Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GAGAL GINJAL KRONIK

DISUSUN OLEH :

1. Marshella Widianingrum (195140124p)


2. Tiyas Andresa (195140126p)
3. Queen Two Bertisa (195140098p)
4. Namira Handayani (195140139p)

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA


PRODI S1 KONVERSI KEPERAWATAN
TA. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada berbagai hambatan.
Namun berkat bantuan, dukungan, dan doa dari teman-teman. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang gagal ginjal kronik. Kami
sadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
dalam memaparkan informasi. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca mengenai makalah ini. Sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik
dikemudian hari.

Bandar Lampung, 22 April 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi
ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat
menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam
darah (Smeltzer, 2002). Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong
cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat
dalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan
pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Pada
2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu. Selain data tersebut, 6 juta-20 juta
individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal ginjal kronis) fase awal (Djoko,
2008). Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir 1996, ada
167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut data 2000, terjadi
peningkatan menjadi lebih dari 200 ribu penderita. Berkat fasilitas yang tersedia dan
berkat kepedulian pemerintah yang sangat tinggi, usia harapan hidup pasien dengan
GGK di Jepang bisa bertahan hingga bertahun-tahun bahkan, dalam beberapa kasus
pasien bisa bertahan hingga umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGK
pun bisa ditekan menjadi 10 per penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan
karena para penderita di Jepang mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta
memadai (Djoko, 2008).
Di indonesia GGK menjadi penyumbang terbesar untuk kematian, sehingga
penyakit GGK pada 1997 berada di posisi kedelapan. Data terbaru dari US NCHS
2007 menunjukkan, penyakit ginjal masih menduduki peringkat 10 besar sebagai
penyebab kematian terbanyak. Faktor penyulit lainnya di Indonesia bagi pasien ginjal
terutama GGK adalah terbatasnya dokter spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli
ginjal di Indonesia tak lebih dari 80 orang. Itu pun sebagian besar hanya terdapat di
kota-kota besar yang memiliki fakultas kedokteran. Maka, tidaklah mengherankan
jika dalam pengobatan kerap faktor penyulit GGK terabaikan. Melihat situasi yang
banyak terbatas itu, tiada lain yang harus kita lakukan, kecuali menjaga kesehatan
ginjal. Jadi, alangkah lebih baiknya kita jangan sampai sakit ginjal. Mari memulai
pola hidup sehat. Di antaranya, berlatih fisik secara rutin, berhenti merokok, periksa
kadar kolesterol, jagalah berat badan, periksa fisik tiap tahun, makan dengan
komposisi berimbang, turunkan tekanan darah, serta kurangi makan garam.
Pertahankan kadar gula darah yang normal bila menderita diabetes, hindari memakai
obat antinyeri nonsteroid, makan protein dalam jumlah sedang, mengurangi minum
jamu-jamuan, dan menghindari minuman beralkohol. Minum air putih yang cukup
(dalam sehari 2-2, 5 liter) (Djoko, 2008).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Gagal ginjal kronik atau CKD merupakan penurunan fungsi ginjal progressif
yang irreversible ketika ginjal tidak mamppu mempertahankan keseimbangan
metabolic, cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia
(Smeltzer & Bare, 2004).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal
yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) di
dalam darah (Arif Muttaqin,2011).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(Brunner & Suddarth, 2002).

B. Insidensi
Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan suatu gejala klinis karena penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, gagal ginjal juga menyebabkan kematian apabila
tidak dilakukan terapi pengganti, karena kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme dan elektrolit.
Data di Amerika terdapat sekitar 20 juta orang memiliki kerusakan ginjal
(American Nephrology Nurses Asosiation, 2007). Diantaranya 2,35 % mengalami
gagal ginjal tahap akhir. (Riskesdas, 2013). Penderita gagal ginjal diIndonesia
mengalami peningkatan pada tahun 2011 dengan jumlah penderita gagal ginjal kronik
sebesar 15.353 kasus dan pada tahun 2014 naik sebesar 17.193. Di Jawa Tengah
penderita gagal ginjal menempati urutan nomor tiga dengan jumlahnya mencapai
2.192 penderita (Infodatin, 2017). Data penderita menurut Indonesia Renal Regystri
tahun (2011) di Indonesia sekitar 15.353 menjalani hemodialisa.
C. Etiologi
Adapun beberapa hal yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis adalah :
1. Diabetes
Merupakan penyebab terbesar gagal ginjal kronik. Diabetes adalah penyakit
dimana tubuh kita tidak dapat lagi memproduksi insulin dalam jumlah yang
dibutuhkan oleh tubuh atau tubuh tidak mempunyai kemampuan untuk
memanfaatkan insulin secara adekuat. Hal ini menyebabkan kadar gula dalam
darah meningkat dan apabila tidak ditangani akan menyebabkan masalah di dalam
tubuh termasuk ginjal.
2. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Merupakan penyebab kedua terbesar gagal ginjal kronik. Hipertensi juga
merupakan penyebab umum timbulnya penyakit jantung dan stroke. Hipertensi
adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah pada dinding arteri.
3. Glomerulonephritis
Adalah penyakit yang disebabkan adanya peradangan pada unit saringan terkecil
ginjal yang disebut glomeruli.
4. Ginjal Polikistik
Merupakan penyakit yang bersifat genetik (keturunan) dimana terjadinya kelainan
yaitu terbentuknya kista pada kedua ginjal yang berkembang secara progresif
sehingga menyebabkan kerusakan ginjal.
5. Batu ginjal
Adalah terjadinya sumbatan di sepanjang saluran kemih akibat terbentuknya
semacam batu yang 80 persen terdiri dari kalsium dan beberapa bahan lainnya.
Ukuran batu ginjal ada hanya sebesar butiran pasir sampai ada yang sebesar bola
golf.
6. Infeksi saluran kencing
Timbulnya infeksi dapat disebabkan oleh adanya bakteri yang masuk ke dalam
saluran kencing yang menyebabkan rasa sakit atau panas pada saat buang air kecil
dan kecenderungan frekuensi buang air kecil yang lebih sering. Infeksi ini
biasanya akan menyebabkan masalah pada kandung kemih namun terkadang
dapat menyebar ke ginjal.
7. Obat dan racun
Mengkonsumsi obat yang berlebihan atau yang mengandung racun tertentu dapat
menimbulkan masalah pada ginjal. Selain itu penggunaan obat-obatan terlarang
seperti heroin, ganja dapat juga merusak ginjal.

D. Tanda dan Gejala


Manifestasi klinik menurut Sudoyo (2009) adalah sebagai berikut :
1. Sistem kardiovaskuler
a) Hipertensi
b) Pitting edema
c) Edema periorbital
d) Pembesaran vena leher
e) Friction sub pericardial
2. Sistem Pulmoner
a) Krekel
b) Nafas dangkal
c) Kusmaull
d) Sputum kental dan liat
3. Sistem gastrointestinal
a) Anoreksia, mual dan muntah
b) Perdarahan saluran GI
c) Ulserasi dan pardarahan mulut
d) Nafas berbau ammonia
4. Sistem musculoskeletal
a) Kram otot
b) Kehilangan kekuatan otot
c) Fraktur tulang
5. Sistem Integumen
a) Warna kulit abu-abu mengkilat
b) Pruritis
c) Kulit kering bersisik
d) Ekimosis
e) Kuku tipis dan rapuh
f) Rambut tipis dan kasar
6. Sistem Reproduksi
a) Amenore
b) Atrofi testis

E. Patofisiologi
Kegagalan ginjal terjadi akibat sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialysis (Brunner
& Suddarth, 2002). 

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi : Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan
tidak puasa.
3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,
misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostat.
5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
7. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks
jari), kalsifikasi metastasik.
8. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap
sebagai bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
10. EKG untuk melihat kemungkinan : hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11. Biopsi ginjal
12. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan
adanya suatu Gagal Ginjal Kronik

G. Tatalaksana Medis
Pasien GGK memerlukan sejumlah obat untuk mengendalikan gejala yang
menyertai disfungsi ginjal. Obat ini meliputi: preparat antihipertensi, pengikat fosfat
berbasis-kalsium seperti kalsium bikarbonat; natrium (atau kalsium) polistiren
sulfonat (Resonium), resin penukar-kation; dan vitamin D (Calcitriol).
Pada gagal ginjal dapat terjadi kelambatan atau penurunan eliminasi obat yang
menimbulkan penumpukan obat di dalam tubuh.Diperlukan penyesuaian takaran obat
dan frekuensi pemberian.Obat yang perlu mendapat perhatian khusus meliputi
digoksin, gentamisin, vankomisin, dan opiat.Petidin tidak boleh diberikan kepada
pasien GGK karena dapat bertumpuk dalam tubuh dan menimbulkan kejang (Chang,
dkk., 2010).
H. Tatalaksana Perawatan
Penatalaksanaan diet
Tujuan penatalaksanaan diet pada GGK adalah mempertahankan status nutrisi
meski asupan protein, kalium, garam, dan fosfat dibatasi dalam diet.Pembatasan
protein harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari malnutrisi kendati
tindakan ini dapat memperlambat penurunan GFR.Diet gagal ginjal harus mendapat
energi yang cukup dari karbohidrat dan lemak untuk mengurangi katabolisme protein
tubuh dan mempertahankan berat badan.Asupan cairan biasanya dibatasi sebesar 500
mL ditambah jumlah haluaran urin pada hari sebelumnya.Pembatasan natrium dan
kalium bergantung pada kemampuan fungsi ginjal untuk mengekskresikan elektrolit
ini. Umumnya, natrium dibatasi untuk mencegah edema dan hipertensi, dan makanan
tinggi kalium (mis., beberapa buah dan sayuran, cokelat) harus dihindari. Akhirnya,
makanan tinggi fosfat, seperti berbagai produk susu (mis., susu, es krim, keju,
yoghurt) juga harus dibatasi.

1. Pengkajian
Menurut Doenges (2002), pengkajian keperawatan pada klien GGK meliputi :
a. Riwayat keperawatan
- Usia.
- Jenis kelamin
- Berat Badan, Tinggi Badan
- Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat gagal ginjal kronik
b. Pemeriksaan fisik
1) Aktifitas
Subjektif : Keletihan, kelemahan, malaise.
Objektif : Kelemahan otot, kehilangan tonus
2) Sirkulasi :
S : Hipotensi / hipertensi (termasuk hipertensi maligna)
Eklamsi / hipertensi akibat kehamilan
Disritmia jantung
O : Nadi lemah / halus, hipertensi : ortostatik (hipovolemia), nadi kuat
hipervolemia, edema jaringan umum, termasuk area priorbital, mata kaki,
sacrum, pucat, kecenderungan perdarahan.
3) Eliminasi
S : Perubahan pola berkemih biasanya : peningkatan frekuensi : poliuria
(kegagalan dini) atau penurunan frekwensi / oliguria (fase akhir), disuria,
ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi / obstruksi, infeksi).
O : Abdomen kembung, diare, konstipasi
Riwayat batu / kalkuli
4) Makanan / cairan
S : - Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan (dehidrasi)
- Mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati
- Penggunaan diuretic
O : Perubahan turgor kulit / kelembaban edema (umum, bagian bawah)
5) Neurosensori
S : Sakit kepala, penglihatan kabur
O : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang pandang,
ketidakmampuan berkonsentrasi, hilangnya memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran (ozotemia) ketidakseimbangan elektrolit (asam / basa).
6) Nyeri / kenyamanan
S : Nyeri tubuh, sakit kepala
O : Perilaku hati-hati / distraksi, gelisah.
7) Pernafasan
S : Nafas pendek.
O : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, kedalaman (pernafasan
kusmaul), nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda
(edema paru).
8) Keamanan
S : Adanya reaksi transfusi.
O : - Demam (sepsis, dehidrasi).
- Petekie, area kulit ekimosis.
- Pruritus, kulit kering.
- Fraktur tulang, deposit kalsium, jaringan lunak sendi.
- Keterbatasan gerak sendi.
9) Seksualitas
O : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
10) Interaksi social
O : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
11) Penyuluhan pembelajaran
O : - Riwayat DM keluarga, nefritis herediter kalkus urinarius.
- Riwayat terpajan toksin : obat, racun lingkungan.
- Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini / berulang.
12) Pemeriksaan diagnostic
Hasil pemeriksaan diagnostik yang perlu diindentifikasi untuk mendukung
menegakkan diagnosa keperawatan, meliputi hasil pemeriksaan laboratorium
urine dan darah serta radiologi, untuk lebih jelas dapat di baca pada konsep
dasar GGK.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan
air dan menahan natrium
2) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah
3) Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat
4) Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema

3. Tujuan Keperawatan
1) Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan
air dan menahan natrium
Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Kriteria hasil : - Mempertahankan pembatasan diet dan cairan
- Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema
- Menunjukkan tanda-tanda vital normal
- Menunjukkan tidak adanya distensi vena leher
2) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah
Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : - Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet
- Melaporkan peningkatan nafsu makan menunjukkan tidak adanya
penurunan berat badan yang cepat
3) Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat
Berpatisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria hasil : - Berpartipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan
- Melaporkan peningkatan rasa kesejahteraan
- Berpartisipasi dalam aktivitas dalam perawatan mandiri yang
dipilih
4) Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil : - Kulit hangat, kering dan utuh
- Turgor kulit baik
- Pasien mengatakan tak ada pruritus

4. Intervensi Keperawatan
1) Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan
air dan menahan natrium
a. Pantau balance cairan/24 jam
b. Timbang BB harian
c. Pantau peningkatan tekanan darah
d. Kaji edema perifer dan distensi vena leher
e. Batasi masukan cairan
2) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah
a. Kaji status nutrisi
b. Kaji pola diet nutrisi
c. Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
d. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
e. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan
f. Timbang berat badan harian
3) Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat
a. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
b. Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi,
bantu jika keletihan terjadi
c. Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat
d. Anjurkan untuk beristirahat setelah dialysis
e. Beri semangat untuk mencapai kemajuan aktivitas bertahap yang dapat
ditoleransi
f. Kaji respon pasien untuk peningkatan aktivitas
4) Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema
a. Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, memar, turgor dan suhu
b. Jaga kulit tetap kering dan bersih
c. Beri perawatan kulit dengan lotion untuk menghindari kekeringan
d. Bantu pasien untuk mengubah posisi tiap 2 jam jika pasien tirah baring
e. Tangani area edema dengan hati-hati
f. Pertahankan linen bebas dari lipatan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dijelaskan bahwa gagal ginjal kronik atau CKD
merupakan penurunan fungsi ginjal progressif yang irreversible ketika ginjal tidak
mamppu mempertahankan keseimbangan metabolic, cairan, dan elektrolit yang
menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Smeltzer & Bare, 2004). Adapun
beberapa hal yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis adalah : diabetes, tekanan
darah tinggi (hipertensi), glomerulonephritis, ginjal polikistik, batu ginjal, infeksi
saluran kencing, obat dan racun.
Diagnosa keperawatan gagal ginjal kronik adalah kelebihan volume cairan b.d
penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan natrium,
perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah,
intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat, perubahan
integritas kulit b.d uremia, edema.

B. Saran
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
gagal ginjal kronik. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Dan diharapkan pembaca ada penilitian lanjutan dan memperkaya
informasi terkait gagal ginjal kronik dan diharapkan bisa memberi lebih banyak
dukungan social untuk mempermudah pemulihan dan tidak menganggap remeh
terkait psikis seseorang, terimakasih atas perhatian nya.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika
Doenges, Marilyn. E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
Price, S. A & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6 Volume 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:
EGC
Chang, dkk,.(2010). Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan.Jakarta: EGC.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
Suddart, Brunner. 2002. Keperawatan Medikal BedahEdisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y.
Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Sudoyo, dkk,. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 5. Jakarta:

InternaPublishing

Anda mungkin juga menyukai