Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MAKALAH
Disusun oleh :
SEMARANG
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perbedaan dalam berpendapat bukanlah hal yang asing lagi, hal
tersebut disebabkan oleh pemikiran setiap orang yang berbeda-beda, oleh
karena itulah timbul pendapat yang bermacam-macam. Perbedaan pendapat
dalam masalah agamapun adalah suatu kenyataan yang tak terbantahkan.
Perbedaan tersebut sudah menjadi sunnatullah.
Awal mula munculnya perbedaan pola pikir dikalangan umat islam
adalah pasca kematian Rasulullah, yakni mengenai perbedaan konsep tentang
sosok pemimpin (khalifah) yang paling tepat menggatikan Rasulullah.
Berawal dari satu permasalahan, kemudian berkembang semakin luas menjadi
perbedaan teologi dimana antara satu aliran pemikiran saling mengklaim
sebagai pihak yang paling benar sehingga berpotensi melahirkan perpecahan
dikalangan umat islam.
Perbedaan dalam bidang teologi Islam memunculkan dua sekte besar
yaitu Sunni (Ahlusunnah) dan Syiah yang hingga saat ini tak pernah surut dari
pembahasan dalam kehidupan keberagamaan dan diskurkus studi keislaman.
Perbedaan mendasar antara Sunni dan Syiah terkait konsep relativisme dalam
memahami ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis. Perdebatan tentang Sunni dan
Syiah yang tak henti bahkan MUI sendiri mengeluarkan fatwa tentang
kesesatan Syiah. 1 Lantas apa yang melatar belakangi kesesatan syiah itu
sendiri, terkadang ketidak tahuan atau ketidak fahaman yang akhirnya
membuat kita mengambil kesimpulan secara sepihak. Oleh karena itu makalah
1
Oki Setiana Dewi, Syiah: Dari Kemunculan Hingga Perkembangan di Indonesia, (Vol. 12,
No. 2, Tahun. 2016) hal 218.
2
ini dibuat untuk mengenal Syiah lebih jauh, agar dapat memperkaya wawasn
kita sebagai seorang muslim tentang keberagamaan madzhab teologis di
dalam islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Syiah?
2. Bagaimana sejarah munculnya Syiah?
3. Bagaimana pokok-pokok ajaran Syiah?
4. Bagaimana sekte-sekte perkembangan Syiah?
5. Bagaimana perkembangan Syiah di Indonesia?
C. Tujuan
Dari uraian rumusan masalah terdapat tujuan yang harus dicapai diantaranya:
1. Mengetahui pengertian Syiah.
2. Mengetahui sejarah munculnya Syiah.
3. Mengetahui pokok-pokok ajaran Syiah.
4. Mengetahui sekte-sekte perkembangan Syiah.
5. Mengetahui perkembangan Syiah di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syiah
Syi’ah adalah salah satu aliran dalam Islam yang berkeyakinan bahwa
yang paling berhak menjadi imam umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad
SAW ialah keluarga Nabi SAW sendiri (Ahlulbait). Dalam hal ini, ‘Abbas bin
‘Abdul Muththalib (paman Nabi SAW) dan ‘Ali bin Abi Thalib (saudara
sepupu sekaligus menantu Nabi SAW) beserta keturunannya.
Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna pembela dan
pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna setiap kaum yang berkumpul di
atas suatu perkara. Adapun menurut terminologi syariat Syiah yaitu mereka
yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib sangat utama di antara para
sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum
muslimin, demikian pula anak cucunya sepeninggal beliau.
Menurut Syahrastani Syiah adalah kelompok masyarakat yang
menjadi pendukung Ali bin Abi Thalib. Mereka berpendapat bahwa Ali bin
Abi Thalib adalah imam dan khalifah yang ditetapkan melalui nash dan wasiat
Rasulullah baik secara terang-terangan maupun implisit, artinya bahwa
imamah harus dari jalur Ali dan jika terjadi dalam sejarah imam bukan dari
keturunan Ali hal itu merupakan kedzaliman dan taqiyah dari pihak keturunan
Ali. Sehingga imamah menurut Syiah bukan hanya sebatas maslahat agama
tetapi aqidah yang menjadi tiangnya agama.2
B. Sejarah Munculnya Syiah
Kemunculan Syi’ah dalam sejarah Islam terdapat perbedaan
dikalangan para ahli. Sebagian menganggap Syiah lahir langsung setelah
wafatnya Nabi Muhammad Saw yaitu pada saat perebutan kekuasaan antara
2
Oki Setiana Dewi, Syiah: Dari Kemunculan Hingga Perkembangan di Indonesia…hal. 219-
220.
4
golongan Muhajirin dan Anshar di Balai Pertemuan Saqifah Bani Sa’Idah.
Pada saat itu muncul suara dari Bani Hasyim dan sejumlah kecil Muhajirin
yang menuntut kekhalifaan bagi Ali bin Abi Thalib. 3 Sebagian yang lain
menganggap Syiah lahir pada masa akhir kekhalifaan Utsman bin Affan atau
pada masa awal kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. 4
Menurut Watt, syi’ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung
peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Shiffin.
Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbritase
yang ditawarkan Mu’awiyah. Pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua.
Satu kelompok mendukung sikap Ali (Syi’ah) dan kelompok menolak sikap
Ali (Khawarij). 5
Kalangan Syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syi’ah
berkaitan dengn masalah penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka menolak
kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathtab, dan Usman bin Affan karena
dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak
mengantikan Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan Syi’ah
tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada masa
hidupnya. Pada awal kenabian ketika Muhammad SAW diperintahkan
menyampaikan dakwah ke kerabatnya, yang pertama menerima adalah Ali bin
Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat itu mengatakan bahwa orang
yang pertama menemui ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya.
3
Joesoe Sou’yb., Pertumbuhan dan Perkembangan Aliran-aliran Sekte Syi’ah, (Cet.I. Jakarta;
Pustaka Al Husna,1982), hal. 11.
4
Mahmoud M. Ayoub, The Crisis of Muslim Historis. Akar-akar krisis Polotik dalam Sejarah
Muslim. Terj. Munir. A Mu’in (Cet. I. Bandung: Mizan Pustaka,2004), hal. 155-185.
5
Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Islam. Terj. Abd. Rahman Dahlan dan
Ahmad Qarib, (Jakarta: Logos, 1996), hal. 34.
5
Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali merupakan orang yang luar
biasa besar. 6
Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa
Ghadir Khumm. Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir, dalam
perjalanan dari Mekkah ke Madinah di suatu padang pasir yang bernama
Ghadir Khumm. Nabi memilih Ali sebagai pengantinya dihadapan massa
yang menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menetapkan Ali
sebagai pemimpin umum umat (walyat-i ‘ammali), tetapi juga menjadikan Ali
sebagaimana Nabi sendiri, sebagai pelindung (wali) mereka. Namun
realitasnya berbicara lain. 7
Berlawanan dengan harapan mereka, ketika nabi wafat dan jasadnya
belum dikuburkan, ada kelompok lain yang pergi ke masjid untuk
menentukan pemimpin yang baru karena hilangnya pemimpin yang secara
tiba-tiba, sedangkan anggota keluarga nabi dan beberapa sahabat masih sibuk
dengan persiapan upacara pemakaman Nabi. Kelompok inilah yang
kemudian menjadai mayoritas bertindak lebih jauh dan dengan sangat tergesa-
gesa memilih pemimpin yang baru dengan alasan kesejahteraan umat dan
memecahkan masalah mereka saat itu. Mereka melakukan itu tanpa berunding
dahulu dengan ahlul bait, kerabat, atau pun sahabat yang pada saat itu masih
mengurusi pemakaman. Mereka tidak memberi tahu sedikitpun. Dengan
demikian, kawan-kawan Ali dihadapkan pada suatu hal yang sudah tak bisa
berubah lagi (faith accomply). 8
6
Abdur Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam, (Bandung: Puskata Setia, 2006), cet ke-2,
hal. 90.
Hadits tentang Ghadir Khum ini terdapat dalam versi Sunni maupun Syi’ah dan semuanya
7
merupakan hadits shahih. Lebih dari seratus sahabat telah meriwayatkan hadits ini dalam berbagai
sanad dan ungkapan. Lihat Muhammad Husai Thabathaba’i, Shi’a,terj. Husain Nasr, (Anshariah, Qum,
1981) hal. 38.
Hadits tentang Ghadir Khum ini terdapat dalam versi Sunni maupun Syi’ah dan semuanya
8
merupakan hadits shahih. Lebih dari seratus sahabat telah meriwayatkan hadits ini dalam berbagai
sanad dan ungkapan. Lihat Muhammad Husai Thabathaba’i, Shi’a,terj. Husain Nasr…39-40
6
Karena kenyataan itulah muncul suatu sikap dari kalangan
kaum muslimin yang menentang kekhalifahan dan kaum mayoritas dalam
masalah-masalah kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa
pengganti nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali. Mereka yakin
bahwa semua masalah kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya dan
mengajak masyarakat mengikutinya. 9 Kaum inilah yang disebut dengan kaum
Syi’ah. Namun lebih dari pada itu, seperti yang dikatakan Nasr, sebab utama
munculnya Syi’ah terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan ini ada dalam
wahyu islam sendiri, sehingga mesti diwujudkan.
Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan hadits-hadits yang mereka terima
dari ahl al-bait, berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi
SAW. Wafat dan kekhalifahan jatuh ke tangan Abu Bakar. Segera setelah itu
terbentuklah Syi’ah. Bagi mereka, pada masa kepemimpinan Al-Khulafa Ar-
rasyidin sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka bergerak di bawah
permukaan untuk mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrin syi’ah
kepada masyarakat.
Syi’ah mendapatkan pengikut yang besar terutama pada masa dinasti
Amawiyah. Hal ini menurut Abu Zahrah merupakan akibat dari perlakuan
kasar dan kejam dinasti ini terdapat ahl al-Bait. Diantara bentuk kekerasan itu
adalah yang dilakukan penguasa bani Umayyah. Yazid bin Muawiyah,
umpamanya, pernah memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh Ibn
Ziyad untuk memenggal kepala Husein bin Ali di Karbala. 10 Diceritakan
bahwa setelah dipenggal, kepala Husein dibawa ke hadapan Yazid dan dengan
tongkatnya Yazid memukul kepala cucu Nabi SAW. Yang pada waktu
kecilnya sering dicium Nabi. 11 Kekejaman seperti ini menyebabkan sebagian
9
Abdur Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam…hal.91
10
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan
Perkembangannya, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), hal. 82
11
Abdur Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam… hal. 92.
7
kaum muslimin tertarik dan mengikuti mazhab Syi’ah, atau paling tidak
menaruh simpati mendalam terhadap tragedy yang menimpa ahl al-bait.
Dalam perkembangan selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl-al
Bait dihadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, syi’ah juga
mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkitan dengan teologi, mereka
mempunyai lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan kepada kenabian),
Nubuwwah (Percaya kepada kenabian), Ma’ad (kepercyaan akan adanya
hidup diakhirat), imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang
merupakan ahl-al Bait), dan adl (keadaan ilahi). Dalam Ensiklopedi Islam
Indonesia ditulis bahwa perbedaan antara Sunni dan Syi’ah terletak pada
doktrin imamah. 12 Meskipun mempunyai landasan keimanan yang sama,
Syi’ah tidak dapat mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejarah,
kelompok ini akhirnya tepecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan ini
terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah. Diantara sekte-sekte Syi’ah itu
adalah Itsna Asy’ariyah, Sab’iyah. Zaidiyah, dan Ghullat.
C. Pokok-Pokok Ajaran Syiah
Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh
para pengikutnya diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an nubuwah, al imamah
dan al ma’ad
1. At-tauhid
Kaum Syi’ah juga meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tempat
bergantung semua makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan juga
tidak serupa dengan makhluk yang ada di bumi ini. Namun, menurut
mereka Allah memiliki 2 sifat yaitu al-tsubutiyah yang merupakan sifat
yang harus dan tetap ada pada Allah SWT. Sifat ini mencakup ‘alim
(mengetahui), qadir (berkuasa), hayy (hidup), murid (berkehendak), mudrik
12
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI-
Press, 1986), cet ke-5, hal. 135-136.
8
(cerdik, berakal), qadim azaliy baq (tidak berpemulaan, azali dan kekal),
mutakallim (berkata-kata) dan shaddiq (benar). Sedangkan sifat kedua yang
dimiliki oleh Allah SWT yaitu al-salbiyah yang merupakan sifat yang tidak
mungkin ada pada Allah SWT. Sifat ini meliputi antara tersusun dari
beberapa bagian, berjisim, bisa dilihat, bertempat, bersekutu, berhajat
kepada sesuatu dan merupakan tambahan dari Dzat yang telah dimilikiNya.
13
2. Al-‘adl
Kaum Syi’ah memiliki keyakinan bahwa Allah memiliki sifat
Maha Adil. Allah tidak pernah melakukan perbuatan zalim ataupun
perbuatan buruk yang lainnya. Allah tidak melakukan sesuatu kecuali atas
dasar kemaslahatan dan kebaikan umat manusia. Menurut kaum Syi’ah
semua perbuatan yang dilakukan Allah pasti ada tujuan dan maksud
tertentu yang akan dicapai, sehingga segala perbuatan yang dilakukan
Allah Swt adalah baik. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
konsep keadilan Tuhan yaitu Tuhan selalu melakukan perbuatan yang baik
dan tidak melakukan apapun yang buruk.Tuhan juga tidak meninggalkan
sesuatu yang wajib dikerjakanNya. 14
3. An-nubuwwah
Kepercayaan kaum Syi’ah terhadap keberadaan Nabi juga tidak
berbeda halnya dengan kaum muslimin yang lain. Menurut mereka Allah
mengutus nabi dan rasul untuk membimbing umat manusia. Rasul-rasul itu
memberikan kabar gembira bagi mereka-mereka yang melakukan amal
shaleh dan memberikan kabar siksa ataupun ancaman bagi mereka-mereka
yang durhaka dan mengingkari Allah SWT. Dalam hal kenabian, Syi’ah
berpendapat bahwa jumlah Nabi dan Rasul seluruhnya yaitu 124 orang,
13
Abdur Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam… hal. 94.
14
Abdur Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam… hal. 94.
9
Nabi terakhir adalah nabi Muhammad SAW yang merupakan Nabi paling
utama dari seluruh Nabi yang ada, istri-istri Nabi adalah orang yang suci
dari segala keburukan, para Nabi terpelihara dari segala bentuk kesalahan
baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi Rasul, Al Qur’an adalah
mukjizat Nabi Muhammad yang kekal, dan kalam Allah adalah hadis
(baru), makhluk (diciptakan) hukian qadim dikarenakan kalam Allah
tersusun atas huruf-huruf dan suara-suara yang dapat di dengar, sedangkan
Allah berkata-kata tidak dengan huruf dan suara. 15
4. Al-imamah
Bagi kaun Syi’ah imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama
sekaligus dalam dunia. Ia merupakan pengganti Rasul dalam memelihara
syari’at, melaksanakan hudud (had atau hukuman terhadap pelanggar
hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan serta ketentraman umat. Bagi
kaum Syi’ah yang berhak menjadi pemimpin umat hanyalah seorang imam
dan menganggap pemimpin-pemimpin selain imam adalah pemimpin yang
ilegal dan tidak wajib ditaati. Karena itu pemerintahan Islam sejak
wafatnya Rasul (kecuali pemerintahan Ali Bin Abi Thalib) adalah
pemerintahan yang tidak sah. Di samping itu imam dianggap ma’sum,
terpelihara dari dosa sehingga imam tidak berdosa serta perintah, larangan
tindakan maupun perbuatannya tdak boleh diganggu gugat ataupun dikritik.
16
5. Al-ma’ad
Secara harfiah al ma’ad yaitu tempat kembali, yang dimaksud disini
adalah akhirat. Kaum Syiah percaya sepenuhnya bahwa hari akhirat itu
pasti terjadi. Menurut keyakinan mereka manusia kelak akan dibangkitkan,
jasadnya secara keseluruhannya akan dikembalikan ke asalnya baik daging,
15
Abdur Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam… hal. 94.
16
Abdur Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam… hal. 94.
10
tulang maupun ruhnya. Dan pada hari kiamat itu pula manusia harus
memepertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan selama
hidup di dunia di hadapan Allah SWT. Pada saaat itu juga Tuhan akan
memberikan pahala bagi orang yang beramal shaleh dan menyiksa orang-
orang yang telah berbuat kemaksiatan.
D. Sekte-Sekte Dalam Syiah
Semua sekte dalam Syiah sepakat bahwa imam yang pertama adalah
Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan bin Ali, lalu Husein bin Ali. Namun
setelah itu muncul perselisihan mengenai siapa pengganti imam Husein bin
Ali. Dalam hal ini muncul dua pendapat. Pendapat kelompok pertama yaitu
imamah beralih kepada Ali bin Husein, putera Husein bin Ali, sedangkan
kelompok lainnya meyakini bahwa imamah beralih kepada Muhammad bin
Hanafiyah, putera Ali bin Abi Thalib dari isteri bukan Fatimah.
Akibat perbedaan antara dua kelompok ini maka muncul beberapa
sekte dalam Syi'ah. Para penulis klasik berselisih tajam mengenai pembagian
sekte dalam Syi'ah ini. Akan tetapi, para ahli umumnya membagi sekte Syi'ah
dalam empat golongan besar, yaitu Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah dan
Kaum Gulat.
1. Al-Kaisaniyah
Kaisaniyah ialah nama sekte Syiah yang meyakini bahwa
kepemimpinan setelah Ali bin Abi Thalib beralih ke anaknya Muhammad
bin Hanafiyah. Para ahli berselisih pendapat mengenai pendiri Syiah
Kaisaniyah ini, ada yang berkata ia adalah Kaisan bekas budak Ali bin Abi
Thalib r.a. Ada juga yang berkata bahwa ia adalah Almukhtar bin Abi
Ubaid yang memiliki nama lain Kaisan. 17
17
Solah Abu Su’ud, As’ Syiah An Nasyaah As Syiasiyah wal Aqidah Ad’ Diniyah, (Giza:
Maktabah Nafidah, 2004), hal. 158
11
Diantara ajaran dari Syiah Kaisaniyah ini ialah, mengkafirkan
khalifah yang mendahului Imam Ali r.a dan mengkafirkan mereka yang
terlibat perang Sifin dan Perang Jamal (Unta), dan Kaisan mengira bahwa
Jibril a.s mendatangi Almukhtar dan mengabarkan kepadanya bahwa Allah
Swt menyembunyikan Muhammad bin Hanafiyah.
Sekte Kaisaniyah ini terbagi menjadi beberapa kelompok, namun
kesemuanya kembali kepada dua paham yang berbeda yaitu: 1. Meyakini
bahwa Muhammad bin Hanafiyah masih hidup. 2. Meyakini bahwa
Muhammad bin Hanafiyah telah tiada, dan jabatan kepemimpinan beralih
kepada yang lain. 18
2. Az-Zaidiyah
Zaidiyah adalah sekte dalam Syiah yang mempercayai
kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin setelah
kepemimpinan Husein bin Ali. Mereka tidak mengakui kepemimpinan Ali
bin Husein Zainal Abidin seperti yang diakui sekte imamiyah, karena
menurut mereka Ali bin Husein Zainal Abidin dianggap tidak memenuhi
syarat sebagai pemimpin. Dalam Zaidiyah, seseorang dianggap sebagai
imam apabila memenuhi lima kriteria, yakni: keturunan Fatimah binti
Muhammad SAW, berpengetahuan luas tentang agama, zahid (hidup hanya
dengan beribadah), berjihad dihadapan Allah SWT dengan mengangkat
senjata dan berani.
Sekte Zaidiyah mengakui keabsahan khalifah atau imamah Abu
Bakar As-Sidiq dan Umar bin Khattab. Dalam hal ini, Ali bin Abi Thalib
dinilai lebih tinggi dari pada Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Oleh
karena itu sekte Zaidiyah ini dianggap sekte Syi'ah yang paling dekat
18
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam…hal. 108.
12
19
dengan sunnah. Disebut juga Lima Imam dinamakan demikian sebab
mereka merupakan pengikut Zaid bin 'Ali bin Husain bin 'Ali bin Abi
Thalib. Mereka dapat dianggap moderat karena tidak menganggap ketiga
khalifah sebelum 'Ali tidak sah. Urutan imam mereka yaitu:
1. Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
2. Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
3. Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
4. Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5. Zaid bin Ali (658–740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid,
adalah anak Ali bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-Baqir.
3. Al-Imamiyah
Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa nabi Muhammad
SAW telah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai imam pengganti dengan
penunjukan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, mereka tidak mengakui
keabsahan kepemimpinan Abu Bakar, Umar, maupun Utsman. Bagi mereka
persoalan imamah adalah salah suatu persoalan pokok dalam agama atau
ushuludin.
Sekte imamah pecah menjadi beberapa golongan. Golongan yang
besar adalah golongan Isna' Asyariyah atau Syi'ah dua belas. Golongan
terbesar kedua adalah golongan Isma'iliyah. Golongan Isma'iliyah berkuasa
di Mesir dan Baghadad.20 Disebut juga Tujuh Imam. Dinamakan demikian
sebab mereka percaya bahwa imam hanya tujuh orang dari 'Ali bin Abi
Thalib, dan mereka percaya bahwa imam ketujuh ialah Isma'il. Urutan imam
mereka yaitu:
1. Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
2. Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan Al-Mujtaba
19
Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik Dan Aqidah Dalam Islam…hal. 25.
20
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam…hal. 27-28
13
3. Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain Asy-Syahid
4. Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5. Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad Al-
Baqir
6. Ja'far bin Muhammad bin Ali (703–765), juga dikenal dengan Ja'far Ash
Shadiq
7. Ismail bin Ja'far (721 – 755), adalah anak pertama Ja'far ash-Shadiq dan
kakak Musa al-Kadzim.
4. Al-Ghaliyah (Kaum Ghulat)
Istilah ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw yang artinya
bertambah dan naik. Ghala bi ad-din yang artinya memperkuat dan menjadi
ekstrim sehingga melampaui batas. Syiah ghulat adalah kelompok
pendukung Ali yang memiliki sikap berlebih-lebihan atau ekstrim. Lebih
jauh Abu Zahrah menjelaskan bahwa Syiah ekstrem (ghulat) adalah
kelompok yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang
mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi daripada Nabi
Muhammad. 21
Gelar ektrem (ghulat) yang diberikan kepada kelompok ini berkaitan
dengan pendapatnya yang janggal, yakni ada beberapa orang yang secara
khusus dianggap Tuhan dan ada juga beberapa orang yang dianggap sebagai
Rasul setelah Nabi Muhammad. Selain itu mereka juga mengembangkan
doktrin-doktrin ekstrem lainnya tanasukh, hulul, tasbih dan ibaha. 22
E. Perkembangan Syiah di Indonesia
Ditinjau dari perjalanan sejarah, komunitas Syiah di Indonesia dapat
dikatagorikan dalam empat generasi utama, yaitu:
21
Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik Dan Aqidah Dalam Islam…hal. 39
22
Abdur Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam…hal. 105
14
Generasi pertama, Syiah sudah masuk ke Indonesia mulai masa awal
masuknya Islam di Indonesia, yaitu melalui para penyebar Islam berawal dari
orang-orang persia yang tinggal di Gujarat. Syiah pertama kali datang ke
Aceh. Raja pertama Kerajaan Samudra Pasai yang terletak di Aceh, Marah
Silu, beliau memeluk Islam versi Syiah dengan memakai gelar Malikul Saleh.
Penyebaran Syiah di Aceh juga ditunjang oleh tokoh-tokoh ulama terkemuka
Hamzah Fansuri, dan Syamsuddin bin Abdullah as Samatrani, Nuruddin ar-
Raniry, Burhanuddin, dan Ismail bin Abdulla. Akan tetapi pada zaman Sultan
Iskandar Tsani, kekuasaan kerajaan di Aceh dipegang oleh ulama Ahli Sunnah
(Sunni), sehingga sejak saat itu kelompok Syiah tidak lagi menampakkan diri,
memilih berdakwah secara taqiyah.23 Pada tanggal 21 Juni 1976, berdiri
Yayasan Pesantren Islam Bangil atau sering disebut YAPI Bangil. Lembaga
ini didirikan oleh Husein al-Habsyi (1921—1994) yang pernah belajar kepada
Abdul Qadir Balfaqih, Muhammad Rabah Hassuna, Alwi bin Thahir al-
Haddad, dan Muhammad Muntasir al-Kattani di Malaysia. Pesantren YAPI
Bangil pun kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan Syiah tertua di
Indonesia. Sudah sejak Husein al-Habsyi masih hidup, para santri di pesantren
itu diajarkan secara khusus akidah Syiah. Untuk mengimbangi pelajaran fikih
berdasarkan mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali, mereka diberikan
juga pelajaran tentang fikih Syiah. Bisa dikatakan, santri-santri Pesantren
YAPI Bangil yang kemudian banyak berdakwah di berbagai tempat di
Indonesia24.
Generasi kedua, sebelum meletus revolusi Iran tahun 1979, Syiah
sudah ada di Indonesia, baik imamiyyah, zaidiyyah, maupun isma’iliyyah.
Mereka menyimpan keyakinan itu hanya untuk diri mereka sendiri dan untuk
23
Oki Setiana Dewi, Syiah: Dari Kemunculan Hingga Perkembangan di Indonesia…hal 233.
24
Wagiono, “Islam Syiah di Indonesia” diakses dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Islam_Syiah_di_Indonesia, pada tanggal 7 mei 2020 pukul 20.22.
15
keluarga yang sangat terbatas, karena itu mereka bersikap sangat eksklusif,
belum ada semangat untuk menyebarkan pahamnya kepada orang lain.
Generasi ketiga, di dominasi oleh kalangan intelektual, yang
kebanyakan dari kalangan perguruan tinggi. Tertarik kepada syiah sebagai
alternatif pemikiran islam, mereka lebih tertarik terhadap pemikiran syiah dari
pada ritus-ritus atau fiqihnya. Dari segi struktur sosial, generasi ini terdiri dari
kelompok menengah keatas, dari mahasiswa dan akademisi perguruan tinggi.
Dari segi mobilitas, banyak diantara mereka yang memiliki akses hubungan
islam internasional. Sedangkan dari segi ideologi, lebih cenderung radikal. 25
Pada masa pemerintahan Presiden Gus Dur berdiri untuk pertama kalinya
secara resmi organisasi massa (ormas) milik komunitas Syiah di Indonesia,
Ikatan Ahlulbait Indonesia (IJABI). IJABI didirikan di Bandung pada tanggal
1 Juli 2000. Sebagai ormas, IJABI terdaftar resmi lewat Surat Keterangan No.
127 Tahun 2000/ D1 Departemen Dalam Negeri Repbulik Indonesia,
Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat. Untuk
menjabat Ketua Dewan Syura IJABI, dipilih Jalaluddin Rakhmat. Setelah itu,
Dr. Dimitri Mahayana dipilih sebagai Ketua Dewan Tanfidziyah. Sebagai
sebuah ormas Syiah, IJABI ternyata berkembang pesat di tengah masyarakat
Indonesia. Sampai 2008 yang lalu, IJABI mengaku telah memiliki anggota
sekitar 2,5 juta orang di 84 cabang dan 145 sub-cabang IJABI yang tersebar di
33 provinsi di Indonesia. Meski terkadang muncul penolakan dari sebagian
masyarakat terhadap keberadaan mereka, IJABI mampu menangani semua itu
dengan baik.26
Generasi keempat, kelompok ini yang mulai mempelajari fikih Syiah,
bukan hanya pada pemikiran, tetapi mereka juga mulai berkonflik dengan
kelompok lainya, dan mereka sangat bersemangat sekali dalam penyebaran
25
Oki Setiana Dewi, Syiah: Dari Kemunculannya Hingga Perkembanganya di Indonesia, hal
233.
26
Wagiono, “Islam Syiah di Indonesia” diakses dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Islam_Syiah_di_Indonesia, pada tanggal 7 mei 2020 pukul 20.22.
16
ajaran Syiah, dan dimensi intelektual mereka menjadi rendah karena mereka
sibuk dengan fikih, menganggap generasi kedua yang fokus pada pemikiran
adalah bukan Syiah yang sebenarnya. Dan cenderung memposisikan dirinya
sebagai representasi original tentang faham Syiah atau sebagai pemimpin
syiah di Indonesia.
Kalau ditelusuri lebih jauh, persebaran Syiah di Indonesia yang sudah
berlangsung permulaan Islam datang ke nusantara, telah banyak memberikan
warna keagamaan di Indonesia. Banyak sekali ritus Islam Indonesia yang
terindentifikasi terpengaruh dari ajaran Syiah. Ritual dan tradisi Syiah
mempunyai pengaruh yang mendalam di kalangan komunitas Islam
Indonesia, bukan saja di kalangan Syiah sendiri, tetapi juga di kalangan Sunni.
Salah satunya ialah praktek perayaan 10 Muharram yang biasa dirayakan oleh
pengikut Syiah untuk memperingati terbunuhnya Husain ibn Ali, cucu Nabi
Muhammad. Husein terbunuh dalam Perang Kabala pada 10 Muharram 61
H.27
27
Oki Setiana Dewi, Syiah: Dari Kemunculannya Hingga Perkembanganya di Indonesia, hal
234.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian-uraian di atas, maka dapatlah ditarik
beberapa kesimpulan, yakni sebagai berikut:
1. Syiah mengandung arti yaitu “pengikut” dalam hal ini adalah pengikut Ali
bin abi Thalib. Aliran Syiah ini beranggapan bahwa sepeninggal Rasulullah
bahwa yang paling berhak memangku jabatan kekhalifaan umat Islam
adalah Ali bin abi Thalib dan menolak semua kekhalifaan yang ada
sebelum kekhalifaan Ali bin abi Thalib dengan dalil dengan peristiwa
Ghadir Khum. Dimana peristiwa itu Rasulullah Saw menunjuk Ali untuk
menggantikan sebagai pemimpin dihadapan massa yang penuh sesak.
2. Munculnya aliran Syiah terdapat perbedaan pendapat. Namun pada intinya
bahwa Syiah ini muncul setelah Rasulullah wafat. Syiah ini merupakan
buah bagian kelompok perpecahan umat Islam setelah kematian beliau.
3. Didalam ajaran aliran Syiah, ada lima ajaran pokok Syiah yang paling
mendasar yaitu, At Tauhid, Al Adl, An Nubuwwah, Al Imamah, dan Al
Ma’ad.
4. Berbagai pandangan dan pola pikir pada Tokoh-tokoh Syiah, sehingga
Kelompok-kelompok dalam aliran Syiah pun mengalami perpecahan dalam
berbagai Sekte-sekte, seperti : Al Kaisaniyah, Az zaidiyah, Al Imamiyah,
dan Al Ghaliyah.
5. Komunitas Syiah di Indonesia dapat dikatagorikan dalam empat generasi
utama: Generasi pertama, Syiah sudah masuk ke Indonesia mulai masa
awal masuknya Islam di Indonesia. Generasi kedua, sebelum meletus
revolusi Iran tahun 1979. Generasi ketiga, di dominasi oleh kalangan
intelektual, yang kebanyakan dari kalangan perguruan tinggi. Generasi
keempat, kelompok ini yang mulai mempelajari fikih Syiah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ayoub, M. M. (2004). The Crisis of Muslim Histori. Akar-akar Krisis Politik dalam
Sejarah Muslim. Bandung: Mizan Pustaka.
19