Anda di halaman 1dari 26

MAKALA HEPATITIS

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh :

1. Indah Puspa Dewi


2. Lina Andriani
3. Tri Lestari
4. Vika sugara

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya serta kesempatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “ Makala HEPATITIS” ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kepada
dosen pembimbing yang telah membimbing serta mengajarkan, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini tentu masih banyak kekurangannya, maka dari itu, kami

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya

terutama bagi mahasiswa dan penyusun dalam membantu proses pembelajaran.

Bandar Lampung, April 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
   
1.1 Latar Belakang
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker
hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus,
identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F
dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 :
93).
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit
hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap
tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang
menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar
infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat
infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual,
muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya
berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit
tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu
bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman,
virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari
1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi
di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari
jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati.
Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis.
Karena itu, pemeriksaan menjadi penting, penyebabnya karena mudah ditularkan,
memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah
atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus
diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis
diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan
sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami
Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat
pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang
abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat
memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi
nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila
penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk
mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada
pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan
nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau
bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah
pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan
elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes,
1999: 758)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan
yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat
dihindari seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda
dan gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau
pengobatan tidak dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Apakah Pengertian Hepatitis ?
2. Bagaimana Insidensi Hepatitis ?
3. Bagaimana Etiologi Hepatitis ?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Hepatitis ?
5. Bagaimana Patifiologi Hepatitis ?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Hepatitis ?
7. Bagaimana Tatalaksana Medis Hepatitis ?
8. Bagaimana Tatalaksana Perawatan Hepatitis ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hepatitis ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalahnya, maka yang menjadi tujuan
penulisan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Pengertian Hepatitis
2. Mengetahui Insidensi Hepatitis
3. Mengetahui Etiologi Hepatitis
4. Mengetahui Tanda dan Gejala Hepatitis
5. Mengetahui Patifiologi Hepatitis
6. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Hepatitis
7. Mengetahui Tatalaksana Medis Hepatitis
8. Mengetahui Tatalaksana Perawatan Hepatitis
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan Hepatitis
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hepatitis


Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar
terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol. (Ester
monika, 2002 : 93) Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang
hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus
disertai nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan
perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas. (Brunner & Suddarth, 2002 :
1169)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam
bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal
definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti
organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di
masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah
sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua
penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya
peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di
sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan serta
bahan – bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). Hepatitis virus merupakan infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas.
(Smeltzer, 2001)
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah
suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus
yang menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
2.2 Insidensi hepatitis
Hepatitis A merupakan tipe hepatitis lazim di dunia yang disebabkan oleh
infeksi virus. Jumlah kasus hepatitis A adalah 40 % dari semua kasus hepatitis.
Penyakit hepatitis A endemic diantara pengguna obat intra vena (iv). Hegenitas
yang buruk diduga sebagai penyebab rokok penyebaran infeksi (penyakit).
Hepatitis A diantara kelompok pengguna obat intra vena kira-kira 50% dari
populasi dunia terinfeksi virus hepatitis B dan 20 % dari semua kasus hepatitis
virus menurut hasil laporan ( DS) adalah hepatitis C

Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia


termasuk di Indo nesia, yang terdiri dari Hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A
dan E, sering muncul sebagai kejadian Luar Biasa, ditularkan secara fecal oral
dan biasanya berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, bersifat akut
dan dapat sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis B, C dan D (jarang)
ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis
dan lalu kanker hati. Virus Hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar
orang di dunia, sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap Hepatitis B
kronik, sedangkan untuk penderita Hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170
juta orang.

Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia meninggal setiap tahunnya karena


Hepatitis. Melihat kenyataan bahwa Hepatitis merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius dan mengglobal, maka pada tahun 2010 pada sidang
WHA (World HealthAssembly) ke 63 di Geneva tanggal 20 Mei 2010, Indonesia
bersama Brazil dan Colombia menjadi sponsor utama untuk keluarnya Resolusi
tentang Hepatitis Virus, sebagai Global Public Health Concern. Usulan ini
diterima dan keluarlah resolusi tentang Hepatits nomor 63.18 yang menyatakan
bahwa :
a. Hepatitis virus merupakan salah satu agenda prioritas dunia
b. Tanggal 28 Juli ditetapkan sebagai Hari Hepatitis Sedunia
Semenjak keluarnya resolusi tersebut, setiap 2 tahun sekali dilakukan evaluasi
tingkat global tentang respons Pengendalian Hepatitis bagi negara negara
anggota WHO. Guna untuk akselerasi program Pengendalian Hepatitis tingkat
global, berdasarkan evaluasi respons semenjak keluarnya resolusi 63.18, maka
Indonesia bersama 14 negara lain, pada Sidang WHA bulan Mei 2014,
mengusulkan resolusi untuk pengendalian Hepatitis Virus, yaitu keluarlah
resolusi 67.7 tentang Aksi Konkrit dalam Pengendalian Hepatitis.

Di dalam menggambarkan situasi Hepatitis di Indonesia, diambil sumber data


dari Pusdatin Kemenkes dan hasil Riskesdas Badan Litbangkes yang dilakukan
analisis sederhana secara diskriptif. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013
sebagaimana dalam gambar dibawah ini bahwa jumlah orang yang didiagnosis
Hepatitis oleh Tenaga Kesehatan berdasarkan gejala gejala yang ada,
menunjukan peningkatan 2 kali lipat apabila dibandingkan dengan tahun 2007.
Hal ini dapat memberikan petunjuk awal ke kita tentang upaya pengendalian
dimasa lalu, peningkatan akses, potensial masalah dimasa yang akan datang
apabila tidak segera dilakukan upaya upaya yang serius.

Pada tahun 2013 secara Nasional diperkirakan terdapat 1,2 % penduduk di


Indonesia mengidap penyakit Hepatitis, dan kondisi ini meningkat 2 kali lipat
dibandingkan tahun 2007, yaitu sekitar 0,6 %. Apabila dikonversikan ke dalam
jumlah absolut penduduk Indonesia tahun 2013 sekitar 248.422.956 jiwa, maka
bisa dikatakan bahwa 2.981.075 jiwa penduduk Indonesia terinfeksi Hepatitis.
2.3 Etiologi

1. Agen penyebab hepatitis dengan transmisi secara enterik.


Terdiri dari virus hepatitis A (HAV) dan virus hepatitis E (HEV) :
1. Virus tanpa selubung
2. Tahan terhadap cairan empedu
3. Ditemukan ditinja
4. Tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronik
5. Tidak terjadi viremiayang berkepanjangan atau kondisi karier intestinal

2. Agen penyebab hepatitis dengan transmisi melalui darah


Terdiri atas virus hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), hepatitis D (HDV) :

1. Virus dengan selubung


2. Rusak bila terpajan cairan empedu/deterjen
3. Tidak terdapat dalam tinja
4. Dihubungkan dengan penyakit kronik
5. Dihubungkan dengan viremia persisten
6. Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis yaitu ; virus mumps,
virus rubella, virus cytomegalovirus dan virus herpes.
7. Hepatitis dapat juga disebabkan karena alkohol, obat-obatan, penyakit
aotuimun dan penyakit metabolik.

2.4 Tanda dan Gejala


Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara
klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain. Dokter hanya dapat
memperkirakan saja jenis hepatitis apa yang di derita pasiennya dan untuk
membedakannya secara pasyi masih diperlukan bantuan melalui pemeriksaan
darah penderita.gejala penderita hepatitis virus mula mula badanya terasa panas,
mual dan kadang-kadang muntah, setelah beberapa hari air seninya berwarna
seperti teh tua, kemudian matanya terlihat kuning, dan akhirnya seluruh kulit
tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis virus biasnya dapat sembuh setelah satu
bulan. Hampir semua penderita hepatitis A dapat sembuh dengan sempurna,
sedangkan penderita hepatitis C dapat menjadi kronis. Mengenai hepatitis delta
dan E belum dapat di ketahui  sevara pasti bagaimana perjalanan penyakitnya.

Sebagian besar penderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi sebagian


kecil (kira-kira 10%) akan mengalami kronis (menahun) atau
meninggal.penderita hepatitis B yang menahun setelah 20-40 tahun kemudian
ada kemungkinan hatinya mengeras(sirosis), dan ada pula yang berubah menjadi
kanker hati.

Gambaran klinis hepatitis virus dapat  berkisar dari asimtomatik sampai


penyakit yang mencolok, kegagalan hati, dan kematian. Terdapat tiga stadium
pada semua jenis hepatitis yaitu :
a. Stadium prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa
tunas virus selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit.
Stadium ini disebut praikterus karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap
virus biasanya belum dijumpai, stdium ini berlangsung 1-2 minggu dan
ditandai oleh :
1. Malese umum
2. Anoreksia
3. Sakit kepala
4. Rasa malas
5. Rasa lelah
6. Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas
7. Mialgia (nyeri otot)
b. Stadium ikterus. Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar
orang stadium ini ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah:
1. Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodromal
2. Pembesaran dan nyeri hati
3. Splenomegali
4. Mungkin gatal ( pruritus ) dikulit

c. Stadium pemulihan. Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini:
1. Gejala-gejala mereda termasuk ikterus
2. Nafsu makan pulih
3. Apabila tedapat  splenomegali, akan segera mengecil

2.5 Patofisiologi
Kerusakan hati yang terjadi biasanya serupa pada semua tipe hepatitis virus.
Cedera dan nekrosis sel hati ditemukan dengan berbagai derajat. Ketika
memasuki tubuh, virus hepatitis meyebabkan cedera dan kematian hepatosit
yang bisa dengan cara membunuh langsung sel hati atau dengan cara
mengaktifkan reaksi imun serta inflamasi. Reaksi imun serta inflamasi ini
selanjutnya akan mencederai atau menghancurkan hepatosit dengan
menimbulkan lisis pada sel-sel yang terinfeksi atau yang berada diekitarnya.
Kemudian, serangan antibodi langsung pada antigen virus menyebabkan
destruksi lebih lanjut sel-sel hati yang terinfeksi. Edema dan pembengkakan
interstisium menimbulkan kolaps kapiler serta penurunan aliran darah, hipoksia
jaringan, dan pembentukan parut serta fibrosis.
2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan profil hepatitis mengindentifikasikan antibodi yang spesifik


untuk virus penyebab sehingga tipe hepatitis dapat ditemukan.

2. Kadar SGPT dan SGOT (AST dan ALT) meningkat pada stadium prodromal.

3. Kadar alkali fosfatase serum sedikit meningkat.

4. Kadar bilirubin serum dapat tetap tinggi hingga memsuki stadium lanjut,
khususnya pada kasus-kasus hepatitis berat.

5. Jumlah sel darah putih menunjukan neutropenia dan limfopenia sepintas yang
diikutin oleh limfositosis.

6. Hasil biosi hati memastikan kecurigaan akan hepatitis kronis.

7. Waktu protrombin akan memanjang (waktu protrombin yang melebihi tiga


detik lebih lama dari pada nilai normal menunjukan kerusakan hati yang
berat)

2.7 Tatalaksana medis

Obat-obatan yang paling umum dalam pengobatan hepatitis meliputi:

 Interferon 
 Obat antivitus protease inhibitor
 Obat antivitus analog nukleosida
 Polymerase inhibitor dan kombinasi terapi obat
Interferon

Interferon adalah kombinasi dari obat-obatan antivirus. Interferon mengurangi


efek samping dan memungkinkan obat tetap berada di tubuh untuk waktu
yang lebih lama dibandingkan dengan obat lainnya. Interferon memasok
protein bagi tubuh untuk melawan infeksi dan terutama untuk membantu
sistem kekebalan tubuh melawan HCV untuk mencegah komplikasi.
Interferon meliputi:

 Injeksi peginterferon alfa-2a (Pegasys)


 Injeksi peginterferon alfa-2b (PegIntron, Sylatron)
 Injeksi interferon alfa-2b (Intron A)

Obat antivirus protease inhibitor

Protease inhibitor digunakan untuk mencegah penyebaran virus dengan


menghentikan reproduksinya. Obat-obatan ini bisa digunakan secara oral.
Beberapa dari obat-obatan antivirus protease inhibitor adalah:

 Telaprevir (Incivek)
 Boceprevir (Victrelis)
 Paritaprevir (ini adalah protease inhibitor tetapi hanya tersedia dalam Viekira
Pak, sebagai bagian dari kombinasi yang digunakan untuk mengobati infeksi
HCV)

Obat-obatan antivirus analog nukleosida

Obat-obatan antivirus analog nukleosida juga bekerja untuk mencegah


pembentukan virus baru. Obat ini juga digunakan dalam kombinasi dengan terapi
lainnya untuk mengobati hepatitis. Obat yang paling umum dari jenis ini adalah
ribavirin (Copegus, Moderiba, Rebetol, Ribasphere, RibasphereRibaPak,
Virazole). Waspadalah karena ribavirin dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi
baru lahir jika digunakan oleh ibu hamil dan menekan pertumbuhan pada anak-
anak. Risiko ini bisa dialihkan dari pria kepada pasangan wanitanya dalam
pembuahan.

Polymerase inhibitor dan kombinasi terapi obat

Polymerase inhibitor mencegah perkembangan penyakit hepatitis dengan


menghentikan produksi virus. Pengobatan ini termasuk polymerase inhibitor
sovaldi (Sofosbuvir). Obat ini terkadang digunakan dalam kombinasi dengan
ribavirin sampai selama 24 minggu. Dokter juga bisa menggunakan kombinasi
ledipasvir dan sofosbuvir (Harvoni) untuk mengobati penyakit ini. Obat-obatan
ini harus digunakan dengan makanan dan tidak boleh ditumbuk.

Efek samping yang umum meliputi:

 Mual 
 Gatal 
 Insomnia 
 Kelemahan 

2.8 Tatalaksana perawatan

 Pengobatan pada hepatitis virus lebih ditekankan pada tindakan pencegahan.


 Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi.
 Aktivitas fisik yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari.
 Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan
malaise.
 Pemberian interferon-alfa pada hepatitis C akut dapat menurunkan resiko
kejadian infeksi kronik.
 Obat-obatan tidak penting harus dihentikan.

Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit hepatitis virus. Pengobatan


terutama bersifat suportif dan termasuk:

 Beristirahat- Pasien yang sangat keletihan membutuhkan sering istirahat dan


membuat interval sering istirahat.
 Nutrisi yang adekuat (prioritas utama)- Anjurkan diit karbohidrat tinggi untuk
mensuplai kalori yang cukup. Pemberian makanan melalui IV hanya
diperlukan apabila pemasukan peroral terbatas karena mual dan muntah.
 Mencegah terjadinya stress lebih lanjut pada hepar dengan menghindari
bahan-bahan dan obat-obat hepatotoksik.
 Hepatitis toksik ditangani terutama dengan menghindari penyebabnya.
 Setelah terpajan terhadap virus hepatitis A, imunisasi pasif dapat dicapai
melalui penggunaan serum globulin imun yang mengandung anti HAV
dengan jumlah yang adekuat.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Data

1. Aktivitas/istirahat: klien mengalami kelemahan, kelelahan, malaise umum.


2. Sirkulasi: klien mengalami bradikardi (hiperbilrubinemia berat), ikterik pada
sklera, kulit, dan membran mukosa.
3. Eliminasi: urin gelap, diare/konstipasi; feses warna tanah liat,
adanya/berulang hemodialisis.
4. Makanan/cairan: klien mengalami hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan
berat badan atau meningkat (edema), mual/muntah dan ansites.
5. Neurosensosri: klien peka rangsang, cendrung tidur, letergis.
6. Nyeri/kenyamanan: klien mengeluh kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran
kanan atas, mialgia, atralgia, sakit kepala, gatal (pruritus), otot tegang dan
gelisah.
7. Keamanan: adanya transfusi darah, demam, urtikaria, , lesi
makulopapular,eritema tak beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma jaring-
jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis
alkoholik), splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior.
8. Seksualitas: pola hidup/prilaku meningkat resiko terpajan.
9. Penyuluhan/pembelajaran; riwyat diketahui/ mungkin terpajan oleh virus,
bakteri atau toksin, adanya prosedur bedah, terpajan pada kimia toksik, obat
resep. Obat jalanan (IV) atau penggunaan alkohol. Diabetes, GJK, atau
penyakit ginjal adanya infeksi pernapasan atas.

3.2 Diagnosa keperawatan

1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan nutrisi


sekunder terhadap hepatitis, malaise umum, pembatasan aktivitas.
2. Risiko tinggi terhadap  gangguan integritas kulit berhubungan dengan gatal
sekunder terhadap akumulasi garam empedu pada jaringan.
3. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat(diare dan muntah sekunder terhadap hepatitis)
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat,
dan depresi imun, malnutrisi.
5. Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual/muntah, gangguan absorbsi dan metabolisme.
6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan penatalaksanaan penyakitnya.

3.3 Intervensi
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan
nutrisi sekunder terhadap hepatitis, malaise umum, pembatasan
aktivitas.
Tujuan: diet dapat beraktivitas sesuai tolensi.
Kriteria Hasil:
 Menunjukkan tehnik/perilaku yang memampukan kembali
melakukan aktivitas.
 Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi
aktivitas.

Intervensi Rasional
Meningkatkan fungsi pernapasan dan
1. ubah posisi dengan sering, berikan meminimalkan tekanan pada  daerah
perawatan kulit yang baik. tertentu untuk menurunkan resiko
kerusakan jaringan.
2. lakukan tugas dengan cepat dan sesuai Memungkinkan periode tambahan istirahat
toleransi. tanpa gangguan.
Tirah baring lama dapat menurunkan
3. tingkatkan aktivitas sesuai toleransi,
kemampuan. Ini dapat terjadi karena
bantu melakukan latihan rentang gerak
keterbatasan aktivitas yang mengganggu
sendi/pasif/aktif.
periode istirahat.
4. dorong penggunaan teknik manajemen
stress, contoh: relaksasi progresif, Meningkatkan relaksasi dan penghematan
bimbingan imajinasi. Berikan aktifitas energi, memusatkan kembali perhatian, dan
hiburan yang tepat, contoh: menonton tv, dapat meningkatkan koping.
mendengarkan radio, membaca.
Menunjukkan kurangnya
5. awasi terulangnya anoreksia dan nyeri
resolusi/eksaserbasi penyakit, memerlukan
tekan pembesaran hati.
istirahat lanjut, mengganti program terapi.
Membantu menentukan kadar aktivitas
6. awasi kadar enzim hati. tepat, sebagai peningkatan prematur pada
potensial resiko berulang.
2. Risiko tinggi terhadap  gangguan integritas kulit berhubungan dengan
gatal sekunder terhadap akumulasi garam empedu pada jaringan.

Tujuan: tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

Kriteria Hasil:

 Menunjukkan jaringan/kulit utuh bebas ekskoriasi.


 Melaporkan tidak ada lecet/penurunan pruritus.

Intervensi Rasional
1. gunakan air mandi dingin dan soda kue
Mencegah kulit kering berlebihan,
atau mandi kanji, berikan minyak kalamin
memberikan penghilangan gatal.
sesuai indikasi.
2. anjurkan menggunakan buku-buku jari
Menurunkan potensial cedera kulit.
untuk menggaruk bila tidak terkontrol.
Bermanfaat dalam meningkatkan tidur
3. berikan masase pada waktu tidur.
dengan menurunksn iritasi kulit.
4. hindari komentar tentang penampilan Meminimalkan stress psikologis
pasien. sehubungan dengan perubahan kulit.
3. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat(diare dan muntah sekunder terhadap
hepatitis).
Tujuan: volume cairan dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil:
 Tanda vital stabil
 Mukosa lembab
 Turgor kulit baik
 Pengeluaran urine sesuai
 Klien kooperatif

Intervensi Rasional
1. monitor intake dan output dan Memberikan informasi tentang kebutuhan
bandingkan dengan BB harian. pengganti.
2. kaji tanda-tanda vital, nadi perifer, Memberikan informasi untuk derajat
pengisian kapiler, turgor kulit dan kekurangan cairan dan membantu
membrane mukosa. menentukan kebutuhan nutrisi.
3. periksa apakah ada arsitex/udem, ukur Mengetahui kemungkinan pendarahan ke
lingkar perut. dalam jaringan.
4. biarkan klien menggunakan spon dan
Menghindari trauma dan pendarahan gusi.
pembersih mulut untuk sikap gigi.
5. anjurkan klien untuk banyak minum Untuk membantu/menghindari kekurangan
kurang lebih 8 gelas sehari. cairan.
6. observasi tanda pendarahan seperti
Kadar protrombin menurun dan waktu
hematuna, melena, ekimosis, pendarahan
koagulasi memanjang.
terus menerus dari gusi/bekas injeksi.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak


adekuat, dan depresi imun, malnutrisi.
Tujuan: infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil:

 Klien mengetahui tentang penyebab/factor resiko infeksi.


 Klien menunjukkan perubahan PL mengindari infeksi

Intervensi Rasional
1.  isolasi untuk klien infeksi interik sesuai Mencegah transmisi penyakit virus ke
dengan kebijakan rumah sakit. oranglain.
2. cuci tangan sebelum dan sesudah Melalui cuci tangan dapat mencegah dan
tindakan. melindungi dari infeksi virus.
Klien dapat terpapar terhadap proses
3. awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi.
infeksi.
Untuk melindungi diri dari oranglain,
4. jelaskan prosedur isolasi pada isolasi dapat berakhir 2-3 minggu dari
klien/orang terdekat. timbulnya penyakit, tergantung lamanya
gejala dan tipe

5. Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, mual/muntah, gangguan absorbsi dan metabolisme.

Tujuan: nutrisi klien terpenuhi secara adekuat

Kriteria Hasil:
 Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
 Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan
nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.

Intervensi Rasional
Makan banyak sulit untuk mengatur bila
1. awasi pemasukan diet/jumlah kalori,
pasien anoreksia. Anoreksia juga paling
berikan makan sedikit dalam frekuensi
buruk selama siang hari, membuat
sering dan tawarkan makan pagi paling
masukan makanan  yang sulit pada sore
besar.
hari.
2. berikan perawatan mulut sebelum Menghilangkan rasa tak enak dapat
makan. meningkatkan nafsu makan.
3. anjurkan makan pada posisi duduk Menurunkan rasa penuh pada abdomen
tegak. dan dapat meningkatkan pemasukan.
Bahan ini merupakan ekstra kalori dan
4. dorong pemasukan sari jeruk, minuman
dapat lebih mudah dicerna/toleran bila
karbonat dan permen berat sepanjang hari.
makanan lain tidak.
5. berikan obat sesuai indikasi

Memperbaiki kekurangan dan membantu


– vitamin: B kompleks, C, tambahan diet
proses penyembuhan.
lain sesuai indikasi dengan
azatioprin(imuran)
Mungkin perlu untuk memenuhi
6. berikan tambahan makanan/nutrisi
kebutuhan kalori bila tanda kekurangan
dukungan total bila dibutuhkan.
terjadi/gejala memanjang.

6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ortu tentang


kondisi, prognosis dan penatalaksanaan penyakitnya.
Tujuan: pengetahuan orang tua bertambah.
Kriteria Hasil:
 Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
 Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan
gejala dengan factor penyebab.
 Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada
pengobatan.

Intervensi Rasional
Mengidentifikasi area kekurangan
1. kaji tingkat pemahaman proses pengetahuan/salah informasi dan
penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan memberikan kesempatan untuk informasi
pilihan pengobatan. dan memberikan kesempatan untuk
informasi tambahan sesuai keperluan.
Kebutuhan/rekomendasi akan bervariasi
2. berikan informasi khusus tentang
karena tipe hepatitis (agen penyebab) dan
pencegahan/penularan penyakit.
situasi individu.
Meningkatkan kesehatan umum dan
3. dorong kesinambungan diet seimbang
meningkatkan proses
klien.
penyembuhan/regenerasi jaringan.
4. identifikasi cara untuk mempertahankan Penurunan tingkat aktivitas, perubahan
fungsi usus masanya. Contoh: masukan pada pemasukan makanan/cairan dan
cairan adekuat/diet, serat, aktivitas/latihan motilitas usus dapat mengakibatkan
sedang sesuai toleransi. konstipasi.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan
oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan
sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Hepatitis A merupakan tipe hepatitis lazim di dunia yang disebabkan oleh infeksi
virus. Jumlah kasus hepatitis A adalah 40 % dari semua kasus hepatitis. Penyakit
hepatitis A endemic diantara pengguna obat intra vena (iv). Hegenitas yang
buruk diduga sebagai penyebab rokok penyebaran infeksi (penyakit). Hepatitis A
diantara kelompok pengguna obat intra vena kira-kira 50% dari populasi dunia
terinfeksi virus hepatitis B dan 20 % dari semua kasus hepatitis virus menurut
hasil laporan ( DS) adalah hepatitis C

DAFTAR PUSTAKA

Ester,  Monica. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Hincliff, Sue. 2000. Kamus Keperawatan Jakarta: EGC.
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
James & Tim Horn. 2005.hepatitits virus dan HIV. Jakarta: Sprita
Mansjoer, Arief, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. akarta: Media Aesculapius.

Mohammad juffrie, dkk.2011.Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi.Perpustakaan


Nasional: Katalog Dalam Terbitan(KDT)
Oswari, 2006. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8,
Vol 2. Jakarta : EGC
Speer, Kathleen M. 2005. Rencana Asuhan keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Suratun dan Lusianah.2010.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Gastrointestinal.Perpustakaan Nasional. Katalog Dalam Terbitan(KDT)

Anda mungkin juga menyukai