Anda di halaman 1dari 2

Nama : Jiro Victoria

Nim : Po.62.20.1.18.097

Prodi : DIII Keperawatan

Kelas : Reg XXIC

M.K. : Komunikasi Keperawatan

Tiga calon gubernur yang bersaing pada Pilkada DKI Jakarta 2017 memiliki gaya berkomunikasi
yang berbeda-beda. Dengan gaya masing-masing, mereka mencoba meraih dukungan dari warga
Jakarta. Cagub dengan nomor pemilihan 1 adalah Agus Harimurti Yudhoyono, yang sebelumnya
berkarier di TNI. Adapun cagub dengan nomor pemilihan 2 adalah Basuki Tjahaja Purnama atau
Ahok, dan Anies Baswedan, mantan menteri yang menjadi cagub dengan nomor pemilihan 3.

Personal branding Agus


Agus Yudhoyono sebagai cagub yang paling harus beradaptasi dibanding dua cagub lainnya.
Pasalnya, selama ini Agus berada di dunia militer yang membuat dia jarang berbicara di depan
publik. "Tantangannya lebih besar buat Agus, bagaimana dia bisa mentransformasikan dirinya
dari orang belakang layar menjadi orang di depan” Agus justru kuat pada komunikasi non-
verbal. Dia memiliki pendekatan sebagai cagub yang masih muda. Sebut saja aksinya ketika
lompat dari atas panggung ke arah para pendukungnya atau gaya pakaian "tacticool" hal yang
ingin dibangun Agus kepada masyarakat, bukan program, melainkan personal branding Agus
bicaranya ya itu, personal branding dirinya. Dia sadar sebagai orang muda, dia bisa jalankan
marketing gimmick.

Spontannya Ahok
Menilai gaya komunikasi Ahok paling unik dibandingkan para pesaingnya. Sebab, Ahok
menggunakan pola komunikasi low context yang cenderung spontan. "Menggunakan terminologi
orang awam, bukan bahasa elitis yang cenderung normative Ahok tidak menggunakan bahasa
yang rumit untuk memaparkan semua itu. Orang pun bisa jadi menggandrungi Ahok karena gaya
bicaranya dianggap sebagai antitesis politisi pada umumnya yang cenderung berbahasa elitis dan
normatif. "Tetapi, ada kelemahan, sisi blundernya juga lebih besar karena spontan dan
menggunakan bahasa yang tidak dibungkus dengan normative”.
Anies "motivator" di bidang politik
Jika Ahok berbahasa low context, Anies Baswedan sebaliknya. Anies cenderung menggunakan
pola komunikasi high context dan ia nilai seperti motivator di bidang politik. "Dia bicara dengan
bahasa yang dibungkus sangat indah”. Ditambah latar belakang di pendidikan membuat dia bisa
merangkai kalimat yang memotivasi dan menginspirasi, sayang nya tidak banyak masyarakat
kecil memahami gaya komunikasi high context ini. Terlebih lagi, jika dikemas dengan bahasa-
bahasa yang tidak membumi, ini menjadi salah satu kelemahan Anies Pekerjaan rumah untuk
Anies adalah bagaimana Anies bisa membumikan diri sebagai seorang eksekutor yang mampu
menjalankan program-program, bukan sekadar menginspirasi orang dengan kata-kata. "Sebagai
pemimpin yang bisa mengeksekusi bukan sekadar menginspirasi".

Anda mungkin juga menyukai