Anda di halaman 1dari 76

1

A. PERUMUSAN MASALAH

Pemberian ASI sangat bermanfaat baik bagi bayi maupun ibu, bagi bayi

ASI sangat bermanfaat dalam pertumbuhan dan perkembangan, karena

merupakan sumber energi, membantu perkembangan otak, mampu

meningkatkan imunitas ( antibodi dan sel-sel makrofag dalam kolustrum dan

ASI memberikan perlindungan terhadap jenis-jenis infeksi tertentu dan

insidens alergi pada bayi-bayi yang mendapat ASI ternyata lebih rendah),

memberikan manfaat bagi interaksi ibu dan anak, pembentukan ikatan lebih

kuat sehingga meningkatkan kualitas perilaku anak, sedangkan manfaat

menyusui bagi ibu sebagai metode kontrasepsi, mengurangi perdarahan

pasca melahirkan, mengurangi risiko kanker payudara, kanker pra

menopause dan kanker ovarium.

Beberapa penyebab kematian bayi dikabupaten Magelang tahun 2011

dapat dipredisposisi oleh gangguan pemenuhan kebutuhan zat gizi, antara

lain : Sepsis (0,7 %), ikterus (0,7 %), pneumonia (3,5 %), diare (4,9 %),

kelainan saluran cerna (0,7 %) dan syaraf (0,7 %) yang seharusnya bisa

dicegah jika bayi diberikan ASI secara eksklusif.

Cakupan ASI eksklusif tahun 2011 di wilayah kabupaten Magelang

hanya 9, 78 % dan data status gizi balita menunjukkan bahwa 3, 46 % balita

mempunyai status gizi bawah garis merah (BGM) dan 0, 2 % berstatus gizi

buruk.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang

dikemukakan adalah “Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi ibu

dalam praktik ASI eksklusif di wilayah Kabupaten Magelang? ”.

B. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum
2

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi praktik ASI eksklusif

oleh ibu menyusui di wilayah Kabupaten Magelang.

2. Tujuan Khusus

2.1. Untuk mengidentifikasi karakteristik ibu menyusui (tingkat

pendidikan, tingkat penghasilan dan frekuensi pemeriksaan

kehamilan).

2.2. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang

ASI eksklusif di wilayah Kabupaten Magelang tentang ASI

eksklusif.

2.3. Untuk mengidentifikasi sikap ibu menyusui di wilayah Kabupaten

Magelang terhadap pelaksanaan praktik ASI eksklusif.

2.4. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga dalam praktik ASI

eksklusif di wilayah Kabupaten Magelang.

2.5. Untuk mengidentifikasi dukungan bidan dalam persiapan ASI

eksklusif saat Ante Natal Care (ANC) dan pelaksanaan ASI

eksklusif saat persalinan dan pascapersalinan di wilayah

Kabupaten Magelang

2.6. Untuk mengidentifikasi tempat persalinan ibu di wilayah

Kabupaten Magelang.

2.7. Untuk mengidentifikasi waktu pengeluaran ASI pertama di wilayah

Kabupaten Magelang.

2.8. Untuk mengidentifikasi status pekerjaan ibu di wilayah Kabupaten

Magelang.

2.9. Untuk mengidentifikasi praktik ASI eksklusif di wilayah Kabupaten

Magelang.

2.10. Untuk menganalisa hubungan antara karakteristik ibu (tingkat

pendidikan, tingkat penghasilan keluarga dan frekuensi


3

pemeriksaan kehamilan ), tingkat pengetahuan tentang ASI

eksklusif, sikap terhadap praktik ASI eksklusif, dukungan keluarga,

dukungan bidan, tempat persalinan, waktu pengeluaran ASI

pertama dan status pekerjaan dengan praktik ASI eksklusif di

kabupaten Magelang

2.11. Untuk menganalisa pengaruh karakteristik ibu (tingkat pendidikan,

tingkat penghasilan keluarga dan frekuensi pemeriksaan

kehamilan ), tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif, sikap

terhadap praktik ASI eksklusif, dukungan keluarga, dukungan

bidan, tempat persalinan, waktu pengeluaran ASI pertama dan

status pekerjaan terhadap praktik ASI eksklusif di kabupaten

Magelang

a. APLIKASI TEORI L. GREEN DALAM PENELITIAN INI (KERANGKA

TEORI)

Teori perilaku Lawrence Green dalam penelitian ini karena dapat

melihat faktor-faktor yang mempengaruhi praktik seseorang secara lebih

luas (faktor predisposisi, pendorong dan pemungkin).

Predisposing factors (faktor


predisposisi :
Karakteristik
1. Tingkat pendidikan
2. Tingkat penghasilan keluarga
3. Frekuensi pemeriksaan kehamilan
4. Status pekerjaan

5. Tingkat pengetahuan tentang ASI


eksklusif
6. Sikap terhadap pelaksanaan ASI
eksklusif
7. Keyakinan tentang ASI eksklusif
8. Budaya/ mitos tentang ASI eksklusif

Reinforcing Factors (Faktor


Pendorong) :

1. Dukungan dari keluarga dan suami Praktik ASI eksklusif


dalam praktik ASI eksklusif
2. Dukungan tenaga kesehatan dalam
praktik ASI eksklusif
4

Enabling factors (Faktor


Pemungkin) :

1. Ketersediaan fasilitas kesehatan


untuk praktik ASI eksklusif (tempat
persalinan, pengeluaran ASI
pertama)

2. Aksesibilitas untuk praktik ASI Faktor Lingkungan


eksklusif

Ket :
(diteliti)
-------------- (tidak diteliti)

Gambar 2.2 : Kerangka Teori


Sumber : 3, 6, 7, 23, 24,
5

BAB III

METODE PENELITIAN

Berdasarkan kerangka teori perilaku menurut Green dijelaskan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam praktik ASI eksklusif meliputi faktor

predisposisi, pendorong dan faktor pemungkin, sehingga kerangka konsep yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Kerangka Konsep

Predisposing factors (Faktor


Predisposisi) :
Karakteristik :
1. Tingkat pendidikan
2. Tingkat penghasilan keluarga,
3. Frekuensi pemeriksaan
kehamilan

1. Tingkat pengetahuan tentang


ASI ekskluif
2. Sikap terhadap pelaksanaan ASI
eksklusif

Reinforcing Factors (Faktor


Pendorong) :

1. Dukungan keluarga dalam Praktik ASI


praktik ASI eksklusif eksklusif
2. Dukungan bidan dalam praktik
ASI eksklusif

Enabling factors (Faktor


Pemungkin) :

1. Tempat persalinan
2. Waktu pengeluaran ASI pertama
3. Status pekerjaan
6

Gambar 3.1 : Kerangka konsep

Sumber pustaka : 3, 6, 7, 23, 24,

B. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktik ASI eksklusif.

2. Terdapat hubungan antara tingkat penghasilan keluarga dengan praktik

ASI eksklusif.

3. Terdapat hubungan antara frekuensi pemeriksaan kehamilan dengan

praktik ASI eksklusif.

4. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan praktik ASI

eksklusif.

5. Terdapat hubungan antara sikap ibu dengan praktik ASI eksklusif.

6. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan praktik ASI

eksklusif.

7. Terdapat hubungan antara dukungan bidan dengan praktik ASI eksklusif.

8. Terdapat hubungan antara tempat persalinan dengan praktik ASI eksklusif

9. Terdapat hubungan antara waktu pengeluaran ASI pertama dengan praktik

ASI eksklusif.

10. Terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan praktik ASI eksklusif

11. Terdapat pengaruh tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, frekuensi

pemeriksaan kehamilan, tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif, sikap

terhadap praktik ASI eksklusif, dukungan keluarga, dukungan bidan,

tempat persalinan, waktu pengeluaran ASI yang pertama dan status

pekerjaan terhadap praktik ASI eksklusif.

C. Jenis dan rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian eksplanatory bertujuan untuk

menguji hubungan variabel dari hipotesis yang diajukan dengan


7

mempergunakan data empiris dengan pendekatan waktu cross sectional

untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (point time approach).

D. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi berumur 6 sampai 12

bulan di wilayah kabupaten Magelang pada bulan Desember tahun 2012,

berjumlah 11.611 ibu.

2. Sampel

Tehnik sampling yang dipergunakan adalah Stratified Random

Sampling, dengan cara populasi dibagi menjadi strata-strata (sub populasi),

kemudian pengambilan sampel dilakukan dalam setiap strata secara simple

random sampling. Peneliti menentukan jumlah sampel yang akan diambil

dengan tehnik perhitungan menurut rumus slovin sebagai berikut : 32

n = _____N______

1 + N (α 2)

n : ukuran sampel

N : Populasi

α : tingkat ketepatan (presisi) 5 % (0, 05)

n = ___11611______

1 + 11611 (0,052)

= ___11611______

1 + 29,0275
8

= 386,67

Menentukan jumlah sampel untuk setiap wilayah secara proporsional :

Tabel 3.1. jumlah sampel pada masing-masing puskesmas

Jumlah Jumlah
Ibu yang
Wilayah
mempunyai bayi ∑ Pembu
Puskesmas rumus
usia 6 sampai 12 sampel latan
bulan
Salaman I 362 362/11611 x 386,67 12,1 12
Salaman II 268 268/11611 x 386,67 8,9 9
Borobudur 572 572/11611 x 386,67 19,0 19
Ngluwar 287 287/11611 x 386,67 9,6 10
Salam 376 376/11611 x 386,67 12,5 12
Srumbung 409 409/11611 x 386,67 13,6 14
Dukun 361 361/11611 x 386,67 12,0 12
Sawangan I 258 258/11611 x 386,67 8,6 9
Sawangan II 221 221/11611 x 386,67 7,4 7
Muntilan I 268 268/11611 x 386,67 8,9 9
Muntilan II 485 485/11611 x 386,67 16,2 16
Mungkid 587 587/11611 x 386,67 19,5 19
Mertoyudan I 581 581/11611 x 386,67 19,3 19
Mertoyudan II 397 397/11611 x 386,67 13,2 13
Kota Mungkid 162 162/11611 x 386,67 5,4 5
Tempuran 410 410/11611 x 386,67 13,7 14
Kajoran I 326 326/11611 x 386,67 10,9 11
Kajoran II 215 215/11611 x 386,67 7,2 7
Kaliangkrik 520 520/11611 x 386,67 17,3 17
Bandongan 543 543/11611 x 386,67 18,1 18
Candimulyo 446 446/11611 x 386,67 14,9 15
Pakis 445 445/11611 x 386,67 14,8 15
Ngablak 380 380/11611 x 386,67 12,7 13
Grabag I 656 656/11611 x 386,67 21,8 22
Grabag II 259 259/11611 x 386,67 8,6 9
Tegalrejo 495 495/11611 x 386,67 16,5 16
Secang I 498 498/11611 x 386,67 16,6 18
Secang II 296 296/11611 x 386,67 9,9 10
Windusari 528 528/11611 x 386,67 17,6 18
Jumlah 11611 386,67 388

Pemilihan sampel mempergunakan fungsi RANDOM BETWEEN pada

Microsoft excel dengan langkah-langkah sebagai berikut :


9

a. Memasukkan no urut dan nama – nama anggota populasi pada baris/ row

microsoft excell.

b. Memasukkan nomer terbawah/ bottom dan teratas/ top pada fungsi

RANDOM BETWEEN.

c. Melakukan penarikan cell sejumlah sampel yang diperlukan dan

mencocokkan hasil perandoman dengan nama populasi.

Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bias, maka ditentukan kriteria

inklusi dan kiteria eksklusi sebagai berikut :

Kriteria inklusi :

a. Ibu yang bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi :

a. Ibu yang mempunyai kontra indikasi medis untuk menyusui

b. Ibu dengan bayi mempunyai kontra indikasi medis menyusu

c. Ibu tidak berada diwilayah penelitian selama pengambilan data

E. DEFINISI OPERASIONAL, VARIABEL PENELITIAN DAN SKALA

PENGUKURAN

Tabel 3.2 Definisi operasional variabel penelitian dan skala pengukuran

No Variabel Definisi operasional Kategori Skala


1. Tingkat Merupakan 1. Tidak Tamat SD Ordi
pendidi pendidikan formal 2. Dasar (Tamat SD, Tamat
kan terakhir yang SMP) nal
ditempuh ibu. 3. Menengah (tamat SMA)
4. Tinggi (Tamat Perguruan
tinggi)34
2. Tingkat Total penghasilan 1. >UMK (Rp. 837.000,-) Nomi
penghasi keluarga dalam 2. <UMK (Rp. 837.000,-) 35
lan bentuk uang. nal
keluarga
3. Frekuensi Merupakan frekuensi Sesuai standar minimal : Nomi
kunju kontak ibu pada masa kunjungan < 14 minggu :> 1x,
ngan hamil dengan tenaga > 14 - 28 minggu : > 1x, > 28 nal
ANC profesional untuk - 40 minggu : > 2x
mendapatkan Tidak sesuai standar minimal
pelayanan Ante Natal : tidak kunjungan <14 minggu
sesuai standar yang dan/ tidak kunjungan < 2x
10

ditetapkan. pada 15 - 28 minggu, dan/


jika tidak kunjungan pada 29
minggu - 40 minggu 31
11

Tabel 3.2 (lanjutan)

Skal
No Variabel Definisi operasional Kategori
a
4. Tingkat Pengetahuan yang Hasil uji normalitas (uji Nomi
pengetahu ditunjukkan kemampuan kolmogorov-smirnov) nal
an tentang responden menjawab didapatkan nilai (p) =
ASI eksklu pertanyaan tentang ASI 0,000 < 0,05 (distribusi
sif. eksklusif, meliputi : data tidak normal).
pengertian, keuntungan,  Baik : x > median (>
tehnik menyusui, kontra 14)
indikasi, faktor-faktor  Kurang baik : < median
yang mempengaruhi (<14)37
produksi ASI, masalah
dalam menyusui dan
penatalaksanaannya.
6. Sikap Merupakan reaksi/ Hasil uji normalitas (uji Nomi
terhadap tanggapan ibu dalam kolmogorov-smirnov)
pelaksa pemilihan menyusui didapatkan nilai (p) = nal
naan dengan hanya 0,000 < 0,05 (distribusi
praktik memberikan ASI saja data tidak normal).
ASI atau memilih untuk  Mendukung : x >
eksklusif memberikan PASI dan/ median (> 43)
MPASI  Kurang mendukung :
< 4337

6. Duku Merupakan dukungan Hasil uji normalitas (uji Nomi


ngan yang diberikan suami kolmogorov-smirnov)
keluarga dan anggota keluarga didapatkan nilai (p) = nal
yang lainnya kepada ibu 0,000 < 0,05 (distribusi
dalam praktik menyusui data tidak normal).
meliputi :  Mendukung : x >
1. Dukungan median ( > 6)
informasional  Kurang mendukung :
(nasehat, usulan, < 637
saran, petunjuk dan
pemberian informasi),
2. Dukungan penilaian
(bimbingan, umpan
balik, memberikan
bantuan pemecahan
masalah,
penghargaan dan
penilaian)
3. Dukungan
instrumental
(pemenuhan
kebutuhan ibu, a.l :
nutrisi, cairan,
istirahat))
12

Tabel 3.2 (lanjutan)

Ska
No Variabel Definisi operasional Kategori
la
Dukungan emosional
(membantu dalam
penguasaan emosi, melalui
kepercayaan, perhatian,
kasih sayang, emosional,
motivasi)
7. Duku Merupakan pelayanan bidan Hasil uji normalitas (uji Nomi
ngan dalam : kolmogorov-smirnov) nal
bidan 1. Persiapan ASI eksklusif didapatkan nilai (p) =
dalam saat Ante Natal Care 0,000 < 0,05 (distribusi
persia (ANC) dengan data tidak normal).
pan dan memberikan  Mendukung : x >
pelaksa penyuluhan tentang median (> 18)
naan ASI kesehatan dan  Kurang mendukung :
eksklusif gizi ibu selama hamil (<18) 37
dan penyuluhan agar
termotivasi untuk
memberikan ASI.
2. Pelaksanaan ASI
eksklusif saat persalinan
(melaksanakan IMD)
3. Pascapersalinan
dengan mengajarkan
cara menyusui,
membantu ibu dalam
menyusui secara
eksklusif, tidak
memberikan susu
formula bila ASI belum
keluar, mengajarkan
pemerahan ASI dan
pengelolaan ASI perah
8. Tempat Merupakan tempatibu Pelayanan kesehatan : Nomi
persali bersalin BPM, Puskesmas, nal
nan RSIA, RS bersalin
Non Kesehatan :
rumah, tempat dukun35
9. Waktu Merupakan rentang waktu Hari 1 sampai hari ke 3: Nomi
pengelua yang dimulai dari waktu jika pengeluaran ASI nal
ran ASI kelahiran bayi sampai - pertama terjadi dalam
pertama 3 hari pertama setelah
kelahiran bayi
13

Tabel 3.2 (lanjutan)

Ska
No Variabel Definisi operasional Kategori
la
dengan pengeluaran ASI Lebih dari 3 hari : jika
yang pertama yang dihitung pengeluaran ASI
dalam satuan hari. pertama terjadi setelah
3 hari pertama setelah
kelahiran bayi19
10. Status Status pekerjaan yang Bekerja (PNS, Nomi
pekerja ditekuni ibu untuk Pedagang, Petani,
an memperoleh penghasilan Karyawati, Buruh, dll) nal
Tidak Bekerja (Ibu
Rumah Tangga).4
11. Praktik Merupakan praktik yang ASI eksklusif : Nomi
ASI dilaksanakan ibu dalam Bila ibu hanya
eksklusif pemberian ASI kepada bayi memberikan hanya nal
oleh ibu usia 0 sampai 6 bulan. ASI saja setelah bayi
lahir sampai bayi
berumur 6 bulan, tanpa
pemberian makanan
lain, seperti air, air
gula, madu, pisang,
susu formula/ PASI
dan sebagainya.
Tidak ASI eksklusif :
Bila ibu memberikan
tidak hanya ASI saja
setelah lahir sampai
bayi berumur 6 bulan,
denganpemberian
makanan/ minuman
lain, seperti air, air
gula, madu, pisang,
susu formula/ PASI
dan sebagainya.6

F. Alat dan Cara Penelitian

1. Tahap Persiapan

Peneliti berkoordinasi dengan Badan Penanaman Modal Dan

Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT), badan kesbangpolinmas, dinas

kesehatan kabupaten Magelang dan puskesmas untuk proses

pengambilan data. Pengumpulan data dilakukan dengan mempergunakan

kuesioner yang disusun berdasarkan kisi-kisi kuesioner dengan bentuk


14

pertanyaan tertutup (untuk semua variabel bebas : tingkat pendidikan,

tingkat penghasilan keluarga, frekuensi pemeriksaan kehamilan, tingkat

pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan bidan, tempat

persalinan dan status pekerjaan) dan pertanyaan terbuka untuk variabel

bebas (waktu pengeluaran ASI pertama) dan variabel terikat (praktik ASI

eksklusif).

Tabel 3.3. Kisi – kisi kuesioner

Variabel Pokok bahasan Sub pokok bahasan Jumlah


item
Tingkat pendidikan 1
Tingkat 1
penghasilan
keluarga
Frekuensi 3
pemeriksaan
kehamilan
Tingkat Pengertian ASI Pengertian ASI eksklusif 1
pengetahuan eksklusif
tentang ASI Keuntungan Bagi bayi :
eksklusif. pemberian ASI Imunitas 1
Kecerdasan 1
Gizi 2
Bagi ibu :
Kontraseptif 1
Berat badan 1
Tahapan ASI Kolustrum 1
Faktor yang Jarak menyusui 1
mempengaruhi Psikologis 1
laktasi Status gizi 1
Ukuran payudara 1
Masalah fisik saat Pembengkakan payudara 3
menyusui dan Puting susu lecet 2
penanganannya Infeksi 1
Puting susu terbenam 1
Tehnik menyusui Persiapan menyusui 2
Posisi menyusui 3
Pemerahan, penyimpanan 3
dan pemberian ASI
15

Tabel 3.3. (lanjutan)

Variabel Pokok bahasan Sub pokok bahasan Jumlah


item
Sikap terhadap Pengertian ASI Pengertian ASI eksklusif 1
pelaksanaan eksklusif
praktik ASI Keuntungan Bagi bayi : 4
eksklusif Bagi ibu 2
Tahapan ASI Tahapan ASI 1
Faktor yang Faktor fisik 3
mempengaruhi
Tehnik menyusui Tehnik menyusui 1
Dukungan keluarga Dukungan Informasi ASI eksklusif 1
informasional Saran pemberian MPASI 1
Dukungan Bantuan saat mengalami 1
penilaian masalah/ kesulitan
Memberikan tanggapan/ 1
pujian/ penilaian
Dukungan Bantuan memenuhi 1
instrumental kebutuhan makanan.
Bantuan memenuhi 1
kebutuhan istirahat ibu.
Bantuan melaksanakan tugas 1
rumah tangga.
Dukungan Menanyakan perasaan ibu 1
emosional setelah melahirkan.
Menanyakan kesulitan yang 1
ibu alami dalam merawat
bayi.
Dukungan bidan I. Persiapan ASI Penyuluhan tentang proses 2
dalam persiapan eksklusif saat produksi air susu ibu.
dan pelaksanaan Ante Natal Care/ Penyuluhan tentang ASI 1
ASI eksklusif Kehamilan eksklusif.
Penyuluhan tentang IMD. 1
Penyuluhan tentang manfaat 1
ASI dan kerugian susu
formula.
Penyuluhan manfaat rawat 1
gabung.
Penyuluhan tentang manfaat 1
gizi pada ibu hamil.
Penyuluhan manfaat gizi ada 1
ibu menyusui.
Mengajari cara 1
memposisikan bayi pada
payudara dengan cara
demonstrasi.
16

Tabel 3.3. (lanjutan)

Variabel Pokok bahasan Sub pokok bahasan Jumlah


item
Menjelaskan tentang mitos- 1
mitos seputar menyusui.
Membantu ibu untuk 1
II. Pelaksanaan menyusui bayi dalam waktu >
ASI eksklusif saat 30 menit setelah lahir dengan
persalinan cara ditengkurapkan diatas
perut dan dada ibu.
III. Pelaksanaan Rawat gabung selama 24 jam 1
ASI eksklusif pasca Menganjurkan pada ibu untuk 1
persalinan mengoleskan ASI ke puting
susu ibu dan sekitarnya
sebelum dan setelah
menyusui.
Menganjurkan pada ibu posisi 1
tubuh ibu yang benar saat
menyusui (duduk dengan
santai dan kaki tidak
menggantung).
Menganjurkan pada ibu cara 1
memposisikan bayi yang
benar saat menyusui.
Menganjurkan pada ibu cara 1
melekatkan mulut bayi pada
payudara ibu saat menyusui.
Apakah bidan menganjurkan 1
pada ibu memeriksa apakah
perlekatan mulut bayi sudah
benar.
Menganjurkan pada ibu 1
bahwa bayi sebaiknya
diberikan ASI tanpa terjadwal
(sesuai keinginan bayi).
Menganjurkan pada ibu 1
tujuan mengosongkan
payudara ibu dan cara
mengosongkannya.
Menganjurkan pada ibu untuk 1
tidak memberikan minuman
lain sebelum ASI keluar atau
ASI hanya keluar sedikit.
Menganjurkan pada ibu cara 1
memerah ASI.
Menganjurkan pada ibu cara 1
menyimpan dan memberikan
ASI perah.
17

Tabel 3.4. (lanjutan)

Variabel Pokok bahasan Sub pokok bahasan Jumlah


item
Mengingatkan pada ibu 1
bahwa pemberian susu
formula hanya diperbolehkan
jika ada kontra indikasi medis
untuk pemberian ASI (bayi
galaktosemia, ibu dengan
penyakit jantung berat, ibu
yang menjalani kemoterapi,
ibu dengan obat-obatan
radioaktif).
Tempat persalinan 1
Waktu pengeluaran
1
ASI pertama
Status pekerjaan 1
Praktik ASI
1
eksklusif

2. Tahap Pengumpulan Data

Dalam melakukan wawancara, peneliti meminta bantuan kepada 6

bidan yang bekerja di akademi dengan latar belakang tingkat pendidikan

D IV kebidanan, yang sebelumnya dilaksanakan persamaan persepsi

mengenai tujuan penelitian dan makna masing-masing item pernyataan

dalam kuesioner, kemudian wawancara dilakukan dengan mendatangi

setiap responden di tempat tinggal masing-masing untuk mengurangi

bias, dengan terlebih dahulu diberikan penjelasan kepada responden

mengenai tujuan penelitian dan data-data yang diambil bersifat rahasia

dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

G. Validitas dan reliabelitas kuesioner

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan/

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid/ sahih


18

mempunyai validitas tinggi yaitu mampu mengukur sesuatu yang

seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu.

Jenis validitas yang dipakai untuk penelitian ini adalah validitas

konstrak (construct validity) untuk melihat kaitan antara dua gejala atau

lebih yang tidak dapat diukur secara langsung. Peneliti terlebih dahulu

melakukan validasi instrumen dengan jalan mengujicobakan kepada

responden diluar sampel namun memiliki karakteristik yang diasumsikan

sama dengan kelompok sampel itu.

Untuk mengetahui indeks validitas angket tersebut, digunakan rumus

korelasi product moment, dengan hasil : Jika r hasil > r tabel (0,361) item

tersebut valid dan jika r hasil < r tabel atau r bernilai negatif, maka item

tersebut tidak valid. Pada item yang tidak valid maka terdapat 2 alternatif

langkah, yaitu : jika telah terwakili oleh item yang lain maka item tersebut

dihilangkan namun jika tidak terwakili oleh item yang lain maka dilakukan

proses perbaikan sehingga item dapat memperoleh jawaban yang valid.

Sebelum melakukan uji validitas, peneliti terlebih dahulu melakukan

uji coba kuesioner untuk melihat kekurangan item-item pernyataan yang

dipergunakan dan dapat diperbaiki sebelum dipergunakan untuk uji

validitas dan reliabelitas. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji coba

awal kuesioner kepada 5 ibu dengan karakteristik yang berbeda yang

berada diwilayah kabupaten Magelang namun tidak termasuk pada

wilayah yang menjadi target penelitian, dan telah dilakukan perbaikan

pada item-item pernyataan yang sulit dipahami.

Uji validitas telah dilaksanakan kepada sejumlah 30 ibu yang

mempunyai bayi usia 6 sampai 12 bulan di wilayah kabupaten

Temanggung dengan alasan bahwa kabupaten Temanggung memiliki


19

beberapa karakteristik yang hampir sama dengan wilayah kabupaten

Magelang.

Tabel 3.5. Data karakteristik Kab. Magelang dan Kab. Temanggung

Kabupaten Kabupaten
Karakteristik
Magelang Temanggung
Ketersediaan peraturan Belum tersedia Belum tersedia
daerah tentang ASI eksklusif
Upah minimum regional Rp. Rp. 837.000,-, - Rp. 866.000, -
(UMR)

Hasil uji validitas :

1) Uji validitas item pernyataan tentang tingkat pengetahuan ibu

terhadap praktik ASI eksklusif (terdiri dari 27 item pernyataan).

Tabel 3.6 Hasil Uji validitas tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

No Pernyataan r hitung Ket

1. Menyusui secara ASI eksklusif tidak perlu dilakukan


.560** Valid
sampai bayi berumur 6 bulan
2. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih mudah
terserang diare bila dibandingkan dengan bayi yang Tidak
,198
mendapatkan susu formula/ PASI lainnya atau valid
makanan pendamping ASI
3. Bayi yang minum susu formula mempunyai tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi bila dibandingkan bayi .515** Valid
yang mendapatkan ASI eksklusif
4. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal untuk Tidak
,102
memenuhi kebutuhan gizi bayi valid
5. Jika bayi umur sampai 6 bulan hanya ASI saja akan
dapat membuat bayi kekurangan cairan .609** Valid

6. Menyusui secara ASI eksklusif dapat menunda


Tidak
kembalinya kesuburan ibu (sebagai metode ,188
valid
kontrasepsi)
7. Menyusui bayi dapat menyebabkan ibu mengalami
.476** Valid
kegemukan
8. Jika ASI tidak keluar setelah 1 hari bayi lahir maka
bayi memerlukan tambahan cairan lain untuk .468** Valid
mencegah kekurangan cairan pada bayi
9. Pemberian ASI dengan jarak yang terlalu dekat
(kurang dari 3 jam) dapat mengurangi produksi ASI .543** Valid
ibu
10. Jumlah produksi ASI tidak dipengaruhi oleh kondisi
.574** Valid
psikologis ibu
20

Tabel 3.6 (lanjutan)

r
No Pernyataan Ket
hitung
11. Jumlah ASI pada ibu yang kurus lebih sedikit jika
dibandingkan ibu dengan berat badan normal atau .707** Valid
gemuk
12. Ibu dengan ukuran payudara kecil cenderung Valid
.591**
menghasilkan ASI dalam jumlah yang lebih sedikit
13. Ibu tidak boleh menyusui bayi jika mengalami Valid
.501**
payudara bengkak
14. Payudara kemerahan, panas, bengkak dan nyeri Tidak
,317
merupakan hal wajar terjadi pada ibu menyusui valid
15. Puting susu nyeri dan lecet dapat disebabkan oleh Valid
.501**
penempelan mulut bayi salah pada payudara ibu
16. Jika puting mengalami lecet atau nyeri sebaiknya Valid
.468**
tidak menyusui sampai luka benar-benar sembuh
17. Pemakaian BH yang ketat dapat memperlancar Valid
.560**
aliran ASI
18. Ibu yang mengalami abses pada payudara tetap Valid
.375*
diperbolehkan untuk menyusui bayi
19. Pada ibu dengan puting susu tenggelam/ datar
Tidak
dapat membantu memberikan ASI melalui dot/ ,140
valid
botol
20. Ibu harus mengoleskan ASI ke daerah puting dan Tidak
,126
sekitarnya sebelum mulai menyusui valid
21. Saat menyusu perut bayi menempel dengan tubuh Tidak
,083
ibu valid
22. Hanya puting susu saja yang masuk kedalam mulut Valid
.389*
bayi
23. Jika bayi menghisap dengan benar maka mulut Valid
.362*
bayi akan mengeluarkan suara berdecak
24. Bayi harus mulai menyusu mulai dari payudara Tidak
,118
yang pertama sebelumnya disusukan valid
25. ASI perah dapat disimpan dalam suhu ruangan Tidak
-,141
selama 6 sampai 8 jam valid
26. ASI yang telah disimpan dalam lemari es Valid
sebaiknya direbus terlebih dahulu sebelum .425*
diberikan
27. ASI perah dapat diberikan melalui botol/ dot .392* Valid

Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa dari 27 pernyataan, terdapat 9

pernyataan yang tidak valid dikarena r hitung < r tabel, yaitu item no 2, 4, 6, 14,

19, 20, 21, 24 dan 25, untuk item nomer 2, 4, 6 dan 24 tetap dipergunakan dalam
21

penelitian setelah dilakukan revisi, sedangkan item nomer 14, 19, 20, 21 dan 25

tidak dipergunakan dalam penelitian karena telah terwakili oleh pernyataan lain.

2. Uji validitas item pernyataan tentang Sikap ibu terhadap praktik ASI

eksklusif (terdiri dari 12 item pernyataan).

Tabel 3.7 Hasil Uji validitas sikap ibu terhadap praktik ASI eksklusif

r
No Pernyataan ket
hitung
Makanan yang terbaik bagi bayi saya saat usia 0
sampai 6 bulan adalah ASI saja tanpa .836** Valid
makanan/minuman tambahan lainnya.
Jika bayi saya hanya diberikan ASI saja selama 0
sampai 6 bulan akan membuat bayi saya memiliki .637** Valid
daya tahan yang lebih tinggi terhadap infeksi
Jika bayi saya diberikan susu formula dapat
Tidak
membuat lebih beresiko mengalami diare jika .342**
valid
dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
Jika saya memberikan susu formula kepada bayi
saya maka akan membuat bayi saya mempunyai Tidak
,087
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi jika valid
dibandingkan dengan pemberian ASI.
Ikatan kasih sayang dengan bayi saya akan lebih
Tidak
kuat jika saya hanya memberikan ASI kepada bayi .083*
valid
saya.
Salah satu keuntungan yang dapat saya peroleh jika
menyusui secara eksklusif adalah penundaan
.764** Valid
kehamilan tanpa harus menggunakan metode
kontrasepsi.
Saya dapat menjadi lebih gemuk jika saya menyusui Tidak
.198**
bayi tanpa menggunakan susu formula. valid
ASI encer/ menyerupai air yang keluar dalam 3 hari
pertama tidak perlu diberikan kepada bayi saya ,848** Valid
karena tidak mempunyai kandungan zat gizi.
Jika saya sakit, maka saya harus menghentikan
pemberian ASI untuk sementara waktu sambil ,402* Valid
menunggu kondisi saya pulih.
Jika dalam waktu 24 jam setelah melahirkan ASI
Tidak
saya tidak keluar, maka bayi harus diberikan ,299
valid
minuman selain ASI.
Jika saya mengalami puting susu lecet maka saya
harus menghentikan menyusui sampai sembuh agar .735** Valid
lecet tidak bertambah parah.
Jika saya mengalami puting susu tenggelam atau
datar maka saya dapat memberikan ASI melalui dot/ .552* Valid
botol.
22

Berdasarkan tabel 3.7 diketahui dari 12 pernyataan, terdapat 5 pernyataan

tidak valid dikarena r hitung < r tabel (item no 3,4,5,7 dan 10), untuk seluruh item

yang tidak valid tetap dipergunakan dalam penelitian setelah dilakukan revisi.

2) Uji validitas item pernyataan tentang dukungan keluarga terhadap praktik ASI

eksklusif (terdiri dari 9 item pernyataan).

Tabel 3.8. Hasil Uji validitas dukungan keluarga terhadap praktik ASI eksklusif

r
No Pernyataan ket
hitung
1. Apakah suami/ keluarga pernah memberikan Tidak
,058
informasi tentang menyusui secara ASI eksklusif? valid
2. Apakah suami/ keluarga atau keluarga pernah
menyarankan pada untuk memberikan minuman/
,473** Valid
makanan lain selain ASI sebelum bayi berumur 6
bulan untuk memenuhi kebutuhan bayi?
3. Apakah suami/ keluarga pernah memberikan
bantuan saat mengalami masalah/ kesulitan dalam .449* Valid
menyusui?
4. Apakah suami/ keluarga tidak pernah memberikan
Tidak
tanggapan/ pujian/ penilaian saat sedang .214
valid
menyusui ?
5. Apakah suami/ keluarga tidak membantu
Tidak
memenuhi kebutuhan makanan selama masa .401*
valid
menyusui?
6. Apakah suami/ keluarga keluarga membantu
memenuhi kebutuhan istirahat selama masa .352** Valid
menyusui?
7. Apakah tetap melakukan tugas rumah tangga
seperti biasanya tanpa bantuan dari suami/ .391* Valid
keluarga ?
8. Apakah suami/ keluarga pernah menanyakan
.528** Valid
perasaan setelah melahirkan?
9. Apakah suami/ keluarga pernah menanyakan Tidak
.334
adanya kesulitan yang alami dalam merawat bayi? valid

Berdasarkan tabel 3.8 diketahui bahwa dari 9 pernyataan, terdapat 4

pernyataan yang tidak valid, karena mempunyai nilai r hitung kurang dari r tabel

(item no 1, 4,6 dan 9). Untuk item pernyataan nomer 1,4 dan 6 tidak dhilangkan

namun dilakukan revisi, sedangkan pada item nomer 9 tidak dipergunakan untuk

penelitian karena telah terwakili oleh pernyataan yang lain.


23

3) Uji validitas item pernyataan tentang dukungan bidan terhadap praktik ASI

eksklusif (terdiri dari 23 item pernyataan).

Tabel 3.9 Hasil Uji validitas dukungan bidan terhadap praktik ASI eksklusif

No Pernyataan r hitung ket


Apakah bidan pernah memberikan penyuluhan tentang
1. 0,747** valid
proses produksi air susu ibu ?
Apakah bidan pernah menjelaskan tentang faktor-faktor
2. 0,587** valid
yang dapat mempengaruhi produksi ASI?
Apakah bidan pernah memberikan penyuluhan tentang
3. 0,467** valid
ASI eksklusif?
Apakah bidan pernah memberikan penyuluhan tentang
4. 0,593** valid
inisiasi menyusui dini?
Apakah bidan pernah memberikan penyuluhan tentang
5. 0,777** valid
manfaat ASI dan kerugian susu formula?
Apakah bidan pernah memberikan penyuluhan tentang
6. 0,635** valid
manfaat rawat gabung?
Apakah bidan pernah memberikan penyuluhan tentang
7. 0,417* valid
manfaat gizi untuk ibu hamil?
Apakah bidan pernah memberikan penyuluhan tentang valid
8. 0,402*
manfaat gizi untuk ibu menyusui?
Apakah bidan pernah mengajari cara memposisikan valid
0,432*
bayi pada payudara dengan demonstrasi?
Apakah bidan pernah menjelaskan mitos-mitos yang Tidak
0,248
salah yang berkaitan dengan menyusui? valid
Apakah bidan membantu ibu untuk menyusui bayi valid
dalam waktu > 30 menit setelah lahir dengan cara 0,650**
ditengkurapkan diatas perut dan dada ibu ?
Apakah setelah persalinan bidan menempatkan ibu dan valid
0,379*
bayi dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh?
Apakah bidan menganjurkan mengoleskan ASI ke valid
0,625**
puting dan sekitarnya sebelum dan setelah menyusui?
Apakah bidan menganjurkan posisi tubuh ibu yang valid
benar saat menyusui (duduk dengan santai dan kaki 0,745**
tidak menggantung) ?
Apakah bidan menganjurkan pada ibu cara valid
0,810**
memposisikan bayi yang benar saat menyusui ?
Apakah bidan menganjurkan pada ibu cara melekatkan valid
0,810**
mulut bayi pada payudara ibu saat menyusui ?
Apakah bidan menganjurkan pada ibu memeriksa valid
0,810**
apakah perlekatan mulut bayi sudah benar?
Apakah bidan menganjurkan bahwa bayi sebaiknya valid
0,523**
diberikan ASI tanpa terjadwal (sesuai keinginan bayi) ?
Apakah bidan menganjurkan pada ibu tujuan valid
mengosongkan payudara ibu dan cara 0,747**
mengosongkannya?
24

Tabel 3.9 (lanjutan)

No Pernyataan r hitung ket


Apakah bidan menganjurkan tidak memberikan
minuman lain sebelum ASI keluar atau ASI keluar 0,499** valid
sedikit?
Apakah bidan menganjurkan pada ibu cara
0,607** valid
memerah ASI?
Apakah bidan menganjurkan pada ibu cara
0,708** valid
menyimpan dan memberikan ASI perah?
Apakah bidan mengingatkan pada ibu bahwa
pemberian susu formula sebelum berumur 6
0,680** valid
bulan hanya diperbolehkan jika ada kontra
indikasi medis untuk pemberian ASI?

Berdasarkan tabel 3.9 diketahui bahwa dari 23 pernyataan, terdapat 1 item

yang tidak valid (item nomer 10) karena r hitung < r tabel, item yang tidak valid

tidak dipergunakan dalam penelitian karena telah terwakili oleh item yang lain.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabelitas instrumen adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh

sebuah alat ukur, meskipun digunakan secara berulang-ulang pada subyek yang

sama atau berbeda. Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor

item angket yang valid. Item yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian

reliabilitas. Uji reliabelitas instrumen untuk penelitian ini dengan reliabilitas Alpha

Cronbach oleh karena nilai jawaban diberi skor berskala, dinyatakan reliabel jika

nilai α adalah > 0,60.

Tabel 3.10 Hasil uji reliabelitas kuesioner penelitian

α
No Variabel Kesimpulan
(alpha)
1. Tingkat pengetahuan tentang ASI 0,723 Reliabel
eksklusif
2. Sikap ibu terhadap praktik ASI eksklusif 0,746 Reliabel
3. Dukungan keluarga dalam praktik ASI 0,682 Reliabel
eksklusif
4. Dukungan bidan dalam persiapan dan 0,752 Reliabel
pelaksanaan ASI eksklusif
25

Berdasarkan tabel 3.10 diketahui bahwa dari 4 variabel, semuanya

reliabel sehingga semua item pernyataan dapat dipergunakan sebagai alat ukur

penelitian.

H. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Dari hasil pengambilan data, dikumpulkan dan diolah secara manual. Tujuan

pengolahan data untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dan

menyajikan dalam susunan yang lebih baik dan rapi.

Rancangan analisis data hasil penelitian menurut dirumuskan dengan

menempuh langkah:

1. Editing

Editing bertujuan mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan

kesesuaian antara kiteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis

atau menjawab tujuan penelitian. Kegiatan editing dalam penelitian ini

melalui tahapan : memeriksa kelengkapan jawaban, memeriksa jawaban/

tulisan cukup jelas/ terbaca, memastikan bahwa jawaban relevan dengan

pertanyaannya dan memeriksa bahwa jawaban pertanyaan konsisten

dengan jawaban pertanyaan yang lain.

2. Coding

Coding atau mengkode data bertujuan menguantifikasi data kualitatif

atau membedakan aneka karakter.

Tabel 3.11. Pengkodean data penelitian

Variabel Kategori Kode


Tingkat pendidikan Tinggi 3
Menengah 2
Dasar 1
Tidak tamat SD 0

Tingkat penghasilan > UMR (Rp. 837.000,-) 1


< UMR (Rp. 837.000,-) 0
26

Tabel 3.11.(lanjutan)

Variabel Kategori Kode

Frekuensi pemeriksaan Sesuai standar minimal 1


kehamilan Tidak sesuai standar minimal 0

Tingkat pengetahuan tentang Baik 1


ASI eksklusif Kurang baik 0
Sikap ibu terhadap praktik Mendukung 1
ASI eksklusif Kurang mendukung 0
Dukungan keluarga dalam Mendukung 1
praktik ASI eksklusif Kurang mendukung 0
Dukungan bidan dalam Baik 1
persiapan dan pelaksanaan Kurang baik 0
ASI eksklusif
Tempat persalinan Pelayanan kesehatan 1
Non pelayanan kesehatan 0
Waktu pengeluaran ASI < 3 hari 1
>3 hari 0
Status pekerjaan Tidak Bekerja/ Ibu Rumah 1
Tangga
Bekerja (PNS, Pedagang, 0
Petani, Karyawati, Buruh)

Praktik ASI eksklusif oleh ibu ASI eksklusif 1


Tidak ASI eksklusif 0

3. Tabulasi data

Baik tabulasi data mentah maupun tabel kerja untuk

menghitung data tertentu secara statistik, untuk ini peneliti

melakukan tabulasi data berdasarkan distribusi data masing-

masing variabel untuk mempermudah proses pengujian

hipotesis.34

4. Analisa Data

4.1. Analisis Univariat

Digunakan untuk mendeskripsikan variabel bebas (tingkat

pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, tingkat pengetahuan

tentang ASI eksklusif, sikap terhadap praktik ASI eksklusif,

dukungan keluarga, dukungan bidan, waktu pengeluaran ASI


27

pertama dan frekuensi kunjungan Ante Natal Care (ANC) dan

variabel terikat yaitu praktik ASI eksklusif. Analisis univariat

disajikan dengan membuat tabel distribusi frekuensi masing-

masing variabel.

4.2. Analisis Bivariat

Untuk menganalisis hubungan masing-masing variabel

bebas (skala data nominal dan ordinal) dengan variabel terikat

(skala data nominal) mempergunakan uji koefisien

kontingensi. Interpretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai

p, kekuatan korelasi serta arah korelasinya.

4.3. Analisis Multivariat

Uji multivariat yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah regresi logistik karena variabel terikatnya berupa

variabel kategorik. Variabel yang dimasukkan dalam analisis

multivariat adalah variabel yang pada analisis bivariat

mempunyai nilai p < 0, 25. Interpretasi analisis multivariat

didasarkan pada nilai p serta urutan kekuatan hubungan/

korelasi diketahui dari besarnya OR.


28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Magelang

Luas wilayah Kabupaten Magelang kurang lebih 1.085,73 km2 dan

secara administratif Kabupaten Magelang dibagi menjadi 21 kecamatan.

Jumlah Puskesmas di Kabupaten Magelang pada tahun 2012 sebanyak

29 unit. Cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Magelang tahun 2012 hanya

mencapai 9, 78 %, atau dari sejumlah 4678 bayi hanya sejumlah 458

bayi yang memperoleh ASI Eksklusif. Belum terdapat PERDA yang

mengatur tentang kebijakan peningkatan cakupan ASI eksklusif, namun

telah dilaksanakan upaya peningkatan cakupan ASI eksklusif,

diantaranya melalui program posyandu dan kelas ibu hamil (ANC class).

B. Hasil Uji Univariat

1. Tingkat pendidikan ibu

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Di Kabupaten Magelang Tahun 2012

Tingkat pendidikan f %
Tidak tamat SD dan Dasar 236 60.8
Menengah 110 28.3
Tinggi 42 10.8
Total 388 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden hanya memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SD dan

dasar yaitu sejumlah 236 orang (60,8 %) dan yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi hanya sebesar 42 (10,8 %).


29

2. Tingkat penghasilan keluarga

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Penghasilan Keluarga Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Tingkat penghasilan keluarga f %


< UMR (Rp. 837.000,-) 227 58.5
> UMR (Rp. 837.000,-) 161 41.5
Total 388 100

Sebagian besar responden masih memiliki tingkat penghasilan

keluarga dibawah UMR di Kabupaten Magelang tahun 2012, yaitu

sejumlah 227 orang (58, 5 %).

3. Frekuensi pemeriksaan kehamilan

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi

Pemeriksaan kehamilan Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Frekuensi pemeriksaan
f %
kehamilan
Tidak sesuai standar minimal 58 14.9
Sesuai standar minimal 330 85.1
Total 388 100

Sebagian besar responden telah melaksanakan pemeriksaan

kehamilan sesuai standar minimal sejumlah 331 orang (85,3 %) dan

hanya 58 (14,9 %) diantaranya yang melakukan pemeriksaan

kehamilan tidak sesuai standar minimal.

4. Tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Tingkat pengetahuan (f) %


Kurang baik 175 45,1
Baik 213 54,9
Total 388 100
30

Dari tabel 4.4 dapat diketahui masih terdapat sebagian besar 213

(54,9 %) responden telah memiliki tingkat pengetahuan yang baik

dan masih terdapat 175 (45,1 %) responden yang memiliki tingkat

pengetahuan kurang baik.

Tabel. 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel

Tingkat Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif.

Ya Tidak
NO Pernyataan
f % f %
Pengertian ASI
Menyusui secara ASI eksklusif tidak perlu 83 21,4 305 78,6
dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan*
Keuntungan pemberian ASI
Bayi yang hanya mendapatkan ASI (ASI 38 9,8 350 90,2
eksklusif) lebih mudah terserang diare*
Bayi diberikan susu formula mempunyai 124 32,0 264 68,0
tingkat kecerdasan lebih tinggi*
ASI merupakan sumber gizi yang sangat 335 86,3 53 13,7
ideal untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi
Jika sampai umur 6 bulan hanya diberikan 72 18,6 316 81,4
ASI dapat membuat bayi kurang cairan*
Menyusui secara ASI eksklusif dapat
menunda kembalinya kesuburan ibu 203 52,3 185 47,7
(sebagai metode kontrasepsi)
Menyusui bayi dapat menyebabkan ibu 65 16,8 323 83,2
mengalami kegemukan*
Tahapan ASI
Jika ASI tidak keluar dalam 1 hari setelah 232 59,8 156 40,2
bayi lahir, diperlukan tambahan cairan*
Faktor yang mempengaruhi laktasi
Pemberian ASI dengan jarak terlalu dekat 102 26,3 286 73,7
(< 3 jam) mengurangi produksi ASI ibu*
Jumlah produksi ASI tidak dipengaruhi 120 30,9 268 69,1
oleh kondisi psikologis ibu*
Jumlah ASI pada ibu kurus lebih sedikit 108 27,8 280 72,2
jika dibandingkan ibu normal atau gemuk*
Ibu dengan ukuran payudara kecil
menghasilkan ASI dalam jumlah yang 125 32,2 263 67,8
lebih sedikit*
Masalah fisik saat menyusui dan
penanganannya
Ibu tidak boleh menyusui bayi jika 201 51,8 187 48,2
mengalami payudara bengkak*
31

Tabel. 4.5 (lanjutan)

Ya Tidak
NO Pernyataan
f % f %
Puting susu nyeri dan lecet dapat
14. disebabkan oleh penempelan mulut bayi
salah pada payudara ibu 223 57,5 165 42,5

Jika puting lecet atau nyeri sebaiknya


15. tidak menyusui sampai benar-benar 154 39,7 234 60,3
sembuh*
Pemakaian BH yang ketat dapat 73 18,8 315 81,2
memperlancar aliran ASI*
Ibu yang mengalami abses pada
payudara tetap diperbolehkan untuk 154 39,7 234 60,3
menyusui bayi*
Tehnik menyusui
Hanya puting susu saja yang masuk 246 63,4 142 36,6
kedalam mulut bayi
Jika bayi menghisap dengan benar maka
mulut bayi mengeluarkan suara 237 61,1 151 38,9
berdecak*
Bayi harus mulai menyusu mulai dari
payudara yang pertama sebelumnya 305 78,6 83 21,4
disusukan
ASI yang disimpan dalam lemari es
sebaiknya direbus dahulu sebelum 155 39,9 233 60,1
diberikan*
ASI perah dapat diberikan melalui botol/ 301 77,6 87 22,4
dot*
Ket : * item unfavourable

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

telah mengetahui bahwa menyusui secara ASI eksklusif sebaiknya

dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan (78,6 %).

Sebagian besar responden juga telah mengetahui bahwa bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif justru lebih kecil kemungkinannnya

untuk terkena diare (90,2 %), masih cukup banyak responden yang

menganggap bahwa jika bayi diberikan susu formula akan

mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi (32 %), masih cukup

banyak responden yang tidak mengetahui bahwa menyusui secara


32

ASI eksklusif dapat menunda kembalinya kesuburan ibu (sebagai

metode kontrasepsi) yaitu sejumlah 47,7 %.

Masih cukup banyak ibu yang belum mengetahui bahwa bayi

baru lahir sehat mempunyai cadangan cairan dan energi yang dapat

mempertahankan metabolismenya selama 72 jam sehingga jika

dalam 3 hari pertama ASI belum keluar tidak perlu diberikan

tambahan cairan (59,8 %). Cukup banyak ibu yang belum mengetahui

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laktasi, yaitu mengenai

pemberian ASI dengan jarak terlalu dekat (< 3 jam) tidak mengurangi

produksi ASI ibu (26,3 %), jumlah produksi ASI dipengaruhi oleh

kondisi psikologis ibu (30,9 %), jumlah ASI pada ibu kurus tidak

berbeda dengan ibu normal atau gemuk (27,8 %) dan ukuran

payudara tidak mempengaruhi jumlah produksi ASI (32,2 %), puting

susu nyeri dan lecet dapat disebabkan oleh penempelan mulut bayi

salah pada payudara ibu (57,5 %), kondisi puting susu yang lecet dan

nyeri bukan merupakan halangan untuk menyusui (39,7 %),

pemakaian BH yang ketat justru menghambat aliran ASI sehingga

menyebabkan bengkak (18,8 %), jika payudara abses payudara

berhenti menyusui sementara waktu (60,3 %).

Pada item tentang tehnik menyusui, sebagian besar ibu belum

mengetahui bahwa jika hanya puting susu saja yang masuk kedalam

mulut bayi (63,4 %), mulut bayi mengeluarkan suara berdecak justru

menunjukkan bayi belum menghisap dengan benar (61,1 %), dan ASI

yang disimpan dalam lemari es tidak perlu direbus dahulu sebelum

diberikan (39,9 %).


33

5. Sikap terhadap pelaksanaan praktik ASI eksklusif

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap

Terhadap Pelaksanaan Praktik ASI Eksklusif Di Kabupaten Magelang

Tahun 2012.

Sikap (f) %
Kurang mendukung 178 45.9
Mendukung 210 54.1
Total 388 100.0

Sebagian besar responden mempunyai sikap yang mendukung

terhadap pelaksanaan praktik ASI eksklusif 210 (54,1 %) dan yang

lainnya mempunyai sikap kurang mendukung 178 (45,9 %).

Tabel. 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel

Sikap Terhadap Pelaksanaan Praktik ASI Eksklusif.

NO Pernyataan S R TS
f % f % f %
Pengertian
Makanan terbaik bagi bayi saya
sampai usia 6 bulan adalah ASI 345 88,9 18 4,6 25 6,4
saja
Keuntungan
2. Jika bayi saya diberikan ASI
saja sampai usia 6 bulan akan
323 83,2 39 10,1 26 6,7
berdaya tahan lebih tinggi
terhadap infeksi
Jika bayi saya diberikan susu 12,
268 69,1 70 18,0 50
formula lebih beresiko diare 9
Jika bayi saya diberikan susu
20,
formula maka akan memiliki 219 56,4 88 22,7 81
9
tingkat kecerdasan lebih tinggi *
Ikatan kasih sayang dengan
bayi saya akan lebih kuat jika
327 84,3 28 7,2 33 8,5
saya hanya memberikan ASI
kepada bayi saya.
Keuntungan saya jika menyusui
14,
eksklusif adalah penundaan 253 65,2 80 20,6 55
2
kehamilan ( kontrasepsi alami)
7. Saya dapat menjadi lebih
16,
gemuk jika menyusui bayi 262 67,5 63 16,2 63
2
dengan ASI*
34

Tabel 4.7. (lanjutan)

N Pernyataan S R TS
O f % f % f %
Tahapan ASI
ASI encer yang keluar 3 hari
pertama tidak diberikan bayi 277 71,4 50 12,9 61 15,7
karena tidak bergizi*
Faktor yang mempengaruhi
Jika sakit, maka harus
menghentikan pemberian ASI
211 54,4 56 14,4 121 31,2
untuk sementara waktu
menunggu kondisi pulih *
Jika 24 jam setelah melahirkan
ASI saya tidak keluar, bayi 148 38,1 51 13,1 189 48,7
harus diberikan minuman lain*
Jika puting lecet maka saya
harus menghentikan menyusui
200 51,5 47 12,1 141 36,3
sampai sembuh agar tidak
bertambah parah*
Tehnik Menyusui
Jika mengalami puting
tenggelam atau datar maka
125 32,2 48 12,4 215 55,4
saya dapat memberikan ASI
melalui dot/ botol*
Ket : * item unfavourable

Sebagian besar responden bersikap setuju bahwa jika bayi

diberikan susu formula akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih

tinggi (56,4 %), sebagian besar responden menyetujui bahwa ASI

encer yang keluar dalam 3 hari pertama tidak perlu diberikan bayi

karena tidak bergizi (71,4 %).

Sebagian besar responden juga menyetujui bahwa jika ibu sakit

maka harus menghentikan pemberian ASI untuk sementara waktu

menunggu kondisi pulih (54,4 %), masih terdapat cukup banyak

responden yang menyetujui bahwa jika 24 jam setelah melahirkan

ASI tidak keluar maka bayi harus diberikan minuman lain (38,1 %),

sebagian besar responden juga menyetujui bahwa jika puting susu ibu
35

lecet maka harus menghentikan menyusui sampai sembuh agar tidak

bertambah parah (51,5 %).

6. Dukungan Keluarga

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Keluarga Terhadap Pelaksanaan Praktik ASI Eksklusif Di Kabupaten

Magelang Tahun 2012.

Dukungan keluarga (f) %


Mendukung 156 40.2
Kurang mendukung 232 59.8
Total 388 100.0

Sebagian besar responden mendapatkan dukungan dari keluarga

dengan kategori kurang mendukung untuk melaksanakan praktik ASI

eksklusif 232 (59,8 %) dan hanya 156 (40,2 %) diantaranya yang

mendapatkan dukungan dari keluarga dengan kategori mendukung.

Tabel. 4.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel

Dukungan Keluarga Terhadap Praktik ASI Eksklusif.

N Ya Tidak
Pernyataan
O (f) % (f) %
Dukungan informasional
Keluarga memberikan informasi tentang
255 65.7 133 34.3
ASI eksklusif?
Keluarga menyarankan untuk
memberikan minuman/ makanan selain 159 41.0 229 59.0
ASI sebelum bayi 6 bulan? *
Dukungan penilaian
Keluarga memberi bantuan saat
326 84.0 62 16.0
mengalami masalah/ kesulitan menyusui?
Keluarga tidak memberikan tanggapan/
108 27.8 280 72.2
pujian/ penilaian saat menyusui ? *
Dukungan instrumental
Keluarga tidak membantu memenuhi
kebutuhan makanan selama 74 19.1 314 80.9
menyusui? *
Keluarga membantu memenuhi
kebutuhan istirahat selama masa 305 78.6 83 21.4
menyusui?
36

Tabel. 4.9. (lanjutan)

Ibu tetap melakukan tugas rumah


tangga seperti biasanya tanpa 184 47.4 204 52.6
bantuan dari Keluarga ? *

Keluarga menanyakan perasaan


325 83.8 63 16.2
responden setelah melahirkan?
Ket : * item favourable

Berdasarkan tabel 4.9. diketahui bahwa masih cukup banyak

responden yang tidak diberikan informasi oleh keluarga tentang ASI

eksklusif (34,3 %), masih cukup banyak responden yang

mendapatkan saran dari keluarga agar bayi diberikan minuman/

makanan selain ASI sebelum bayi berumur 6 bulan (41 %).

Sebagian besar responden mendapatkan bantuan dari keluarga

apabial mengalami masalah/ kesulitan dalam menyusui (84 %), masih

cukup banyak responden yang tidak mendapatkan tanggapan/ pujian/

penilaian saat sedang menyusui dari keluara (27,8 %).

Masih terdapat sejumlah 27, 8 % responden yang tidak

mendapatkan tanggapan/ penilaian ataupun pujian dari keluarga saat

sedang menyusui, sebagian besar responden juga mendapatkan

bantuan dalam memenuhi kebutuhan asupan makanan (80,9 %),

masih terdapat 21,4 %responden yang tidak dibantu keluarga dalam

memenuhi kebutuhan istirahat dan masih cukup banyak responden

yang selama masa menyusui masih melakukan tugas rumah tangga

seperti biasanya tanpa bantuan dari keluarga (47,4 %).

Sebagian besar responden telah mendapat bantuan dari keluarga

dalam pemenuhan kebutuhan makanan (80,9), istirahat (78,6) dan

mendapatkan bantuan dalam tugas rumah tangga (47,4 %).


37

7. Dukungan Bidan

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Bidan Terhadap Praktik ASI Eksklusif.

Dukungan bidan (f) %


Kurang baik 152 39,2
Baik 236 60,8
Total 388 100.0

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui sebagian besar responden

memperoleh dukungan dari bidan dengan kategori baik 236 (60,8 %)

dan masih ada sebagian kecil responden mendapatkan dukungan dari

bidan dengan kategori kurang baik sejumlah 152 (39,2 %)

Tabel. 4.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel

Dukungan Bidan Terhadap Praktik ASI Eksklusif.

NO Pernyataan Ya Tidak
(f) % (f) %
Persiapan ASI eksklusif saat ANC/
Kehamilan
Bidan memberikan penyuluhan
298 76.8 90 23.2
tentang proses produksi air susu
Bidan menjelaskan tentang faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi 342 88.1 46 11.9
produksi ASI
Bidan memberikan penyuluhan
358 92.3 30 7.7
tentang ASI eksklusif
Bidan memberikan penyuluhan
330 85.1 58 14.9
tentang inisiasi menyusui dini
Bidan memberikan penyuluhan
tentang manfaat ASI dan kerugian 334 86.1 54 13.9
susu formula
Bidan memberikan penyuluhan
281 72.4 107 27.6
tentang manfaat rawat gabung
Bidan memberikan penyuluhan
362 93.3 26 6.7
tentang manfaat gizi untuk hamil
Bidan memberikan penyuluhan
344 88.7 44 11.3
tentang manfaat gizi untuk menyusui
Bidan mengajari cara memposisikan
bayi pada payudara dengan 306 78.9 82 21.1
demonstrasi
38

Tabel. 4.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel

Dukungan Bidan Terhadap Praktik ASI Eksklusif. (lanjutan)

NO Pernyataan Ya Tidak
(f) % (f) %
Pelaksanaan ASI eksklusif saat
persalinan
Bidan membantu menyusui bayi dalam
waktu > 30 menit dengan cara 339 87.4 49 12.6
ditengkurapkan diatas perut dan dada
Pelaksanaan ASI eksklusif pasca
persalinan
Bidan menempatkan dan bayi dalam
289 74.5 99 25.5
sebuah ruang selama 24 jam penuh
Bidan menganjurkan mengoleskan ASI
ke puting dan sekitarnya sebelum dan 300 77.3 88 22.7
setelah menyusui
Bidan mengajarkan posisi tubuh yang
benar saat menyusui (duduk dengan 351 90.5 37 9.5
santai dan kaki tidak menggantung)
Bidan mengajarkan cara
memposisikan bayi yang benar saat 367 94.6 21 5.4
menyusui
Bidan mengajarkan cara melekatkan
356 91.8 32 8.2
mulut bayi pada payudara
Bidan Mengajarkan memeriksa
317 81.7 71 18.3
perlekatan mulut bayi sudah benar
Bidan menganjurkan bahwa bayi
sebaiknya diberikan ASI tanpa 354 91.2 34 8.8
terjadwal (sesuai keinginan bayi)
Bidan mengajarkan tujuan
mengosongkan payudara dan cara 253 65.2 135 34.8
mengosongkannya
Bidan menganjurkan tidak memberikan
minuman lain sebelum ASI keluar atau 294 75.8 94 24.2
ASI keluar sedikit
Bidan mengajarkan cara memerah ASI 276 71.1 112 28.9
Bidan mengajarkan cara menyimpan
255 65.7 133 34.3
dan memberikan ASI perah
Bidan mengingatkan pemberian susu
formula hanya diperbolehkan jika ada 272 70.1 116 29.9
kontra indikasi untuk pemberian ASI

Dalam proses persiapan ASI eksklusif selama masa kehamilan,

masih cukup banyak responden yang belum mendapat informasi

proses produksi ASI (23, 2 %), manfaat rawat gabung (27,6 %) dan

cara memposisikan bayi pada payudara (21,1 %).


39

Dalam pelaksanaan ASI eksklusif saat masa pasca persalinan,

nasih terdapat cukup banyak responden (25,5 %) yang tidak

ditempatkan dalam ruangan yang sama bersama bayi selama 24 jam

penuh dan tidak diajarkan tujuan dan cara mengosongkan payudara

(34,8 %)

Cukup banyak responden yang tidak diberikan informasi untuk

tidak memberikan minuman lain sebelum ASI keluar atau jika ASI

hanya keluar sedikit (24,2 %), tidak diajarkan cara memerah ASI (28,9

%), cara menyimpan dan memberikan ASI perah (34,3 %) dan tidak

diingatkan bahwa pemberian susu formula hanya diperbolehkan jika

ada kontraindikasi untuk pemberian ASI (29,9 %).

8. Tempat persalinan

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat

Persalinan Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Tempat persalinan f %
Non Pelayanan Kesehatan 20 5.2
Pelayanan Kesehatan 368 94.8
Total 388 100

Sebagian besar responden telah melahirkan di fasilitas pelayanan

kesehatan sejumlah 368 orang (94, 8 %) dan hanya 20 (5,2 %)

responden yang melahirkan difasilitas non pelayanan kesehatan.

9. Waktu pengeluaran ASI pertama

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Waktu

Pengeluaran ASI Pertama Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Jarak waktu (f) %


1 s/d 3 362 93.3
>3 hari 26 6.7
Total 388 100
40

Hampir seluruh responden mengalami pengeluaran ASI yang

pertama pada hari pertama sampai hari ketiga pasca melahirkan yaitu

sejumlah 362 orang (93,3 %) dan hanya 26 (6,7 %) yang

mengeluarkan ASI lebih dari hari ketiga.

10. Status Pekerjaan

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Redsponden Di

Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Status pekerjaan (f) %


Bekerja 143 36.9
Tidak bekerja 245 63.1
Total 388 100

Dapat dilihat dari tabel 4.14 bahwa sebagian besar responden

tidak bekerja (63,1 %) dan sebagian kecil 143 (36, 9 %) yang bekerja.

11. Praktik ASI eksklusif

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktik ASI

Eksklusif Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Praktik ASI eksklusif (f) %


Tidak ASI eksklusif 277 71.4
ASI eksklusif 111 28.6
Total 388 100

Dari tabel 4.15 terlihat sebagian besar responden tidak menyusui

secara ASI eksklusif (71,4 %) dna hanya 111 (28, 6) diantaranya yang

menyusui secara ASI eksklusif.

C. Hasil Uji Bivariat

1. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktik ASI eksklusif


41

Tabel. 4.16. Tabulasi silang Tingkat Pendidikan Dengan Praktik ASI

Eksklusif Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Tingkat Praktik ASI eksklusif


pendidikan Tidak ASI ASI eksklusif Total
eksklusif
f % f % f %
Tidak tamat SD
171 72,4 65 27,6 236 100
dan Dasar
Menengah 76 69,1 34 30,9 110 100
Tinggi 30 71,4 12 28,6 42 100
P value : 0, 812

Pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa praktik ASI eksklusif

dilakukan hampir seimbang baik oleh kelompok dengan tingkat

pendidikan tidak tamat SD dan dasar (27,6 %), menengah (30,9 %)

dan tinggi (28,6 %). Praktik tidak ASI eksklusif juga dilakukan hampir

seimbang baik oleh kelompok dengan tingkat pendidikan tidak tamat

SD dan dasar (72,4 %), menengah (69,1 %) dan tinggi (71,4 %).

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0, 812 (p > 0,05) yang

berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan dengan praktik ASI eksklusif.

2. Hubungan antara tingkat penghasilan keluarga dengan praktik ASI

eksklusif

Tabel. 4.17. Tabulasi Silang Tingkat Penghasilan Keluarga Dengan

Praktik ASI Eksklusif Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Tingkat penghasilan Praktik ASI eksklusif


keluarga Tidak ASI ASI Total
eksklusif eksklusif
f % f % f %
<UMK (< Rp. 837.000,-) 176 77,5 51 22,5 227 100
>UMK (> Rp. 837.000,-) 101 62,7 60 37,3 161 100
P value : 0, 001

Pada tabel 4.17 menunjukkan bahwa yang memberikan ASI

eksklusif lebih banyak pada ibu yang mempunyai tingkat penghasilan


42

keluarga > UMK (> Rp. 837.000,-) dibandingkan ibu yang mempunyai

tingkat penghasilan keluarga < UMK (< Rp. 837.000,-), sedangkan

yang memberikan ASI secara tidak eksklusif lebih banyak pada ibu

dengan tingkat penghasilan keluarga < UMK (< Rp. 837.000,-)

dibandingkan ibu dengan tingkat penghasilan keluarga yang > UMK

(> Rp. 837.000,-).

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,001 (< 0,05),

disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

penghasilan keluarga dengan praktik ASI eksklusif.

3. Hubungan antara frekuensi pemeriksaan kehamilan dengan praktik

ASI eksklusif

Tabel. 4.18. Tabulasi Silang Frekuensi Pemeriksaan kehamilan

Dengan Praktik ASI Eksklusif Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Frekuensi Praktik ASI eksklusif


pemeriksaan Tidak ASI ASI eksklusif Total
kehamilan eksklusif
f % f % f %
Tidak sesuai
standar minimal 45 77,6 13 22,4 58 100
Sesuai standar
minimal 232 70,3 98 29,7 330 100
P value : 0, 258

Pada tabel 4.18 menunjukkan bahwa yang memberikan ASI

eksklusif lebih banyak pada ibu yang melaksanakan pemeriksaan

kehamilan sesuai dengan standar minimal (29,7 %) dibandingkan ibu

yang melaksanakan pemeriksaan kehamilan tidak sesuai standar

minimal, (22,4 %) dan yang memberikan ASI secara tidak eksklusif


43

lebih banyak pada ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan tidak

sesuai standar minimal (77, 6%) dibandingkan ibu yang melakukan

pemeriksaan kehamilan dengan sesuai standar minimal (70,3 %).

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,258 (> 0,05),

disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi

pemeriksaan kehamilan dengan praktik ASI eksklusif.

4. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan praktik ASI eksklusif

Tabel. 4.19. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Dengan Praktik

ASI Eksklusif Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Tingkat Praktik ASI eksklusif


pengetahuan Tidak ASI ASI eksklusif Total
eksklusif
f % f % f %
Kurang baik 128 73,1 47 26,9 175 100
Baik 149 70 64 30 213 100
P value : 0, 225

Tabel 4.19 menunjukkan bahwa yang melaksanakan praktik ASI

eksklusif lebih banyak pada ibu yang memiliki tingkat pengetahuan

baik (30%) dibandingkan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan

kurang baik(26, 9%). Praktik tidak ASI eksklusif lebih banyak

dilakukan oleh ibu dengan tingkat pengetahuan kurang baik (73,1 %)

dibandingkan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik (70 %). Dari

hasil uji statistik didapatkan p value = 0,754 (p> 0,05), disimpulkan

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan

dengan praktik ASI eksklusif.

5. Hubungan antara sikap terhadap praktik ASI eksklusif dengan praktik

ASI eksklusif
44

Tabel. 4.20. Tabulasi Silang Sikap Dengan Praktik ASI Eksklusif

Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Sikap Praktik ASI eksklusif


Tidak ASI ASI Total
eksklusif eksklusif
f % f % f %
Kurang mendukung 138 72,6 52 27,4 190 100
Mendukung 139 70,2 59 29,8 198 100
P value : 0, 597

Pada tabel 4.20 menunjukkan bahwa yang memberikan ASI

eksklusif lebih banyak pada ibu yang mempunyai sikap mendukung

dibandingkan ibu yang bersikap kurang mendukung, yang

memberikan ASI secara tidak eksklusif lebih banyak pada ibu yang

mempunyai sikap kurang mendukung dibandingkan ibu yang

mempunyai sikap mendukung.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,597 (> 0,05),

disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap

dengan praktik ASI eksklusif.

6. Hubungan antara dukungan keluarga dengan praktik ASI eksklusif

Tabel. 4.21. Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Dengan Praktik ASI

Eksklusif Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Dukungan Praktik ASI eksklusif


keluarga Tidak ASI ASI eksklusif Total
eksklusif
f % f % f %
Kurang
123 78,8 33 21,2 156 100
mendukung
Mendukung 154 66,4 78 29,7 232 100
P value : 0, 008

Pada tabel 4.21 menunjukkan bahwa yang memberikan ASI

eksklusif lebih banyak pada ibu yang mempunyai dukungan keluarga


45

kategori mendukung dibandingkan ibu yang kurang mendapatkan

dukungan keluarga.

Praktik tidak ASI eksklusif juga lebih banyak pada ibu yang

mendapatkan dukungan keluarga dibandigkan ibu yang kurang

mendapatkan dukungan keluarga.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,008 (< 0,05),

disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan

keluarga dengan praktik ASI eksklusif.

7. Hubungan antara dukungan bidan dengan praktik ASI eksklusif

Tabel. 4.22. Tabulasi silang dukungan bidan dengan praktik ASI

eksklusif di Kabupaten Magelang tahun 2012.

Dukungan Praktik ASI eksklusif


bidan Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif Total
f % f % f %
Kurang baik 111 73 41 27 152 100
Baik 166 70,3 70 29,7 236 100
P value : 0, 636

Dari tabel 4.22 terlihat bahwa praktik ASI eksklusif lebih banyak

dilakukan oleh ibu yang mendapatkan dukungan bidan dengan

kategori baik (29,7 %) dibandingkan ibu yang mendapatkan dukungan

bidan dengan kategori kurang (27 %). Praktik tidak ASI eksklusif lebih

banyak dilakukan oleh ibu yang mendapatkan dukungan bidan

kategori kurang baik (73 %) dibandingkan ibu yang mendapatkan

dukungan bidan kategori baik (70,3 %). Dari hasil uji statistik

didapatkan p value = 0,636 (p > 0,05), disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara variabel dukungan bidan

dengan praktik ASI eksklusif.

8. Hubungan antara tempat persalinan dengan praktik ASI eksklusif


46

Tabel. 4.23. Tabulasi silang tempat persalinan dengan praktik ASI

eksklusif di Kabupaten Magelang tahun 2012.

Tempat Persalinan Praktik ASI eksklusif


Tidak ASI ASI Total
eksklusif eksklusif
f % f % f %
Non Pelayanan Kesehatan 13 65,0 7 35,0 20 100
Pelayanan Kesehatan 264 71,7 104 28,3 368 100
P value : 0, 516

Pada tabel 4.23 menunjukkan bahwa yang memberikan ASI

eksklusif lebih banyak pada ibu yang bersalin dinon fasilitas

pelayanan kesehatan dibandingkan ibu yang bersalin di fasilitas

pelayanan kesehatan.

Praktik tidak ASI eksklusif lebih banyak pada ibu yang bersalin

difasilitas pelayanan kesehatan dibandingkan ibu yang bersalin

difasilitas non pelayanan kesehatan.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,516 (> 0,05),

disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tempat

persalinan dengan praktik ASI eksklusif.

9. Hubungan antara waktu pengeluaran ASI pertama dengan praktik ASI

eksklusif

Tabel. 4.24 Tabulasi silang waktu pengeluaran ASI pertama dengan

praktik ASI eksklusif di Kabupaten Magelang tahun 2012.

Waktu Praktik ASI eksklusif


pengeluaran ASI Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif Total
pertama (Hari) f % f % f %
1 s/d 3 260 65,4 102 34,6 26 100
>3 hari 17 71,8 9 28,2 26 100
P value : 0, 483

Pada tabel 4.24 menunjukkan bahwa yang memberikan ASI

eksklusif lebih banyak pada ibu yang mengeluarkan ASI pertama

antara hari pertama sampai dengan ketiga dibandingkan ibu yang


47

mengeluarkan ASI melebihi hari ketiga dan Ibu yang tidak ASI

eksklusif lebih banyak dilakukan oleh ibu yang mengeluarkan ASI

pertama melebihi hari ketiga dibandingkan ibu yang mengeluarkan

ASI pertama pada hari pertama sampai ketiga.

Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,483 (p < 0,05) sehingga

disimpulkan tidak terdapat hubungan bermakna antara waktu

pengeluaran ASI pertama dengan praktik ASI eksklusif.

10. Hubungan antara status pekerjaan dengan praktik ASI eksklusif

Tabel. 4.25. Tabulasi Silang Status Pekerjaan Dengan Praktik ASI

Eksklusif Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Status Praktik ASI eksklusif


pekerjaan Tidak ASI ASI eksklusif Total
eksklusif
f % f % f %
Bekerja 108 75,5 35 24,5 143 100
Tidak bekerja 169 69 76 31 245 100
P value : 0, 169

Pada tabel 4.25 menunjukkan bahwa yang memberikan ASI

eksklusif lebih banyak pada ibu yang tidak bekerja dibandingkan ibu

yang bekerja dan yang tidak memberikan ASI eksklusif lebih banyak

pada ibu yang bekerja jika dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,169 (p > 0,05)

sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara variabel status pekerjaan dengan praktik ASI eksklusif.

11. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan

Tabel. 4.26. Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat


Pengetahuan Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.
Tingkat Tingkat Pengetahuan
48

Pendidikan Kurang Bak Baik Total


f % f % f %
Tidak tamat SD
130 55.1 106 44.9 236 100
dan Dasar
Menengah 38 34.5 72 65.5 110 100
Tinggi 7 16.7 35 83.3 42 100
P value : 0, 000

Pada tabel 4.26 menunjukkan bahwa responden yang

mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik paling banyak dialami

responden yang tingkat pendidikan tidak tamat SD dan dasar, diikuti

tingkat pendidikan menengah dan paling sedikit oleh responden

dengan tingkat pendidikan tinggi, sedangkan tingkat pengetahuan

baik paling banyak terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan

tinggi, diikuti tingkat pendidikan menengah dan paling sedikit dialami

oleh responden dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD dan dasar.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,00 (p < 0,05)

sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara variabel tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan.

12. Hubungan antara status pekerjaan dengan tingkat penghasilan

keluarga

Tabel. 4.27. Tabulasi Silang Status Pekerjaan Dengan Tingkat

Penghasilan Keluarga Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Status Tingkat penghasilan keluarga


pekerjaan <UMK >UMK Total
f % f % f %
Bekerja 72 50,3 71 49,7 143 100
Tidak bekerja 155 63,3 90 35,7 245 100
P value : 0, 013

Pada tabel 4.27 menunjukkan bahwa yang mempunyai tingkat

penghasilan keluarga lebih kecil dari UMK lebih banyak pada ibu yang

tidak bekerja dibandingkan ibu yang bekerja dan yang mempunyai


49

tingkat penghasilan keluarga lebih besar atau sama dengan UMK

lebih banyak pada ibu yang bekerja jika dibandingkan dengan ibu

yang tidak bekerja.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,013 (p < 0,05)

sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara variabel status pekerjaan dengan tingkat penghasilan keluarga.

13. Hubungan antara status pekerjaan dengan tingkat penghasilan

keluarga

Tabel. 4.28. Tabulasi Silang Status Pekerjaan Dengan Tingkat

Pengetahuan Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Status Tingkat pengetahuan


pekerjaan Kurang baik Baik Total
f % f % f %
Bekerja 55 38,5 88 61,5 143 100
Tidak bekerja 120 49 125 51 245 100
P value : 0, 045

Pada tabel 4.28 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

kurang baik lebih banyak dimiliki ibu yang tidak bekerja (49 %)

dibandingkan dengan yang bekerja (38,5 &) sedangkan tingkat

pengetahuan baik lebih banyak dimiliki pada ibu yang bekerja (61,5

%) dibandingkan ibu yang tidak bekerja (51 %).

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,045 (p < 0,05)

sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara variabel status pekerjaan dengan tingkat pengetahuan tentang

ASI eksklusif.

14. Hubungan antara dukungan keluarga dengan sikap terhadap praktik

ASI eksklusif
50

Tabel. 4.29. Tabulasi Silang Dukungan keluarga Dengan Sikap

Terhadap Praktik ASI eksklusif Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Dukungan Sikap Terhadap Praktik ASI Eksklusif


Keluarga Kurang Mendukung Total
Mendukung
f % f % f %
Kurang
Mendukung 86 55,1 70 44,9 156 100
Mendukung 104 44,8 128 55,2 232 100
P value : 0, 047

Pada tabel 4.29 menunjukkan sikap kurang mendukung lebih

banyak dimiliki ibu yang kurang mendapatkan dukungan keluarga

dibandingkan yang mendapatkan dukungan keluarga dan yang

bersikap mendukung lebih banyak pada yang mendapatkan dukungan

dibandingkan yang kurang mendapatkan dukungan keluarga.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,047 (p < 0,05)

sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara variabel dukungan keluarga dengan sikap terhadap praktik ASI

eksklusif.

15. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap praktik

ASI eksklusif

Tabel. 4.30. Tabulasi Silang Dukungan keluarga Dengan Sikap

Terhadap Praktik ASI eksklusif Di Kabupaten Magelang Tahun 2012.

Tingkat Sikap Terhadap Praktik ASI Eksklusif


pengetahuan Kurang Mendukung Total
Mendukung
f % f % f %
Kurang Baik 128 73,1 47 26,9 175 100
Baik 62 29,1 151 70,9 213 100
P value : 0, 000

Pada tabel 4.30 menunjukkan bahwa yang mempunyai sikap

kurang mendukung lebih banyak pada ibu yang juga memiliki tingkat
51

pengetahuan kurang baik dibandingkan ibu yang mempunyai tingkat

pengetahuan kategori baik, sedangkana ibu dengan sikap mendukung

lebih banyak pada ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik

dibandingkan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,00 (p < 0,05)

sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara variabel tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap praktik

ASI eksklusif.

Tabel. 4.31. Rekapitulasi hasil analisis statistik bivariat

N Variabel bebas Signifikansi Keterangan


O (p)
1. Tingkat pendidikan 0,812 Tidak ada hubungan
2. Tingkat penghasilan keluarga 0,001 Ada hubungan
3. Frekuensi pemeriksaan 0,258 Tidak ada hubungan
kehamilan
4. Tingkat pengetahuan 0,225 Tidak ada hubungan
5. Sikap 0,597 Tidak ada hubungan
6. Dukungan keluarga 0,008 Ada hubungan
7. Dukungan bidan 0,636 Tidak ada hubungan
8. Tempat persalinan 0,516 Tidak ada hubungan
9. Waktu pengeluaran ASI 0,483 Tidak ada hubungan
pertama dengan kelahiran bayi
10. Status pekerjaan 0,169 Tidak ada hubungan

D. Hasil Uji Multivariat

Analisis multivariat yang akan digunakan adalah regresi logistik

karena vaiabel terikatnya adalah variabel kategorik dikotom. Variabel

yang akan dimasukkan kedalam analisi regresi logistik adalah variabel

yang mempunyai nilai p = < 0,25 (tingkat penghasilan keluarga, tingkat

pengetahuan, dukungan keluarga dan status pekerjaan) dan variabel

yang secara teori mempunyai pengaruh yang kuat terhadap praktik ASI

eksklusif (tempat persalinan, sikap dan dukungan bidan).

Tabel 4.32. Hasil uji regresi logistik


52

95,0% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step Phsln(1) .735 .234 9.843 1 .002 2.086 1.318 3.302
a
5 DukKelg
.601 .245 6.006 1 .014 1.825 1.128 2.952
(1)
Pkjn(1) .483 .249 3.778 1 .052 1.621 .996 2.639
Constant -1.941 .298 42.306 1 .000 .144

Berdasarkan hasil uji regresi logistik dapat disimpulkan bahwa

variabel yang berpengaruh terhadap praktik ASI eksklusif adalah tingkat

penghasilan keluarga (p=0,002) dan variabel dukungan keluarga

(p=0,014).

Kekuatan pengaruh dari yang terbesar ke yang terkecil adalah

variabel tingkat penghasilan keluarga dengan nilai OR/ Exp (B) = 2,086

yang berarti bahwa ibu yang mempunyai tingkat penghasilan keluarga >

UMK akan cenderung melaksanakan praktik ASI eksklusif 2,086 kali lebih

tinggi daripada ibu yang mempunyai tingkat penghasilan keluarga < UMK,

sedangkan untuk variabel dukungan keluarga mempunyai nilai OR/ Exp

(B) = 1,825 yang berarti bahwa ibu yang mendapatkan dukungan

keluarga akan cenderung melaksanakan praktik ASI eksklusif 1,825 kali

lebih tinggi jika dibandingkan ibu yang kurang mendapatkan dukungan

keluarga.

BAB V

PEMBAHASAN

A. Praktik ASI Eksklusif


53

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 388 sampel hanya

111 (28,6 %) yang melaksanakan praktik ASI eksklusif, hal ini masih

memprihatinkan karena tidak memenuhi pola pemberian makan terbaik

untuk bayi sejak lahir sampai anak berumur 2 tahun meliputi :

memberikan Air susu ibu (ASI) kepada bayi segera dalam waktu satu jam

setelah lahir; memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai umur 6

bulan, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat sejak

genap umur 6 bulan dan tetap meneruskan pemberian ASI sampai anak

berumur 2 tahun. 1

Dengan tidak diberikannya ASI eksklusif kepada bayi, maka bayi tidak

akan memperoleh manfaat ASI, yang terdiri dari 3 aspek, yaitu :

pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tepat, dimana ASI mampu memenuhi

kebutuhan nutrisi sampai bayi berumur 6 bulan, bahkan ASI dapat

merupakan unsur penting pemenhan nutrisi bayi sampai berumur 2 tahun

karena komposisi ASI akan berubah seiring waktu, dengan pemberian

ASI sesuai tahapannya maka bayi akan tetap mempunyai daya tahan

yang lebih tinggi terhadap penyakit termasuk berbagai macam infeksi,

belum lagi semakin memperkuat ikatan kasih sayang atau psikologi

antara ibu dan bayi sehingga diharapkan membuat aspek afektif

(kepribadian dan cara bersosialisasi) yang lebih matang baik sampai

dengan masa dewasa.

Dengan ketiga aspek manfaat ASI diatas maka merupakan modal

dasar akan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

dapat meningkatan indeks pembangunan manusia di Indonesia.

Manfaat pemberian ASI tidak hanya bagi bayi namun juga

memberikan manfaat yang besar bagi ibu, rumah tangga dan negara.

Manfaat bagi ibu antara lain sebagai kontrasepsi amenore laktasi (MAL)
54

karena dengan menyusui hormon prolaktin tetap diproduksi dimana

hormon prolaktin ini akan menekan produksi hormon FSH dan LH

sehingga tidak terjadi pematangan ovum atau tidak terjadi proses ovulasi

terutama dalam 6 bulan pertama dan dapat menurunkan risiko kanker

payudara dan kanker ovarium.

Berdasarkan hasil uji regresi logistik diketahui bahwa variabel yang

berpengaruh terhadap praktik ASI eksklusif adalah variabel tingkat

penghasilan keluarga dengan nilai p = 0,002 dan nilai OR = 2,086 dan

variabel dukungan keluarga dengan nilai p = 0,014 dan nilai OR = 1, 825.

B. Tingkat penghasilan keluarga

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa ibu yang mempunyai tingkat

penghasilan keluarga lebih besar dan sama dengan UMK akan

cenderung melaksanakan praktik ASI eksklusif 2,086 kali lebih tinggi

daripada ibu yang mempunyai tingkat penghasilan keluarga lebih kecil

dari UMK dan pada tabel 4.17 menunjukkan bahwa yang memberikan

ASI eksklusif lebih banyak pada ibu yang mempunyai tingkat penghasilan

keluarga lebih besar dan sama dengan UMK dibandingkan ibu yang

mempunyai tingkat penghasilan keluarga lebih kecil dari UMK, sedangkan

yang memberikan ASI secara tidak eksklusif lebih banyak pada ibu

dengan tingkat penghasilan keluarga lebih kecil dari UMK dibandingkan

ibu dengan tingkat penghasilan keluarga yang lebih besar dan sama

dengan UMK.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian

Isminarsinah pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa tingkat

penghasilan keluarga tidak mempengaruhi praktik ASI eksklusif, hal ini

dikarenakan tingkat penghasilan keluarga yang tinggi juga dapat


55

mencerminkan adanya status pekerjaan pada lingkungan yang lebih

memungkinkan masuknya informasi-informasi tertentu termasuk juga

informasi tentang ASI eksklusif sehingga dapat tersampaikan kepada ibu

untuk melaksanakan praktik ASI eksklusif.

Tingkat penghasilan keluarga yang tinggi juga mengindikasikan

bahwa terdapat anggota keluarga yang bekerja pada lingkungan sosial

yang tinggi yang didasari dengan tingkat pendidikan yang tinggi pula

sehingga memudahkan menganalisa/ mempertimbangkan perilaku-

perilaku yang positif maupun negatif termasuk pemberian nutrisi bagi

anak, hal ini diperkuat dengan hasil tabulasi silang dan uji bivariat pada

tabel 4.27 yang menyatakan bahwa responden yang mempunyai tingkat

penghasilan keluarga lebih kecil dari UMK lebih banyak pada ibu yang

tidak bekerja dibandingkan ibu yang bekerja dan yang mempunyai tingkat

penghasilan keluarga lebih besar atau sama dengan UMK lebih banyak

pada ibu yang bekerja jika dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja

dan juga pada hasil uji statistik didapatkan p value = 0,013 (p < 0,05)

sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

variabel status pekerjaan dengan tingkat penghasilan keluarga serta

diperkuat pula pada hasil tabulasi silang dan uji bivariat pada tabel 4.28

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan kurang baik lebih banyak

dimiliki ibu yang tidak bekerja (49 %) dibandingkan dengan yang bekerja

(38,5 &) sedangkan tingkat pengetahuan baik lebih banyak dimiliki pada

ibu yang bekerja (61,5 %) dibandingkan ibu yang tidak bekerja (51 %) dan

hasil uji bivariatpun menghasilkan p value = 0,045 (p < 0,05) sehingga

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel

status pekerjaan dengan tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif, akan

tetapi pada tabel 4.17 hasil tabulasi silang tingkat penghasilan keluarga
56

dengan praktik ASI eksklusif menunjukkan bahwa praktik tidak ASI

eksklusif juga lebih banyak dilakukan oleh responden dengan tingkat

penghasilan keluarga lebih kecil dari UMK dibandingkan yang mempunyai

tingkat penghasilan lebih besar dan sama besar dengan UMK, salah satu

penyebabnya dimungkinkan oleh karena pemberian susu formula

dianggap sebagai simbol status oleh banyak orang karena pemasaran

formula pengganti ASI, yang seharusnya disadari oleh masyarakat bahwa

walau bagaimanapun juga ASI tetap mempunyai kandungan nilai gizi

yang lebih baik jika dibandingkan dengan susu formula merk apapun dan

bahkan pemberian susu formula yang diberikan pada bayi usia 0 sampai

6 bulan dapat menimbulkan berbagai dampak seperti halnya malabsorbsi

dan malnutrisi.

ASI merupakan makanan yang paling murah daripada susu formula

apapun bahkan jika ibu perlu makan agak berlebih. Faktor tambahan

yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa bagian yang didapat oleh bayi

yang disusui ibunya tidak perlu dibagi dengan anggota keluarga yang lain.

Pada tabel 4.17 juga menunjukkan bahwa praktik ASI eksklusif

masih cukup banyak dilakukan oleh responden yang mempunyai tingkat

pengehasilan lebih besar dan sama dengan UMK, hal ini juga dapat

diindikasikan bahwa tingkat penghasilan keluarga yang tinggi justru dapat

menyebabkan peningkatan daya beli masyarakat, salah satunya dalam

pemberian susu formula (replacement feeding), Pemasaran formula

pengganti ASI (PASI) melalui berbagai media telah menimbulkan

anggapan bahwa PASI lebih unggul daripada ASI sehingga menghalangi

praktik pemberian ASI.

Pada tabel 4.27 menunjukkan bahwa yang mempunyai tingkat

penghasilan keluarga lebih kecil dari UMK lebih banyak pada ibu yang
57

tidak bekerja dibandingkan ibu yang bekerja dan yang mempunyai tingkat

penghasilan keluarga lebih besar atau sama dengan UMK lebih banyak

pada ibu yang bekerja jika dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,013 (p < 0,05) sehingga

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel

status pekerjaan dengan tingkat penghasilan keluarga.

C. Dukungan keluarga

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa ibu yang mendapatkan

dukungan keluarga akan cenderung melaksanakan praktik ASI eksklusif

1,825 kali lebih tinggi jika dibandingkan ibu yang kurang mendapatkan

dukungan keluarga.

Pada tabel 4.21 menunjukkan bahwa yang memberikan ASI

eksklusif lebih banyak pada ibu yang mendapatkan dukungan keluarga

dibandingkan ibu yang kurang mendapatkan dukungan keluarga,

sedangkan yang tidak memberikan ASI eksklusif juga lebih banyak pada

ibu yang mendapatkan dukungan keluarga dibandigkan ibu yang kurang

mendapatkan dukungan keluarga.

Dukungan keluarga memegang peranan penting yang

mempengaruhi keputusan ibu dimana keluarga bisa memberikan

dukungan yang membantu munculnya kondisi yang mempermudah atau

mempersulit terlaksananya praktik ASI eksklusif.

Ibu memerlukan informasi yang benar mengenai ASI dan praktik

ASI eksklusif, informasi ini tidak hanya berasal dari tenaga kesehatan

namun lingkungan disekitar ibu terutama keluarga akan sangat

menentukan keputusan ibu untuk melaksanakan praktik ASI eksklusif

atau tidak.
58

Meskipun ibu telah memperoleh informasi dan himbauan dari

tenaga kesehatan namun jika setelah kembali kerumah ibu mendapatkan

informasi yang keliru ataupun adanya mitos-mitos tidak benar yang

terkait dengan praktik ASI eksklusif terutama mengenai keuntungan ASI

eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI maka

kemungkinan besar ibu akan terpengaruh sehingga tidak melaksanakan

praktik ASI eksklusif, penjelasan ini diperkuat dengan hasil tabulasi silang

pada tabel 4.29 yang menunjukkan sikap kurang mendukung lebih

banyak dimiliki ibu yang kurang mendapatkan dukungan keluarga

dibandingkan yang mendapatkan dukungan keluarga dan yang bersikap

mendukung lebih banyak pada yang mendapatkan dukungan

dibandingkan yang kurang mendapatkan dukungan keluarga serta dari

hasil uji statistik didapatkan p value = 0,047 (p < 0,05) sehingga

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel

dukungan keluarga dengan sikap terhadap praktik ASI eksklusif.

Keluarga dapat memberikan dukungan bagi ibu, mulai dari

pemberian informasi tentang ASI eksklusif, membantu pemenuhan

kebutuhan bagi ibu seperti kebutuhan nutrisi, istirahat sampai dengan

dukungan psikologi pada saat ibu mengalami kesulitan dalam pengaturan

emosi. Jika keluarga memberikan dukungan yang optimal kepada ibu,

maka akan tercipta lingkungan baik secara fisik non fisik yang dapat

meningkatkan produksi ASI ibu dan membuat ibu lebih nyaman dalam

menyusui bayinya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mariastuti tahun

2010 yang menyatakan jika ibu diberikan anjuran oleh keluarga untuk

memberikan MPASI pada bayi saat berusia 3 sampai 6 bulan maka juga

akan membuat ibu tidak menyusui secara ASI eksklusif.


59

D. Status Pekerjaan

Variabel status pekerjaan merupakan variabel yang secara statistik

berhubungan dengan praktik ASI eksklusif namun tidak mempengaruhi

praktik ASI eksklusiffaktor protektif bagi ibu untuk melaksanakan praktik

ASI eksklusif, hasil tabulasi silang memang menunjukkan bahwa praktik

ASI eksklusif proporsi terbesar dilakukan oleh kelompok responden tidak

bekerja dan praktik tidak ASI eksklusif proporsi terbesar dilakukan oleh

kelompok responden yang bekerja, namun dari hasil tabulasi silang juga

diketahui bahwa baik pada kelompok responden yang bekerja maupun

yang tidak bekerja sebagian besar responden tidak melaksanakan praktik

ASI eksklusif.

Sebenarnya ibu yang bekerjapun tetap bisa melaksanakan praktik

ASI eksklusif, namun ibu harus mampu dan mau dalam merubah pola

menyusui, seperti misalnya : menyusui bayi sebelum berangkat bekerja,

memerah dan menyediakan ASI dirumah untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi bayi selama ibu bekerja, ibu juga harus rutin mengosongkan

payudara ditempat bekerja setiap 3 sampai 4 jam, ibu juga dianjurkan

untuk lebih banyak menyusui dimalam hari.

Tempat ibu bekerja juga harus memberikan dukungan bagi ibu, baik

dalam hal kebijakan maupun penyediaan sarana prasarana. Kebijakan

yang bisa diberikan antara lain memberikan waktu cuti melahirkan yang

cukup, sehingga ibu bisa melakukan adaptasi dalam merubah pola

menyusui sebagai persiapan praktik ASI eksklusif.

Tempat ibu bekerja juga diharapkan bisa memfasilitasi antara lain

dengan menyediakan lemari pendingin untuk penyimpanan ASI,

memberikan waktu istirahat yang cukup sehingga bisa pulang sebentar


60

untuk menyusui bayinya dirumah atau tempat bekerja dapat menyediakan

tempat penitipan anak untuk memudahkan ibu menyusui bayinya.

Menyusui merupakan hak setiap ibu, termasuk ibu bekerja, dalam

konvensi organisasi pekerja internasional tercantum bahwa cuti

melahirkan selama 14 minggu dan penyediaan sarana pendukung ibu

menyusui ditempat kerja wajib diadakan.

Telah dibuktikan bahwa ibu menyusui memberikan berbagai

keuntungan bukan hanya bagi bayi dan ibu saja namun juga bagi tempat

kerja sang ibu, dimana angka absensi ibu akan lebih rendah karena anak

lebih jarang sakit. Dengan memberikan ASI maka kedekatan ibu dengan

bayi tetap dipertahankan, serta menghemat pendapatan ibu karena tidak

perlu membeli susu formula.37 Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Ni Made Dwi Mariastuti pada tahun 2010 yang menemukan

bahwa faktor ibu yang bekerja mempengaruhi praktik ASI eksklusif.

E. Tingkat Pendidikan

Pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa praktik ASI eksklusif proporsi

terbesar dilakukan oleh kelompok responden dengan tingkat pendidikan

menengah dan proporsi terendah oleh kelompok responden dengan

pendidikan tidak tamat SD.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,812 (p > 0,05) yang

berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan

praktik ASI eksklusif, hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh isminarsinah (2009) yang menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan tidak mempengaruhirespondenprimigravida dalam

pemberian ASI.

Pada penelitian ini meskipun secara uji statistik tidak ada hubungan

antara variabel tingkat pendidikan dengan praktik ASI eksklusif tetapi


61

secara deskriptif menunjukkan kecenderungan bahwa praktik ASI

eksklusif lebih banyak dilakukan oleh responden dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi.

Pada tabel 4.26 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

tingkat pengetahuan kurang baik paling banyak dialami responden yang

tingkat pendidikan tidak tamat SD dan dasar, diikuti tingkat pendidikan

menengah dan paling sedikit oleh responden dengan tingkat pendidikan

tinggi, sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan baik paling

banyak terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan tinggai, diikuti

tingkat pendidikan menengah dan paling sedikit dialami oleh responden

dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD dan dasar dan dari hasil uji

statistik didapatkan p value = 0,00 (p < 0,05) sehingga disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variable tingkat

pendidikan dengan tingkat pengetahuan.

Meskipun dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi dapat

memperluas wawasan individu namun harus dipahami juga bahwa

pendidikan bukanlah satu-satunya cara untuk merubah perilaku individu/

kelompok, upaya mengubah perilaku juga dapat dilakukan dengan cara

dengan memberikan informasi tentang kebiasaan hidup sehat dan cara-

cara mencegah penyakit sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan

pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan dalam diri individu/

kelompok yang berdasarkan atas kesadaran dan kemauan individu yang

bersangkutan.35

F. Frekuensi Pemeriksaan kehamilan

Dari hasil tabulasi silang, dapat disimpulkan bahwa praktik ASI

eksklusif proporsi terbesar dilakukan oleh kelompok responden dengan


62

frekuensi pemeriksaan kehamilan sesuai standar minimal yaitu dan

proporsi terendah oleh kelompok responden dengan frekuensi

pemeriksaan kehamilan tidak sesuai standar minimal.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,258 (> 0,05) dan

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara frekuensi pemeriksaan kehamilan dengan praktik ASI

eksklusif. Dari hasil Tabulasi silang diketahui bahwa jika

pemeriksaan kehamilan dilaksanakan sesuai dengan standar maka

akan membuat responden lebih cenderung memberikan ASI secara

eksklusif, karena sosialisasi ASI yang telah diberikan sejak kehamilan

terjadi akan mempengaruhi keberhasilan menyusui oleh ibu.37

Kesuksesan dalam proses menyusui tidak dapat diraih secara

optimal jika hanya melakukan upaya yang dialkukan selama masa

menyusui, tidak dilakukan proses persiapan mulai masa kehamilan dan

persalinan, bentuk persiapan yang harus dilakukan yaitu dari aspek fisik

dan psikologis.

G. Tingkat Pengetahuan tentang ASI eksklusif

Praktik ASI eksklusif proporsi terbesar dilakukan oleh kelompok

responden dengan tingkat pengetahuan cukup dan proporsi terendah

dilakukan oleh kelompok responden dengan tingkat pengetahuan kuran

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,225 (p> 0,05) hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat pengetahuan dengan praktik ASI eksklusif, meskipun secara

statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat


63

pengetahuan dan praktik ASI eksklusif namun dari tabulasi silang dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang ASI

eksklusif maka akan mendukung responden untuk melaksanakan praktik

ASI eksklusif.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terjadinya tindakan seseorang (overt behaviour). Faktor

pengetahuan menjadi pertimbangan-pertimbangan personal dari suatu

individu atau kelompok yang mempengaruhi terjadinya suatu perilaku.

Pertimbangan tersebut dapat mendukung atau menghambat terjadinya

perilaku.23

Keberhasilan menyusui bukan sesuatu yang datang dengan

sendirinya tetapi merupakan keterampilan yang perlu diajarkan.

Agarrespondenberhasil menyusui perlu dilakukan persiapan fisik dan

psikologis melalui penyuluhan selama masa Ante Natal, intranatal dan

postnatal. 19

Pendidikan kesehatan yang diberikan merupakan upaya persuasi

atau pembelajaran agar masyarakat mau melakukan praktik untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatannya dengan didasarkan

kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran

sehingga perilaku tersebut diharapkan dapat berlangsung lama dan

menetap.23

H. Sikap Terhadap Praktik ASI Eksklusif

Pada tabel 4.20 menunjukkan bahwa yang memberikan ASI

eksklusif lebih banyak pada ibu yang mempunyai sikap mendukung

dibandingkan ibu yang bersikap kurang mendukung, yang memberikan

ASI secara tidak eksklusif lebih banyak pada ibu yang mempunyai sikap
64

kurang mendukung dibandingkan ibu yang mempunyai sikap mendukung

dan dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,597 (> 0,05),

disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap

dengan praktik ASI eksklusif.

Pengetahuan dan sikap terhadap apa yang dilakukan merupakan

faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya

perilaku pada diri sesesorang atau masyarakat namun suatu sikap belum

otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Pada tabel 4.30 menunjukkan bahwa yang mempunyai sikap

kurang mendukung lebih banyak pada ibu yang juga memiliki tingkat

pengetahuan kurang baik dibandingkan ibu yang mempunyai tingkat

pengetahuan kategori baik, sedangkan ibu dengan sikap mendukung

lebih banyak pada ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik

dibandingkan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik serta i

hasil uji statistik didapatkan p value = 0,00 (p < 0,05) sehingga

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel

tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap praktik ASI eksklusif, hal ini

sesuai dengan teori domain perilaku menurut notoatmodjp bahwa tingkat

pengetahuan seseorang akan mempengaruhi pengambilan keputusan

seseorang.

Banyak kepercayaan dan sikap yang tidak berdasar terhadap

makna pemberian ASI yang membuat para responden tidak melakukan

pemberian ASI eksklusif kepada bayi-bayi mereka dalam 6 bulan. Suatu

sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya

tindakan diperlukan faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas sarana

dan prasarana.
65

Pada tabel 4.28 menunjukkan bahwa yang mempunyai sikap kurang

mendukung lebih banyak pada ibu yang juga kurang mendapatkan

dukungan keluarga dibandingkan ibu yang mendapatkan dukungan

keluarga, dan ibu yang bersikap mendukung lebih banyak pada ibu yang

mendapatkan dukungan keluarga dibandingkan yang kurang

mendapatkan dukungan keluarga dan dari hasil uji statistik didapatkan p

value = 0,047 (p < 0,05) sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara variabel dukungan keluarga dengan sikap

terhadap praktik ASI eksklusif, hal ini menunjukkan bahwa ibu sangat

memerlukan dukungan dari keluarga untuk dapat menyusui secara ASI

eksklusif atau tidak, semakin kurang dukungan yang diberikan oleh

keluarga maka akan semakin menghambat ibu untuk mengambil

keputusan.

Sikap keluarga dirumah terhadap pemberian ASI juga

berpengaruh. Di rumah mungkin ibu kurang mendapatkan dukungan

untuk memberikan ASI, mungkin ibu tetap bertahan menyusui.

Sebaliknya, bila keluarga di rumah kurang mendukung pemberian ASI

mungkin ibu tidak akan meneruskan menyusui. Sikap suami, orang tua,

kerabat, tetangga, terhadap pemberian ASI dapat berpengaruh terhadap

keputusan ibu untuk menyusui atau tidak. 6

I. Dukungan Bidan

Dari tabel 4.22 terlihat bahwa praktik ASI eksklusif lebih banyak

dilakukan oleh ibu yang mendapatkan dukungan bidan dengan kategori

baik (29,7 %) dibandingkan ibu yang mendapatkan dukungan bidan

dengan kategori kurang (27 %). Praktik tidak ASI eksklusif lebih banyak

dilakukan oleh ibu yang mendapatkan dukungan bidan kategori kurang


66

baik (73 %) dibandingkan ibu yang mendapatkan dukungan bidan

kategori baik (70,3 %).

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,636 (p > 0,05) hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

variabel dukungan bidan dengan praktik ASI eksklusif. Hasil uji statistik

pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sumami (2009) yang

menunjukkan bahwa pelayanan bidan dalam pemberian ASI eksklusif

belum dapat dilaksanakan secara optimal, karena belum sesuai dengan

standar pelayanan pemberian ASI eksklusif. Hal tersebut ditunjukkan

dengan sebagian besar responden tidak menginformasikan manfaat ASI

eksklusif, tidak melakukan inisiasi menyusu dini.9

Meskipun dari hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya

hubungan yang signifikan namun dari hasil Tabulasi silang terlihat bahwa

pada responden yang mendapatkan dukungan yang baik dari bidan akan

semakin cenderung melaksanakan praktik ASI eksklusif.

Dukungan dari para professional kesehatan sangat diperlukan oleh

ibu, terutama primipara. Pendidikan tentang pentingnya menyusui sudah

harus diberikan sejak masa Ante Natal, yang dilakukan oleh semua

tenaga kesehatan baik bidan maupun dokter. 36

J. Tempat persalinan

Tabel 4.23 menunjukkan bahwa praktik ASI eksklusif proporsi

terbesar justru dilakukan oleh kelompok responden yang bersalin di non

pelayanan kesehatan dan proporsi terendah oleh kelompok responden

yang bersalin pada pelayanan kesehatan yaitu sejumlah. Pada

responden dengan kriteria tidak ASI eksklusif proporsi terbesar oleh

kelompok responden yang bersalin di fasilitas kesehatan (71,7 %) dan


67

proporsi terendah adalah oleh kelompok responden yang bersalin pada

non fasilitas pelayanan kesehatan sejumlah 65 %.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,516 (p> 0,05) sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara tempat persalinan dengan praktik ASI eksklusif.

Tempat melahirkan merupakan titik awal bagi responden untuk

memilih apakah tetap memberikan bayinya ASI eksklusif atau

memberikan susu formula yang diberikan oleh petugas kesehatan

maupun non kesehatan sebelum ASInya keluar. Sehingga tempat

melahirkan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif

pada bayi.26

Meskipun responden melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan

namun jika fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak melaksanakan

tata laksana dan manajemen menyusui yang baik juga tidak akan

memberikan dorongan yang positif bagi responden untuk melaksanakan

praktik ASI eksklusif. 37

Pemberian ASI masih tersendat di fasilitas pelayanan kesehatan

dengan berbagai alasan, antara lain jika dilakukan rooming in (rawat

gabung) dianggap tidak efisien dalam mengelola perawatan responden

dan bayi, walaupun sesungguhnya ketidakefisienan yang dirasakan

adalah akibat lemahnya edukasi yang seharusnya dilakukan jauh

sebelum kelahiran (saat Ante Natal care).

Pada umumnya, rumah sakit yang belum mengadakan rawat

gabung akan merasa khawatir bila akan memulai program rawat gabung,

berbagai penolakan biasanya akan muncul baik dari petugas maupun

darirespondendan keluarganya. Masalah dapat diatasi jika ada komitmen


68

yang kuat dipihak pengelola dan para petugas, perlu diadakan pelatihan

tenaga kesehatan, pendampingan dan evaluasi berkala. 37

Penelitian membuktikan bila bayi disusukan pada jam pertama,

kematian neonatal dikurangi sebanyak 22% dan apabila disusukan pada

hari pertama mengurangi kematian neonatal 16 %.

Bahkan bila mungkin bayi bisa tidur bersama setempat tidur dengan

ibunya. Sebuah penelitian membuktikan bahwa bila bayi tidur bersama

ibunya maka ibu akan memberikan ASInya 3 kali lebih lama pada waktu

malam, 2 kali lebih sering dan 39 % menyusui lebih lama dibanding

apabila bayi dipisahkan.

K. Waktu Pengeluaran ASI Pertama

Pada tabel 4.24 menunjukkan bahwa yang memberikan ASI

eksklusif lebih banyak pada ibu yang mengeluarkan ASI pertama antara

hari pertama sampai dengan ketiga dibandingkan ibu yang

mengeluarkan ASI melebihi hari ketiga dan Ibu yang tidak ASI eksklusif

lebih banyak dilakukan oleh ibu yang mengeluarkan ASI pertama

melebihi hari ketiga dibandingkan ibu yang mengeluarkan ASI pertama

pada hari pertama sampai ketiga.

Dari hasil uji statistik didapatkan p value = 0,483 (p < 0,05) sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara variabel waktu pengeluaran ASI pertama dengan praktik ASI

eksklusif.

Pada responden yang mengeluarkan ASI setelah hari ketiga

sehingga tidak memberikan ASI eksklusif kemungkinan disebabkan ASI

belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan

minuman lain, padahal bayi yang lahir cukup bulan dan sehat
69

mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat

mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari, disamping

itu pemberian minuman lain sebelum ASI keluar akan memperlambat

pengeluaran ASI oleh karena bayi menjadi kenyang dan malas

menyusui.20

Bayi sehat cukup bulan mempunyai cadangan cairan dan energi

yang dapat mempertahankan metabolismenya selama 72 jam, dengan

hisapan yang terus menerus maka kolostrum akan cepat keluar.

Pemberian minuman lain sebelum ASI keluar akan mengurangi

keinginan bayi untuk menghisap, dengan akibat pengeluaran ASI akan

tertunda. 19

Meskipun responden telah mengeluarkan ASI sebelum hari keempat

tetapi tetap tidak memberikan ASI secara eksklusif, hal ini kemungkinan

responden mempunyai informasi yang kurang atau salah sehingga

terpengaruh akan mitos-mitos yang berhubungan dengan menyusui,

misalnya : menyusui membuat tubuh responden sukar kembali ke berat

aslinya, bahwa ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi, jika ukuran

payudara kecil maka produksi ASI juga akan lebih sedikit, kolustrum

dianggap tidak bermanfaat dan beracun untuk bayi, menyusui dapat

merubah bentuk payudara, menyusui itu merepotkan.6

Ibu sebaiknya diberikan informasi mengenai kesulitan fisik yang

dapat terjadi selama masa menyusui dan penatalaksanaan yang dapat

dilakukan, sehingga jika responden mengalami kesulitan fisik tidak

segera memberikan minuman lain selain ASI kepada bayi atau bahkan

menghentikan pemberian ASI.3


70

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar responden tidak menyusui secara ASI eksklusif yaitu

sejumlah 277 (71,4 %) ibu, sedangkan yang menyusui secara ASI

eksklusif hanya sebesar 111 (28,6 %)

2. Tingkat penghasilan keluarga mempengaruhi ibu untuk melaksanakan

praktik ASI eksklusif dengan nilai OR/ Exp (B) = 2,086 yang berarti

bahwa ibu yang mempunyai tingkat penghasilan keluarga lebih besar


71

dan sama dengan UMK akan cenderung melaksanakan praktik ASI

eksklusif 2,086 kali lebih tinggi daripada ibu yang mempunyai tingkat

penghasilan keluarga lebih kecil dari UMK.

3. Dukungan keluarga mempengaruhi ibu untuk melaksanakan praktik

ASI eksklusif dengan nilai OR/ Exp (B) = 1,825 yang berarti bahwa ibu

yang mendapatkan dukungan keluarga akan cenderung

melaksanakan praktik ASI eksklusif 1,825 kali lebih tinggi jika

dibandingkan ibu yang kurang mendapatkan dukungan keluarga.

4. Variabel yang berhubungan dengan praktik ASI eksklusif yaitu :

variabel tingkat penghasilan keluarga dan variabel dukungan

keluarga dengan nilai p < 0,05.

5. Tidak terdapat hubungan antara variabel tingkat pendidikan, status

pekerjaan, frekuensi pemeriksaan kehamilan, tempat persalinan,

tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif, sikap terhadap praktik ASI

eksklusif, dukungan bidan, status pekerjaan, dan waktu pengeluaran

ASI pertama dengan variabel praktik ASI eksklusif.

6. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SD

dan dasar (60,8 %), sebagian besar responden masih memiliki tingkat

penghasilan keluarga dibawah UMK (58, 5 %) dan sebagian besar

responden telah melaksanakan pemeriksaan kehamilan sesuai

standar minimal (85,1 %)

7. Sebagian besar responden masih memiliki tingkat pengetahuan

tentang ASI eksklusif yang kurang sejumlah 145 (37,4 %) orang,

tingkat pengetahuan yang kurang meliputi : keuntungan ASI eksklusif,

tahapan ASI, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI, masalah

fisik dalam menyusui dan cara mengatasinya dan teknik menyusui

yang benar.
72

8. Sebagian besar responden mempunyai sikap mendukung terhadap

pelaksanaan praktik ASI eksklusif (54,1 %)

9. Sebagian besar responden mendapatkan dukungan dari keluarga

untuk menyusui secara eksklusif (59,8 %), sebagian besar responden

juga telah mendapatkan dukungan yang baik dari bidan untuk

melaksanakan praktik ASI eksklusif (70,4 %).

10. Sebagian besar responden telah melahirkan di fasilitas pelayanan

kesehatan (94, 8 %), hampir seluruh responden mengalami

pengeluaran ASI yang pertama sebelum 4 hari setelah kelahiran bayi

(93,3 %) dan sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sejumlah

245 (63,1 %).

B. Saran

1. Bagi ibu :

a. Diharapkan ibu dapat meningkatkan pengetahuan tentang praktik

ASI eksklusif terutama pada aspek keuntungan ASI eksklusif,

tahapan, faktor-faktor yang mempengaruhi serta masalah-masalah

dalam menyusui dan cara mengatasinya sehingga dapat

mengambil keputusan yang tepat dan melaksanakan praktik ASI

eksklusif secara benar. Upaya peningkatan pengetahuan dapat

dilakukan secara aktif melalui program-program pelayanan

kesehatan salah satunya melalui porgram posyandu.

2. Bagi Bidan

a. Meningkatkan efektifitas metode pendidikan kesehatan guna

pencapaian praktik ASI eksklusif dengan menitikberatkan pada

aspek keuntungan ASI eksklusif, tahapan, faktor-faktor yang

mempengaruhi serta masalah-masalah dalam menyusui dan

cara mengatasinya.
73

b. Melibatkan keluarga dan lingkungan sekitar ibu (tokoh

masyarakat) pada saat pemberian dukungan/ konseling

kepada ibu dalam persiapan ASI eksklusif saat Ante Natal

Care (ANC), pelaksanaan ASI eksklusif saat persalinan dan

pascapersalinan sehingga keluarga mampu memberikan

dukungan maksimal kepada ibu. Bidan diharapkan

3. Bagi keluarga

Diharapkan agar berupaya secara aktif untuk meningkatkan

pengetahuan tentang pelaksanaan ASI eksklusif dan memberikan

dukungan sepenuhnya kepada ibu, baik dalam bentuk dukungan

informasional, penilaian, instrumental dan emosional kepada ibu.

4. Bagi Dinas Kesehatan

Diharapkan untuk segera mengeluarkan peraturan daerah

tentang pelaksanaan ASI eksklusif sehingga dapat mendorong

semua pihak dapat melaksanakan peran dan tanggung jawab

masing – masing demi peningkatan cakupan ASI eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA
1.
Paath F, dll. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC. Jakarta. 2004
2.
Atmawkarta A. Sasaran Pembangunan Nasional Dan Proyeksi Prevalensi
Gizi Kurang Pada Balita Sampai Dengan Tahun 2025. Dalam :
Pertemuan Pembahasan Dampak Pembangunan. Jakarta. 8 Mei 2007.
http:// www.Infokesehatan.net (diakses tanggal 1 November 2011)
3.
Gibney M, dll. Gizi Kesehatan Masyarakat. Cetakan I. Jakarta. EGC.
2009.
4.
Badan Pusat Statistik. Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia.
Badan Pusat Statistik. Jakarta. 2007.
74

5.
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang. Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Magelang.
2010.
6.
Suradi R. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Cetakan Kedua. Perinasia.
Jakarta. 2004.
7.
Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Cetakan I. EGC. Jakarta. 2004.
8.
Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor Hk.02.02/ Menkes/ 149/ 2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
2010
9.
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. Peraturan Daerah Wilayah
Kabupaten Klaten Nomor No. 7 Tahun 2008 Tentang Inisiasi Menyusu
Dini (Imd) Dan Asi Eksklusif. Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. Klaten.
2008.
10.
Sumami. 2009. Analisis Deskriptif Pelayanan Bidan Dalam Pemberian Asi
Eksklusif Di Wilayah Puskesmas Juwana Kabupaten Pati. Jawa Tengah
(Tesis). Http://Eprints.Undip.Ac.Id. (Diakses Tanggal 11 Desember 2010).
11.
Kementerian Hukum Dan Hak Azazi Manusia RI. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Tentang Asi Eksklusif. Kementerian Hukum Dan Hak
Azazi Manusia RI. Jakarta. 2010.
12.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2004.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2006.
13.
Kementerian Kesehatan RI. Kepmenkes RI No. 1457/ Menkes/Sk/X/2003
Tentang Standar Minimal Bidang Kesehatan Target Pemberian Asi
Eksklusif Kepada Bayi. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 2003
14.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun
2010. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Semarang. 2011
15.
Margawati A. Antenatal, Place Of Birth And Post Natal Related To
Breastfeeding Practice Among Women In Peri Urban Area Semarang
2009. http:// www.mediamedika.net. (diakses tanggal 11 Januari 2011)
16.
Hanson M, et all. Correlates Of Breastfeeding In A Rural Population
(Northwestern Minnesota). 2003.
17.
Mariastuti N. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian
Makanan Pendamping Asi Pada Bayi Umur 3 – 6 Bulan Wilayah
Puskesmas Abian Semal. Kabupaten Badung. 2010 (Tesis)
http://puskesmasabiansemal1.yolasite.com/resources/skripsi%20asi
%20eksklusif%20ps.%20ikm.Pdf. (diakses Tanggal 5 Januari 2011)
18.
Isminarsinah. Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pemberian Asi
Pada Ibu Primigravida Di Rsu Pandan Arang Boyolali 2009. (Tesis).
http://eprints.undip.ac.id. (diakses tanggal 1 September 2011).
75

19.
Pawamita D. Hubungan Perilaku Ayah Mengenai Asi Eksklusif Dengan
Praktek Pemberian Asi Eksklusif (Studi Di Wilayah Puskesmas
Borobudur Kabupaten Magelang) 2010. (Tesis). http://eprints.undip.ac.Id/
18412. (diakses tanggal 3 Februari 2012).
20.
Sarosa Rd, dll. Buku Ajar Neonatologi. Edisi Pertama. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta. 2008.
21.
Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Jakarta. 2002.
22.
Mckenzie Jf, et all. Planning. Implementing And Evaluating Health
Promotion Programs (An Educational And Ecological Approach. Third
Edition By Lawrence Green And Mars W. Kreuter. 1999). Pearson. San
Francisco. 2005.
23.
Notoatmojo. S. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. 43 : 71 : Jakarta.
Rineka Cipta. 2005.
24.
Green. L W. Health Promotion Planning An Educational And
Environmental Approach. Mayfield Publishing Company. Mountain View-
Toronto-London. 1991.

25.
Amirudin. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian Asi Eksklusif
Pada Bayi 6-11 Bulan Di Kelurahan Pa’baeng-Baeng Makasar Tahun
2006. Tesis. <http://ridwanamirudin.wordpress.co.In/2007/04/26/Susu-
Formula-Menghambat-Pemberian-Asi-Eksklusif/. (diakses Tanggal 9
Maret 2011).

26.
Briawan. D. 2004. Pengaruh Promosi Susu Formula Terhadap
Pergeseran Penggunaan Air Susu Ibu (Asi). http://
www.rudyct.com/pps702-Ipb/09145/dodik_briawan.Pdf. (diakses Tanggal
9 Maret 2011).
27.
Andi. Panduan Praktis Pengolahan Data Statistik Dengan SPSS 15.0.
Andi Offset. Yogyakarta. 2007.
28.
Danim S, dll. Metode Penelitian Kebidanan : Prosedur. Kebijakan Dan
Etik. EGC. Jakarta. 2003.
29.
Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010. Dinkes Provinsi Jawa Tengah.
Semarang. 2010
30.
Friedman. M.M. Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktek. EGC.
Jakarta. 1998.
31.
Yulifa R, dll. Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika. Jakarta.
2009.
32.
Sugiyono. Statistik Non Parametris. Alfabeta. Bandung. 2007.
76

33.
Arikunto S. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
Kelima. Rineka Cipta. Jakarta. 2002.
34.
Danim S, dll. Metode Penelitian Kebidanan. Edisi Kelima. EGC. Jakarta.
2003.
35.
Sarwono S. Sosiologi Kesehatan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 2007.
36.
Suradi R, dll. Indonesia Menyusui. IDAI. Jakarta. 2010..
37.
Dahlan. S. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi 5. Salemba
Medika. Jakarta. 2011.

Anda mungkin juga menyukai