by
R.L. Stine
www.eBuku.us
1|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
1
Aku jadi tak terlihat pertama kali pada ulang tahunku yang kedua
belas.
Dalam masalah ini, itu semua salah Whitey. Whitey adalah anjingku.
Yah, mungkin sebaiknya aku mundur sedikit dan mulai dari awal.
Ulang tahunku berlangsung pada hari Sabtu yang hujan. Itu adalah
beberapa menit sebelum anak-anak akan mulai berdatangan ke pesta
ulang tahunku, jadi aku bersiap-siap.
Lagipula aku punya telinga yang sangat besar yang terlalu mencuat.
Jadi aku harus terus memastikan bahwa rambutku menutupi telingaku.
Ini penting.
Lefty dua tahun lebih muda dariku. Dia bukan anak yang buruk,
tetapi ia memiliki energi terlalu banyak. Dia harus selalu melempar
bola, mengetuk-ngetukkan tangannya di meja, memukul sesuatu,
berlarian, jatuh ke bawah, melompati benda-benda, bergulat
denganku. Kalian tahu maksudku. Ayah mengatakan Lefty punya
semut-semut di celananya. Itu adalah ungkapan yang bodoh, tapi
sepertinya menggambarkan saudaraku.
Aku berbalik dan memutar leher untuk melihat bagian belakang dari
rambutku.
Aku meraihnya dan gagal. Bola itu menabrak dinding tepat di bawah
cermin dengan debuman keras. Lefty dan aku menahan nafas,
menunggu untuk melihat apakah Ibu mendengar suara itu. Tapi dia
tak mendengarnya. Kupikir ia berada di dapur mengerjakan sesuatu
pada kue ulang tahun.
"Itu bodoh," bisikku pada Lefty. "Kau hampir memecahkan cermin. "
Aku sudah terbiasa untuk itu. Dia mengatakannya seratus kali sehari.
Kukira dia berpikir itu cerdas atau seperti itu.
Dia anak yang baik untuk usia sepuluh tahun, tetapi ia tak punya
banyak kosa kata.
Dia memberiku kado yang dibungkus kertas perak, air hujan menetes
darinya.
Lefty meraih kado itu dari tanganku dan lari ke ruang tamu
dengannya. "Jangan dibuka!" Teriakku.
Zack melepas topi Red Sox-nya, dan aku melihatnya potongan rambut
barunya.
Dia semacam seorang pria yang kuat. Tak gugup. Hanya tegang. Dan
sangat semangat bersaing. Dia harus menang di segalanya. Jika ia di
tempat kedua, ia jadi benar-benar kesal dan menendang barang-
barang. Kalian tahu semacam (itulah).
Berikutnya aku mengenali suara April. April adalah gadis lain dalam
kelompok kami. Dia berambut keriting hitam dan gelap, bermata
sedih. Aku selalu berpikir dia benar-benar sedih, tapi kemudian aku
tahu bahwa dia hanya pemalu.
Erin menjatuhkan diri di atas kursi kulit ottoman putih. April berdiri
di jendela, menatap hujan.
Jam dua lebih tiga puluh setiap orang telah tiba, lima belas anak-anak
masuk semua, dan pesta dimulai. Yah, pesta itu tak benar-benar
mendapatkan
dimulai karena kita tak bisa memutuskan apa yang harus dilakukan.
Aku ingin menonton film Terminator kusewa. Tapi para gadis ingin
bermain Twister.
Ini adalah pesta yang cukup bagus. Kupikir semua orang mendapat
waktu yang baik. Bahkan April tampak bersenang-senang. Dia
biasanya benar-benar pendiam dan gugup melihat pesta.
karena ia keluarga dan tak ada tempat lain dimana kami bisa
menyembunyikannya. Dia menjawab dengan membuka mulut lebar-
lebar hingga semua orang bisa melihat kunyahan kue cokelat di
dalamnya.
"Ayo kita naik ke kamarku," kataku ketika aku akhirnya anjing bodoh
itu menjadi tenang. "Aku punya permainan Supernintendo baru aku
ingin mencobanya. "
10 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Erin dan April dengan lega mengikutiku ke lantai atas. Mereka karena
suatu alasan tak suka film Terminator.
Lorong lantai atas gelap gulita. Aku menekan tombol lampu, tapi
lampu tak menyala.
11 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
2
Dia tertawa seperti orang gila. Dia pikir dirinya adalah orang yang
sangat lucu.
"Kami tak takut," Erin bersikeras. "Kami tahu itu kau. "
Aku mendorongnya dari tubuhku dan berdiri. "Itu tolol, Lefty. "
"Cukup lama," kata Lefty nya. Dia mulai untuk bangun, tetapi Whitey
berlari ke arahnya dan mulai menjilati wajahnya dengan kuat. Terlalu
menggelikan hingga Lefty jatuh telentang, tertawa.
"Tidak, aku tidak. Whitey lebih pintar dari pada kalian." Lefty
mendorong Whitey menjauh.
"Hah?"
"Rumah ini dahulu milik mereka. Ibu dan Ayah menyimpan banyak
barang-barang mereka di loteng. Kami hampir tak pernah naik ke
sana. "
"Kurasa," kataku. "Aku tak berpikir itu terlalu mendebarkan hati atau
sama sekali tidak. "
"Tapi loteng itu sangat gelap ...." kata April pelan. Kupikir dia sedikit
takut.
13 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mengeluarkan cahaya kuning pucat ke arah kami saat kami menatap
anak tangga kayu yang curam.
"Lihat? Ada cahaya di atas sana," kataku April. Aku mulai naik
"Kita hanya akan ke atas sebentar," kata Erin. Dia mendorong April
pelan. "Ayo."
14 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kami berempat mulai berjalan-jalan, menjelajahi. Lefty terus
melemparkan bola kastinya membentur langit-langit kasau, lalu
menangkapnya saat turun. Kuperhatikan April tetap berdekatan
dengan Erin. Whitey mengendus dengan bersemangat sepanjang
dinding.
"(Dia) pikir ada tikus di sini?" Tanya Lefty, satu seringai iblis terlintas
wajahnya.
"Tikus besar gendut yang suka memanjat kaki gadis-gadis '?" goda
Lefty. Adikku itu punya selera humor yang bagus.
"Bisakah kita pergi sekarang?" tanya April tak sabar. Dia mulai
kembali ke arah tangga.
15 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Whitey, apa yang kau garuk?"
"Kita harus memeriksanya," desak Erin. "Ayo kita lihat apa yang ada
dibaliknya."
16 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
3
"Whitey!"
Aku berlutut turun dan menarik anjing itu menjauh dari pintu.
17 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Mayat!" Jeritnya.
"Ini terlalu besar untuk lemari," kata Erin, suaranya terdengar lebih
mencicit dari biasanya. "Jadi apa itu?"
18 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Orang lain itu juga melompat mundur.
Itu adalah satu cermin di depan kami. Dalam cahaya kuning pucat
yang merembes ke dalam ruangan kecil persegi itu, sekarang aku bisa
melihatnya dengan jelas.
Itu adalah cermin persegi empat yang besar, sekitar dua kaki lebih
tinggi dariku, dengan bingkai kayu gelap. Bertumpu pada lantai kayu.
19 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apa orangtuamu yang menaruhnya di sini?" Tanya Erin.
20 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hei, lihat," kataku, menunjuk. Aku telah melihat lampu melekat pada
bagian atas cermin. Berbentuk oval, terbuat dari kuningan atau dari
logam semacamnya. Bohlamnya panjang dan sempit, hampir seperti
lampu neon, hanya lebih pendek.
21 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lampu menyala dengan kilatan cerah yang mengejutkan.Laku pelan-
pelan meredup ke terang yang normal. Cahaya putih yang terang
terpantul cerah di cermin.
"Max dimana kau?" Teriak Erin. Dia berpaling ke April. "Kemana dia
pergi?"
22 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
4
23 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apa masalahmu?" Bentakku. Aku mulai marah. "Aku tak tertipu
lelucon bodohmu, Lefty. Jadi mengapa tetap terus? "
"Kami tak bercanda, Max," desak Erin dengan suara pelan. "Kami
benar-benar tak bisa melihatmu."
Dia menekan lagi dinding sebelah pintu. "Lampu itu begitu cerah.
Kupikir itu hanya sebuah ilusi optik atau semacamnya. "
"Itu bukan ilusi optik," kata Erin padanya. "Aku berdiri tepat di
samping Max. Dan aku tak bisa melihatnya. "
24 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lefty mulai melemparkan bola kasti ke atas, memgamati dirinya
sendiri di cermin.
"Kau tak terlihat, Max," kata Erin. "Wuss. Kau lenyap. "
"Itu hanya ilusi optik," desak April. "Kenapa kalian membuat hal itu
menjadi masalah besar? "
25 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau benar-benar tak terlihat, Max," katanya.
"Ayo kita pergi!" Pinta April. Dia telah pindah ke pintu dan berdiri
dipertengahan, setengah dari kamar.
"Ya," kataku. "Kau jadi tak terlihat juga. Sama seperti yang
kulakukan. "
27 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
5
"Tak ada," disebut Erin bawah. Dia menoleh padaku dan mengangkat
bahu.
"Bagus. Aku keluar dari sini! "Seru April, dan bergegas ke tangga.
"Apa yang kalian lakukan di atas sana?" Tanya ibuku ketika kami
semua di ruang tamu. "Loteng itu sangat berdebu. Mengherankan
kalian tak kotor. "
"Kami bermain dengan cermin tua," kata Lefty. "Ini agak rapi. "
28 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Bermain dengan cermin?" ibu Erin melihat ibuku sekilas dengan
bingung.
Celaka!
29 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lefty menyusut di pojokan mencoba untuk membuat dirinya lebih
kecil dan lebih kecil. Dia terus berkata ia menyesal, namun Ibu
berteriak begitu keras, kupikir dia tak mendengarnya.
Aku yakin Lefty ingin benar tak terlihat pada saat itu.
Aku tak berpikir tentang cermin itu untuk beberapa hari. Aku sibuk
dengan sekolah dan yang lainnya. Berlatih untuk konser musim semi.
Aku hanya (anggota) paduan suara, tapi aku masih harus pergi ke
setiap latihan.
Aku sering melihat Erin dan April di sekolah. Tapi tak satupun dari
mereka menyebutkan cermin itu. Kukira mungkin itu juga tergelincir
dalam pikiran mereka. Atau mungkin kami semua hanya
menghalanginya dari pikiran kami.
Ini agak menakutkan, jika kau berhenti untuk memikirkan tentang hal
itu. Maksudku, jika kau percaya apa yang mereka katakan terjadi.
Kemudian malam Rabu aku tak bisa tidur. Aku berbaring di sana,
menatap langit-langit, menonton bayang-bayang bergoyang maju
mundur.
30 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku mencoba menghitung domba. Aku mencoba menutup mataku
benar-benar erat dan menghitung mundur dari seribu.
Tapi aku benar-benar tegang, untuk satu alasan. Sama sekali tak
mengantuk.
Apa yang terjadi di atas sana? Aku bertanya pada diriku sendiri.
Mengapa cermin itu ditutup di atas dalam ruangan tersembunyi
dengan pintu dikunci dengan hati-hati?
Aku bertanya-tanya apakah ibu dan ayah tahu cermin itu ada sana.
Aku mulai berpikir tentang apa yang terjadi di hari Sabtu setelah pesta
ulang tahunku. Aku membayangkan diriku berdiri di depan cermin.
Menyisir rambutku. Kemudian meraih rantai. Menariknya. Lampu itu
menyala dengan cahaya terang. Dan kemudian ...
Apa aku juga melihat diriku? Tanganku? Kakiku ? Aku tak bisa
mengingatnya
31 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Itu pasti suatu lelucon.
Hanya satu cara untuk mengetahui apakah mereka serius atau tidak,
aku berkata pada diriku sendiri. Aku mencari di kegelapan sandal
kamarku. Aku kancingkan kaos piyamaku yang
Rumah ini gelap kecuali lampu malam kecil yang turun ke lantai di
luar kamar Lefty itu. Lefty satu-satunya dalam keluarga yang kadang
terbangun di tengah malam. Dia bersikeras agar punya lampu malam
di kamarnya dan satu di lorong, meskipun aku mengolok-oloknya
tentang hal ini sesering mungkin.
Sekarang aku bersyukur sekali akan lampu itu saat aku berjalan di
berjingkat ke tangga loteng. Meskipun aku bersikap begitu hati-hati,
lantai papannya berderit di bawah kakiku. Tak mungkin untuk tak
membuat suara di sebuah rumah tua seperti ini.
32 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku berhenti dan menahan napasku, mendengarkan baik-baik,
mendengarkan tanda apa saja yang telah kudengar.
Sunyi.
33 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku tertarik dengan pintu keluar masuk yang terbuka itu, ditarik ke
ruangan misterius itu seakan ditarik oleh magnet yang kuat.
Aku harus melihat cermin yang tinggi itu. Aku harus memeriksanya,
mempelajarinya dari dekat.
34 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tak ada yang istimewa tentang cermin ini," kataku keras-keras.
Ini hanya cermin, pikirku, akhirnya merasa lebih santai. Cuma cermin
tua,seseorang dulu menyimpannya di sini lalu dan melupakannya.
"Oh!" Aku menjerit saat aku melihat dua mata, turun rendah di
cermin.
35 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
6
36 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku tergagap.
Aku masih bisa melihat mata yang gelap menatapku dalam cermin.
Begitu menakutkan!
bersungguh-sungguh.
Aku benci menjadi terancam. Dan dia tahu itu. Itulah sebabnya
mengapa dia mengancamku setiap jam dalam sehari.
37 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Itulah yang dikatakan Ibu dan Ayah setiap kali Lefty dan aku
berkelahi. "Kalian berdua hentikan itu. Kita hidup di keluarga tanpa
kekerasan. "
Ini adalah salah satu darinya. Tapi aku bisa melihat bahwa aku tak
akan bisa menyingkirkan Lefty dengan begitu mudah. Dia bertekad
untuk tinggal di loteng denganku dan melihat apa yang kulakukan
dengan cermin.
Untungnya, disana tak ada lagi sepasang mata lain yang menatap ke
arahku!
"Kau akan jadi tak terlihat lagi?" Tanyanya. Dia berdiri tepat di
belakangku, dan napasnya berbau
38 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Pergi!, "kataku. "Nafasmu bau."
Aku mendorongnya kembali. Lalu aku punya sebuah ide yang lebih
baik. "Bagaimana dengan jika kita berdua berdiri di depan cermin,
dan aku menarik rantai lampu? "
39 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Berdiri satu inci di depannya, praktis berhadap-hadapan dengan
bayangannya, Lefty menegang sampai ia berdiri memerhatikan.
40 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
7
"Aduh!" Teriakku.
Aku berbalik pada Lefty dan mulai mengatakan sesuatu. Aku tak
ingat apa itu. Itu benar-benar terbang keluar dari pikiranku saat aku
menyadari bahwa Lefty sudah lenyap.
"Aku di sini," jawabnya. Suaranya terdengar dekat, tapi aku tak bisa
melihatnya. "Max dimana kau? "
Aku bisa mencium nafas baunya, jadi aku tahu ia ada di sana.
41 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dan sekarang aku tak tampak lagi, bersama dengan saudaraku.
"Ya. Ini aneh, oke, "aku setuju. "Kau benar-benar tak dapat
melihatku, Lefty? "
"Ini keren," kata Lefty. Dia meraih lenganku. Aku melompat terkejut.
"Hei!" teriakku.
42 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku memegangnya kembali. Aku menggelitik tulang rusuknya. Dia
mulai tertawa.
"Kita masih punya tubuh kita," kataku. "Kita cuma tak bisa
melihatnya. "
"Ya," kataku. Aku menguap. Aku mulai merasa sedikit aneh. "Kita
bisa pergi memata-matai anak perempuan dan yang lainnya."
"Ingat film lama yang Ibu dan Ayah tonton di TV? "tanyaku padanya.
"Tentang hantu yang terus muncul dan menghilang sepanjang waktu?
"Tapi kita bukan hantu," jawab Lefty dengan suara gemetar. Kupikir
ide semacam itu membuatnya takut.
"Aku juga," kataku. Aku merasa sangat ringan. Agak gugup. Hanya ...
aneh.
"Nah, terakhir kali, aku hanya menarik rantai. Aku mematikan lampu,
dan aku kembali. Hanya itu. "
44 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ya. Oke." Aku mulai merasa seperti pusing. Semacam (jadi)
ringan.Seolah-olah aku bisa melayang pergi atau sesuatu yang lain.
45 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
8
"Aku - aku tak tahu," kataku tergagap. "Ini sebelumnya bekerja. Aku
mematikan lampu dan aku kembali. "
Aku menatap cermin. Tak ada bayangan. Tak ada. Tak ada aku. Tak
ada Lefty. Aku berdiri di sana membeku ketakutan, menatap tempat
bayangan kami seharusnya. Aku senang Lefty tak bisa melihatku
karena aku tak ingin dia melihat bagaimana aku tampak begitu
ketakutan.
"Tetap tenang? Bagaimana? " ratap Lefty. "Bagaimana jika kita tak
pernah bisa kembali? Bagaimana jika tak ada yang bisa melihat kita
lagi? "
46 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tiba-tiba aku merasa begitu sakit. Perutku semacam agak mual.
Sadarlah, aku berkata pada diriku sendiri. kau harus tetap bersama-
sama, Max. Demi Lefty.
Kami bisa melihat satu sama lain. Dan kami bisa melihat bayangan
kami di cermin.
Dan kemudian kami berdua jatuh di lantai, tertawa. Kami sangat lega.
Begitu senang.
"Mengapa butuh waktu begitu lama bagi kita untuk kembali?" tanya
Lefty, berbalik serius, menatap bayangannya.
47 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Mungkin jika kau tetap tak terlihat lebih lama lagi, butuh waktu lebih
untuk bisa kembali, "usulku.
"Pertama kali aku lenyap tak terlihat," kataku padanya, "itu hanya
untuk beberapa detik. Dan aku langsung kembali, karena segera
setelahnya aku mematikan lampu. Tapi malam ini-"
"Kita tetap tak terlihat jauh lebih lama. Jadi butuh waktu lebih lebih
lama untuk bisa kembali. Aku mengerti, "kata Lefty.
48 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Yah, aku yang akan menggunakannya," kataku, berbalik di ambang
pintu untuk melihat ke belakang. "Aku hanya ingin menggunakan
sekali lagi."
®RatuBuku
Zack tak bisa datang hingga hari Sabtu. Segera setelah ia tiba, aku
ingin membawanya ke loteng dan memberinya demonstrasi kekuatan
cermin itu.
Aku menelan supku secepat aku bisa, tak repot-repot mengunyah mie.
Lefty terus memberiku lirikan yang bermakna dari seberang meja.
Aku bisa melihat bahwa dia ingin sekali (melihat) aku menakut-nakuti
Zack.
"Dari mana kau dapatkan potongan rambut itu?" tanya Ibuku pada
Zack. Dia berjalan mengelilingi meja, menatap kepala Zack,
mengerutkan kening. Aku tahu ia membencinya.
49 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Di Quick Cuts," kata Zack padanya setelah menelan mentega kacang
dan selai. "Anda tahu. Di mal. "
Kami semua tertawa. Aku terus melirik ke arah jam. Aku begitu ingin
segera ke lantai atas.
"Bagaimana kalau cokelat dan kue mangkok?" tanya Ibu saat kami
selesai (makan) roti lapis kami.
"Hei - ke mana kalian akan pergi begitu cepat?" kata Ibu, mengikuti
kami ke ruang depan.
50 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Eh ... Ke atas ... ke loteng," kataku.
"Eh ... hanya sekumpulan majalah tua," aku berbohong. "Itu agak
lucu. Aku ingin menunjukkannya pada Zack "
Itu pikiran yang cukup cepat bagiku. Aku biasanya tak sangat cepat
dalam mengarang cerita.
"Kami tak akan," kataku. Aku memimpin Zack menaiki tangga yang
curam.
"Ke arah ini," panggil Lefty penuh semangat, berlari ke ruangan kecil
pada dinding yang jauh itu. Dia begitu bersemangat, ia menjatuhkan
51 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bola kastinya. Bola itu menggelinding di depannya, dan dia
tersandung olehnyadan jatuh menelungkup di lantai dengan suara
gedebuk.
"Aku ingin melakukan itu!" Gurau Lefty, dengan cepat bangkit dan
melompati bola itu, yang telah menggelinding di lantai.
"Jatuh adalah hobinya," kataku. "Dia jatuh sekitar seratus kali sehari."
Nah, sekarang aku tahu sesuatu yang tak diketahuinya. Aku ingin
memperlama saat ini, membuatnya paling akhir.
Tapi pada saat yang sama, aku tak bisa menunggu untuk menonton
pandangan di wajah Zack saat aku menghilang tepat di depan
matanya.
"Ayo kita pergi ke luar," kata Zack tak sabar. "Terlalu panas di sini.
Aku membawa sepeda. Mengapa kita tak bersepeda ke lapangan
bermain di belakang sekolah, melihat siapa di sana? "
Aku tahu dia tak bisa tahan untuk meninggalkan apa pun. Dia tidak
tahan jika ada yang punya rahasia yang tak diketahuinya.
53 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Yah ... baiklah." Aku memberi isyarat pada Zack untuk berdiri di
belakangku.
"Aku bertaruh aku bisa lenyap menjadi udara tipis," kataku pada
Zack.
Lefty tertawa.
"Dua sen," kata Zack. "Apa ini semacam tipuan cermin? "
"Hah?"
54 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku punya peti ajaib di rumah," kata Zack. "Aku bisa
melakukannya. Ribuan trik. Tapi itu mainan anak kecil, "ejeknya.
"Ta-daa!"
55 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia melompat saat mendengar suaraku. Lefty tertawa bahkan lebih
keras.
Aku mengulurkan tangan dan mengambil bola kasti itu dari tangan
Lefty .
56 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hentikan, Max." Dia menggeliat menjauh, tangannya meronta-ronta,
mencoba untuk memukulku. Sekarang dia terlihat sangat ketakutan.
Dia terengah-engah, dan wajahnya merah padam.
Dia melompat dan berputar menjauh. "Seperti apa rasanya? Apa itu
terasa aneh? "
Aku tak menjawabnya. Aku bergerak pelan keluar dari ruangan dan
mengambil sebuah kardus karton di luar pintu. Aku membawanya ke
cermin. Ini tampak hebat. Sebuah karton mengambang dengan
sendirinya.
Aku ingin menyiksa dia lagi, tapi aku bisa melihat dia hampir kalah.
Selain itu, aku mulai merasa aneh lagi. Semacam pusing dan pusing.
Dan lampu terang itu menyakiti mataku, aku mulai buta.
57 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku bersandar pada cermin dan menjulurkan tangan ke rantai. Aku
tiba-tiba merasa sangat lelah, sangat lemah. Butuh semua kekuatanku
untuk melilitkan tanganku di sekitar rantai.
Bagaimana jika kau hanya bisa kembali dua kali? Dan waktu ketiga
kau lenyap tak terlihat,kau terus tak terlihat?
58 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bagaimana jika cermin itu rusak? Bagaimana jika cermin itu terkunci
jauh di ruangan tersembunyi ini karena tak bekerja dengan benar dan
itu membuat orang tetap tak terlihat selamanya?
"Aku tak tahu," kataku, terdengar seperti ketakutan dan kesal seperti
dia.
"Wow!" Seru Zack, dan mulutnya tetap ketat terkejut dan heran.
"Wow."
"Yah ..." Aku tak begitu yakin aku ingin Zack melakukannya. Ini
sepertinya tanggung jawab yang besar. Maksudku, bagaimana jika
ada sesuatu yang salah?
"Aku sangat sibuk menjadi tak terlihat, aku lupa dia ada di sini,"
kataku. Dan kemudian aku memanggil, "Hei, Lefty?"
"Lefty?"
Sunyi.
"Dia sedang berdiri di sini. Di depan cermin, " Zack berkata, tiba-tiba
pucat.
60 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lefty?" Teriakku. "Apakah kau di sini? Bisakah kau mendengarku? "
Diam.
61 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
9
"Aku tak percaya ini," kataku pelan. Kakiku begitu gemetar, aku
terjatuh ke lantai.
62 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kena kau!" Teriaknya, dan terjatuh ke atas kardus, membentur lantai,
tertawa kepalanya tertunduk.
Dia dan aku sama-sama menerkam Lefty pada waktu yang sama. Aku
menarik lengannya ke belakang sampai ia menjerit. Zack
mengacaukan rambutnya ke atas, lalu menggelitiknya.
63 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kalian harus menangkapku dulu!" Teriak Lefty. Dalam sekejap dia
berdiri, dan keluar pintu.
"Ibumu bilang kau ada di sini," jelas Erin, melihat dari Lefty
kepadaku.
"Oh ... hanya nongkrong," kataku, melirik marah pada adikku, yang
balas menjulurkan lidahnya.
64 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Yekh," katanya, meletakkannya. "Ini sudah sangat tua."
65 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ya. Benar, "katanya. "Dan aku akan terbang ke Mars dalam saus
terbang
April tertawa.
"Ini cermin tipuan," kata April padanya. "Itu saja. Cahaya yang di
atasnya begitu terang, itu membuat matamu jadi aneh. "
"Tidak," kataku.
Aku memanggilnya. "Hei, Zack. Erin ingin jadi tak terlihat. Kau pikir
kita harus membiarkannya? "
67 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
10
Lefty tertawa. "Zack tak terlihat," katanya kepada Erin dan April.
Tapi Zack yang tak terlihat menarik bola keluar dari jangkauan Lefty.
Erin dan April berdua menganga di saat bola melayang di udara, mata
mereka melotot, mulut mereka terbuka lebar.
"Ketika kau mengejar Lefty, aku menyalakan lampu dan jadi tak
terlihat. Lalu aku mendengar kau berbicara dengan Erin dan April.
68 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau sudah tak terlihat sepanjang waktu itu?" Tanyaku, merasa benar-
benar gugup dan kesal.
"Di mana dia?" Teriak April. "Ini tak berhasil. Dia tak kembali. "
Kami semua menatap tempat itu yang kami pikir Zack berdiri ke
cermin, lalu kembali lagi.
"Tapi itulah perasaanku," kata Zack sedih. "Seperti aku tak akan
pernah kembali. "
70 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
11
"Lakukan sesuatu!" Pinta Zack masih tak terlihat,. "Max -kau harus
melakukan sesuatu! "
71 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku tak takut," kata Zack, tiba-tiba nada suaranya berubah. "Aku
tahu ada masalah."
Apa kau percaya orang ini? Satu detik (yang lalu) dia merengek dan
meratap, mengemis agar aku melakukan sesuatu. Detik berikutnya,
dia menganggap dirinya yang punya waktu hidupnya. Tuan Percaya
Diri.
"Apa gunanya jadi tak terlihat jika kau tak dapat memata-matai gadis-
gadis? " tanya Zack.
"Yah, aku mulai merasa sedikit aneh di akhir," aku Zack, menggaruk
bagian belakang kepalanya.
"Yah, seperti aku sedang ditarik. Menjauh dari kamar. Menjauh dari
kalian. "
72 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ditarik kemana?" tuntutku.
Dia mengangkat bahu. "Aku tak tahu. Aku hanya tahu satu hal "
Seulas senyum mulai terbentuk di wajahnya, dan mata birunya
tampak menyala.
Uh-oh, pikirku.
"Aku juara baru tak terlihat. Aku tetap tak terlihat lebih lama darimu.
Setidaknya lima menit. Lebih lama dari siapa pun. "
"Aku merasa baik-baik saja!" Kata Zack, dan memukul dadanya de-
ngan kedua tangan seperti gorila untuk membuktikannya. Dia melirik
ke cermin gelap. "Aku siap untuk kembali-bahkan lebih lama."
73 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku ingin jadi tak terlihat, pergi keluar dan bermain tipuan pada
orang-orang, "kata Lefty antusias. "Bisakah aku jadi selanjutnya,
Max? "
"Aku tak takut. Biarkan aku pergi, "pinta Lefty. "Aku bisa
mematahkan rekor Zack. "
74 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku lega Erin begitu ingin melakukannya. Aku benar-benar tak
merasa suka jadi tak terlihat lagi, masih belum. Sejujurnya, aku
merasa sangat berdebar dan gugup.
Aku melihat Erin menatapku. Apa itu rasa kecewa pada wajahnya?
Apa Erin berpikir aku penakut juga?
"Oke," kataku. "Silakan, Erin. Kau pergi. Lalu aku akan pergi.
Kemudian Lefty. Kita semua akan mengalahkan rekor Zack. "
Ini bukan masalah besar, aku berkata pada diriku sendiri. Aku telah
melakukannya tiga kali. Ini sangat menyakitkan. Dan jika kau hanya
tetap tenang dan menunggu dengan sabar, kau datang tepat kembali
ke jalanmu.
"Apakah ada yang punya jam?" Tanya Erin. "Kita perlu mencatat
waktu jadi aku tahu kapan waktunya harus mengalahkan. "
75 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku bisa melihat bahwa Erin serius dalam kompetisi ini.
Lefty tampak sangat bersemangat, juga. Dan tentu saja Zack akan
bersaing dalam apa pun.
Hanya April tak senang tentang semua hal ini. Dia diam-diam
berjalan ke bagian belakang ruangan dan duduk di lantai,
punggungnya bersandar pada dinding, tangannya dilipat pada
lututnya.
"Aku tak merasa berbeda sama sekali," kata Erin. "Cara yang bagus
untuk menurunkan berat badan! "
76 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Rambut Lefty tiba-tiba berdiri tegak di udara. "Hentikan itu, Erin
"teriaknya, memutar jauh dari tangan tak tampaknya.
Lalu kami mendengar langkah kakinya saat dia berjalan keluar dari
ruangan dan masuk ke loteng. Kami melihat jaket tua naik menari
berutar-putar di udara. Setelah jaket itu dijatuhkan kembali ke kardus,
kami melihat sebuah majalah tua terbang dan halaman-halamannya
tampak berbalik dengan cepat.
"Ini sangat menyenangkan!" Kata Erin pada kami. Majalah itu jatuh
kembali ke tumpukan. "Aku tak sabar untuk pergi ke luar seperti ini
dan benar-benar menakut-nakuti orang!"
"Satu menit," Kata April. Dia belum beranjak dari posisi duduknya di
dinding.
77 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Erin terus menikmati dirinya sampai sekitar empat menit telah
berlalu. Lalu tiba-tiba suaranya berubah. Dia mulai terdengar ragu,
takut.
Aku ragu-ragu.
"Ya. Tolong. Aku merasa tak benar." Tiba-tiba suara Erin terdengar
menjauh.
Aku melangkah ke cermin itu dan menarik rantai. Lampu itu mati.
Dia berdiri tepat di sampingku, tapi aku masih tak bisa melihatnya.
Butuh waktu hampir tiga menit bagi for untuk muncul kembali.
78 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Ketika dia berpendar kembali kelihatan, ia menggoyang-goyangkan
dirinya seperti anjing menggoyang-goyangkan air setelah mandi.
"Kau sudah begitu dekat. Tapi kau gagal. Persis seperti seorang
gadis."
"Tapi kau cuma perlu lima belas detik untuk pergi, dan kau kurang
percaya diri, keluar! "kata Zack padanya.
"Aku tak peduli," desak Erin, merengut marah padanya. "Ini benar-
benar bagus. Lain kali aku akan mengalahkan rekormu, Zack. "
"Aku akan menjadi pemenang," kata Lefty. "Aku akan tetap tak
terlihat untuk sepanjang hari. Mungkin dua hari! "
79 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Oke, Zack, ucapkan selamat tinggal untuk rekormu," kataku,
berusaha tenang dan percaya diri.
"Satu hal lagi," kataku pada Zack. "Ketika aku katakan 'siap ', itu
berarti aku ingin kembali. Jadi saat aku mengatakan 'Siap', kau tarik
rantai lampu secepat kau bisa- oke? "
80 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
12
Tidak. Itu bukan teori yang baik. Jika molekulmu pecah, kau pasti
merasakannya. Dan kau tak akan
Misteri!
Kurasa aku tak akan bisa mengetahuinya, tak akan pernah tahu
jawabannya. Aku memutar mataku menjauh dari lampu itu. Lampu itu
mulai menyakiti mataku. Aku memejamkan mata, tapi cahaya terang
82 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
yang menyilaukan tetap bersamaku. Dua lingkaran putih yang
menolak untuk meredup.
83 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kelihataannya perlu waktu berjam-jam bagi Zack untuk menjawab.
"Okay."
Begitu jauh.
84 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku merasa jadi seringan bulu.
Dan lalu aku melihat wajah Zack penuh dengan rasa ngeri.
"Max, rantainya-" dia tergagap. "Ini putus. Aku tak bisa mematikan
lampu!"
85 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
13
Di suatu tempat berjarak jauh, April menjerit. Aku tak bisa mengerti
kata-katanya.
Itu Erin. Dia menyeret sebuah kotak kardus besar melewati lantai.
Suara gesekan yang dibuatnya tampak begitu jauh.
Dan saat aku melayang, cahaya lampu kuning itu menyebar padaku.
Menutupiku. Menarikku. Dan lalu dengan mengejutkan tiba-tiba itu
menghilang. Dan semua jadi gelap.
87 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau mengalahkan rekorku!" Erang Zack, beralih ke tempatdi mana
ia pikir aku sedang berdiri. "Aku tak percaya! Hampir enam menit! "
"Aku akan lebih lama dari itu," kata Lefty, mendorong melewati Zack
dan melangkah ke cermin.
Lututku lemas dan aku hampir jatuh ke lantai. Tapi aku meraih
cermin itu dan menahan diriku berdiri. Beberapadetik kemudian,
kakiku terasa kuat lagi. Aku mengambil beberapa langkah dan
mengembalikan keseimbangan.
88 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Bagaimana jika rantainya benar-benar putus dan lampunya tetap
menyala? Lalu apa? "
"Itu tak akan terjadi," kata Zack padanya. Dia menarik seutas tali
dari sakunya. "Sini. Aku akan mengikatnya erat-erat pada rantai. "
"Tak masalah."
"Siapa salah satu dari kita yang akan jadi yang pertama tak kelihatan
dan lalu pergi ke luar? "tanya Erin.
Aku tertawa. Itu adalah ide yang lucu. Kami berempat bisa pergi
berkeliling, benar-benar tak terlihat, melakukan apa pun yang kami
inginkan. Kita bisa menghancurkan seluruh sekolah dalam sepuluh
menit! Semua orang akan menjerit dan berjalan keluar pintu. Bodoh
sekali!
90 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
14
"Baik, Bu. Kami akan segera turun "teriakku cepat-cepat. Aku tak
ingin dia muncul.
"Tapi itu tak adil!" Rengek Lefty. "Aku tak mendapatkan giliranku. "
Dia melangkah kembali ke cermin dengan marah meraih tali itu lagi.
"Turunkan," kataku tegas. "Kita harus pergi bawah. Cepat. Kita tak
ingin Ibu atau Ayah datang ke sini dan melihat cermin ini, iya kan? "
"Oke, oke," gerutu Lefty. "Tapi lain kali, aku jadi yang pertama. "
91 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Semua orang, berhentilah bicara tentang itu," aku memperingatkan
saat kami semua berjalan menuruni tangga. "Bicarakan sesuatu yang
lain. Kita tak ingin mereka mendengar apa pun. "
"Bisakah kami besok datang lagi?" Tanya Erin. "Kita bisa mulai
kontes lagi."
"Tak ada sekolah pada hari Rabu," kata Zack. "Kupikir ada rapat
guru. Mungkin kita semua bisa datang di hari Rabu."
"Mungkin," kataku.
Kakek dan Nenek suka makan segera. Jika makan malam mereka
terlambat satu menit saja, itu akan membuat mereka benar-benar
rewel di sisa hari itu.
92 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku mengantar teman-temanku dengan cepat, mengingatkan mereka
untuk tak memberitahu siapa pun tentang apa yang kami lakukan.
Zack bertanya lagi apa jadi hari Rabu, dan sekali lagi kukatakan
kepadanya bahwa aku tak yakin.
Tapi itu juga membuatku gugup. Aku tak yakin aku ingin segera
melakukannya lagi.
Dia tak bisa menunggu untuk jadi tak terlihat lagi dan mengalahkan
rekorku. Dia tak bisa tahan bahwa ia bukan si juara itu.
Grammy dan Poppy adalah nama yang kuberikan pada mereka saat
aku masih kecil. Ini benar-benar memalukan untuk memanggil
mereka (dengan nama itu) sekarang, tapi aku masih melakukannya.
Aku tak punya pilihan. Mereka bahkan memanggil satu sama lain
Grammy dan Poppy! Mereka tampak sama, hampir seperti adik
kakak. Kurasa itulah yang terjadi saat kau sudah menikah selama
seratus tahun. Mereka berdua punya wajah panjang yang kurus dan
93 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
rambut putih pendek. Mereka berdua memakai kacamata tebal
dengan bingkai kawat perak. Mereka berdua benar-benar kurus. Dan
mereka berdua punya mata dan ekspresi yang menyedihkan.
Aku tak merasa senang duduk makan malam di sana dan membuat
pembicaraan kecil dengan mereka hari ini. Aku masih benar-benar
bergairah tentang apa yang kami lakukan sepanjang sore.
Aku ingin sendirian dan berpikir tentang hal itu. Kau tahu. Mencoba
untuk mengingat kembali hal itu, mengingat kembali bagaimana
rasanya.
Ayah bilang aku memiliki pikiran yang sangat ilmiah. Kukira dia
benar. Aku berjalan ke tempatku di meja.
"Kita punya beberapa sup dingin lezat di musim panas lalu," kata
Poppy. Dia menyukai menentang Grammy dan memulai pertengkaran
dengannya. "Sup stroberi, ingat? Kau tak mau itu panas, iya kan? "
bahkan bukan sup. Itu semacam susu kental yang mewah. "
"Tidak, itu tidak," desak Poppy. "Itu benar-benar sup dingin. "
"Bak mie ayam," jawab Ibu dengan cepat. "Apa tak mengenalinya? "
"Poppy dan aku punya sup beberapa minggu lalu yang tak bisa kami
kenali, "kata nenekku, menggelengkan kepalanya. "Aku harus
bertanya pada pelayan apa itu. Itu sama sekali tak tampak seperti apa
yang kami pesan. Semacam sup kentang bawang prei, bukan begitu,
Poppy? "
"Jangan berteriak di meja," omel Ibu. "Bangunlah dan carilah dia. "
"Apa ada lagi sup?" Tanya Poppy. "Aku benar-benar tak dapat
cukup."
Adik bodohku membuat dirinya tak terlihat, dan sekarang dia berpikir
dia sedang melucu, mencoba menakut-nakuti semua orang di meja.
Mangkuk sup itu melayang di atas tempat Lefty. Aku berdiri dan
menyergapnya dan menariknya ke bawah secepat yang aku bisa.
96 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Keluar!" Aku berbisik keras pada Lefty.
"Aku bilang aku akan keluar dan pergi mencari Lefty," kataku
padanya, berpikir cepat.
Aku berdiri saat adik bodohku yang tak terlihat mengangkat gelas
airnya. Gelas itu melayang di atas meja.
Aku terkesiap dan meraihnya. Tapi aku menyambar terlalu keras. Aku
menarik gelas itu, dan airnya tumpah semua ke atas meja.
Dia melihat apa yang baru saja terjadi, dan dia tahu.
97 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
15
Aku begitu lega. Ayah tak menyadari apa yang benar-benar terjadi,
setelah itu semua. Dia pikir aku hanya main-main.
"Apa ada sup kedua?" Aku mendengar Poppy bertanya lagi saat aku
dengan bersyukur menjauh dari meja dan bergegas keluar dari ruang
makan.
Aku tak bisa melihatnya, tentu saja, tapi dia tepat di sampingku.
98 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apa itu gagasan besar?" Tuntutku marah. Aku tak marah. Aku sangat
marah. "Apa kau mencoba untuk memenangkan kejuaraan itu? "
Aku benar-benar tak bisa percaya Lefty. Dia biasanya anak yang
cukup egois. Tapi tak seegois ini!
"Kau tak sadar masalah yang bisa buat bagi kita?" teriakku.
Ayah menatapku di tangga. "Apa sih yang begitu menarik di sini? "
100 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lefty muncul di belakangku, tampak seperti dirinya yang dulu. Ayah
menghilang kembali ke ruang makan. Lefty dan aku mulai menuruni
tangga.
"Oke, oke," katanya, berusaha meronta menjauh. "Aku janji. " Aku
melihat ke bawah. Dia menyilangkan jarinya di kedua tangan.
®RatuBuku
101 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Erin meneleponku malam itu. Saat itu sekitar jam sebelas. Aku
dengan piyamaku, membaca buku di tempat tidur, berpikir untuk
pergi ke bawah dan meminta pada orang tuaku agar membiarkan aku
tetap terjaga dan menonton (acara) Sabtu Malam Liveu.
"Ya. Jadi? "Aku masih tak bisa mengikutinya. Kurasa aku lebih
mengantuk dari yang kupikir. Ini adalah hari yang mencemaskan,
melelahkan, setelah semuanya.
"Nah, bagaimana kalau kau bawa cermin itu ke sekolah?" tanya Erin
bersemangat. "Kau tahu. Aku akan membuatmu jadi tak terlihat. Lalu
aku akan mengembalikanmu, dan aku akan jadi tak terlihat. Itu bisa
jadi proyek kita. "
"Erin, aku tak begitu yakin tentang hal ini," kataku pelan, berpikir
keras.
"Tapi mereka akan mengambil cermin itu," jelasku. "Ini adalah hal
yang menakjubkan, Erin. Maksudku, apa itu sihir? Apa elektronik?
Apa penemuan seseorang? Apa pun itu, itu luar biasa! Dan mereka
tak akan membiarkan anak-anak menyimpannya."
103 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ya. Menakutkan, "kataku. "Jadi aku tak tahu. Aku telah berpikir
tentang hal ini. Banyak. Sementara ini, itu biar jadi rahasia kita."
"Ya, aku kira," katanya ragu. "Tapi pikirkan tentang pekan raya ilmu
pengetahuan, Max. Kita bisa memenangkan hadiah. Kita benar-benar
bisa menang."
"Hah?"
"Aku meyakinkannya. Aku bilang padanya tak sakit atau apa pun.
Jadi ia ingin mencobanya pada hari Rabu. Kita akan untuk
melakukannya pada hari Rabu, bukan begitu, Max? "
Aku tak bisa tidur malam itu. Aku mencoba tidur di satu sisi,
kemudian sisi yang lain. Aku mencoba menghitung domba.
104 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Semuanya.
Aku tahu aku mengantuk. Tapi hatiku berpacu. Aku hanya tak bisa
merasa nyaman. Aku menatap langit-langit, berpikir tentang cermin di
ruangan kecil itu di atasku.
Saat itu hampir pukul tiga pagi saat aku bergerak pelan-pelan
bertelanjang kaki keluar dari kamarku, terjaga, dan naik menuju ke
loteng. Seperti sebelumnya, aku bersandar pada pegangan tangga.
Aku naik, berusaha untuk menjaga tangga kayu dari musik deritan
dan erangannya.
Begitu aku bisa berjalan lagi, aku berjalan ke dalam ruangan kecil.
Aku menarik kardus di depan cermin dan duduk di atasnya.
Aku kembali ke depan dan menatap pada lampu itu. Ini tampak
seperti sebuah lampu biasa. Sama sekali tak ada yang khusus tentang
hal itu. Bohlamnya bentuknya aneh, panjang dan sangat tipis. Tapi itu
tampak seperti bola lampu biasa.
106 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku tak tahu berapa lama aku duduk di sana, masih seperti patung,
melihat bayanganku sendiri tak bergerak. Ini mungkin telah semenit
atau menit. Atau mungkin telah setengah jam.
"Maaaaaaaax.??
"Maaaaaaaaax.??
Pada awalnya, kupikir itu ada dalam kepalaku sendiri. Begitu samar.
Begitu pelan. Namun begitu dekat. Aku menahan napas,
mendengarkan baik-baik.
Sekarang sunyi.
Jadi itu dalam kepalaku, aku berkata pada diriku sendiri. Aku
membayangkan hal itu.
"Maaaaax.??
107 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bisikan itu lagi. Sekali ini lebih keras. Menyedihkan, entah
bagaimana. Mirip permohonan. Suatu panggilan minta tolong. Dari
jauh, jauh.
"Maaaaaaaax.??
"Maaaaax.??
108 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
16
"Whitey!" Jeritku.
109 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
penuh semangat. Ekornya bergoyang-goyang seperti gila. "Whitey,
apa yang membuatmu masih bangun?" Tanyaku, memeluknya. "Apa
kau juga mendengar suara-suara?"
®RatuBuku
Ketika aku terbangun, langit pagi hari di jendela luar kamarku masih
abu-abu. Jendela terbuka sedikit, dan tirai yang bergoyang-goyang
oleh angin yang kuat.
Aku duduk dengan cepat, langsung waspada. Aku harus berhenti naik
ke loteng, pikirku.
110 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku berdiri dan meregangkan tubuh. Aku harus berhenti. Dan aku
harus membuat orang lain untuk berhenti.
"Max!"
Satu kaos Gap merah bangkit dari rak atas dan mulai mengapung di
seberang ruangan.
111 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lefty, kau konyol!" Teriakku marah. Aku memukul kaos itu, tapi itu
menari-nari di luar jangkauanku. "Kau berjanji tak akan melakukan
ini lagi! "
112 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tak ada jawaban.
Aku tahu itu yang ingin dia dengar. Setelah aku mengakui bahwa ia
membuatku, aku yakin dia akan tertawa dan pergi melakukan seperti
yang kukatakan.
113 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
17
"Lefty?"
114 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hai, Max. Aku di sini "datang. Suara adikku tepat di sampingku.
"Apa yang terjadi?" Tanyaku, memeriksa dia keluar, melihat dia naik
turun seperti jika aku tak melihatnya dalam sebulan. "Kau melucu di
dalam kamarku. Lalu kau lenyap. "
115 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Menjauhlah dari cermin itu," kataku tegas. "Apakah kau
mendengarku? "
"Lefty, apa yang kau lakukan pada rambutmu?" Aku mendengar Ibu
menanyai adikku. "Apa kau menyisirnya dengan gaya berbeda atau
semacamnya?"
Sesuatu yang aneh jelas (terjadi) pada Lefty. Ibu telah melihatnya
juga. Tapi aku tak bisa mencari tahu apa itu. Saat aku mengambil
celana jeansku dari lantai dan memakainya, aku mulai merasa sedikit
lebih baik. Aku telah begitu ketakutan, takut bahwa sesuatu yang
116 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mengerikan telah terjadi pada adikku. Takut dia menghilang, dan aku
tak melihatnya lagi.
Tiba-tiba aku berpikir tentang Erin, April, dan Zack. Mereka begitu
bersemangat pada Rabu. Tentang kompetisi itu. Bahkan April akan
jadi tak terlihat saat itu.
Yang tak kutahu bahwa saat yang paling menakutkan masih akan
datang.
117 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
18
Bayangkan betapa terkejutnya aku saat Zack, Erin, dan April muncul
di depan pintuku di hari Rabu pagi.
"Tapi Lefty bahkan tak di sini pagi ini," kataku pada mereka saat
mereka berjalan ke dalam rumah. "Dia di taman bermain kasti dengan
teman-temannya. "
"Tidak, tak apa-apa," kata Ibu pada mereka. "Max mengeluh tentang
betapa akan membosankannya membantuku. Ada baiknya kalian
bertiga muncul. " Dia menghilang kembali ke dapur. Segera setelah ia
pergi, ketiga temanku praktis menerkamku.
"Aku bisa jadi yang pertama karena aku tak pernah," kata April.
Aku mencoba untuk berdebat dengan mereka, tapi aku kalah jumlah
dan kalah suara. "Oke, oke," Dengan enggan aku setuju. Aku mulai
mengikuti mereka menaiki tangga ketika aku mendengar suara
menggaruk di pintu.
119 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Saat aku tiba di sana, April sudah berdiri di depan cermin, dan Zack
berdiri di sampingnya, siap untuk menyalakan lampu. "Wah!" Kataku.
"Ayolah, Max. Tak ada kuliah hari ini, oke? Kami tahu kau gugup
karena kau akan kalah. Tapi itu bukan alasan-"
"Aku tak ingin bersaing," kata April gugup. "Aku hanya ingin melihat
bagaimana rasanya menjadi tak terlihat. Cukup untuk satu menit. Lalu
aku ingin kembali. "
"Aku benar-benar tak berpikir itu ide yang bagus," kataku, menatap
bayanganku di cermin. "Kita seharusnya cukup jadi tak terlihat dalam
waktu singkat. Ini terlalu berbahaya untuk-"
120 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku cuma punya perasaan yang benar-benar buruk," aku mengaku.
Rambutku telah berdiri di belakang. Aku melangkah mendekat ke
cermin untuk melihat lebih baik, dan merapikannya ke bawah dengan
tanganku.
"Kupikir kita semua harus jadi tak terlihat pada saat yang sama,"
"Pertama kita berkompetisi," kata Erin dan Zack. "Lalu kita pergi
keluar dan menakut-nakuti orang. "
Zack menggapai tali itu lagi. "Siap? Pada hitungan ketiga, "katanya.
121 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Whitey, apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku.
"Ketika aku mengatakan 'siap', bawa aku kembali. Oke? " pinta April
bertanya, berdiri kaku, menatap lurus ke depan ke dalam cermin. "Tak
ada lelucon apa pun, Zack."
"Tak ada lelucon," jawab Zack serius. "Begitu kau ingin kembali, aku
akan mematikan lampu. "
Lampu menyala.
122 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
19
"Hei - aku lenyap! Aku tak terlihat! " seru April di sama waktu.
"Aku tak mengerti apa yang begitu menarik di atas sana di loteng tua
berdebu, "serunya.
123 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku menyilangkan jariku, berharap dia tak datang ke atas untuk
mencari tahu.
"Itu tak adil," keluh April setelah Ibu dan Whitey pergi. "Aku tak
dapat banyak waktu."
"Kupikir kita harus keluar dari sini," pintaku. "Kalian lihat bagaimana
tak terduganya cermin itu. Kalian tak akan pernah tahu apa yang akan
terjadi. "
124 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
April telah melanjutkan posisinya, duduk di lantai dengan bersandar
di dinding, mengamati jamnya.
"Aku tahu," jawabnya dengan tak sabar. "Tapi aku tak akan siap
untuk kembali sampai aku memecahkan rekor itu."
Aku tak ingin memberinya kesempatan lain pada dirinya untuk terlalu
dekat dengan cermin. Jadi aku mencengkeram ban lehernya
membimbingnya ke tangga. Lalu perlu waktu bagi anjing bodoh itu
untuk mendapatkan ide bahwa ia seharusnya turun tangga!
Ketika aku kembali ke ruangan kecil itu, April baru saja berseru
empat menit. Zack mondar-mandir tak sabar bolak-balik di depan
cermin. Kukira dia tak sabar menunggu gilirannya.
Aku menemukan diriku berpikir tentang Lefty. Lefty tahu aku telah
menelepon semua orang dan membatalkan kompetisi. Jadi kenapa dia
memanggil Zack, Erin, dan April dan mengatakan pada mereka itu
kembali? Hanya satu dari lelucon praktisnya, aku memutuskan.
127 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Delapan menit," kata April, tegang.
"Cukup bagus," kata Zack pada Erin. "Tentu kau tak ingin berhenti
sekarang? Tak ada cara bagimu untuk bisa menang. Mengapa tak
menghemat waktu semua orang waktu? "
128 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
20
Ketika dia tak menjawab, aku berlari ke arah tali. Persis saat aku
menyambarnya, aku mendengar langkah kaki di luar ruangan.
Beberapa detik kemudian, kaleng Coke datang mengambang melalui
pintu.
"Itu tak lucu, Erin," kata Zack tegas. Untuk pertama kalinya dia setuju
denganku. "Kau benar-benar menakut-nakuti kami."
Kami melihat Coke itu mulai mengalir. Cairan itu tiba-tiba raib saat
mengalir ke dalam mulut Erin.
"Melihatku?"
Erin mengalahkan rekor Lefty dan terus berjalan. Ketika April berkata
dua belas menit, Zack bertanya pada Erin apa dia ingin kembali.
Lampu itu mati. Kami bertiga menunggu Erin kembali dengan tegang.
130 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Juara baru" dia mengumumkan, mengangkat tinjunya sebagai isyarat
kemenangan.
Dia mengangguk.
Dia tampak sangat baik-baik saja. Tak tampak pucat, sakit atau apa
pun. Tapi ada sesuatu yang berbeda. Senyumnya?
Rambutnya?
Sesuatu.
Tapi apa?
131 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku menarik tali. Zack menghilang dalam kilatan terang lampu.
Saat aku menatapnya, aku mencoba untuk mencari tahu apa yang
berbeda dari penampilannya. Misteri apa ini! Aku tak bisa
memastikan itu.
"Nah, kenapa kau tak menjawab saat aku memanggilmu? " Tuntutku.
132 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku sungguh-sungguh bermaksud untuk itu. Jangan matikan lampu
sampai lima belas menit, "ia mengingatkanku.
"Hei, ikuti aku. Aku punya ide, "kata Zack. Suaranya itu berasal dari
ambang pintu.
133 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Erin, April, dan aku bersembunyi di balik pagar yang memisahkan
kedua taman kami. Seperti biasa, Pak Evander keluar dalam kebun
tomatnya, membungkuk, mencabuti rumput-rumputnya, perut
besarnya tergantung di bawah kaosnya, kepala botak merahnya
mengkilap di bawah matahari.
Dan lalu aku melihat tiga tomat itu melayang dari tanah. Tomat-tomat
itu melayang-layang di udara, kemudian melayang mendekati Pak
Evander.
Zack yang tak terlihat bermain sulap dengannya. Pamer, seperti biasa.
Dia selalu membual tentang bagaimana dia bisa sulap, dan kami tak
bisa.
134 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dan lalu ia hanya menatap tomat-tomat itu berputar, sepertinya ia
membeku.
April dan Erin menutup mulut mereka dengan tahan untuk menahan
tawa. Mereka pikir aksi Zack benar-benar keren. Tapi aku hanya ingin
mengembalikan Zack ke loteng.
135 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tomat-tomat itu?" Evanderasked Mrs, menunjuk ke tiga tomat di
tanah.
"Mike, sudah berapa lama kau telah keluar di bawah sinar matahari?"
omel istrinya. "Bukankah aku memberitahumu untuk memakai topi?"
"Eh ... Aku akan berada di dalam beberapa menit lagi," kata Pak
Evander pelan, menatap tomat-tomat itu.
Begitu Pak Evander berbalik dan kembali ke rumah, ketiga tomat itu
melayang dari tanah dan mulai berputar-putar lagi di udara.
136 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Erin dan April roboh tertawa liar. Aku harus akui itu cukup lucu.
Kami tertawa tentang hal itu untuk sementara. Lalu kami menyelinap
kembali ke rumah dan naik ke loteng.
Dalam ruangan kecil yang aman itu, kami tertawa lebih lanjut tentang
aksi sulap Zack. Zack membual bahwa dia adalah pemain sulap
pertama di dunia yang tak terlihat.
Lalu, saat dua belas menit, Zack tiba-tiba berhenti menjawab kami.
Sunyi.
137 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Beri dia lima belas menit," desak Erin.
"Tidak," kataku.
Zack juga tampak berbeda bagiku. Ada sesuatu yang sangat berbeda
tentang dia. Tapi apa?
138 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hah? Apa yang kamu bicarakan? Apa kau panik atau yang lainnya?"
tanya Zack, memutar matanya.
"Kau kacau, Max," katanya, sambil nyengir pada Erin dan April.
"Rambutku itu selalu sama. Kau sudah menatap ke dalam cermin itu
terlalu lama. "
"Jangan pengecut, Max. Kau bisa mengalahkan Zack. Aku tahu kau
bisa, "kata Erin.
139 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku mencoba untuk mundur. Tapi mereka praktis menahanku di
tempat.
"Tidak. Tolonglah-"kataku.
Tapi Zack dengan tangannya yang bebas meraih dan menarik tali.
140 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
21
"Erin, apa masalahmu?" Bentakku. Ini tak seperti dirinya begitu sinis.
Sesuatu yang berbeda. Aku tahu itu. Tapi aku tak bisa mencari tahu
apa. Mungkin hanya kegugupanku, aku berkata pada diriku sendiri.
141 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku hanya begitu stres. Mungkin ini mempengaruhi caraku melihat
teman-temanku. Mungkin aku yang membuat semua hal ini.
"Tidak. Aku tak berpikir begitu, "kataku. "Maksudku, aku tak bisa
memikirkan apapun yang ingin kulakukan. Aku cuma akan menunggu
sampai waktunya habis."
Aku menggeleng. Lalu aku ingat bahwa tak ada satu bisa melihatnya.
"Tidak. Aku mungkin juga pergi jauh, "aku mengatakan kepadanya.
"Karena aku di sini, aku mungkin juga membuatmu terlihat buruk,
Zack. "
Dia tertawa mengejek. "Kau tak akan mengalahkan tiga belas menit
dua puluh detik," katanya yakin. "Tak mungkin."
"Yah, kau tahu apa?" Kataku, marah karena nada suara sombongnya.
"Aku hanya akan berdiri di sini sampai aku selesai."
142 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku baik-baik saja sampai beberapa saat setelah dia berseru sebelas
menit. Lalu, tiba-tiba, cahaya menyilaukan dari lampu mulai
menyakiti mataku. Aku memejamkan mata, tapi tak membantu.
Lampu itu semakin terang, lebih tajam. Tampaknya akan melanda di
sekitarku, mengelilingiku, membungkusku.
Dan lalu aku mulai merasa pusing dan bercahaya. Seolah-olah aku
mulai melayang pergi, bahkan meskipun aku tahu bahwa aku berdiri
di tempat.
143 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku sekarang membawamu kembali, Max. Tunggu, "aku mendengar
ucapan Zack.
Aku tahu bahwa dalam satu detik, lampu akan mati. Dan aku akan
aman.
Dan kemudian aku mendengar suara lain di dalam ruangan. Satu suara
baru. Satu suara terkejut.
"Hai. Apa yang terjadi di sini? Apa yang kalian- anak-anak lakukan? "
144 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
22
Suaranya terdengar seolah-olah itu datang dari bawah air, jauh, jauh.
"Aku tak percaya kami tak pernah tahu tentang ruangan ini. Dari
manakah cermin tua ini? "Aku mendengarnya bertanya.
145 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Mereka begitu dekat dan begitu jauh pada saat yang sama.
Kakiku di lantai. Aku tak bisa melihat mereka dalam cahaya silau
yang membutakan.
Aku bisa merasakan lampu itu menarikku lebih dekat. Lebih dekat.
Dan saat aku melayang lebih dalam, lebih dalam, warna abu-abu dan
hitam memudar juga. Dunia itu putih sekarang. Putih murni semua di
sekitarnya. Bayangan putih berkurang sepanjang yang bisa kulihat.
147 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
23
Satu jeritan ngeri keluar dari bibirku. Aku mencoba untuk membentuk
kata-kata, tapi otakku sepertinya lumpuh.
"Kau!" Teriakku.
"Tidak!"
"Tidak!" ulangku.
148 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku tahu aku harus menjauh.
"Tidak!"
Aku tersentak saat kupikir aku mengenali dua dari wajah yang
mengambang, mulut-mulut mereka bekerja keras, alis-alis mata
mereka naik dengan liar ke atas dan ke bawah.
Tidak.
149 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku menatap tajam mereka. Mengapa mereka berbicara dengan
panik? Apa yang mereka coba untuk memberitahuku,
Dan kemudian aku merasa diriku berputar. Aku menatap pada mata
bayanganku saat ia mencengkeram bahuku dan menahanku di tempat.
150 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tidak!" Jeritku, dan teriakanku tampak bergema melalui es dingin itu
bermil-mil.
Sekarang aku mengerti tentang Erin dan Zack. Sekarang aku mengerti
mengapa mereka tampak berbeda bagiku.
151 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Menatap pada diriku sendiri, aku memutuskan untuk berdalih, untuk
mengajukan pertanyaan, untuk memberi diriku sedikit waktu untuk
berpikir.
"Tapi bagaimana-"
152 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
24
Dia dibelakangku
Dan aku tahu bahwa jika dia menangkapku, aku akan hilang. Hilang
di dalam dunia kosong ini, tak bisa melihat, mendengar, membau,
menyentuh apa pun, hilang selamanya di kaca dingin itu.
153 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Wajah-wajah diam terayun-ayun lainnya.
154 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apa kau membuat pertukaran?" Tanya Zack penuh semangat,
matanya bersinar gembira.
"Apakah kau salah satu dari kami?" Tanya Erin pada waktu yang
sama.
155 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
25
Lampu menyala.
"Aku tak mengerti ini," April memprotes kembali di pintu. "Apa ada
yang bisa mengatakan padaku apa yang terjadi?"
156 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hanya beberapa menit lagi," kata bayanganku dengan tenang, siap
merayakan kemenangannya. Kebebasannya.
Bayanganku.
Mendengar dentaman itu dan melihat kaca itu pecah dan hancur.
157 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku muncul kembali dalam pandangan saat bayangan Erin dan Zack
melayang dari lantai. Mereka terhisap ke dalam cermin rusak itu
menjerit-jerit sepanjang jalan- tersedot ke dalamnya seolah-olah
penyedot debu yang kuat menarik mereka masuk.
Dan kemudian Erin dan Zack jatuh berlutut ke lantai, tampak linglung
dan bingung, menatap potongan-potongan kaca yang hancur
berserakan di sekitar mereka.
"Ya. Ini aku, "kata Zack, berdiri goyah , kemudian berbalik untuk
membantu Erin.
158 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Erin dan Zack kembali. Dan mereka baik-baik saja.
Kami menjelaskan segalanya pada April dan Lefty sebaik kami bisa.
Erin dan Zack -Erin dan Zack yang asli-membantuku menyapu kaca
yang pecah. Kemudian kami menutup pintu ruangan kecil itu. Aku
menguncinya erat-erat, dan kami membawa semua kardus dan
menumpuknya menghalangi dari pintu.
tak terlihat, cermin itu atau apa yang terjadi di ruangan kecil itu. Lalu
Erin dan Zack pulang.
159 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi kemudian aku berubah pikiran. "Mungkin itu akan mengalihkan
pikiranku dari apa yang terjadi pagi ini," kataku.
Sampai ...
"Inilah bola cepatku datang," katanya. Dia melempar bola itu padaku.
END
160 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m