Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR RENAL

Disusun oleh :

1. Dea Putri S. (195140132P)


2. Ni Made Nira Sukmayanti (195140140P)
3. Shintia Anisha (195140134P)
4. Wida Rahmaniar Monika (195140096P)

PROGRAM STUDI KONVERSI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

T.A 2020/2021

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tumor Renal” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Bandar Lampung, 22 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………… 2

Daftar Isi…………………………………………………………………………………. 3

BAB 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang…………………………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 5
C. Tujuan Masalah………………………………………………………………….. 5

BAB II Pembahasan

A. Pengertian……………………………………………………………………….. 7
B. Insidensi…………………………………………………………………………. 7
C. Etiologi………………………………………….………………………………. 8
D. Tanda dan Gejala……………………...………………………………………… 10
E. Patofisiologi……………………………………………………………………... 10
F. Pemeriksaan Penunjang…………………….…………………………………… 11
G. Tatalaksana Medis………………………………………………………………. 12
H. Tatalaksana Perawatan………………………………………………………….. 13
1. Pengkajian (Head To Toe dan Persistem)…………………………………... 15
2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………….... 17
3. Tujuan Keperawatan………………………………………………………... 20
4. Intervensi Keperawatan…………………………………………………….. 20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 22

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan ginjal.
Tumor lunak pada umumnya tidak ganas dan yang padat ganas atau kanker. Kanker
adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sangat cepat dan mendesak sel-sel
disekitarnya (Febriani, 2013).
Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga terbanyak setelah tumor
prostat dan tumor kandung kemih. Tumor ginjal dapat berasal dari tumor primer di ginjal
atau pun merupakan tumor sekunder yang berasal dari metastasis keganasan di tempat
lain (Melisa dkk, 2016). Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker,
sedangkan kista (rongga berisi cairan) atau tumor biasanya jinak. Seperti organ tubuh
lainnya, ginjal kadang bisa mengalami kanker. Pada dewasa, jenis kanker ginjal yang
paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adenokarsinoma renalis,
hipernefroma) yang berasal dari sel-sel yang melapisi tubulus renalis (Febriani, 2013).
Penyebab pasti tumor ginjal tidak diketahui, beberapa keterkaitan telah dibangun
antara kanker ginjal dengan merokok, hipertensi, dan obesitas. Terpapar timah, kadmium
dan fosfat juga meningkatkan risiko perkembangan kanker (Black dan Hawks, 2014).
Karsinoma sel ginjal merupakan 3% dari seluruh tumor ganas pada orang dewasa
yang ditemukan pada umur 40-70 tahun. Kejadian tumor pada kedua sisi (bilateral) hanya
terdapat pada 2% kasus saja. Angka kejadian pada pria lebih banyak daripada wanita
dengan perbandingan 2:1. Di seluruh dunia, sekitar 270.000 kasus baru didiagnosis per
tahun, dan sekitar 116.000 pasien meninggal per tahun. Data lain menunjukan bahwa di
seluruh dunia terdapat 209.000 kasus baru dan 102.000 meninggal per 3 tahunnya.
Insiden RCC tertinggi terjadi di negara-negara Barat dan terendah di negara Asia dan
Afrika. Pada tahun 2015 di Amerika Serikat, sekitar 62.000 telah di diagnosis RCC dan
14.000 telah meninggal karena kasus ini (Melisa dkk, 2016).

4
Insidensi di Hongkong, India, Korea dan Taiwan berkisar 3.24-6.0 per 100.000
penduduk. Di Jepang 5.2 per 100.000 penduduk, dengan angka kematian 1.8 per 100.000
penduduk. Di Malaysia insidensi kanker ginjal adalah 1.9 per 100.000 penduduk. Rasio
pria dibanding wanita 2.75:1, usia rerata penderita 57.1 tahun tetapi pada ras Cina
reratanya lebih tua. Insidensi di India lebih rendah dibandingkan orang India yang tinggal
di Singapura, hal ini dimungkinkan karena underdiagnosis, gaya hidup dan faktor
lingkungan. Kejadian kanker ginjal di Indonesia mencapai 2,4-3 kasus/100.000 penduduk
yang meningkat dari perkiraan sebelumnya sekitar 1,4-1,8 kasus/100.000 penduduk
(Mochtar CA, et al, 2016). Sedangkan di ruangan Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto
selama periode Juli-Desember 2017 terdapat 12 kasus Tumor Ginjal (8 kasus pada laki-
laki dan 4 kasus pada perempuan) dengan rata-rata umur lebih dari 50 tahun (56-88
tahun).
Faktor resiko terjadinya tumor ginjal adalah kebiasaan merokok, hipertensi, dan
obesitas. Oleh karena itu seseorang yang ingin menghindari kanker ginjal harus berhenti
atau tidak memulai merokok. Menghindari paparan kimia seperti timah, fosfat, kadmium
dan gaya hidup yang meminimalisasi 4 perkembangan obesitas dan hipertensi juga dapat
mencegah kanker ginjal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tumor renal?
2. Berapa banyak insidensi yang mengalami tumor renal?
3. Jelaskan etiologi tumor renal?
4. Apa saja tanda dan gejala dari tumor renal?
5. Jelaskan patofisiologi dari tumor renal?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari tumor renal?
7. Bagaimana cara tatalaksana medis dari tumor renal?
8. Bagaimana cara tatalaksana perawatan dari tumor renal?
9. Bagaimana pengkajian head to toe dan persistem dari tumor renal?
10. Apa saja diagnosa keperawatan dari tumor renal?
11. Apa tujuan keperawatan dari tumor renal?
12. Bagaimana intervensi keperawatan dari tumor renal?

5
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari tumor renal.
2. Untuk mengetahui berapa banyak insidensi yang mengalami tumor renal.
3. Untuk mengetahui etiologi dari tumor renal.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari tumor renal.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari tumor renal.
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari tumor renal.
7. Untuk mengetahui cara tatalaksana medis dari tumor renal.
8. Untuk mengetahui cara tatalaksana perawatan dari tumor renal.
9. Untuk mengetahui pengkajian head to toe dan persistem dari tumor renal.
10. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dari tumor renal.
11. Untuk mengetahui tujuan keperawatan dari tumor renal.
12. Untuk mengetahui intervensi keperawatan dari tumor renal.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi
Carsinoma sel ginjal ( renal cell carcinoma ) adalah tumor malignansi renal
tersering, dua kali lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada wanita.
Kanker ginjal menyebabkan 2% dari semua penyakit kanker yang menyerang  orang
dewasa di Amerika serikat.
Penyakit ini menyerang laki-laki hampir dua kali lebih banyak dari pada wanita
dan umumnya mengenai laki-laki pada usia diatas 55 tahun. Insidensi carsinoma sel
ginjal ( kanker ginjal ) mengenai 3 per 1000 orang dan ditemukan sekitar 31.000 kasus
baru ditemukan disetiap tahun , serta 12.000 orang meninggal karena kanker ginjal di AS.
Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) dan jenis
kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno karsinoma
renalis / hipernefroma). Kanker Ginjal atau hipernefroma merupakan jenis kanker yang
terdapat pada bagian ginjal atau disebut tubulus renal proksimal

B. Insidensi
Seiring bertambahnya usia juga akan diikuti oleh penurunan fungsi ginjal. Hal
tersebut terjadi terutama karena pada usia lebih dari 40 tahun akan terjadi proses
hilangnya beberapa nefron. Perkiraan penurunan fungsi ginjal berdasarkan pertambahan
umur tiap dekade adalah sekitar 10 ml/menit/1,73m2 .
Berdasarkan perkiraan tersebut, jika telah mencapai usia dekade keempat, dapat
diperkirakan telah terjadi kerusakan ringan, yaitu dengan nilai GFR 60-89 ml/menit/1,73
m2 . Artinya, sama dengan telah terjadi penurunan fungsi ginjal sekitar 10% dari
kemampuan ginjal. 14 Dengan semakin meningkatnya usia, dan ditambah dengan

7
penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes, ginjal cenderung
akan menjadi rusak dan tidak dapat dipulihkan kembali.
Insiden atau kasus baru kanker ginjal meningkat 2% dalam satu dekade terakhir di
seluruh dunia. Berdasarkan data dari (GLOBOCAN) 2008, tiga dari 100.000 penduduk
terdiagnosis kanker ginjal setiap tahunnya. Sayangnya, di Indonesia belum terdapat data
mengenai jumlah kasus kanker ginjal. Kanker ginjal lebih sering ditemukan pada pria
dengan kejadian dua kali lipat dibandingkan wanita. Selain itu, kanker ini lebih sering
menyerang pada usia 60 tahun ke atas. Semakin tua, maka kemungkinan terkena kanker
ginjal lebih tinggi. Jenis kanker ginjal yang tersering adalah jenis RCC dengan proporsi
sekitar 85% dari seluruh kanker ginjal. Kemudian disusul oleh kanker ginjal TCC dan
jenis lainnya dengan proporsi 12%.
Gaya Hidup Gaya hidup tidak banyak bergerak ditambah dengan pola makan
buruk yang tinggi lemak dan karbohidrat (fast food) yang tidak diimbangi serat (sayuran
dan buah), membuat menumpuknya lemak dengan gejala kelebihan berat badan.
Gangguan metabolisme lemak menyebabkan Low Density Lipoprotein (LDL) dan
trigliserida meningkat.
Dalam jangka panjang akan terjadi penumpukan lemak dalam lapisan pembuluh
darah. Ginjal bergantung pada sirkulasi darah dalam menjalankan fungsinya sebagai
pembersih darah dari sampah tubuh

C. Etiologi
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan membelah
secara wajar.Tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali dan menghasilkan sel-
sel baru meskipun tubuh tidak memerlukannya. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya
suatu massa yang terdiri jaringan berlebihan, yang dikenal sebagai tumor. Tidak semua
tumor merupakan kanker (keganasan). Tumor yang ganas disebut tumor  maligna. Sel-sel
dari tumor ini menyusup dan merusak jaringan disekitarnya. Sel-sel ini juga keluar dari
tumor asalnya dan memasuki aliran darah atau system getah bening, paru-paru, hati,
tulang , Pembuluh limfe, Vena renalis. dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya ( proses
ini dikenal sebagai metastase tumor ).

8
Tidak semua tumor merupakan kanker ( keganasan ). Tumor yang ganas disebut
tumor maligna. Sel-sel dari tumor ini menyusup dan merusak jaringan disekitarnya. sel-
sel ini juga keluar dari tumor asalnya dan memasuki aliran darah tau system getah
bening, dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya ( proses ini dikenal
sebagaimetastase tumor ).
Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Namun, penelitian telah
menemukan factor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan risiko terjadinya kanker
ginjal. Risiko terjadinya carcinoma sel ginjal meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Kanker ini paling sering terjadi pada usia 50-70 tahun. Pria memiliki risiko 2 kali
lebih besar dibandingkan wanita.
Factor risiko lainnya, yaitu:
1. Merokok
Orang yang memiliki kebiasaan merokok, apalagi yang sudah dalam tahap
kecanduan, tentu lebih besar kemungkinannya untuk terkena kanker ginjal ini.
Terlebih jika si pecandu rokok tersebut, sudah berusia di atas 30-40 tahun.
2. Obesitas dan hipertensi
Kanker ginjal juga sangat potensial disebabkan oleh kedua penyakit tersebut.
Makanya, sebaiknya Anda lebih tanggap menjaga kesehatan tubuh Anda jika
menderita kegemukan dan juga tekanan darah tinggi.
3. Paparan sinar radiasi
Insiden kanker ginjal juga bisa disebabkan oleh paparan sinar radioaktif, bahkan
dalam kadar rendah sekalipun karena dalam jangka waktu lama, sinar radiasi tersebut
akan semakin terkumpul di dalam tubuh.
4. Bidang pekerjaan
Waspadalah untuk Anda yang bekerja di bidang-bidang berikut: logam, percetakan
surat kabar, pekerja petrokimia, pekerja arang batu bara, yang ternyata bisa
meningkatkan resiko terkena kanker ginjal.
5. Faktor genetic
Genetik seseorang juga ternyata bisa diturunkan. Seseorang yang berada di
lingkungan keluarga dengan riwayat kanker ginjal memiliki kemungkinan lebih tinggi

9
untuk terkena penyakit ini dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat
tersebut dalam garis keturunan keluarganya.
6. Makanan dan obat
Menurut sebuah survei, konsumsi produk susu, protein hewani, dan juga lemak dalam
kadar yang tinggi, namun tidak dibarengi dengan konsumsi buah dan sayuran, maka
dapat menjadi faktor penting seseorang pada akhirnya mengidap kanker ginjal.
D. Tanda-tanda lain dari Tumor Renal adalah;
1) Warna urin abnormal ( gelap atau coklat ) karena terdapat darah dalam urin
2)  Kehilangan berat badan lebih dari 5%
3) Kebanyakan Tumor Renal teridentifikasi secara kebetulan pada saat pemeriksaan
diagnostic abdomen seperti CT-scan
4) Gejala yang Nampak mungkin berkaitan dengan metastase tumor seperti fraktur
patologi pada paha.

E. Patofisiologi
Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan
gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal
jantung kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan
darah atau ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan
diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-
tanda lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
Terdapat 4 tahapan klinik dari kanker ginjal akut yaitu :
1. Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
2. Stadium Oliguria. Volume urine 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar
BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini
berbeda-beda, tergantung dari kadar dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum
mulai meningkat melebihi kadar normal.
Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat infeksi,
gagal jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia
(diakibatkan oleh kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai
respon terhadap stress dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita

10
biasanya tidak terlalu memperhatikan gejala ini. Gejala pengeluaran kemih waktu malam
hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita terbangun untuk berkemih
beberapa kalipada waktu malam hari. Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih
siang hari dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang
terjadi juga sebagai respon teehadap kegelisahan atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam
menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari.
Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal
ginjal jelas sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah
akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.

3. Stadium III.
Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat
melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain
mual, muntah, nafsu makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa
nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat
mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita merasakan
gejala yang cukup parah karene ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis
cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran
kemih) kurang dari 500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit
mula-mula menyerang tubulus ginjal.
Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan gejala-
gejala yang dinamakan sindrom uremik memepengaruhi setip sisitem dalam tubuh. Pada
stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat
pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.

F. Pemeriksaan Penunjang

11
a. Pemeriksaan labolatorium tidak banyak membantu, hanya dapat ditemukan laju endap
darah yang meninggi dan kadang kadang ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan
labolatorium ini ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk pada foto polos abdomen
akan tampak masa jaringan lunak dan jarang ditemukan klsifikasi didalamnya.
b. Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran distori, penekanan
dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises.
c. Pemeriksaan renoarteriogram didaptkan gambaran arteri yang memasuki masa tumor.
Foto thoraks dibuat untuk mencari metastasi kedalam paru-paru.

G. Pentalaksanaan Medik
1. Nefrektomi
Tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan nefrektomi radikal yaitu
mengangkat ginjal beserta kapsula gerota. Beberapa kasus yang sudah dalam stadium
lanjut tetapi masih mungkin unutk dilakukan operasi, masih dianjurkan untuk
dilakukan nefrektomi paliatif. Pada beberapa tumor yang telah mengalami metastasis,
setelah tindakan nefrektomi ini sering didahului dengan embolisasi arteri renalis yang
bertujuan untuk memudahkan operasi (Basuki, 2003).
2. Hormonal
Penggunaan terapi hormonal belum banyak diketahui hasilnya. Preparat yang dipakai
adalah hormon progestagen. Dari berbagai literatur disebutkan bahwa pemberian
preparat hormon tidak banyak memberi manfaat (Basuki, 2003).
3. Imunoterapi
Pemberian imunoterapi dengan memakai interferon atau dikombinasikan dengan
interleukin saat ini sedang dicoba di negara-negara maju. Karena harganya sangat
mahal dan hasil terapi dengan obat-obatan imunoterapi masih belum jelas, maka
pemakaian obat ini masih sangat terbatas (Basuki, 2003).
4. Radiasi Eksterna
Radiasi eksterna tidak banyak memberi manfaat pada adenokarsinoma ginjal karena
tumor ini adalah tumor yang radioresisten (Basuki, 2003).
5. Sitostatika

12
Demikian pula pemakaian sitostatika tidak banyak memberikan manfaat pada tumor
ginjal (Basuki, 2003).
6. Arterial Embolization
Cara ini adalah terapi untuk menyusutkan tumor dnegan menyuntikkan suatu senyawa
ke dalam pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah ke ginjal. Halangan ini akan
mencegah tumor menjadi tumbuh lebih besar.
7. Kemoterapi
Cara ini adalah dengan memasukkan obat-obatan kimia ke dalam tubuh supaya dapat
menghambat pertumbuhan sel kanker. Hal ini umumnya dilakukan setelah terjadi
pembedahan untuk menghancurkan sisa sel kanker yang ada. Kemoterapi tentu saja
memiliki efek samping yang tidak menyenangkan sehingga cara ini seringkali
dihindari oleh banyak pasien pengidap kanker.

H. Tatalaksana perawatan
Treatment atau perawatan bagi pasien kanker ginjal, antara lain meliputi operasi, arterial
embolization, terapi radiasi, terapi biologi, atau kemoterapi. Pasien juga mungkin
memerlukan kombinasi dari treatment-treatment di atas.
1. Operasi
Operasi adalah perawatan yang paling umum untuk kanker ginjal dan merupakan
terapi lokal. Suatu operasi untuk mengangkat ginjal disebut nephrectomy. Ada
beberapa tipe dari nephrectomy, tergantung pada stadium kanker :
 Radical nephrectomy: Ahli bedah mengangkat seluruh ginjal bersama dengan
kelenjar adrenal dan beberapa jaringan sekitar ginjal. Beberapa simpul-simpul
getah bening di area itu juga mungkin diangkat.
 Simple nephrectomy: Ahli bedah hanya mengangkat ginjal. Operasi ini biasanya
dilakukan pada pasien dengan kanker ginjal stadium I.
 Partial nephrectomy: Ahli bedah hanya mengangkat bagian dari ginjal yang
mengandung tumor. Operasi ini mungkin dilakukan pada pasien yang hanya
mempunyai satu ginjal atau bila kanker menyerang kedua ginjal. Atau, pada
pasien dengan tumor ginjal yang kecil (kurang dari 4cm).
2. Arterial embolization

13
Arterial embolization adalah suatu tipe terapi lokal yang dapat menyusutkan
tumor. Adakalanya dilakukan sebelum operasi agar lebih mudah. Ketika pada
kondisi tertentu operasi tidak mungkin dilakukan, arterial embolization mungkin
dilakukan untuk membantu menghilangkan gejala-gejala dari kanker ginjal.
Dokter memasukkan suatu tabung yang sempit (kateter) ke dalam pembuluh
darah di kaki. Tabung dilewatkan ke atas sampai pada pembuluh besar utama
(arteri ginjal) yang menyediakan darah pada ginjal. Dokter menyuntikan suatu
senyawa ke dalam pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah ke dalam
ginjal. Halangan ini mencegah tumor mendapatkan oksigen atau senyawa-
senyawa lain yang diperlukan untuk tumbuh.
Efek samping yang sering dialami antara lain, nyeri punggung, demam, mual, dan
muntah-muntah.
3. Terapi Radiasi
Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) adalah tipe yang lain untuk terapi lokal.
Terapi ini menggunakan sinar-sinar bertenaga tinggi untuk membunuh sel-sel
kanker. Terapi ini akan menyerang sel-sel kanker hanya pada area yang diradiasi.
Pada beberapa kasus, pasien juga harus diterapi radiasi sebelum operasi untuk
menyusutkan tumornya. Pada beberapa kasus lainnya, terapi radiasi juga
diberikan setelah operasi untuk membunuh sel-sel kanker yang mungkin
tertinggal di area itu. Pasien-pasien yang tidak dapat dioperasi mungkin akan
diberikan terapi radiasi untuk menghilangkan nyeri atau masalah lain yang
disebabkan oleh kanker.
Efek samping yang mungkin muncul antara lain, mual, muntah, diare, kulit pada
area yang diradiasi menjadi merah, kering, dan peka. Selain itu dapat
menimbulkan pengurangan jumlah sel darah putih sehat, sehingga tubuh lebih
rentan infeksi.
4. Terapi Biologi
Terapi biologi adalah suatu tipe dari terapi sistemik. Terapi ini menggunakan
senyawa-senyawa yang melalui aliran darah, mencapai, dan menyerang sel-sel
kanker di seluruh tubuh. Terapi biologi menggunakan kemampuan alamiah tubuh
(sistem imun) untuk melawan kanker. Untuk pasien-pasien dengan kanker ginjal

14
yang metastatis, dokter mungkin menyarankan interferon alpha atau interleukin-2
(juga disebut IL-2 atau aldesleukin). Tubuh manusia secara normal menghasilkan
senyawa-senyawa ini dalam jumlah yang kecil untuk merespon infeksi atau
penyakit lain. Untuk perawatan kanker, senyawa-senyawa tersebut dibuat di
laboratorium dalam jumlah yang besar.
Efek samping yang mungkin muncul antara lain, gejala-gejala seperti flu,
kedinginan, demam, nyeri-nyeri otot, kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual,
muntah, dan diare. Mungkin juga timbul ruam kulit (skin rash).

5. Kemoterapi
Kemoterapi juga merupakan salah satu terapi sistemik. Obat-obat
antikanker memasuki aliran darah dan berjalan ke seluruh tubuh. Ada
penemuan terbaru dalam teknik kemoterapi. Teknik ini menunjukkan
harapan besar dalam memperpanjang usia pasien pengidap kanker stadium
lanjut. Namun, terapi ini juga bisa sangat merugikan mengingat efek racun
yang ditimbulkannya. Dalam temuan terbaru mengenai kanker ginjal, ahli
University of California Davis, Amerika Serikat, berhasil mengidentifikasi
suatu cara untuk menghambat mekanisme pemulihan sendiri oleh gen pada
sel-sel kanker. Hal ini diharapkan memperbesar keberhasilan kemoterapi
kanker ginjal dan menjadikannya lebih efektif dan lebih dapat ditoleransi.
Sel kanker sangat terkenal akan kemampuan mereka untuk secara cepat
menciptakan salinan diri mereka. Meski pengobatan termutakhir berhasil
memperlambat proses itu, pengobatan tersebut tidak cenderung
menyembuhkan dan mungkin memiliki efek samping. Pengobatan terbaru
bekerja dengan cara merusak kestabilan sel kanker di tingkat DNA, yang
mengurangi kemampuannya untuk menggandakan diri. Para peneliti, yang
mengetahui bahwa gen p21 memiliki peran penting dalam memulihkan DNA
sel kanker dan berpotensi memangkas manfaat pengobatan kanker, berusaha
mengidentifikasi susunan yang dapat mengganggu jalur tersebut. Tim itu
menguji ribuan zat dan 12 di antaranya ditemukan dapat mengikat protein
rekombinan p21. Uji coba tambahan menemukan tiga bahan yang mampu

15
menurunkan ekspresi p21, dan menghalangi kemampuan sel kanker ginjal
untuk memperbaiki diri dan membuatnya lebih responsif terhadap
pengobatan yang merusak DNA. Untuk kajian masa depan, tim peneliti akan
memusatkan perhatian pada tiga calon zat tersebut untuk memastikan
konsentrasi paling rendah yang mungkin membuatnya tetap efektif dan untuk
lebih mengoptimalkan kandungan antikankernya.

Efek samping dari kemoterapi bergantung terutama pada obat-obat spesifik


dan jumlah yang diterima oleh pasien. Pada umumnya, obat-obat antikanker
mempengaruhi sel-sel yang membelah secara cepat, terutama:
 Sel-sel darah: Sel-sel ini melawan infeksi, membantu darah untuk
membeku, dan membawa oksigen ke seluruh bagian-bagian tubuh. Ketika
obat-obat mempengaruhi sel-sel darah, pasien lebih rentan terhadap
infeksi, mudah memar atau berdarah, dan akan merasa sangat lemah dan
lelah.
 Sel-sel di akar rambut: Kemoterapi dapat menyebabkan kerontokan
rambut. Rambut dapat tumbuh kembali, namun rambut yang baru sedikit
banyak akan berbeda dalam warna dan tekstur.
 Sel-sel yang melapisi saluran pencernaan: Kemoterapi dapat menyebabkan
nafsu makan yang buruk, mual, muntah, diare, timbul luka-luka di mulut
dan bibir.

16
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR RENAL
H.1 Pengkajian
1. Pengkajian
Identitas Klien
2. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging,
bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare.
Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
3. Pengkajian fisik
4. Pengkajian Perpola
1]. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban
sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh
tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB
meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2]. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus menyebakan
sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan
natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan
oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
3]. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena
adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan

17
jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk
dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka
pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi
terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban
sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien
terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh
darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi
ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan
kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak
mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
4]. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan,
kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi
terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas
yang menurun.
6]. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan
yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
7]. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang
baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.

H.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ketiga.
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.

18
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan
protein dan cairan
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit
yang mengancam kehidupan

H.3 Tujuan dan Intervensi Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan
dan ruang ketiga.
Tujuan :
- Pasien tidak menunjukan bukti-bukti akumulasi cairan atau akumulasi cairan
yang ditujukan pasien minimum
- Pasien mendapat volume cairan yang tepat
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output secara akurat Evaluasi harian keberhasilan terapi
2. Kaji perubahan edema dan dasar penentuan tindakan
dan Pembesaran abdomensetiap hari Indikator akumulasi cairan
3. Timbang BB tiap hari dalam skala dijaringan dan dirung ketiga
yang sama BJ Urine dan albuminnuria menjadi
4. Uji urin untuk berat jenis, albumin indikator regimen terapi
5. Atur masukan cairan dengan cermat Sehingga anak tidak mendapatkan
6. Berikan diuretik sesuai order dari tim lebih dari jumlah yang ditentukan
medis Pengurangan cairan ekstravaskuler
sangat diperlukan dalam mengurangi
oedema

2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan


metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi

19
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output makanan Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
secara akurat Gangguan nutrisi dapat terjadi secara
2. Kaji adanya tanda-tanda berlahan. Diare sebagai reaksi oedema
perubahan nutrisi : Anoreksi, Letargi, intestine dapat memperburuk status
hipoproteinemia. nutrisi
3. Beri diet yang bergizi Mencegah status nutrisi menjadi lebih
4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi buruk
sering Membantu dalam proses metabolisme.
5. Beri suplemen vitamin dan besi
sesuai instruksi

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan


protein dan cairan
Tujuan : kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditujukan
pasien minimum atau tidak ada
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital setiap 4 jam Bukti fisik defisit cairan.
2. Laporkan adanya penyimpangan dari Sehingga pengobatan segra dilakukan
normal Meningkatkan tekanan osmotik koloid
3. Berikan albumin bergaram rendah sehingga mempertahangkan cairan dalam
sesui indikasi vaskuler

4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia


Tujuan : Paien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima anak.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri Menentukan tindakan selanjutnya
2. Lakukan tehnik pengurangan nyeri Sebagai analgesik tambahan
nonfarmakologis Mengurangi rasa sakit
3. Berikan analgesik sesuai ketentuan Untuk mencegah kambuhnya nyeri
4. berikan obat dengan jadwal preventif Karena aspirin meningkatkan
5. hindari aspirin atau senyawanya kecenderungan pendarahan

20
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : Pasien mendapat istrahat yang adekut
Intervensi Rasional
1. Pertahangkan tirah baring bilah Mengurangi pengeluaran energi.
terjadi edema berat Mengurangi kelelahan pada pasien
2. seimbangkan istrahat dan aktivitas Untuk mmenghemat energi
bila ambulasi
3. intrusikan pada anak untuk istrahat
bila ia merasa lelah

6.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit
yang mengancam kehidupan
Tujuan : Pasien (keluarga) menunjukan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik/terapi
Intervensi Rasional
1. Jelaskan alasan setiap tes dan Memberikan pengertian pada keluarga
prosedur Memberikan pengetahuan pada keluarga
2. Jelaskan prosedur operatif dengan Memberikan pengetahuan pada keluarga
jujur Meringangkan beban pada keluarganya
3. Jelaskan tentang proses penyakit
4. Bantu keluarga merencanakan masa
depan khususnya dalam membatu anak
menjalani kehidupan yang normal

21
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal. ginjal adalah
organ berbentuk kacang yang berfungsi sebagai bagian dari sistem kemih seseorang. Ini
membantu untuk menyaring limbah dan cairan ekstra dari aliran darah, membuat urin, yang
pindah ke kandung kemih dan keluar dari tubuh. Manusia dilahirkan dengan dua ginjal.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ketiga.
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan
protein dan cairan
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
penyakit yang mengancam kehidupan

B.   Saran-Saran
Biasakan untuk gaya hidup sehat, karena dengan ini membuat kita terhindar dari
berbagai macam penyakit. Kita bisa hidup sehat sehingga kitapun tidak mudah untuk
terkena tumor ginjal

22
DAFTAR PUSTAKA
T.Heather Herdmain, & Kamitsuru,S. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta : EGC
Gloria, M.Bulechek, et al. (2016). Nurshing Interventions Classification (NIC). Edisi 6.
Singapore : Elseviler.
Moorhead.S et al. (2016). Nursing Outcomes Clasification (NOC). Edisi 5. Singapore :
Elsevier.
Intansari.N. (2016). Intan’s Screening Diagnoses Assesment. Indonesia:
https://www.scribd.com/doc/289736797/LP-Ca_ginjal
http://docslide.us/documents/lp-kanker-ginjal.html
Kush Sachdeva, MD, Renal Cell Carcinoma, Journal from Southern Oncology and
Hematology Associates, South Jersey Healthcare, Fox Chase Cancer Center Partner.
Cleveland Clinic, Kidney Cancer, Journal from Taussig Cancer Institute, The Cleveland
Clinic, Cleveland, Ohio.
Mayo Clinic, Kidney Cancer Prevention, Journal from Mayo Foundation for Medical
Education and Research, Mayo Clinic, California.

23
24

Anda mungkin juga menyukai