakan barang dan biaya produksi yang
tepat.

4. Mengirim barang atau produk jadi. Pengiriman barang harus didukung


dengan dokumen pengiriman yang telah diberi wewenang.

Auditing II 89
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

5. Menerima BB (bahan baku) baru. Barang yang diterima diperiksa


kuantitas dan kualitasnya, dibuat laporan penerimaan barang.
Barang dikirim ke gudang, dokumen dikirim ke bagian pembelian,
guang, dan hutang usaha.

6. Menyimpan produk yang terselesaikan (barang jadi). Setelah barang


selesai diproses di departemen produksi, penyimpanan dilakukan di
gudang menunggu pengiriman. Penyimpanan dipindahkan ke
berbagai tempat dengan izin yang terbatas.

Beberapa ciri internal control yang baik atas persediaan adalah:

1. Adanya segregation of duties (pemisahan tugas dan tanggung jawab)


antara bagial pembelian, penerimaan barang, gudang, akuntansi dan
keuangan.
2. Digunakannya formulir-formulir yang prenumbered (bernomor urut
tercetak), seperti:
 purchase requisition (permintaan pembelian), purchase
order (order pembelian),
 delivery order (surat jalan), receiving report (laporan penerimaan
barang), sales order (order penjualan), sates invoice (faktur
penjualan).
3. Untuk pembelian dalam jumlah besar dilakukan melalui tender.
4. Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan
kas/bank, maupun pengeluaran kas/bank.
5. Digunakannya anggaran {budget) untuk pembelian, produksi, penjualan,
dan penerimaan serta pengeluaran kas.
6. Pemesanan barang dilakukan dengan memperhitungkan economic order
quantity dan iron stock.
7. Digunakannya perpetual inventory

Tujuan Pembelajaran 1.3:


Mengetahui program pengujian subtantif terhadap saldo sediaan
Beberapa tahapan prosedur audit yang harus dilakukan auditor dalam
melakukan pemeriksaan atas akun persediaan diantaranya adalah :
1. Pemahaman Bisnis Klien – kecukupan pemahaman atas bisnis
perusahaan merupakan dasar terhadap audit persediaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh auditor melalui Kuesioner
Pemahaman Bisnis dan Jenis Usaha Klien akan memberikan auditor
pemahaman mengenai aspek-aspek unik dari bisnis dan jenis usaha,
seperti faktor musiman dan siklus, sifat dari keuangan, metode dan
kebijaksanaan penjualan, kondisi persaingan usaha, bahan baku dan
sumbernya, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang berkaitan dengan
kebijaksanaan operasi perusahaan serta karakteristik sistim informasi
termasuk metode costing. Pemahaman ini memungkinkan auditor

Auditing II 90
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

untuk mencapai kesimpulan mengenai aspek-aspek laporan


keuangan sehubungan dengan persediaan.
2. Penilaian Pengendalian Intern – tujuan pengendalian intern atas
persediaan adalah untuk meyakinkan bahwa (a) adanya pengendalian
yang memadai terhadap mutasi persediaan, (b) semua transaksi
persediaan telah dicatat dan diklasifikasikan dengan tepat, (c)
penghitungan fisik persediaan telah dijalankan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan, (d) harga perolehanpersediaan telah
ditentukan dengan tepat, (e) penyesuaian atas persediaan yang
bergerak lambat (slow moving), usang dan rusak telah dilakukan
dengan tepat.
3. Pengujian Substantif – tujuan utama pengujian substantif terhadap
persediaan adalah untuk memberikan bukti nyata dari keberadaan
dan penilaian persediaan. Pengujian ini meliputi observasi dan
pengujian penghitungan fisik (stock taking), pengujian ringkasan dan
pengujian harga.

Prosedur Audit Awal


Sebelum membuktikan apakah saldo sediaan yang dicantumkan
oleh klien di neracanya sesuai dengan sediaan yang benar-benar ada
pada tanggal neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi
sediaan yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang
mengdukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor
memperoleh keyakinan bahwa informasi sediaan yang dicantumkan di
neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh
karena itu, auditor melakukan 5 prosedur audit berikut ini dalam
melakukan rekonsiliasi informasi sediaan di neraca dengan catatan
akuntansi yang bersangkutan:
1. Usut saldo sediaan yang tercantum di neraca ke saldo akun sediaan
yang bersangkutan didalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun sediaan di buku besar.
3. Usut saldo awal akun sediaan ke kertas kerja tahun yang lalu.
4. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun sediaan ke jurnal
yang bersangkutan.
5. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu sediaan dengan akun control
sediaan di buku besar.

Prosedur Analitik
Merupakan pengecekan secara menyeluruh mengenai kewajaran
sediaan yang disajikan di neraca. Dalam prosedur ini, auditor menghitung
berbagai ratio yang bersangkutan dengan sediaan, misalnya tingkat
perputaran berbagai kelompok sediaan, dan jika terdapat fluktuasi ratio
tertentu dari ratio tahun sebelumnya, auditor berkewajiban mendapatkan
penjelasan mengenai penyebab terjadinya fluktuasi ratio tersebut.
Hubungan antara tingkat perputaran sediaan, tingkat sediaan pada
tanggal neraca, dan volume penjualan semuanya harus mendukung

Auditing II 91
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

pengujian-pengujian substantif yang telah dilakukan oleh auditor. Ratio


berikut ini seringkali digunakan oleh auditor dalam pengujian analitik
terhadap sediaan:
Ratio Formula
1. Tingkat perputaran sediaan
- Sediaan produk jadi Kos produk yang dijual ÷ rerata
saldo sediaan produk jadi
- Sediaan produk dalam Kos produksi ÷ rerata saldo sediaan
proses produk dalam proses
- Sediaan bahan baku Biaya bahan baku ÷ rerata saldo
sediaan bahan baku
- Sediaan barang Kos produk yang dijual ÷ rerata
dagangan saldo sediaan barang dagangan
2. Ratio sediaan dengan aktiva Sediaan ÷ aktiva lancer
lancer
3. Ratio laba bruto dengan hasil Laba bruto ÷ hasil penjualan bersih
penjualan
Berbagai ratio tersebut jika dihitung oleh auditor dan kemudian
dibandingkan dengan angka harapan (ratio yang sama dari data masa lalu,
data industry, jumlah yang dianggarkan, atau data lain) akan dapat
memberikan indikasi bagi auditor ke focus mana perhatian auditor perlu
diarahkan dalam pelaksanaan pengujian transaksi rinci dan saldo akun rinci.
Misalnya, kenaikan tingkat sediaan produk jadi yang tidak disertai dengan
kenaikan pembelian, produksi, dan penjualan mungkin sebagai akibat dari
salah saji yang berkaitan dengan keberadaan dan penilaian sediaan produk
jadi.
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
Keandalan saldo sediaan sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi
berikut ini yang didebit dan dikreditkan kedalam akun Piutang Usaha:
a. Transaksi pembelian
b. Transaksi penjualan, dan
c. Transaksi pemakaian

Disamping itu, keandalan saldo akun sediaan ditentukan pula oleh


ketepatan pisah batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi
tersebut diatas. Oleh karena itu, auditor melakukan pengujian substantif
terhadap transaksi rinci yang mendebit dan mengkredit akun sediaan dan
pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang
berkaitan dengan akun tersebut.
1. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun sediaan ke
dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.
2. Periksa pendebitan akun sediaan ke dokumen pendukung: bukti kas
keluar, faktur pembelian, laporan penerimaan barang, dan surat order
pembelian.

Auditing II 92
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

3. Periksa pengkreditan akun sediaan ke dokumen pendukung: faktur


penjualan, laporan pengiriman barang, bukti pemakaian barang
gudang, memo debit untuk retur pembelian.
4. Pengujian pisah batas transaksi yang berkaitan dengan sediaan.
5. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembelian dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah
tanggal neraca.
6. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya sediaan (karena
transaksi penjualan atau pemakaian sendiri) dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelag tanggal neraca.

Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci


1. Pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan.
2. Periksa instruksi tertulis mengenai penghitungan fisik sediaan.
3. Lakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan yang
dilakukan oleh klien.
4. Kirimkan surat konfirmasi sediaan yang disimpan di gudang pihak
luar.
5. Mintalah informasi mengenai barang-barang klien yang dijual secara
konsinyasi dan barang-barang titipan yang ada ditangan klien.
6. Mintalah informasi mengenai sediaan yang dijadikan jaminan
penarikan utang.
7. Lakukan pengujian terhadap penilaian sediaan.
8. Mintalah informasi mengenai metode penialaian sediaan yang
digunakan oleh klien.
9. Periksa kesesuaian kos per satuan sediaan dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
10. Periksa catatan pendukung yang bersangkutan dengan data kos per
satuan sediaan.
11. Bandingkan laba bruto tahun yang diaudit dengan laba bruto tahun
sebelumnya.
12. Lakukan pengamatan terhadap unsur sediaan yang rusak.
13. Hitung tingkat perputaran sediaan dan bandingkan dengan tingkat
perputaran sediaan tahun sebelumnya.
14. Lakukan pengamatan terhadap sediaan yang lambat pemakaiannya
atau penjualannya.
15. Mintalah surat representasi sediaan dari klien.

Pemeriksaan Penyajian dan Pengungkapan Sediaan di Neraca


1. Periksa klasifikasi sediaan dineraca. Auditor harus memeriksa
apakah klien telah melakukan klasifikasi sediaan di neracanya sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum tersebut.
2. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan sediaan.
Auditor harus memeriksa apakah klien telah cukup mencantumkan
penjelasan yang berkaitan dengan sediaan didalam laporan

Auditing II 93
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

keuangannya sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum


tersebut.
3. Lakukan analytical review terhadap sediaan. Review analitik ini
merupakan review secara menyeluruh mengenai kewajaran sediaan
yang disajikan di neraca. Dalam prosedur ini auditor menghitung
berbagai ratio yang bersangkutan dengan sediaan, misalnya tingkat
perputaran berbagai kelompok sediaan, dan jika terdapat fluktuasi
ratio tertentu dari ratio tahun sebelumnya, auditor berkewajiban
mendapatkan penjelasan mengenai penyebab terjadinya fluktuasi
ratio tersebut.

Tujuan Pembelajaran 1.4:


Memahami pemeriksaan lapangan persediaan

2.1 Beberapa Alasan Mengapa Audit Persediaan Memakan Waktu Cukup


Lama & Cukup Rumit
a. Persediaan mempunyai nilai yang cukup besar dalam neraca dan
penggunaan modal kerja.
b. Kadang berada dalam lokasi yang berbeda, sehingga sulit dalam
pengendalian secara phisik dan perhitungan.
c. Keanekaragaman jenis-jenis persediaan menyebabkan auditor cukup
mengalami kesulitan. Mis : sparepart mesin, bahan kimia,dll.
d. Adanya beberapa metode penilaian persediaan yang dapat digunakan,
tetapi klien harus menggunakan satu metode secara konsisten.

2.2 Beberapa Contoh Prosedur Audit fisik Persediaan


a. Lakukan kunjungan ke fasilitas penyimpanan barang untuk meyakinkan
bahwa barang dan kartu perhitungannya telah dibuat sebagaimana
mestinya.
b. Pilih sample kartu persediaan secara acak dan cocokkan dengan jumlah
yang tercantum dalam persediaan actual.
c. Amati pada kartu persediaan apakah terjadi mutasi penerimaan dan
pengeluaran samapi saat audit dilakukan.
d. Tanyakan kepada manajemen, apakah terdapat barang konsinyasi atau
titipan pihak ketiga pada lokasi persediaan milik perusahaan.
e. Tanyakan kepada manajemen mengenai kebijakan atas waste produksi
atau barang rusak.

2.3 Standar Pekerjaan Lapangan dalam Mengaudit Persediaan

2.3.1 Perencanaan dan Supervisi (SA Seksi 311)

Menurut SA Seksi 311, pekerjaan harus direncanakan sebaikbaiknya dan


jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Perencanaan audit
meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang
diharapkan. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan antara
lain :

Auditing II 94
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi
tempat usaha entitas tersebut.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar
untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.
d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian.
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian
audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya
transaksi antarpihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan.

Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan


audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah
memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi
masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan yang
dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staff audit
kantor akuntan.

Para asisten harus diberitahu tanggungjawab mereka dan tujuan


prosedur yang mereka laksanakan. Auditor yang bertanggung jawab akhir untuk
setiap audit harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan
akuntansi dan auditing signifikan yang muncul dalam audit, sehingga auditor
dapat menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut.

2.3.2 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan


Keuangan (SA Seksi 319). Pengendalian intern adalah suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga
golongan tujuan berikut ini :
a. Keandalan pelaporan keuangan.
b. Efektivitas dan efisiensi operasi.
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini:
a. Lingkungan pengendalian.
b. Penaksiran risiko.
c. Aktivitas pengendalian.
d. Informasi dan komunikasi.
e. Pemantauan.

2.4.3 Bukti Audit (SA Seksi 326)

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,


pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Untuk dapat

Auditing II 95
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah dan relevan.
Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan
pemerolehan bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara
umum mengenai dapat diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung
pada pengecualian penting yang ada.

2.4.4 Sediaan (SA Seksi 331)

Jika kuantitas sediaan hanya ditentukan melalui perhitungan fisik, dan


semua penghitungan dilakukan pada tanggal neraca atau pada suatu tanggal
dalam periode yang tepat, baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca, maka
perlu bagi auditor untuk hadir pada saat penghitungan fisik sediaan dan melalui
pengamatan, pengujian dan permintaan keterangan memadai, untuk meyakinkan
dirinya tentang efektivitas metode penghitungan fisik sediaan dan mengukur
keandalan yang dapat diletakkan atas representasi klien tentang kuantitas dan
kondisi fisik sediaan. Jika sediaan berada di tangan gudang umum atau disimpan
di tangan pihak lain, auditor biasanya akan memperoleh konfirmasi langsung
secara tertulis dari pengelola tempat penyimpanan tersebut.

Jika sediaan tersebut merupakan jumlah yang signifikan dalam aktiva


lancar atau total aktiva, maka untuk memperoleh keyakinan memadai atas
keberadaannya, auditor harus menerapkan satu atau lebih prosedur berikut ini,
jika dipandang perlu sesuai dengan kondisi yang dihadapinya.

a. Menguji prosedur yang digunakan oleh pemilik barang untuk


menyelidiki operator gudang dan penilaian kinerja operator gudang.

b. Memperoleh laporan auditor independen atas prosedur pengawasan


yang digunakan oleh operator gudang yang berhubungan dengan penyimpanan
barang dan jika dimungkinkan, atas tanda terima gudang yang digadaikan oleh
klien sebagai jaminan penarikan utang, atau menerapkan prosedur alternatif di
gudang untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa informasi yang diterima
dari operator gudang dapat diandalkan.

c. Melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik barang, jika dapat


dilaksanakan dan beralasan.

d. Jika tanda terima barang gudang telah digadaikan oleh klien sebagai
jaminan utang, maka auditor perlu mendapatkan konfirmasi dari kreditur yang
bersangkutan mengenai tanda terima gudang yang digadaikan tersebut.

2.4.5 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit (SA Seksi 312)

Menurut SA Seksi 312, risiko audit dan materialitas bersama dengan hal-
hal lain perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup
prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.

Auditing II 96
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

2.4.6 Komunikasi antara Auditor Pendahulu dengan Auditor Pengganti (SA Seksi
315).

Auditor pendahulu adalah auditor yang telah melaporkan laporan


keuangan auditan terkini atau telah mengadakan perikatan untuk melaksanakan
namun belum menyelesaikan audit laporan keuangan kemudian dan telah
mengundurkan diri, bertahan untuk menunggu penunjukkan kembali, atau telah
diberitahu bahwa jasanya telah, atau mungkin akan, dihentikan.

Auditor pengganti adalah auditor yang sedang mempertimbangkan untuk


menerima perikatan untuk mengaudit laporan keuangan, namun belum
melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu. Permintaan keterangan
kepada auditor pendahulu merupakan suatu prosedur yang perlu dilaksanakan,
karena mungkin auditor pendahulu dapat memberikan informasi yang bermanfaat
kepada auditor pengganti dalam mempertimbangkan penerimaan atau
penolakan perikatan. Auditor pengganti harus meminta klien agar memberikan
izin kepada auditor pendahulu untuk memperbolehkan auditor pengganti
melakukan review atas kertas kerja auditor pendahulu.

Review yang dilakukan oleh auditor pengganti terhadap kertas kerja


auditor pendahulu dapat berpengaruh terhadap sifat, saat, dan luasnya prosedur
auditor pengganti yang berkaitan dengan saldo awal dan konsistensi prinsip
akuntansi.

2.4.7 Pemahaman atas Bisnis Klien (SA Seksi 318)

Dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, auditor harus


memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang cukup untuk memungkinkan
auditor mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik, yang
menurut pertimbangan auditor, kemungkinan berdampak signifikan atas laporan
keuangan atau atas laporan audit. Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan
informasi dapat membantu auditor dalam :
 Penaksiran risiko dan identifikasi masalah.
 Perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien.
 Evaluasi bukti audit.
 Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien.

2.4.8 Kertas Kerja (SA Seksi 339)

Kertas kerja berfungsi untuk :


a. Menyediakan bagi penunjang utama bagi laporan auditor, termasuk
representasi tentang pengamatan atas standar pekerjaan lapangan, yang tersirat
ditunjukkan dalam laporan auditor dengan disebutkannya frasa ”berdasarkan
standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia”.
b. Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.

2.4.9 Komunikasi dengan Manajemen (SA Seksi 360)

Auditing II 97
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

Selama berlangsungnya audit, auditor melakukan pembicaraan dengan


manajemen mengenai berbagai hal yang mencakup berikut ini :
a. Pemahaman atas bisnis klien.
b. Rencana audit.
c. Dampak perundangan atau standar profesional atas audit.
d. Informasi yang diperlukan untuk menentukan risiko audit.
e. Penjelasan, bukti, dan representasi dari manajemen atau dari tingkat
yang lebih rendah dalam organisasi.
f. Pengamatan dan saran yang dihasilkan dari audit tentang halhal
efisiensi operasional atau administratif, strategi bisnis, dan unsur lain yang
menarik perhatian.
g. Informasi yang tidak diaudit yang diinginkan oleh manajemen untuk
dipublikasikan dengan laporan keuangan auditan yang menurut pertimbangan
auditor tidak konsisten atau tampak menyesatkan pembaca.

Studi Kasus:
Perkara McKesson & Robbins
Pada tahun 1939, di U.S.A. terjadi peristiwa penipuan besar yang
menyangkut sediaan. Sebuah perusahaan obat-obatan yang bernama
McKesson & Robbins, Inc. menyajikan laporan keuangannya yang
diantaranya berisi aktiva fiktif sebesar US$19,000,000, yang kira-kira sama
dengan 25% dari total aktivanya. Dari jumlah aktiva fiktif tersebut, termasuk
didalamnya sediaan fiktif sebesar US$10,000,000. Pada saat itu auditor
independen yang melaksanakan audit memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian, tanpa dapat menunjukkan adanya penggelapan tersebut.
Standar auditing yang berlaku saat itu tidak mewajibkan auditor
malaksanakan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan (inventory
count observation).
Setelah adanya perkara tersebut, profesi akuntan public di U.S.A. kemudian
menerapkan standar auditing baru yang mengharuskan auditor independen
melakukan pengamatan (observation) terhadap penghitungan fisik sediaan
yang dilakukan oleh kliennya. Standar tersebut berlaku sampai sekarang, dan
profesi akuntan public di Indonesia juga mengharuskan hal yang sama
terhadap anggota profesinya.
Soal Latihan
1) Aktivitas-aktivitas apakah yang harus dilakukan oleh auditor untuk
menjaga
kebenaran saldo sediaan?
2) Bagaimana tes detail risiko pada setiap asersi dalam strategi audit untuk
sediaan?
3) Deskripsikan tes substantif untuk asersi sediaan yang dimulai dari
prosedur
awal hingga uji detail penyajian dan pengungkapan!
4) Sebutkan dan jelaskan perbedaan dari uji detail transaksi dan uji detail
Saldo!

Auditing II 98
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

5) Apakah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang auditor


untuk
melakukan pengamatan sediaan?
6) Apakah yang harus dilakukan oleh seorang auditor untuk kontrak
konsinyasi sediaan barang dagangan?
7) Deskripsikan secara singkat perbandingan penyajian laporan keuangan
dengan PABU!
8) Prosedur-prosedur apakah yang harus dilakukan oleh auditor menurut AU
331.14?

DAFTAR PUSTAKA
 Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
 Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
 Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga,
Jakarta, 2006

Auditing II 99

Anda mungkin juga menyukai